^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Penderitaan-Penderitaan Padre Pio
Salah satu alasan Iblis sangat membenci Padre Pio adalah bahwa ia memenangkan banyak sekali jiwa-jiwa lewat penderitaannya. Ia sering berkomentar tentang betapa besar penderitaan-penderitaan tersebut.
Padre Pio: “Bapa surgawi tidak hanya mengizinkan saya untuk berbagi di dalam penderitaan Putra Tunggal-Nya, bahkan secara jasmani. Kesakitan-kesakitan ini begitu parah sehingga tidak dapat dijelaskan dan tidak dapat dibayangkan.”[1]
Padre Pio berkata bahwa penderitaannya dapat dibandingkan dengan “apa yang para martir alami sewaktu dibakar hidup-hidup atau dibunuh secara kejam sewaktu bersaksi tentang iman mereka di dalam Yesus Kristus.”[2]
Sewaktu ia berbicara kepada seseorang tentang beberapa penderitaan jasmaninya, Padre Pio berkata: “Bukan di pagi hari. Anda lihat, bahwa sewaktu kejadian-kejadian pada suatu hari bermula, suatu hal membawa saya ke hal yang berikutnya, lalu pagi hari usai. Malam harilah yang menyakitkan. Jika saya mengizinkan diri saya untuk tidur, kesakitan ini (dan ia mengangkat tangannya yang terluka untuk menunjuk kepada stigmatanya) berlipat tidak terukur.”[7]
Sewaktu ia menjawab kepada seseorang yang bertanya kepadanya jika stigmatanya menyakitkan, Padre Pio menjawab: “Anda pikir Tuhan memberikan mereka kepada saya sebagai hiasan?”[8]
Padre Pio menolak segala macam penghangat buatan, gas, penghangat listrik, bahkan penghangat batu bara untuk malam di musim dingin.[11]
Suatu kali Padre Pio tidak makan selama dua puluh satu hari. Ia hanya menerima Komuni Kudus. “Anda harus makan”, kata atasannya. “Tolong, saya tidak bisa makan.” “Anda harus”, desak atasannya dan dalam beberapa menit, Padre Pio memuntahkan semua yang ia coba makan.[12] Padre Pio sering tidak memiliki nafsu makan, ingin muntah dan berkeringat. Ia kadangkala menderita demam tinggi yang mengejutkan semua dokter, yang tidak tahu bagaimana dapat merawatnya.[13]
Kadangkala suhu badan Padre Pio begitu tinggi sehingga termometer pecah dan air raksanya mencurat. Beberapa termometer biasa pecah di bawah ketiaknya.[14] Pada suatu ketika, dengan menggunakan sebuah termometer yang tidak pecah, suhu badannya sampai 127,4 Fahrenheit.[15]
Suhu badan di atas 125 Fahrenheit kadangkala datang tanpa alasan apa pun. Romo Michaelangelo, seorang Fransiskan yang tinggal bersamanya, berkata: “Tidak ada termometer biasa yang dapat mengukur suhu badan Padre Pio... Saya hadir sekalinya sewaktu dokter ingin mengukur suhu badannya dan melihat jika hal itu akan memecahkan termometernya. Padre Pio berkata: ‘Tidak, termometernya akan pecah!’ Seketika, Prang! Air raksanya mencurat dan langsung memecahkannya.”[16]
Seorang dokter, yang berbicara dengan seorang dokter yang lain tentang suhu badan Padre Pio yang tinggi, menyatakan: “Sewaktu saya mengukur suhu badannya, suhunya langsung melampaui skala termometer. Saya menggunakan sebuah termometer khusus, dan dengan termometer ini suhu badannya terukur 125 derajat malam kemarin dan 120 derajat pada pagi ini. Ia seharusnya tidak hidup.”[17]
Padre Pio berkata tentang penderitaan: “Tidak ada satu penderitaan pun yang ditanggung untuk cinta kepada Kristus, walaupun yang ditanggung secara kurang baik, yang tidak dibalas di dalam kehidupan kekal. Percayalah dan berharaplah akan manfaat dari Yesus dan dengan cara ini bahkan tanah liat yang rendah akan menjadi emas yang termurni yang akan bersinar di dalam istana Raja Surgawi.”[18]
Tuhan kita sekalinya berbicara kepada Padre Pio tentang penderitaannya dengan kata-kata berikut: “Anak-Ku, Aku membutuhkan korban untuk menenangkan murka ilahi Bapa-Ku yang adil: perbaruilah pengorbananmu dan perbuatlah hal tersebut tanpa keraguan.”[19]
Padre Pio: “Jika saja orang-orang dapat mengerti nilai penderitaan, mereka tidak akan mencari kenikmatan, melainkan hanya untuk menderita.”[20]
Padre Pio juga mengeluh tentang masalah-masalah kebutaan sejak 18 November 1912.[21] Pada tanggal 30 Januari 1915, Padre Pio menulis: “...penglihatan saya... telah membaik dari waktu ke waktu.”[22]
Padre Pio juga mengalami penderitaan lain yaitu ditugaskan dalam pelayanan militer dalam jangka waktu tertentu, walaupun kesehatan jasmaninya sangatlah buruk.[23]
Suatu penderitaan lain (walaupun bukan jasmani) adalah fakta bahwa walaupun Allah sering membuat jelas keadaan jiwa orang-orang lain, Padre Pio tetap tidak mengetahui keadaan jiwanya sendiri.[24] Padre Pio berkata: “Di dalam jiwa-jiwa lain, karena rahmat Allah, saya melihatnya dengan jelas, tetapi di dalam jiwa saya sendiri, saya hanya melihat kegelapan.”[25]
Catatan kaki:
[1] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. I {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. I}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 973.
[2] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 41.
[3] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. I {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. I}, Our Lady of Grace Friary, San Giovanni Rotondo, Italia, hal. 770.
[4] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. I {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. I}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 607.
[5] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. I {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. I}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 884.
[6] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. III {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. III}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 525.
[7] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 64.
[8] Radio Replies Press, Inc. Who is Padre Pio {Siapakah Padre Pio}, TAN Books, Rockford, IL. hal. 9.
[9] Gennaro Preziuso, The Life of Padre Pio {Hidup Padre Pio}, Society of St. Pauls, Staten Island, NY. hal. 107.
[10] Gennaro Preziuso, The Life of Padre Pio {Hidup Padre Pio}, Society of St. Pauls, Staten Island, NY. hal. 110.
[11] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 183.
[12] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 24.
[13] Romo Stefano Manelli, Padre Pio of Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}, Franciscans of the Immaculate, New Bedford, MA., hal. 55.
[14] Gerardo Di Flumeri, The Mystery of the Cross in Padre Pio of Pietrelcina {Misteri Salib di dalam Padre Pio dari Pietrelcina}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 16.
[15] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 21.
[16] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 31.
[17] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 39.
[18] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 177.
[19] Augustine McGregor, Padre Pio, His Early Years {Padre Pio, Tahun-Tahun Awalnya}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 198.
[20] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 212.
[21] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 43.
[22] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. I {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. I}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 590.
[23] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 57.
[24] C. Bernard Ruffin, Padre Pio: The True Story {Padre Pio: Kisah Sejati}, Our Sunday Visitor, Huntington, IN. hal. 113.
[25] C. Bernard Ruffin, Padre Pio: The True Story {Padre Pio: Kisah Sejati}, Our Sunday Visitor, Huntington, IN. hal. 218.
Artikel-Artikel Terkait
Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 3 mingguBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 4 bulanBaca lebih lanjut...Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta...
fidelis Budi Suryanto 4 bulanBaca lebih lanjut...Are the FSSP and SSPX right on the sacraments?
Petrus Fiter Panco 4 bulanBaca lebih lanjut...Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 6 bulanBaca lebih lanjut...