^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Pemenggalan Kepala St. Yohanes Pembaptis
Pesta: 29 Agustus
Sewaktu St. Yohanes, sang Pembaptis dan Pendahulu Yesus Kristus, yang kelahirannya yang bermukjizat telah kami ceritakan di tempat lain, oleh nasihat ilahi meninggalkan padang gurun, ia pergi ke sungai Yordan untuk mengkhotbahkan pertobatan, dalam tujuan mempersiapkan manusia untuk mengakui sang Mesias. Kefasikan dan kejahatan yang telah merayap di antara para Yahudi dan yang telah menjadi kebiasaan mereka, ditegurnya dengan keras tanpa rasa hormat kepada orang-orang. Pemimpin negara pada masa itu di Yehuda adalah Raja Herodes, yang disebut Antipas, seorang putra dari Herodes yang membunuh Kanak-Kanak Suci, dan seorang saudara dari Herodes yang menjubahi Kristus dengan pakaian putih dan yang mencemooh-Nya. Raja ini telah secara paksa merampas Herodias, istri dari saudaranya yang masih hidup, Filipus, dan telah menikahinya. Skandal pun menerpa seluruh negara atas tindakan yang jahat ini, tetapi tidak seorang pun berani menegur sang Raja atas kelakuannya yang menentang hukum. St. Yohanes sendirilah yang tidak tinggal diam. Injil berkata bahwa Herodes sangat senang akan khotbah St. Yohanes, dan banyak orang mengikuti ajaran-ajarannya. ‘Haram hukumnya engkau mengambil istri saudaramu.’ Hal-hal lain yang mungkin ia katakan tidak disebutkan di dalam Injil, tetapi kata-kata yang berani ini cukup untuk mendorong sang Raja sampai suatu titik tertentu, dan membangkitkan dalam dirinya suatu kebencian yang sedemikian rupa, sehingga ia bertekad untuk menyingkirkan sang pengkhotbah yang keras ini.
Tetapi, karena ia menakuti pemberontakan dari rakyat yang amat menghormati sang Santo itu, ia tidak berani secara langsung menindakinya. Herodias yang tidak bertuhan sendiri, yang juga merasa tersinggung atas teguran-teguran Yohanes, terus menghasut sang Raja untuk menentang sang pria suci itu, sampai ia berhasil membuat Raja mendidih karena murka, sehingga ia memerintahkan agar St. Yohanes dipenjarakan. Para murid Santo Yohanes, bagaimanapun, menemuinya di penjara, dan mendengarkan dengan penuh semangat ajaran-ajarannya. ‘Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?’ Para Bapa suci berpendapat bahwa St. Yohanes tidak menyampaikan pesan ini kepada Kristus karena ia meragukan bahwa Ia adalah sang Mesias yang sejati, tetapi agar para pengikutnya, dengan mendengarkan khotbah-Nya, dan dengan menyaksikan mukjizat-mukjizat yang dibuat-Nya, dapat dengan lebih siap percaya apa yang ia katakan kepada mereka tentang sang Juru Selamat. Pemenjaraan Yohanes dipercaya bertempat pada bulan September dan berlangsung sampai bulan Agustus. Ulang tahun Herodes dirayakan pada bulan ini, dan dari antara pesta-pesta lainnya, ia melangsungkan sebuah perjamuan, di mana semua putri Galilea hadir.
Pada penutupan perjamuan itu, Salome, putri dari herodias, memasuki aula perjamuan itu untuk menghibur para tamu dengan menari. Sang Raja amat menyukainya sehingga ia berkata kepada Salome untuk meminta dari sang Raja sesuatu. Sang Raja berjanji akan mengabulkannya, bahkan jika permintaan itu akan membuatnya kehilangan separuh dari kerajaannya. Janji yang tidak bijaksana ini ditegaskannya dengan sebuah sumpah. Sang penari yang sembrono, karena ia tidak tahu apa yang harus dimintakannya, meminta nasihat dari ibundanya. Ibundanya, yang telah lama menginginkan agar St. Yohanes disingkirkan, agar tiada sesuatu pun yang dapat mengganggunya dalam hawa nafsunya yang haram itu segera berkata: ‘Pergilah dan mintakan kepala dari Yohanes Pembaptis’. Sang anak perempuan yang jahat itu kembali menghadap Raja, dan berkata dengan berani: ‘Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di atas sebuah nampan’. Sang Raja ketakutan akibat permintaan yang tidak diduganya itu; tetapi, karena ia tidak ingin membuatnya sedih dan melanggar sumpahnya, ia pun mengutus seorang serdadu dari antara pengawalnya untuk pergi ke penjara untuk memenggal kepala sang Santo dan untuk membawa kepalanya di atas sebuah nampan.
Perintah yang kejam dan tidak adil itu pun dilaksanakan, dan kepala yang suci itu dibawa di atas sebuah nampan kepada Salome, yang memberikannya kepada ibundanya yang jahat. St. Hieronimus berkata bahwa Herodias, untuk memuaskan amarahnya terhadap orang suci itu, menusuk lidahnya dengan sebuah belati, untuk membalas dendam atas teguran-teguran yang diberikannya untuk kejahatan sang Raja. Para murid St. Yohanes menguburkan tubuh suci dari guru mereka yang tersayang itu di antara kedua nabi Eliseus dan Abdias. Kepala suci itu dikuburkan oleh Herodias yang najis di dalam istananya, di mana kepala itu tetap tersembunyi selama bertahun-tahun, sampai ditemukan lewat suatu penampakan oleh sang Santo sendiri, dan telah sejak saat itu amat dihormati oleh orang-orang Kristiani. Pada masa ini, kepala itu disimpan di Roma, di Gereja St. Silvester.
Keadilan Allah tidak membiarkan kejahatan dan kelaliman Herodes begitu saja. Sejarahwan Yahudi, Yosefus, menceritakan bahwa ia kehilangan martabat dan mahkotanya: sebab Raja dari Arabia, yang putrinya, istri Herodes yang sah, telah disingkirkan, menyerbu daerah kekuasaannya dengan tentaranya dan mengalahkan Herodes. Kaisar Caligula setelahnya mengasingkannya ke Lyons di Prancis. Dari kota itu, ia melarikan diri dengan Herodias ke Spanyol, di mana keduanya, atas hukuman untuk kejahatan-kejahatan mereka, meninggal dalam kesengsaraan. Putri yang sembrono dan jahat dari Herodias juga menerima hukumannya. Sewaktu ia melangkahi sebuah sungai yang beku, esnya retak dan ia tenggelam sampai ke lehernya, dan es itu segera kembali menyatu dan memotong kepalanya sepenuhnya dari tubuhnya. Demikianlah akhir dari penari yang lancang dan tidak tahu malu itu.
Pertimbangan Praktis
I. St. Yohanes dibuang ke dalam penjara walaupun ia tidak bersalah, dan setelah beberapa lama mendekam di dalamnya, ia pun dipenggal; dan pada saat ini, Raja Herodes yang tidak bertuhan, duduk di takhtanya dan Herodias serta putrinya yang jahat hidup dalam sukacita dan kenikmatan. Bahkan pada waktu ini, kehidupan dari banyak orang yang jahat dipenuhi dengan kenyamanan sementara, sedangkan kehidupan orang saleh seringkali mengalami cobaan-cobaan yang besar. Beberapa orang yang melihat hal ini terkejut, dan bahkan meragukan keadilan Allah; tetapi mereka melakukan kesalahan; sebab Allah, yang mengetahui hal yang terbaik, mengizinkan atau mengatur semua hal ini dengan adil. Ia membiarkan orang saleh untuk menderita untuk meningkatkan upah mereka di Surga, atau untuk memberikan mereka suatu kesempatan untuk melakukan silih, di dalam dunia ini, untuk dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Kepada orang fasik, Ia berikan harta sementara, untuk membalas mereka atas beberapa tindakan baik yang telah mereka lakukan, dan yang untuknya Ia tidak dapat membalaskan mereka di Surga, karena tindakan mereka dilakukan oleh mereka dalam keadaan dosa. Maka, siapakah yang dapat mengeluhkan secara pantas ketetapan-ketetapan Allah? Siapakah yang dapat meragukan keadilan Yang Mahakuasa, terutama sewaktu kita mempertimbangkan nasib dari orang saleh dan orang jahat dalam keabadian? Santo Yohanes sekarang memerintah dengan mulia di Surga; sedangkan Herodes, Herodias, dan penari yang lancang itu terbakar di Neraka. Maka, lihatlah dan kagumilah keadilan Allah, dan janganlah pernah membiarkan diri anda mempertanyakan ketetapan-ketetapan Allah. Ia adil dan segala penghakiman-Nya dipenuhi kebijaksanaan ilahi.
II. Tarian putri Herodias yang tidak tahu malu itu menuntun kepada pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis. Sang Santo meninggal, karena Herodes, yang menyukai tariannya itu, telah berjanji di bawah sumpah, untuk memberikan kepadanya apa pun yang mungkin dimintanya. Atas nasihat ibundanya, ia meminta kepala dari pendahulu Kristus yang suci, yang diberikan sang Raja kepadaanya, yang percaya bahwa ia, oleh karena sumpahnya, wajib untuk memenuhi permintaannya. Dengan bertindak demikian, ia melakukan kesalahan yang berat; sebab tidak seorang pun wajib untuk memenuhi sumpah yang mengikatnya kepada dosa. Bagaimanapun, tetaplah benar bahwa tarian itu adalah sebab dari kematian St. Yohanes; dan hal ini menyebabkan banyak dari para Bapa suci untuk menuliskan tulisan-tulisan yang menentang hal menari. Berikut adalah rangkuman dari ajaran mereka: Tarian sendiri bukanlah dosa; tetapi, adalah suatu hal yang pasti bahwa tarian, seperti yang dilakukan pada masa kita, menuntun kepada banyak dosa, yang dilakukan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, dan seringkali menuntun kepada kejahatan yang pantas dihukum dengan Neraka. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak orang yang tidak bersalah telah jatuh ke dalah kejahatan lewat tarian, atau hanya dengan menghadiri tarian itu: kejahatan-kejahatan tidak akan pernah mereka lakukan jika saja mereka tidak melihat dan mendengar apa yang mereka lihat dan dengar pada perjamuan dan pesta.
Maka, para Bapa suci berkhotbah dengan tegas untuk menentang tarian, dan menasihati semua orang Kristiani untuk tidak melakukannya. St. Krisostomus ragu untuk tidak berkata bahwa iblislah yang membuat tarian, dan ia senang untuk berada di tengah-tengah orang yang melakukannya. ‘Allah tidak memberikan kita kaki untuk menari, melainkan untuk berjalan dengan kesucian’, adalah kata-katanya, ‘iblis menyebabkan orang-orang menari dan menari dengan mereka’. St. Efrem berkata: ‘Dari manakah tarian itu berasal? Siapakah yang mengajarkannya kepada orang-orang Kristiani? Memang, bukanlah Petrus, atau Paulus, atau Yohanes, atau siapa pun yang dipenuhi dengan Roh Allah; melainkan naga dari Neraka!’ ‘Dalam tarian’, ujar St. Ambrosius, ‘tidak ada kesederhanaan, tidak ada kesucian; terutama sewaktu dilakukan pada malam hari, tarian adalah rekan kejahatan. Putri dari seorang pezina, seperti putri dari Herodias, mungkin menari: tetapi siapa pun yang ingin hidup dengan murni dan suci, harus menghindarinya’. St. Carolus Borromeus, dari antara pedoman-pedomannya yang saleh, berkata demikian: ‘Tarian begitu berbahaya kepada moral Kristiani, harus disingkirkan sepenuhnya oleh umat beriman, sebab tarian menyebabkan banyak dosa melawan kemurnian, dan menyebabkan orang berfoya-foya, melakukan tindakan-tindakan jahat dan pembunuhan’. Demikian pula para Bapa suci yang lain berkata. Bilamana kita harus memercayai mereka atau dunia, yang berkata bahwa tarian itu bukan suatu kesalahan, anda dapat putuskan sendiri.
Saya hanya dapat berkata bahwa dari antara banyak santo-santa yang hidupnya saya pelajari, saya tidak menemukan satu pun penari suci, pria maupun wanita; tetapi saya sering membaca bahwa mereka yang ketagihan, untuk suatu waktu, terhadap kesenangan yang berbahaya ini, amat bertobat daripadanya, dan melakukan penitensi yang berat. Tidak pun saya telah menemukan di mana pun bahwa tarian disarankan sebagai suatu cara untuk hidup secara suci dan Kristiani. Saya tidak pernah mendengar ataupun membaca bahwa siapa pun yang berpulang dari suatu tarian menjadi lebih suci, ataupun bahwa ia menerima pada saat ia meninggal, penghiburan dari pikiran tentang jam-jam yang dihabiskannya untuk menari. Seringkali, bagaimanapun, saya telah membaca dan mendengar hal yang sebaliknya. Kita itdak perlu berbicara tentang hukuman yang telah dijatuhkan oleh Yang Mahakuasa untuk kesembronoan semacam itu di dunia ini. Berbahagialah orang yang dapat berkata bersama Sara yang suci: “Aku telah menjaga agar jiwaku bersih dari segala nafsu birahi. Tidak pernah aku mengambil bagian bersama mereka dalam sandiwara itu, tidak pun aku pernah mengambil bagian bersama mereka yang berjalan dalam keringanan” (Tobit III). Kata-kata mereka “yang berjalan dalam keringanan”, dimengerti, menurut St. Basilius, sebagai para penari yang sembrono.
Tentang sumpah yang tidak bijaksana dari Raja Herodes, para pembaca terkasih, saya harus memberikan kepada anda sedikit kata-kata pengajaran. Adalah suatu hal yang amat pasti bahwa Herodes tidak diwajibkan untuk memenuhi sumpahnya; sebab, sumpahnya itu haram dan jahat. Untuk memenuhi sumpah semacam itu adalah kesalahan. Maka orang-orang non-Katolik itu bersalah, yang tidak akan berkonversi kepada agama yang sejati, karena mereka berpikir bahwa mereka tidak boleh melanggar janji yang mereka buat pada komuni atau krisma pertama mereka, tetapi bahwa mereka wajib menjaganya. Mereka mengambil, pada waktu itu, suatu sumpah untuk tetap setia kepada agama mereka, karena mereka percaya bahwa agama Protestan yang mereka akui sebagai agama sejati, oleh karena itu, sumpah mereka sebaliknya mewajibkan mereka untuk keluar dari Protestantisme dan untuk bergabung ke dalam Gereja Katolik segera setelah mereka menjadi yakin bahwa Gereja Katoliklah satu-satunya Gereja Kristus. Adalah suatu dosa untuk tetap berada dalam bidah; siapa pun yang mengetahuinya berjanji untuk melakukan hal ini, melakukan dosa. Tetapi ia bahkan semakin berdosa dengan menjaga janji ini, sewaktu ia yakin akan kesalahnnya. Maka, ia tidak diwajibkan untuk menjaga janji atau sumpah ini, lebih dari ia, yang telah membuat sumpah, untuk tidak mengampuni sesamanya, atau untuk tidak pergi ke Gereja, diwajibkan untuk menjaga janji atau sumpahnya.
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari Rev. F.X. Weninger D.D., SJ, Lives of the Saints [Riwayat Hidup Santo-Santa], New York, P. O’Shea, Publisher, 1875, hal. 267-271
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...