Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
“Sebab para pelacur berbangga diri dalam aib serta praktik-praktik mereka yang memalukan, dan terbiasa mencemooh mereka yang hidup secara terhormat; sebab ‘roh yang saleh adalah kekejian bagi para pendosa’ [Sirakh 1:25].”
Akta-Akta Konsili Nicea II, Sesi 6, 787: “Penyimpangan dari kebenaran adalah pembutaan pikiran dan akal.”
St. Atanasius, Tentang Penjelmaan (#5), 318 M: “ … mereka telah menjadi tak terpuaskan dalam berbuat dosa. Sebab ada percabulan di mana-mana dan pencurian, dan seisi dunia penuh pembunuhan dan penjarahan. Dan adapun korupsi serta kejahatan, hukum sama sekali tidak diindahkan, namun segala macam kejahatan dilakukan di mana-mana, baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Kota-kota berperang satu sama lain, dan bangsa-bangsa bangkit melawan bangsa-bangsa; dan seluruh dunia dilanda huru-hara serta peperangan; setiap orang berlomba-lomba dengan sesamanya dalam perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum. Kejahatan-kejahatan melawan kodrat pun tidak jauh dari mereka, namun seperti yang dikatakan oleh Rasul dan saksi Kristus: Karena para wanita mereka mengubah fungsi yang wajar menjadi yang bertentangan dengan kodrat, dan demikian juga para pria, dengan meninggalkan fungsi wanita yang wajar, para pria terbakar oleh hawa nafsu mereka seorang terhadap yang lain, laki-laki dengan laki-laki melakukan perbuatan-perbuatan keji, dan mereka sendiri menerima ganjaran yang setimpal dengan kesesatan mereka.”
“Pada zaman Kaisar Valens (abad ke-4), Basilius hampir menjadi satu-satunya Uskup yang ortodoks di seluruh Dunia Timur yang berhasil mempertahankan yurisdiksi takhtanya … Jika hal ini sama sekali tidak memiliki makna yang lain bagi manusia modern, hendaknya suatu pengetahuan akan sejarah Arianisme setidak-tidaknya membuktikan bahwa Gereja Katolik tidak memperhitungkan popularitas dan jumlah dalam hal membentuk dan menjaga doktrin: jika tidak, sejak masa yang lampau itu, kita akan harus meninggalkan Basilius, Hilarius, Atanasius, dan Liberius serta Ossius dan menyebut diri kita sendiri pengikut Arius.” (W.A. Jurgens, The Faith of the Early Fathers [Iman Bapa-Bapa Gereja Perdana], Vol. 2, hal. 3.)
St. Basilius, Surat 224: “Mereka telah menulis, sebagaimana yang telah mereka tulis, karya yang sepenuhnya – atau hampir sepenuhnya, sebab saya tidak ingin melebih-lebihkan – dusta, dalam rangka meyakinkan manusia dan bukan Allah, dan demi menyenangkan manusia dan bukan Allah, yang bersama-Nya tiada yang lebih berharga daripada kebenaran.”
St. Robertus Bellarminus: “ … dalam diri Allah, tiada apa-apa selain esensi dan relasi ....” (De Christo, Buku II, Bab 26)
“Di sini, ia [St. Ansgarius – abad IX] tinggal bersama rekan-rekan yang sedkit jumlahnya, dan setiap kali bisa terbebas dari pengkhotbahan dan tanggung jawab gerejawi serta gangguan-gangguan yang ditimbulkan oleh para penyembah berhala, ia tinggal di sini seorang diri, namun ia tidak pernah membiarkan kenyamanan dirinya sendiri, ataupun cintanya akan kesendirian, mengganggu kepentingan-kepentingan kawanan domba yang telah dipercayakan kepadanya.” (Ansgarius, Rasul Bangsa Utara)
Konsili Konstantinopel IV (869-870), Sesi 8, Para Legatus Romawi: “Bagi semua kaum bidah, anatema! … Bagi mereka yang dengan sepengetahuan mereka berkomunikasi dengan mereka yang menghina dan menista gambar-gambar terhormat, anatema! Bagi mereka yang berkata bahwa yang telah menyelamatkan kita dari berhala-berhala itu lain dari Kristus Allah kita, anatema! Bagi mereka yang berani berkata bahwa Gereja Katolik pernah menerima berhala, anatema!”
St. Vincentius A Paulo (1635): “Gemetar diri saya, ketika memikirkan jumlah jiwa yang terus-menerus hidup dalam keadaan pengutukan!”
St. Yohanes Krisostomus (370): “Maka marilah kita dalam segala hal menempatkan iman kita dalam Allah dan tak menentang-Nya dalam apa pun juga, sekalipun jua yang dikatakan tampak berlawanan dengan akal kita serta apa yang kita lihat. Hendaklah firman-Nya menjadi otoritas tertinggi bagi akal dan penglihatan.”
Paus St. Gregorius VII (1082): “Janganlah heran, saudara-saudaraku yang amat terkasih, kalau anda dibenci dunia, sebab kita sendiri juga membangkitkan amarahnya terhadap diri kita sewaktu kita bertekad melawan hasratnya dan mengutuk pekerjaan-pekerjaannya. Sebab tidaklah mengherankan, kalau para pangeran dunia ini serta orang-orang kuasa di zaman ini membenci kita … karena menjauhi kebobrokan mereka ….”
St. Robertus Bellarminus tentang relasi dalam Tritunggal: “Ada beberapa orang yang membandingkan Bapa dengan mata air, yang memberi dan tidak menerima; Putra dengan Sungai, yang menerima dan memberi; Roh Kudus dengan danau, yang menerima dan tidak mengalihkan airnya ke tempat lain.” (De Christo, Buku II, Bab 27)
St. Vincentius Ferrer: “Yesus Kristus, yang telah mengajarkan kerendahan hati kepada kita melalui teladan-Nya sendiri, menyembunyikan kebenaran-Nya dari orang angkuh, dan hanya mewahyukannya kepada orang rendah hati.”
St. Sirilus dari Yerusalem (350): “Maka asas dan ajaran agung Gereja Katolik, adalah kepercayaan akan kebangkitan orang mati -- asas agung yang paling diperlukan, namun ditentang banyak orang … orang-orang Yunani menentangnya, orang-orang Samaria tidak memercayainya, kaum bidah memutilasinya.”
“ … Allah tidak menyayangkan para malaikat yang dahulu berdosa, namun membelenggu mereka dengan rantai alam maut dan mencampakkan mereka ke dalam Neraka agar disiksa, dan disimpan untuk pengadilan.” (2 Pet. 2:4 - Alkitab Douay-Rheims)
Kesalahan-Kesalahan Petrus Abelardus #10: “Bahwa mereka tidak berdosa, mereka yang, akibat ketidaktahuan, telah menyalibkan Kristus, dan bahwa segala sesuatu yang dilakukan karena ketidaktahuan tidak boleh dianggap dosa.” – Dikutuk.
“Di Antiokhia, St. Hieronimus jatuh sakit parah, dan bertekad untuk selama-lamanya meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi dirinya dari Allah. Besar sekali cintanya akan sastra Latin Klasik lama dan tidak disukainya gaya bahasa Kitab Suci yang tidak anggun. Dalam sebuah mimpi yang telah digambarkannya kepada kita dengan sangat rinci, Kristus tampak padanya dalam rupa seorang hakim yang keras, yang menegurnya berat-berat dan mencambuknya tanpa belas kasihan karena dia lebih peduli menjadi pengikut Cicero yang baik daripada menjadi orang Kristen yang baik. Ketika terbangun, ia bersumpah sejak hari itu akan membaktikan kecerdasannya demi kajian Kitab Suci.” (Laux, Church History [Sejarah Gereja], hal. 136)
“Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat --yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus--dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa.” (1 Tim. 6:3-4)
^