Pada perayaan Jumat Agung dan ibadat Sabtu Suci di tahun 2010, Benediktus XVI mengenakan mitra yang menampilkan Bintang Daud. Orang-orang sungguh perlu mempertimbangkan makna dari tindakan Benediktus XVI ini, yang mengenakan simbol semacam itu pada mitranya. Bintang Daud adalah suatu simbol yang berhubungan dengan agama Yahudi serta simbol yang ada di bendera negara Yahudi Israel.
Pikirkanlah dalam-dalam, mengapakah orang yang disebut-sebut sebagai pemimpin Gereja Kristiani menampilkan simbol itu di mitranya? Dan ia bukan hanya mengenakannya sesekali. Ia malah sering mengenakannya. Dan Benediktus XVI kelihatannya mengenakan simbol itu untuk acara-acara yang terpenting, misalnya, seperti yang telah saya katakan, ia mengenakannya untuk ibadat Jumat Agung dan untuk Sabtu Suci.
Apakah yang dia coba katakan kepada kita? Saya akan biarkan anda merenungkannya. Tetapi, sewaktu anda menghubungkan tindakannya ini dengan fakta bahwa ia adalah bidah dan Anti-Paus yang menyangkal Kristus, yang menyangkal Kepausan, dan menyangkal dogma Katolik, kami percaya bahwa ada suatu makna yang penting dalam keputusannya untuk sering mengenakan simbol ini.
Suatu hal lain yang sangat menarik, adalah bahwa pada ibadat Jumat Agung itu, yang bertempat di Basilika St. Petrus, Benediktus XVI berada di sana. Saya percaya bahwa banyak dari pria yang disebut-sebut sebagai kardinal dari Gereja Vatikan II berada di sana. Banyak “imam” Sekte Vatikan II berada di sana.
Pada ibadat ini, salah satu dari anggota Gereja Vatikan II membacakan dengan suara lantang versi Novus Ordo dari Doa untuk Orang-Orang Yahudi pada Hari Jumat Agung. Dan seperti yang telah kami tunjukkan, Misa Baru mengubah doa tradisional yang dipanjatkan pada hari Jumat Agung demi berkonversinya orang-orang Yahudi. Doa ini diubah menjadi suatu doa yang sepenuhnya bidah dan murtad, yang memohon agar orang-orang Yahudi tumbuh di dalam kesetiaan kepada perjanjian Allah; dalam kata lain, doa ini menyatakan bahwa orang-orang Yahudi setia kepada Allah, dan bahwa mereka tetap memiliki suatu perjanjian yang sejati dengan Allah.
Pada saat ibadat Jumat Agung ini di Basilika St. Petrus, yang dipadati oleh para anggota dari Sekte Vatikan II yang berkedudukan tinggi, mereka membacakan doa berikut dengan suara lantang di hadirat Benediktus XVI yang mendengarkannya:
“Marilah berdoa untuk untuk orang-orang Yahudi: semoga Tuhan Allah kita, yang telah memilih mereka sebagai umat yang pertama dari segenap umat manusia untuk menerima sabda-Nya, membantu mereka untuk senantiasa tumbuh dalam cinta akan nama-Nya dan dalam kesetiaan terhadap perjanjian-Nya.”
TANGGAPAN BENEDIKTUS XVI:
“Allah yang Mahakuasa dan Kekal, yang telah membuat janji-janji-Mu kepada Abraham dan para keturunannya, dalam kerahiman-Mu, dengarkanlah doa-doa Gereja-Mu, agar umat sulung-Mu layak untuk memperoleh genapnya Penebusan ….”
Maka dari itu, doa yang jelas sesat ini secara publik diserukan di hadirat Benediktus XVI dan ditanggapi olehnya. Kejadian itu sendiri akan membuktikan bahwa Benediktus XVI bukanlah Sri Paus. Kelakuannya itu adalah suatu penolakan penuh terhadap dogma Katolik, dan suatu perwujudan yang jelas akan teologi yang baru, agama baru Vatikan II serta Nostra Aetate #4 yang mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi tidak lagi ditolak, bahwa orang-orang Yahudi tidak boleh dipandang sebagai telah ditolak. Tonton juga video kami: Bidah Yahudi Vatikan II.
Demikianlah ajaran dari Dekret Vatikan II tentang agama-agama non-Kristiani. Sebaliknya, orang-orang Yahudi didoakan agar mereka bertumbuh dalam kesetiaan terhadap perjanjian Allah.
Peristiwa ini menangkap kemurtadan sekte Vatikan II yang terkadang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata – peristiwa di mana Benediktus XVI berada di dalam Basilika St. Petrus, dan memanjatkan doa yang baru ini agar pada dasarnya, agama Yahudi mengalami pertumbuhan.
Doa tradisional Jumat Agung berdoa untuk
“orang-orang Yahudi yang durhaka, agar Tuhan dan Allah kita mengangkat selubung hati mereka, dan agar mereka mengakui Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Cukup dengan melihat perbedaan dari kedua doa ini, kita dapat menyaksikan dengan jelas betapa berbedanya agama Vatikan II dari agama Katolik tradisional.
Dan orang-orang begitu mudahnya disesatkan, karena mereka akan mengungkit-ungkit fakta bahwa Benediktus XVI mengizinkan penggunaan suatu versi dari Misa Tridentina dan versi Doa untuk Konversi Orang-Orang Yahudi dari Misa tersebut, atau suatu versi yang diperlemah dari doa itu. Tetapi, sanggahan mereka tidak berguna, karena Benediktus XVI menerima doa yang baru itu. Ia menyerukan doa yang baru tersebut. Ia adalah seorang pemurtad. Kenyataan bahwa ia memberikan izin kepada orang-orang untuk menggunakan suatu versi tradisional dari doa itu sama sekali tidak berarti apa-apa. Tetapi, hal ini sungguh memperlihatkan betapa orang-orang amat mudah disesatkan.
Di dalam konteks ini, kami juga perlu menyebutkan pesan Benediktus XVI sehubungan dengan mantan Kepala Rabi Roma. Benediktus XVI berkata bahwa mantan Kepala Rabi Roma, yang pada waktu itu masih hidup, memiliki keselamatan. Benediktus XVI mengirimkan sebuah pesan ucapan selamat kepada mantan Kepala Rabi Roma yang bernama Elio Toaff untuk ulang tahunnya yang ke-95. Di dalam pesan yang ditujukan kepada orang Yahudi itu, yang di sepanjang hidupnya menolak Yesus Kristus dan agama Katolik, Benediktus XVI berkata bagaimana
“Tuhan telah menguatkan jiwa anda, membimbing anda pada jalan yang benar, bahkan melalui lembah yang terkelam, pada masa penganiayaan dan pemusnahan Orang-Orang Yahudi. Tuhan di dalam rencana-rencana-Nya yang tersembunyi telah menghendaki agar anda untuk memiliki suatu pengalaman keselamatan-Nya yang istimewa, dan dengan demikian, anda menjadi suatu tanda harapan untuk kelahiran kembali bagi banyak dari saudara-saudari anda.”
Pernyataan ini bukan hanya suatu kemurtadan penuh, tetapi kami berpendapat bahwa ada suatu hal yang lain yang sedang terjadi.
Pertama, seseorang yang akan berkata bahwa Benediktus XVI tidak menyangkal dogma Katolik di hadapan fakta ini sederhananya adalah seorang pendusta. Dan anda berdosa berat setiap kali anda membuat pernyataan itu. Misalnya, Syahadat Atanasius menyatakan bahwa seseorang perlu percaya akan Yesus Kristus dan iman Katolik untuk keselamatan.
Adakah orang yang akan berkata bahwa Benediktus XVI sungguh percaya akan dogma keselamatan, sewaktu ia berkata kepada mantan Kepala Rabi Roma bahwa orang Yahudi itu memiliki keselamatan? Tentunya, Benediktus XVI tidak percaya akan dogma itu. Untuk menyatakan bahwa ia percaya adalah suatu dusta.
Tetapi, peristiwa ini bukan hanya suatu contoh dari bidah dan kemurtadan yang mencengangkan. Saya percaya bahwa peristiwa ini menunjukkan bahwa Benediktus XVI secara sengaja memampangkannya di depan muka orang-orang. Karena ia bukan hanya berkata bahwa orang Yahudi itu memiliki keselamatan – yang secara langsung berlawanan dengan dogma Katolik, tetapi, ia berkata bahwa mantan kepala Rabi Roma itu telah menjadi suatu tanda harapan untuk kelahiran kembali bagi saudara-saudaranya!
Lantas, bagaimana memangnya Yesus Kristus Tuhan kita mengasosiasikan keselamatan? Tuhan Yesus mengasosiasikan keselamatan dengan keperluan untuk dilahirkan kembali. Anda dilahirkan kembali di dalam Yesus melalui air dan Roh Kudus. Anda harus dilahirkan kembali di dalam Kristus untuk memperoleh keselamatan.
Jadi, di dalam konteks di mana Benediktus berkata kepada mantan kepala Rabi Roma itu bahwa ia memiliki keselamatan, ia juga berkata bahwa orang Yahudi itu adalah suatu tanda harapan untuk kelahiran kembali bagi saudara-saudaranya, yang tidak menerima pembaptisan, yang tidak menerima agama Katolik, yang tidak menerima Tuhan.
Dan Benediktus XVI memampangkannya persis di muka orang, yang menurut saya merupakan suatu petunjuk lain bahwa ia bukan hanya seorang Anti-Paus yang satanik dan fasik, seorang bidah dan pemurtad terang-terangan. Tetapi, kita berhadapan dengan seorang pria yang akrab dengan rencananya sendiri. Seperti yang telah kami tunjukkan di dalam materi kami, persis sebagaimana Yohanes Paulus II secara sengaja dan secara sadar mengkhotbahkan bahwa manusia adalah Kristus dengan berbagai cara yang samar, Benediktus XVI memampangkan ajaran sesatnya persis di muka orang-orang, ia kiasannya berkata, Ya, saya akan berkata bahwa mereka memiliki kelahiran kembali! Saya akan berkata bahwa mereka memiliki keselamatan!
Tindakan itu persis menentang dogma Katolik. Jadi, itu adalah suatu contoh lain dari kemurtadan yang mencengangkan dari sang Anti-Paus.
Halo apakah bangsa Yahudi masih bangsa perjanjian Tuhan?
Halo – jawabannya adalah tidak.
Gereja Katolik telah mengajarkan secara dogmatis bahwa setelah Injil dipermaklumkan, ketaatan terhadap ritus-ritus & upacara-upacara Perjanjian Lama merupakan dosa (seturut surat bulla Cantate Domino dari Konsili Florence).
Surat ensiklik Paus Pius XII Mystici Corporis (1943), #30-31:
“ … Perjanjian Baru telah mengambil alih Hukum Lama yang telah dihapuskan … Yesus telah membuat batal Hukum Lama dengan ketentuan-ketentuannya … ‘Lalu’, ujar St. Leo Agung, sewaktu ia berbicara tentang Salib Tuhan kita, ‘terjadi suatu perpindahan yang sedemikian rupa dari Hukum Lama kepada Injil, dari Sinagoga kepada Gereja, dari banyak kurban kepada satu Kurban, sehingga, sewaktu Tuhan kita wafat, tabir mistis yang menyembunyikan bagian terdalam dari bait dan rahasianya yang kudus, telah terkoyakkan dengan dahsyat dari atas ke bawah.’ Di Salib, oleh karena itu, Hukum Lama telah mati; dan akan segera dikuburkan dan menjadi suatu pembawa kematian.”
Umat Kristiani yang sejati, yakni umat Katolik, dan bukan orang-orang Yahudi adalah bangsa pilihan Allah. St. Petrus menghancurkan segala gagasan bahwa umat selain umat Kristiani adalah bangsa pilihan Allah.
1 Pet. 2:9 – “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang Ajaib ….”
Bangsa pilihan Allah bukan bangsa yang secara jasmani merupakan (ataupun yang bergabung kepada) keturunan Abraham, melainkan orang-orang yang dilahirkan kembali secara rohani di dalam Kristus dan menjaga iman sejati-Nya.
Entahlah Bruder
Saya heran dengan protestan khususnya kharismatik yang terlihat terlalu mengagung-agungkan bangsa Yahudi membuat seolah olah bangsa Yahudi diatas segala galanya
Pandangan semacam itu adalah bidah. Orang-orang Protestan itu perlu diberitahukan agar berkonversi dan memeluk iman Katolik (boleh dibagikan link situs kami). Pandangan mereka tentang orang-orang Yahudi berlawanan dengan ajaran Perjanjian Baru yang begitu banyak tentang orang-orang yang menolak Yesus Kristus (seperti orang-orang Yahudi).
Beberapa ayatnya sebagai berikut:
Yoh. 8:24 – “Sebab, jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, maka kamu akan mati dalam dosa-dosamu.”
Mat. 10:33 – “Tetapi barangsiapa akan menyangkal Aku di hadapan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di hadapan Bapa-Ku yang ada di dalam Surga.”
Kis. 13:46 – “Kepada kalianlah pantas adanya bagi kami untuk mewartakan sabda Allah: tetapi karena kalian menolaknya, dan menilai diri kalian sendiri tidak pantas untuk beroleh kehidupan kekal, lihatlah kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.”
Gereja sudah mendogmakan secara spesifik bahwa orang-orang Yahudi akan masuk ke dalam Neraka jika mereka tidak berkonversi kepada Gereja sebelum mereka mati. Ajaran ini harus diterima secara mutlak.
Paus Eugenius IV, Konsili Florence, Surat bulla Cantate Domino, 1442:
“ Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui dan berkhotbah bahwa ‘semua orang yang berada di luar Gereja Katolik, bukan hanya orang-orang pagan tetapi juga Yahudi … akan masuk ke dalam api yang kekal yang telah disiapkan untuk iblis dan para malaikatnya,’ [Matius 25, 41] kecuali jika mereka bergabung ke dalam Gereja sebelum akhir hidup mereka ….”
Saya harap video ‘Jews Are Not Israel Or The Chosen People’ dapat diterjemahkan untuk melawan pandangan sesat itu. Sangat mengherankan bagi saya untuk melihat penyembahan Yahudi dan negara Israel menyebar luas di antara para bidah Protestan di Indonesia layaknya seperti di antara para bidah di Amerika Serikat…
Bruder dialog antar agama dan doa lintas agama apakah katolik
Halo – video kami yang satu ini membahas hal tersebut:
Vatikan II Adalah Agama Baru (Bukti Visual)
https://vatikankatolik.id/vatikan-ii-agama-baru/
“Dialog antaragama” dan “doa lintas agama” tidak diizinkan untuk umat Katolik. Hal semacam itu sudah dikutuk di dalam surat ensiklik Mortalium Animos dari Paus Pius XI.
Paus Pius XI, Mortalium Animos (# 11), 6 Jan. 1928:
“Maka, Saudara-Saudara yang Terhormat, jelaslah mengapa Takhta Apostolik ini tidak pernah mengizinkan umat-umatnya untuk mengambil bagian di dalam perkumpulan-perkumpulan orang-orang non-Katolik ….”
Tetapi doa lintas agama bersama orang-orang bidah dan skismatis justru dianjurkan oleh Vatikan II di dalam Unitatis Redintegratio #8. Ajaran sesat ini adalah bidah yang sangat merajalela di dalam sekte Vatikan II.