Surat Bulla tentang Persatuan dengan Orang-Orang Yunani, Armenia, Yakobit, “Laetentur Caeli”

6 Juli 1439

Dekret untuk orang-orang Yunani

[Prosesi Roh Kudus]

“Dalam nama Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra, dan Roh Kudus, dengan persetujuan dari Konsili Florence yang kudus dan universal ini, Kami mendefinisikan kebenaran tentang iman ini agar dipercayai dan diterima oleh semua orang Kristiani, dan agar dengan demikian semua orang mengakuinya: bahwa Roh Kudus berasal secara abadi dari Bapa dan Putra, dan bahwa Ia memiliki esensi-Nya dan keberadaan-Nya sendiri yang subsisten dari Bapa bersama dengan Putra, dan bahwa Ia berasal secara abadi dari keduanya sebagai dari satu pokok dan dari satu spirasi [embusan] yang esa (lihat Konsili Lyon II); Kami menyatakan bahwa apa yang dikatakan oleh para Doktor dan Bapa yang kudus, yakni, bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa melalui Putra, mengacu kepada pengertian berikut, bahwa oleh ungkapan ini, maknanya adalah bahwa Putra, menurut orang-orang Yunani, juga merupakan sebab, dan menurut orang-orang Latin, pokok dari subsistensi Roh Kudus, sebagaimana adanya dengan Bapa. Dan karena semua yang dimiliki oleh Bapa, diberikan oleh Bapa sendiri kepada Putra-Nya yang tunggal, dalam kelahiran [Putra], dengan pengecualian keberadaan-Nya sebagai Bapa, kenyataan bahwa Roh Kudus berasal dari Putra dimiliki oleh Putra sendiri dari Bapa secara abadi, yang oleh-Nya Ia juga dilahirkan secara abadi.

Di samping itu, Kami mendefinisikan bahwa penjelasan yang terkandung di dalam kata-kata ‘dan Putra’ [‘Filioque’] telah ditambahkan kepada Syahadat secara sah dan wajar demi menerangkan kebenaran tersebut dan oleh karena suatu kebutuhan yang pada waktu itu mendesak.

Demikian pula, di dalam roti gandum, yang beragi maupun yang tidak beragi, Tubuh Kristus sungguh-sungguh dihasilkan dan para imam harus menghasilkan Tubuh Tuhan sendiri dalam salah satu dari roti ini, yakni, masing-masing menurut kebiasaan dari Gerejanya, baik Gereja Barat maupun Gereja Timur.

 [Nasib orang yang mati]

Demikian pula, jika orang-orang yang bertobat sungguh-sungguh mati di dalam kasih Allah, sebelum, lewat buah-buah yang pantas dari penitensi, membuat pemuasan atas kesalahan-kesalahan mereka yang dilakukan melalui perbuatan-perbuatan maupun kelalaian, jiwa-jiwa mereka dimurnikan setelah kematian mereka melalui hukuman-hukuman pemurnian dan, agar mereka diangkat dari hukuman-hukuman dari nasib tersebut, pertolongan-pertolongan dari para umat beriman yang masih hidup berguna bagi mereka, yakni: persembahan-persembahan Misa, doa-doa serta derma-derma, dan karya-karya kesalehan lain yang biasanya dilaksanakan oleh para umat beriman bagi umat beriman yang lain, sesuai dengan perintah-perintah Gereja.

Dan jiwa-jiwa dari orang-orang yang, setelah menerima pembaptisan, tidak dinodai sama sekali oleh dosa apa pun, serta jiwa-jiwa yang, setelah dinodai oleh dosa, dimurnikan, baik di dalam tubuh-tubuh mereka, maupun sekalinya mereka terlepas dari tubuh-tubuh yang sama, dengan cara yang dikatakan di atas, mereka juga segera diterima di Surga dan menatap dengan jelas Allah Tritunggal sendiri, sebagaimana diri-Nya ada, tetapi beberapa dengan lebih sempurna daripada yang lainnya sesuai dengan keberagaman jasa-jasa mereka.

Sedangkan jiwa-jiwa dari orang-orang yang meninggal dalam dosa berat yang nyata atau hanya di dalam dosa asal, mereka langsung turun ke dalam Neraka, bagaimanapun, mereka akan dihukum dengan hukuman yang berbeda-beda.

 [Tingkatan Takhta Patriarkat; Keutamaan Takhta Roma]

Kami juga mendefinisikan bahwa Takhta Suci apostolik dan Sri Paus Roma memiliki keutamaan atas seluruh alam semesta dan bahwa Paus Roma adalah penerus Petrus yang terberkati, Pangeran para Rasul dan vikaris Kristus yang sejati, kepala segenap Gereja, Bapa dan Doktor semua orang Kristiani, dan bahwa kepadanyalah telah diwariskan oleh Tuhan kita Yesus Kristus, di dalam Petrus yang terberkati, kekuatan penuh untuk menggembalakan, untuk memimpin dan untuk memerintah Gereja universal, sebagaimana yang termuat di dalam akta-akta konsili-konsili ekumenis dan di dalam kanon-kanon suci.

Kami juga memperbarui  aturan yang diberikan saksi oleh kanon-kanon untuk para Patriark lainnya yang terhormat, sedemikian rupa sehingga Patriark dari Konstantinopel menjadi yang kedua setelah Paus Roma yang amat suci, Patriark dari Aleksandria ketiga, Patriark dari Antiokhia keempat dan Patriark dari Yerusalem kelima, di mana tentunya hak-hak istimewa serta hak-hak mereka utuh.”

Catatan kaki:

Diterjemahkan dari Denzinger 1300-1305:

• Sumber utama: versi berbahasa Prancis
• Sumber pendamping: versi berbahasa Inggris