“Romo” Eli Surya Abadi, Pemurtad Banyuwangi, Berdoa Lintas Agama untuk “Hari Lahir Pancasila”

Gambar: Ardian Fanani

Banyuwangi - “Memperingati Hari Lahir Pancasila, para tokoh lintas agama di Banyuwangi menggelar doa bagi bangsa. Mereka juga berdoa agar Pandemi COVID-19 ini cepat berlalu dan diberi keselamatan dalam melaksanakan era new normal yang rencananya akan diterapkan pemerintah.

Doa bagi bangsa lintas agama ini dilakukan di Gereja Kristen Jawa Wetan (GKJW) Banyuwangi, Senin (1/6/2020). Seluruh perwakilan tokoh agama hadir dalam kegiatan itu.

Tokoh Islam hadir KH. Ahmad Musytaha, Kristen Pendeta Kristanto, Katolik Romo Eli Surya Abadi, Hindu diwakili Putu Yasa, Budha diwakili Banthe Tejapunno Selain itu kegiatan tersebut juga dihadiri perwakilan dari Kepolisian yakni Kapolsek Banyuwangi AKP Ali Masduki.

Terdapat hiasan lilin yang ditata berbentuk hati di depan para tokoh lintas agama. Ini sebagai simbol cinta kepada negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan agama yang berbeda-beda.

'Ini adalah doa bagi bangsa yang kami inisiasi bersama FKUB (Forum Kerukunan antar Umat Beragama) dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila di tengah Pandemi COVID-19 ini', kata Pendeta Kristanto selaku inisiator kegiatan Doa Bagi Bangsa kepada wartawan, Senin (1/6/2020).”

***

Bukan hanya “doa” lintas agama ini dilakukan di dalam “gereja” Protestan yang bidah, tetapi kita juga membaca bahwa seorang “Pastor” Vatikan II (Novus Ordo) ini berpartisipasi di dalamnya, di mana terdapat pula berbagai sekte yang menyangkal keilahian Kristus serta memuja berhala. Ini adalah dukungan sekte Vatikan II terhadap bidah indiferentisme yang telah dikutuk oleh Gereja.

Paus Gregorius XVI, Mirari Vos, 15 Agustus 1832: “Indiferentisme adalah pendapat yang mematikan yang tersebar di mana-mana oleh muslihat orang-orang jahat, yang menyatakan bahwa seseorang dapat memperoleh keselamatan kekal bagi jiwanya lewat pengakuan iman apa pun, selama moralitas dijaga sesuai dengan keadilan.... Dengan teguran dari sang rasul,[16]  “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan”, semoga mereka menjadi takut, yaitu orang-orang yang membuat-buat ide bahwa dermaga keselamatan terbuka kepada orang-orang dari agama apa pun. Mereka harus mempertimbangkan kesaksian Kristus sendiri bahwa “mereka yang tidak bersama-Nya melawan-Nya” dan mereka yang tidak bersama-Nya akan tercerai-berai dengan tidak bahagia. Maka, “tanpa keraguan, mereka akan binasa selamanya, kecuali mereka berpegang kepada iman Katolik secara penuh dan utuh”.