^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Khotbah St. Yohanes Maria Vianney tentang Penderitaan - Minggu Ketiga Setelah Paskah
Amen, amen dico vobis : quia plorabitis et flebitis vos; mundus autem gaudebit.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira (St. Yohanes 16:20)
“Saudara-saudara, siapakah yang dapat mendengar, tanpa merasa terkejut, gaya bahasa yang digunakan oleh sang Juru Selamat kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke Surga, saat berkata kepada mereka bahwa hidup mereka hanya akan dipenuhi air mata, salib, dan penderitaan; sedangkan orang-orang duniawi menyerahkan diri mereka sendiri kepada sukacita yang edan dan tertawa bagaikan orang gila? Santo Agustinus berkata kepada kita: ‘Orang-orang duniawi, yakni orang fasik, bukan berarti tidak memiliki penderitaan, sebab masalah dan kekecewaan adalah hasil dari hati nurani yang jahat, dan hati yang tidak bermoral mendapatkan siksaan dalam ketidakbermoralannya sendiri’. Sayang sekali! Mereka dipenuhi oleh kutukan yang diucapkan oleh Yesus Kristus terhadap orang-oragn yang hanya ingin bersenang-senang dan bergembira.
Santo Agustinus
Bagian yang didapatkan oleh orang-orang Kristiani yang baik sungguh berbeda: mereka harus berteguh untuk hidup dalam derita dan ratapan; tetapi, mereka akan berpindah dari tangis dan penderitaan mereka kepada sukacita dan kenikmatan yang tidak terbatas dalam kebesaran dan jangka waktunya; dibandingkan dengan orang-orang duniawi, yang setelah beberapa saat mereka mendapat kegembiraan yang bercampur dengan begitu banyak kepahitan, akan hidup selamanya di dalam api. Terkutuklah kalian, kata Yesus Kristus kepada mereka, kalian yang hanya berpikir untuk bersenang-senang, karena kenikmatan kalian akan menghasilkan untuk diri kalian kejahatan yang tidak terbatas dalam tempat pengadilan-Ku. Ah! Ia pun berkata kepada para Kristiani yang baik, terberkatilah kalian yang sehari-hari hidup dalam air mata, sebab kelak Aku sendirilah yang akan menghibur kalian. Maka, saya akan menunjukkan kepada anda sekalian, saudara-saudara, bahwa salib, kemiskinan, kebencian, dan penderitaan adalah bagian dari hidup seorang Kristiani yang ingin menyelamatkan jiwanya dan yang ingin menyenangkan Allah. Seseorang harus menderita di dalam hidup ini, jika tidak, ia tidak akan pernah dapat berharap untuk melihat Allah di Surga. Mari menelaah hal ini dengan lebih cermat.
Saya berkata pertama-tama bahwa semenjak kita diangkat menjadi anak-anak Allah, kita memanggul sebuah salib yang hanya akan terlepas dari diri kita pada saat kita meninggal. Beberapa kali sewaktu Yesus Kristus berkata tentang Surga, Ia tidak pernah lalai untuk berkata bahwa hanya oleh salib dan penderitaanlah kita menjadi pantas untuk mendapatkan Surga: ‘Pikullah salibmu, Yesus berkata kepada kita, dan ikutilah Aku, bukan untuk satu hari, sebulan, setahun, melainkan seumur hidupmu.’ Santo Agustinus berkata: ‘Tinggalkanlah kenikmatan dan kegembiraan kepada orang-orang yang duniawi; tetapi untuk kalian, kalian yang adalah anak-anak Allah, menangislah dengan anak-anak Allah’. Penderitaan dan penganiayaan sangatlah bermanfaat untuk kita dalam dua hal. Pertama-tama, di dalam penderitaan dan penganiayaan, kita menemukan cara yang amat manjur untuk membayar dosa-dosa kita di masa lalu, sebab, di dunia ini, atau di dunia yang akan datang, kita harus menanggung kesakitan akibat dosa-dosa tersebut. Di dalam dunia ini, besarnya dan lamanya rasa sakit itu terbatas: Allah yang rahim hanya menghukum kita karena Ia memiliki rencana kerahiman yang besar bagi diri kita; Ia membuat kita menderita untuk sesaat, untuk membuat kita bahagia selamanya. Betapa pun besarnya kesakitan kita, kesakitan itu hanya disebabkan oleh jari kelingking-Nya yang menyentuh kita; sedangkan di dalam kehidupan yang akan datang, penderitaan serta siksaan yang akan kita tanggung akan dihasilkan oleh kekuatan-Nya serta murka-Nya. Tampaknya Ia akan berusaha sekeras mungkin untuk membuat kita menderita. Kita akan ditimpa kejahatan yang tidak terbatas besar dan jangka waktunya.
Yesus memanggul salib
Di dunia ini, kesakitan kita dilembutkan oleh penghiburan dan pertolongan yang kita temukan dalam agama kita yang suci; tetapi, dalam kehidupan yang akan datang, tiada penghiburan ataupun kelembutan: sebaliknya, segala hal tampaknya akan membuat kita menjadi berputus asa. Oh! Terberkatilah orang Kristiani yang melewatkan hidupnya dalam air mata dan penderitaan, sebab ia akan dapat menghindari kejahatan yang begitu besar dan memperoleh kenikmatan serta sukacita abadi yang begitu banyak! Ayub, sang orang kudus, berkata bahwa hidup manusia hanyalah rentetan dukacita. Marilah membahas dengan lebih rinci. Memang, jika kita masuk ke rumah-rumah, kita menemukan di mana-mana salib Yesus Kristus; di sini, orang kehilangan harta, ketidakadilan yang menyebabkan sebuah keluarga miskin menjadi menderita; di sana, penyakit yang membuat seorang pria terpaku di ranjangnya untuk melewatkan harinya dengan kesakitan; di tempat lain, seorang wanita malang, yang air matanya berlinang di atas rotinya, menderita akibat suaminya yang kejam dan tidak beragama.
Ayub, orang kudus dari Perjanjian Lama
Di tempat lain, orang-orang tua yang miskin yang ditolak dan dibenci oleh anak-anak mereka tenggelam dalam kesedihan dan dukacita. Jika saya menoleh ke tempat lain, saya melihat kesedihan terlukiskan di dahi orang ; jika saya bertanya alasannya, ia membalas bahwa ia telah dituduh suatu hal yang tidak pernah dipikirkannya. Akhirnya, di tempat lain, saya mendengar teriakan dalam sebuah rumah akibat seseorang yang kehilangan seorang ayah, ibu, atau anak. Itulah pada umumnya, saudara-saudara, apa yang membuat hidup manusia begitu sedih dan menderita, jika kita hanya mempertimbangkan hal-hal tersebut secara manusiawi, tetapi jika kita memandang dari sudut pandang agama, kita akan melihat betapa menyedihkannya diri kita ini sewaktu kita mengeluh dan mengesah, seperti yang kita lakukan. Pertama-tama, saya akan memulai dengan berkata bahwa apa yang membuat anda begitu menderita, adalah bahwa anda selalu memandang kepada orang-orang yang hidupnya lebih baik daripada anda. Orang miskin, dalam kesusahan akibat kemiskinannya, ia bukannya berpikir tentang para kriminal yang dipenjara atau yang kehilangan hidup mereka ; ia malah menolehkan pikirannya kepada rumah orang kaya, yang dipenuhi harta dan kenikmatan. Orang yang sakit, sama sekali tidak berpikir tentang siksaan yang ditanggung oleh orang-orang terkutuk di dalam api, yang diremukkan oleh murka Allah, yang siksaannya yang abadi tidak akan pernah dapat menghapuskan dosa-dosa dirinya ; ia malah memalingkan matanya kepada mereka yang tidak pernah tersentuh oleh penyakit ataupun kemiskinan. Begitulah, saudara-saudara, hal-hal yang membuat kita tidak dapat menanggung kesulitan. Tetapi, lalu apakah hal selanjutnya itu, saudara-saudara, jika bukan keluh kesah, yang membuat kita kehilangan segala jasa-jasa penderitaan itu untuk Surga? Sebab di satu sisi, kita menderita tanpa penghiburan dan tanpa harapan untuk suatu pahala, tetapi di sisi lain, kita bukannya menggunakan kesempatan itu untuk melunasi dosa-dosa kita, kita malah membuat dosa-dosa kita bertambah oleh karena keluh kesah serta kurangnya kesabaran kita. Inilah buktinya: sejak anda berkata kata-kata jahat tentang orang tersebut yang ingin menjahati anda, apakah anda menjadi lebih baik? Apakah kebencian orang itu mereda? Tidak, saudara-saudara, tidak. Bertahun-tahun sudah anda tidak berhenti berseru kepada suami yang menyedihkan anda akibat mabuk-mabukannya, pesta poranya, pengeluarannya yang gila, apakah ia menjadi lebih waras ? Tidak, saudari, tidak. Sewaktu anda digempur oleh penyakit, anda berputus asa sampai anda hampir ingin mengakhiri hidup anda, sampai anda mengutuki orang-orang yang telah memberikan anda hidup ; apakah kesusahan anda berhenti? Apakah kesulitan anda menjadi lebih ringan? Tidak, saudara-saudara, tidak. Memang, saudara-saudara, ketidaksabaran anda, kegagalan anda untuk tunduk kepada kehendak Allah dan keputusasaan anda hanya membuat diri anda lebih menderita, dan anda hanya menambahkan dosa-dosa baru kepada dosa-dosa anda yang lama. Sayang sekali, saudara-saudara! Begitulah nasib yang menyedihkan dan tanpa harapan dari seseorang yang telah melupakan tujuan Allah memberikannya salib.
Apakah anda ingin tahu, saudara-saudara, bagaimana kita harus menerima salib yang diberikan oleh tangan Allah atau dari ciptaan-Nya? Begini caranya. Saya ingin berkata, seperti yang dikatakan oleh Ayub, orang kudus suci itu, yang setelah kehilangan hartanya yang begitu besar dan keluarga yang begitu banyak, ia tidaklah mengeluarkan kemarahannya kepada api dari langit yang membinasakan sebagian dari binatang-binatangnya, tidak pun kepada para perampok yang mencuri sebagian lainnya, tidak pun kepada angin kencang yang mengobrak-abrikkan rumahnya serta meremukkan anak-anaknya yang malang; tetapi ia hanya berkata: ‘Ah! Tangan Tuhan menjadi lebih berat kepadaku’. Sewaktu, terlentang selama satu tahun di atas kotoran, badannya ditutupi borok, tanpa harta maupun penghiburan, dibenci beberapa orang, ditinggalkan oleh yang lainnya, dianiaya bahkan oleh istrinya sendiri yang, bukannya menghiburnya, malah mengolok-oloknya dengan berkata: ‘Mintalah kepada Allah kematian, agar Ia menghilangkan semua kesusahan ini. Lihatkah engkau bahwa Allahmu yang kau layani dengan setia, lihatkah bagaimana Ia memperlakukanmu?’ Ia berkata kepada istrinya itu: ‘Diamlah, jika kita telah menerima kebaikan dari tangan-Nya dengan syukur, mengapakah kita tidak menerima kejahatan yang diberikan-Nya agar kita menderita?’ Tetapi, anda berpikir, saya tidak hendak mengerti bahwa Allahlah yang membuat kejahatan bagi kita, Ia yang merupakan kebaikan itu sendiri, yang mencintai kita dengan kasih yang tak terbatas.
Bertanyalah kepada saya jika mungkin bahwa seorang ayah yang baik memarahi anaknya, bahwa seorang dokter memberikan obat yang pahit kepada orang yang sakit. Saudara-saudara, apakah anda berpikir bahwa Yesus Kristus tidak mengatakan kebenaran? Nah! Cermatilah kehidupan para santo-santa, lihatlah jalan yang mereka telah pilih, sejak saat mereka tidak menderita, mereka percaya bahwa mereka telah tersesat dan ditinggalkan oleh Allah. ‘Allahku, Allahku, St. Agustinus berseru sambil menangis, janganlah Kauredakan penderitaanku di dunia ini, buatlah aku sungguh menderita; selama Engkau memberikanku kerahiman di dunia yang akan datang, aku pun senang’. Santo Fransiskus de Sales berkata sewaktu ia menderita penyakit: ‘Betapa senangnya diriku, karena aku telah menemukan cara yang mudah untuk melunasi kesalahan-kesalahanku! Oh, betapa lebih manisnya sewaktu kita dapat memuaskan keadilan Allah di atas ranjang orang sakit daripada memuaskannya di dalam api!’
St. Fransiskus de Sales
Dan saya berkata, setelah semua orang kudus itu, bahwa penderitaan, penganiayaan, dan kesusahan lainnya adalah cara yang paling mujarab untuk menarik jiwa kepada Allah. Memang, kita melihat bahwa para kudus yang teragung adalah mereka yang paling menderita, Allah hanya membedakan teman-teman-Nya dengan salib. Lihatlah Santo Alexius yang selama empat belas tahun terbaring di atas satu sisi tubuhnya yang dikuliti, dan yang dalam situasi yang pedih itu, ia hanya berkata: ‘Allahku, Engkau itu adil, Engkau menghukumku karena aku seorang pendosa dan Engkau mencintaiku’. Lihatlah pula Santa Lidwina: kecantikannya begitu luar biasa, ia meminta kepada Allah, jika kecantikannya mungkin menjadi sebab ia kehilangan jiwanya, agar Allah menghancurkan kecantikannya itu. Pada saaat yang bersamaan, ia menjadi penuh kusta, yang membuatnya ditakuti oleh semua orang selama tiga puluh delapan tahun, yakni, sampai ia meninggal. Dan selama itu, tidak satu patah kata pun ia ucapkan untuk mengeluh. Saudara-saudara, betapa orang yang menderita akan pada saat ini berada di Surga, jika Allah memberikan rahmat agar mereka menderita penyakit dalam jangka waktu yang lama. Dengarkanlah Santo Agustinus: ‘Anak-anakku, ujarnya, dalam pengorbanan, hendaknya kalian menjadi bersemangat oleh pikiran akan pahala yang dipersiapkan bagi diri kalian’.
Santa Lidwina
Sejarah menceritakan bahwa seorang wanita miskin, sejak beberapa tahun lamanya terbaring di atas ranjang orang sakit. Seseorang bertanya kepadanya apa yang membuatnya dapat menderita dengan begitu sabar. Ia berkata, ‘Ah! Saya begitu bahagia akan kehendak Allah, bahwa keadaan saya tidak akan berubah sama sekali. Sewaktu saya berpikir bahwa Allah ingin agar saya menderita, saya amat terhibur’. Santa Teresa bercerita bahwa pada suatu hari, Yesus Kristus tampak kepadanya, dan berkata: ‘Anakku, janganlah engkau tertegun akan apa yang engkau lihat; para umat-Ku yang setia melewatkan hidup mereka dalam salib, kesulitan; semakin Bapa-Ku mencintai seseorang, semakin Ia memberikan kepada mereka penderitaan’. Santo Bernardus menerima salib dengan penuh syukur, sehingga ia berkata kepada Allah sambil menangis: ‘Ah! Tuhan, betapa diriku ini terberkati, jika saja aku memiliki tenaga dari seluruh umat manusia, agar dapat menanggung seluruh salib di dunia!’ Santa Elisabet, ratu Hongaria, setelah ia diusir dari istananya oleh para abdinya sendiri dan diseret ke dalam lumpur, ia tidak berpikir untuk menghukum mereka, ia berlari ke gereja agar dinyanyikan Te Deum sebagai tindakan syukur.
Santa Elisabet dari Hongaria
Santo Yohanes Krisostomus, pecinta salib yang begitu besar, berkata bahwa ia lebih suka menderita bersama Yesus Kristus daripada memerintah dengan-Nya di Surga. Santo Yohanes de la Cruz, setelah menderita seluruh kekejaman dari murid-muridnya, yang memenjarakannya, dan memukulinya dengan begitu keras sehingga ia berdarah-darah, bagaimanakan ia membalas kekejaman itu? ‘Ah teman-temanku, kalian akan menangisi apa yang kuderita, tidak pernah aku lebih bahagia’. Yesus Kristus tampak kepadanya, dan berkata: ‘Yohanes, apakah yang engkau inginkan daripada-Ku sebagai pahala dari segala penderitaan yang kau derita untuk cinta kepada-Ku?’ Ia berseru: ‘Ah! Tuhan, buatlah agar aku lebih menderita!’
St. Yohanes de la Cruz
Pantaslah bagi kita untuk setuju secara serempak, saudara-saudara, bahwa santo-santa mengerti jauh lebih baik daripada kita betapa baiknya hal menderita untuk Allah.”
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...