^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Skandal-Skandal serta Bidah-Bidah Yohanes XXIII
Yves Marsaudon, freemason derajat ke-33 dari Ritus Skotlandia: “Sentimen universalisme yang menutupi Roma pada masa ini sangatlah dekat dengan keberadaan kami... Dengan segenap hati kami, kami mendukung revolusi Yohanes XXIII.”[1]
Yohanes XXIII (Angelo Roncalli) – Pria yang memulai Vatikan II dan mengaku sebagai Paus dari tahun 1958 – 1963
Mari mengamati beberapa fakta tentang Angelo Roncalli (Yohanes XXIII). Angelo Roncalli lahir pada tahun 1881 dan memegang jabatan diplomatis di Bulgaria, Turki dan Prancis. Roncalli juga adalah seorang ‘Patriark’ Venesia.
BEBERAPA AKTIVITAS YOHANES XXIII SEBELUM ‘PEMILIHANNYA’ SEBAGAI ‘PAUS’ PADA TAHUN 1958
Bertahun-tahun, Kementerian Suci telah menyimpan dokumen tentang Angelo Roncalli (Yohanes XXIII) yang dapat diartikan ‘tersangka Modernisme’. Dokumen tersebut bertanggal kembali kepada tahun 1925, sewaktu Roncalli, yang dikenal akan ajaran-ajarannya yang tidak ortodoks, dicabut dari jabatannya sebagai Profesor di Seminari Lateran pada pertengahan semester (ia menjadi tersangka modernisme) dan dikirim ke Bulgaria. Transfer ke Bulgaria ini adalah awal dari karir diplomatisnya. Kekhawatiran Roma khususnya adalah hubungan Roncalli yang dekat dan terus-menerus dengan seorang imam yang telah dipecat dari imamatnya, Ernesto Buonaiuti, yang diekskomunikasikan akibat bidah pada tahun 1926.[2]
Pada tahun 1926, Angelo Roncalli (Yohanes XXIII menulis kepada seorang Skismatis Ortodoks:
Pernyataan ini berarti Gereja yang satu dan sejati belum terbentuk.
Pada tahun 1935, Angelo Roncalli sampai di Turki dan menjadi teman dengan Sub-Sekretariat Kementerian Asing, Naman Rifat Menemengioglu.[4] Menemengioglu berkata kepada Roncalli:
Pada saat ia berada di Turki, Roncalli juga berkata: “Kalian, orang-orang Irlandia, kalian sangat keterlaluan. Mulai dari waktu kalian lahir, bahkan sebelum kalian dibaptis, kalian mulai mengutuk orang-orang yang bukan anggota Gereja, terutama para Protestan!”[6]
Ini merupakan salah satu kutipan lain yang menunjukkan pandangan sesat Roncalli: “Fraksi Gereja Ortodoks Yunani yang sangat anti-Katolik dengan gembira mengumumkan sebuah persetujuan dengan Gereja Inggris di mana masing-masing mengakui validitas Imamat satu sama lain. Tetapi Roncalli benar-benar puas akan hal tersebut. Kepada para orang-orang Yunani yang bertanya kepadanya dengan nakal tentang opininya tentang hal tersebut, ia berkata dengan jujur, ‘Saya tidak dapat mengatakan apa pun selain pujian bagi saudara-saudara kita yang terpisah untuk semangat mereka menuju persatuan seluruh umat Kristiani.’”[7]
Desmond O’Grady, mantan koresponden Vatikan untuk Washington Post, melaporkan bahwa sewaktu Roncalli ditempatkan di Istanbul pada tahun 1944, Roncalli “memberi sebuah khotbah di dalam sebuah konsili yang akan berlangsung pada periode setelah perang.”[8] Sewaktu Roncalli ditugaskan sebagai Nuncio {Duta Besar Kepausan} di Prancis, ia ditunjuk sebagai Pengamat bagi Takhta Suci untuk agen kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO. Pada bulan Juli 1951, ia memberi sebuah khotbah “yang memuji-muji UNESCO...”[9] Roncalli menyebut UNESCO “organisasi internasional yang hebat ini...”[10]
Sewaktu Angelo Roncalli menjabat sebagai nuncio di Prancis, ia menunjuk teman dekatnya, seorang Freemason derajat tiga puluh tiga, Baron Yves Marsaudon, sebagai kepala cabang Prancis dari Knights of Malta, sebuah orde awam Katolik.[11]
YOHANES XXIII DILAPORKAN SEBAGAI SEORANG FREEMASON
Yves Marsaudon, Freemason Prancis yang disebut di atas, yang juga adalah seorang penulis buku, juga menyatakan bahwa Roncalli [Yohanes XXIII] menjadi seorang Mason derajat tiga puluh tiga sewaktu ia menjabat sebagai nuncio di Prancis. Mary Ball Martinez menulis bahwa para Pengawal Republik Prancis mengamati dari pos penjagaan mereka bahwa: ”...sang Nuncio [Roncalli] berpakaian seperti warga negara biasa meninggalkan tempat tinggalnya untuk menghadiri pertemuan-pertemuan Kamis sore dari [Loji Masonik] Prancis Timur Agung. Melihat konflik kesetiaan tersebut membuat orang biasa ngeri, Katolik ataupun Freemason, tetapi Angelo Roncalli kelihatannya telah terbiasa.”[12]
Majalah 30 Days juga mengadakan sebuah wawancara beberapa tahun lalu dengan kepala Freemason Italia. Sang Grand Master dari Loji Timur Agung di Italia menyatakan: “Tentang hal tersebut, kelihatannya Yohanes XXIII telah diinisiasikan (ke dalam Loji Masonik) di Paris dan mengambil bagian di dalam karya di Loka Karya Istanbul.”[13]
Pada suatu waktu di Paris, ‘Monsinyur’ Roncalli menghadiri sebuah perjamuan dan duduk di samping seorang wanita yang mengenakan sebuah gaun yang sangat tidak senonoh. Rombongan yang menyertai Roncalli merasa agak tidak nyaman. Para tamu memandang sang ‘Nuncio Paus’. Roncalli menyudahi keheningan tersebut dengan bercanda:
Sewaktu Yohanes XXIII lalu ‘diangkat’ kepada Dewan Kardinal, ia bersikeras untuk menerima topi merah dari sang ateis dan sosialis yang dikenal sebagai anti-Gereja Katolik, Vincent Auriol, Presiden Prancis, yang ia sebut sebagai ‘seorang sosialis yang jujur’.[15]
Yohanes XXIII, sebagai seorang kardinal, memilih untuk menerima topi kardinalnya dari Vincent Auriol yang dikenal akan ke-Anti-Katolikkannya
Roncalli berlutut di depan Auriol, dan Auriol meletakkan biretta kardinal di atas kepala Roncalli. Auriol lalu menggantungkan ‘pita merah lebar di sekeliling leher kardinal tersebut, dan menciumnya di pipinya dengan pelukan yang memberikan kehangatan pribadi di dalam protokol formal’.[16] Auriol lalu menyeka air matanya dengan sebuah saputangan sewaktu Roncalli pergi untuk melanjutkan tugas barunya sebagai ‘kardinal’.[17]
Di dalam berbagai fungsi sosial di Paris, Roncalli (Yohanes XXIII) juga sering terlihat bersosialisasi dengan duta Soviet, M. Bogomolov, walaupun pemerintahan Bogomolov telah melanjutkan politik sebelum perangnya yaitu pemusnahan para Katolik secara brutal di Russia.
Angelo Roncalli (Yohanes XXIII) bersosialisasi dengan pembunuh orang-orang Katolik
Yohanes XXIII juga dikenal sebagai ‘teman baik dan yang dipercaya’ dari Edouard Herriot, Sekretaris Sosialis Radikal Anti-Katolik (Prancis).[18] “Teman terdekat dari Roncalli mungkin adalah sang sosialis yang lama dan besar serta anti-Katolik, Edouard Herriot.”[19]
Yohanes XXIII bersama Edouard Herriot dan para radikal yang lain
Sebelum Roncalli meninggalkan Paris, ia mengadakan sebuah perjamuan makan malam perpisahan untuk teman-temannya. “Para tamu termasuk para politikus dari sayap Kanan, Kiri, dan Tengah, yang bersatu di dalam kehangatan mereka untuk pengisi acara mereka yang ramah.”[20] Sewaktu Roncalli menjabat sebagai ‘Kardinal’ Venesia, “Para Komunis sama sekali tidak memiliki alasan untuk mengkritiknya. Tidak terdapat olok-olok anti-Katolik, hanya terdapat keheningan yang hormat.”[21] Sewaktu ia berada di Venesia, ‘Kardinal’ Roncalli ‘menasihati para umat untuk menyambut para Sosialis di seluruh Italia yang melangsungkan partai mereka selama tiga puluh detik’ di Venesia.[22]
“Patriark (Yohanes XXIII) menyuruh agar pengumuman ditempelkan di dinding seluruh Venesia untuk pembukaan selama tiga puluh detik dari Kongres Partai Sosialis Italia (PSI) pada bulan Februari 1957. Berikut pesannya: ‘Saya menyambut acara ini yang luar biasa sangat berarti, yang sangat penting untuk masa depan negara kita.’”[23]
Roncalli pernah sekali berbicara pada balai kota Venesia. Ia berkata:
Pernyataan ini jelas-jelas sesat.
AKTIVITAS YOHANES XXIII DAN PERNYATAAN-PERNYATAANNYA SETELAH ‘PEMILIHANNYA’ SEBAGAI ‘PAUS’ PADA TAHUN 1958
Segera setelah ‘terpilih’ dan berpindah ke dalam Vatikan, “Yohanes XXIII menemukan sebuah patung kuni Hippolitus, seorang Anti-Paus dari Abad Ketiga. Ia memerintahkan agar patung tersebut dipugar dan ditempatkan pada pintu masuk Perpustakaan Vatikan.”[26] “Kita melihat muka orang-orang yang kecewa di mana-mana di Lapangan St. Petrus sewaktu Yohanes XXIII memulai berkat kepausannya, karena ia hampir tidak mengangkat tangannya. Tanda salibnya terlihat kepada orang-orang di Roma sebagai gerakan tangan yang menyedihkan, karena ia terlihat menggerakan pergelangan tangannya setinggi pinggulnya.”[27]
Sewaktu Yohanes XXIII menerbitkan sebuah ensiklik tentang pertobatan, ensiklik tersebut sama sekali tidak menyebutkan puasa ataupun hari raya wajib untuk pantang dari makanan atau kenikmatan duniawi.[30] Yohanes XXIII berkata tentang dirinya sendiri: “Saya adalah seorang Paus yang selalu menginjak gas.”[31]
Ayah dari Yohanes XXIII adalah seorang petani anggur. Tentang ayahnya, Yohanes XXIII berkata:
YOHANES XXIII TENTANG Bidah, SKISMATIS, DAN NON-KATOLIK
Yohanes XXIII menggambarkan sikap yang harus dimiliki Vatikan II kepada sekte-sekte non-Katolik dalam kata-kata berikut: “Kami tidak bermaksud untuk melakukan pengadilan akan hal-hal di masa lalu. Kami tidak ingin membuktikan kepada anda siapa yang benar atau siapa yang salah. Yang kami ingin katakan adalah, ‘Mari berkumpul, mari mengakhiri perpecahan kita.’”[33] Instruksinya kepada ‘Kardinal’ Bea, kepala Konsili untuk Sekretariat Persatuan Kristiani, adalah, “Kita harus meninggalkan, untuk saat ini, elemen-elemen tersebut di mana kita memiliki perbedaan.”[34]
Suatu ketika, “seorang anggota kongres tiba-tiba mengatakan: ‘Saya seorang Baptis.’ Tersenyum, Yohanes XXIII berkata, ‘Saya Yohanes.’”[35] Yohanes XXIII berkata kepada sang non-Katolik Roger Schutz, pendiri komunitas ekumenis di Taize (sebuah biara ekumenis non-Katolik): “Anda berada di dalam Gereja, jadilah anda damai.” Schutz berseru: “Tetapi jika itu benar, berarti kita Katolik!” Yohanes XXIII berkata: “Ya, kita tidak lagi terpisahkan.”[36]
Ini benar-benar sesat.
Yohanes XXIII menyambut di Vatikan, ‘Uskup Agung’ pertama dari Canterbury, ‘wali gereja’ pertama dari Gereja Episkopal Amerika Serikat, dan imam agung pertama Shinto.[38] Yohanes XXIII suatu kali menyatakan: “Jika saya dilahirkan Muslim, saya percaya bahwa saya akan selalu menjadi seorang Muslim yang baik, setia kepada agama saya.”[39]
Salah satu perbuatan pertama Yohanes XXIII adalah untuk menyambut Shah Muslim dari Iran untuk audiens. Sewaktu sang Shah dari Iran akan pergi, “Yohanes XXIII memberikan kepadanya berkatnya yang ia telah ubah bentuknya dengan hati-hati agar tidak menyinggung prinsip agama Muhammad: ‘Semoga berkat Allah Yang Mahakuasa yang paling besar bersama anda.’”[40]
Dengan mengubah bentuk pemberkatan ini, Yohanes XXIII: 1) menghapuskan Allah Tritunggal Mahakudus yang disebut di dalam pemberkatan tersebut, agar ia tidak menyinggung sang kafir, dan 2) ia memberikan pemberkatan kepada seorang anggota dari sebuah agama sesat. Ini bertentangan dengan ajaran Kitab Suci yang melarang untuk memberikan berkat kepada para orang-orang kafir, seperti yang diulangi oleh Paus Pius XI.
Pada tanggal 18 Juli 1959, Yohanes XXIII mengapus doa berikut: “Jadilah Engkau Raja dari semua yang masih berada di dalam kegelapan penyembahan berhala ataupun Islam.”[42] Di dalam surat apostoliknya pada tanggal 17 Oktober 1925, Paus Pius XI memerintahkan agar doa ini dibacakan secara publik pada perayaan Kristus Raja.[43] Yohanes XXIII mencabut dari Kalender Santo-Santa Empat belas Penolong Kudus dan berbagai santo-santa lain, termasuk St. Filomena.
St. Filomena, salah satu dari santo-santa yang dihapuskan dari Kalender Santo-Santa oleh Yohanes XXIII dan Paulus VI
Di bawah Paus Gregorius XVI, Kongregasi Ritus Kudus memberikan keputusan yang penuh dan menyetujui penghormatan kepada St. Filomena; terlebih lagi, Paus Gregorius XVI memberikan kepada Santa Filomena gelar “Pembuat Mukjizat yang Agung di abad ke-19” dan “Pelindung Rosario yang Hidup.”[44] Ia dikanonisasikan oleh Paus yang sama pada tahun 1837. Kanonisasi seorang santa adalah “sebuah pernyataan umum dan resmi akan kebajikan mulia dari seseorang dan diikutsertakannya namanya di dalam kanon (daftar) santo-santa... Penghakiman Gereja ini infalibel dan tidak dapat diubah.”[45]
Yohanes XXIII berkata: ”...barangsiapa berseru, ia salah! Kita harus selalu menghormati martabat manusia yang berdiri di depan kita, dan di atas segalanya kebebasan dari setiap orang.”[46]
Berikut adalah gambar Yohanes XXIII di dalam pertemuannya dengan para Skismatis Timur di Vatikan II. Yohanes XXIII menginginkan agar para imam Gereja ‘Ortodoks’ Russia (banyak dari antara mereka adalah agen KGB {komunis}) untuk berpartisipasi di Vatikan II. Para ‘Ortodoks’ berkata bahwa beberapa imam mereka akan hadir, jika tidak akan terdapat kutukan atas Komunisme di Vatikan II. Maka, Yohanes XXIII – perintis kemurtadan Vatikan II – menawarkan ‘tawaran yang menguntungkan’ di dalam Persetujuan Vatikan-Moskwa. Vatikan setuju untuk tidak mengutuk Komunisme di Vatikan II, agar, perhatikan hal berikut, para Skismatis Timur dapat hadir di dalam acara-acara Vatikan II![47] Benar-benar sebuah tawaran! Yohanes XXIII jelas-jelas adalah seorang Freemason dan kemungkinan seorang Komunis; ia adalah sang pria yang memulai konspirasi dan kemurtadan besar yaitu sekte Vatikan II.
Yohanes XXIII bersama para Skismatis Timur
Yohanes XXIII melihat di mana para pengamat non-Katolik di Vatikan II akan dipersilakan duduk dan berkata: “Tidak bisa! Persilakan para saudara saya yang terpisah untuk duduk dekat saya.” Seperti yang dikatakan seorang Anglikan yang senang: “Di situlah kita duduk – di barisan depan.”[48]
Pada tanggal Oktober 11 1962, Yohanes XXIII memberikan khotbah pembukaannya kepada Konsili tersebut:
Seperti yang kita lihat di atas, di dalam khotbah pembukaannya di Vatikan II, Yohanes XXIII berkata bahwa Gereja di masa lalu telah melawan dan mengutuk kesalahan-kesalahan, tetapi hari ini, ia tidak akan mengeluarkan kutukan apa pun. Ia juga menyatakan sebuah bidah bahwa ‘seluruh seluruh keluarga Kristiani beluh mencapai kesatuan yang kelihatan ini di dalam kebenaran’. Pertama-tama, ‘seluruh keluarga Kristiani’ hanya terdiri dari para Katolik. Untuk berkata bahwa ‘seluruh keluarga Kristiani’ mengikutsertakan para non-Katolik, seperti yang dilakukan Yohanes XXIII, adalah sebuah kesesatan. Kedua, Yohanes XXIII berkata bahwa keluarga Kristiani (yang adalah Gereja Katolik) ‘belum mencapai kesatuan yang kelihatan ini di dalam kebenaran’. Ini adalah bidah. Ini adalah penolakan kesatuan Gereja Kristus, Gereja Katolik. Gereja sejati (Gereja Katolik) adalah satu di dalam iman. Gereja Katolik telah mencapai dan akan selalu memiliki ‘kesatuan yang kelihatan di dalam kebenaran’.
Yohanes XXIII juga menggantikan rubrik untuk Breviarium dan Missal. Ia memerintahkan agar doa-doa Paus Leo dihapuskan, doa-doa yang diperintahkan oleh Paus Leo XIII agar diucapkan setelah Misa. Doa-doa ini juga diwajibkan oleh Paus St. Pius X dan Paus Pius XI.[52] Doa-doa ini mengikutsertakan Doa kepada St. Mikhael Malaikat Agung, sebuah doa yang menyebutkan secara spesifik sebuah peperangan yang akan dilakukan Gereja melawan Setan. Yohanes XXIII menghapuskan Mazmur Judica me dari Misa. Yohanes XXIII lalu menghapuskan Injil Terakhir, Injil dari St. Yohanes. Injil ini juga digunakan dalam pengusiran roh jahat.[53]
Selanjutnya, Yohanes XXIII menghapuskan Confiteor {Doa Pengakuan Dosa} kedua di dalam Misa. Hanya setelah membuat semua perubahan ini, ia membuat sebuah perubahan di dalam Kanon Misa dengan memasukkan nama St. Yosef.[54] Permohonan untuk menempatkan nama St. Yosef di dalam kanon telah ditolak secara resmi oleh Paus Pius VII pada tanggal 16 September 1815[55] dan Paus Leo XIII pada tanggal 15 Agustus 1892.[56] Perubahan-perubahan besar tentang Kurban Suci Misa (sebelum Misa Baru Paulus VI pada tahun 1969) ditempatkan pada Minggu pertama Adven, tahun 1964.
YOHANES XXIII TENTANG SOSIALISME DAN KOMUNISME
Yohanes XXIII menulis sebuah surat yang memuji Marc Sangnier, pendiri Sillon. Sillon adalah sebuah organisasi yang dikecam oleh Paus Pius X. Yohanes XXIII menulis tentang Sangnier: “Ketertarikan yang kuat akan kata-katanya (Sangnier), jiwanya, membuat saya semangat, dan semua memori-memori saya yang paling hidup sewaktu saya menjadi seorang imam muda adalah karena pribadinya dan aktivitas politis dan sosialnya...”[57]
Di dalam ensiklik Yohanes XXIII Mater et Magistra (tentang Kekristenan dan perkembangan sosial), ia mempromosikan ide-ide sosialis dan tidak mengecam kontrasepsi ataupun Komunisme, bahkan sekalipun. Sewaktu ia ditanya mengapa ia menjawab sambutan seorang diktator Komunis, Yohanes XXIII, Yohanes XXIII menjawab: “Saya adalah Paus Yohanes bukan sebab kebaikan pribadi saya, tetapi karena perbuatan Allah, dan Allah ada di dalam setiap diri kita.”[58] “Yohanes sangat menikmati dirinya sewaktu bersama para Komunis, seseorang mungkin berpikir bahwa mereka adalah saudaranya sendiri.”[59] Komunisme telah dikecam 35 kali oleh Paus Pius XI dan 123 kali oleh Paus Pius XII.[60]
Pada tanggal 6 Maret 1963, Yohanes XXIII menyambut Aleksei Adzhubei dan istrinya, Rada di dalam sebuah audiens khusus. Rada adalah putri Kepala Pemerintahan Uni Soviet Khrushchev. Rada (putri Khrushchev) berbicara tentang pertemuannya dengan Yohanes XXIII: ”...Ia memberikan kepada Aleksei dan saya dua hadiah simbolis yang diperuntukan bagi bapak saya, juga dan ia berkata: ‘...Itu adalah untuk Papamu.’”[61]
Pada ulang tahunnya yang kedelapan puluh (25 November 1961), Yohanes XXIII menerima sebuah telegram dari Khrushchev yang mengucapkan “selamat dan permohonan yang tulus akan kesehatan dan kesuksesannya di dalam aspirasinya yang mulia dalam berkontribusi kepada... damai di dunia.”[62]
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Inggris, John Gollan, di depan kamera televisi pada tanggal 21 April 1963, berkata bahwa “ensiklik (Pacem in Terris) [dari Yohanes XXIII] mengejutkan dan menyenangkannya” dan, maka, ia harus mengucapkan ‘kepuasannya yang paling tulus pada Kongres terbaru Partai ke-28’.[63]
Salah satu teman-teman karib Yohanes XXIII adalah sang Komunis dan pemenang Hadiah Perdamaian Lenin Giacomo Manzu.[64] Yohanes XXIII berkata: ”Saya tidak melihat alasan mengapa seorang Kristiani tidak boleh memilih untuk seorang Marxis jika ia melihat bahwa ia [sang Marxis] tersebut lebih pantas untuk mengikuti politik dan takdir sejarah.”[65]
Gereja Katolik telah mengecam Komunisme lebih dari 200 kali.[66]
YOHANES XXIII DIPUJI OLEH PARA FREEMASON DAN KOMUNIS PADA PERIODE ‘KEPAUSANNYA’
Ini adalah bidah. Seorang manusia tidak memiliki hak untuk menyembah allah-allah sesat di dalam publik. Hal ini telah dikecam oleh banyak Paus, seperti yang kita telah bahas di dalam bagian tentang Vatikan II. Sewaktu seorang teolog Kementerian Suci, Romo Ciappi, berkata kepada Yohanes XXIII bahwa ensikliknya Pacem in Terris bertentangan dengan ajaran Paus Gregorius XVI dan Pius IX tentang kebebasan beragama, Yohanes XXIII menjawab: “Saya tidak akan tersinggung akan beberapa noda jika keseluruhannya berkilau.”[67]
Ensiklik Pacem in Terris Yohanes XXIII dipuji oleh para pemimpin Masonik sendiri sebagai sebuah dokumen Masonik. Berikut adalah beberapa contoh:
Ini adalah sebuah kutipan dari Bulletin Masonik, organ resmi dari Konsili Agung dari Derajat ke-33 dari Ritus Skotlandia yang Resmi dari para Mason, untuk Distrik Masonik dari Meksiko Serikat, yang bertempat di 56 Lucerna St., Meksiko, D.F. (Tahun 18, No. 220, Mei 1963):
Di dalam buku Résurgence du Temple, yang diterbitkan dan disunting oleh Knights Templar (Freemason), 1975:149, kutipan berikut dapat dipertimbangkan: “Tujuan dari tindakan kami: Melanjutkan Karya Yohanes XXIII dan mereka yang telah mengikutinya di dalam jalan menuju Universalisme Templar.”[69]
YOHANES XXIII DAN PARA YAHUDI
Yohanes XXIII juga melakukan hal-hal seperti memberhentikan mobilnya agar ia dapat memberkati para Yahudi yang pergi meninggalkan pemujaan ‘Sabat’ mereka.[70]
APAKAH YOHANES XXIII MENUNJUKKAN BAHWA IA SEORANG YAHUDI?
Yohanes XXIII juga pernah sekali menyapa beberapa pengunjung Yahudi dengan kata-kata, “Saya ini Yusuf, saudara kalian.”[71] Walaupun pernyataan misterius Yohanes XXIII kepada orang-orang Yahudi ini sering dikutip, maknanya belum pernah dijelaskan. Kami percaya bahwa terdapat penjelasan yang baik akan maknanya: Pernyataan Yohanes XXIII, “Saya ini Yusuf, saudara kalian”, adalah sebuah kutipan dari Kejadian 45:4. Pernyataan ini dibuat oleh sang patriark Yusuf, putra Yakub, kepada para saudaranya sewaktu mereka datang ke Mesir pada waktu bencana kelaparan. Orang-orang yang mengenal cerita Kitab Suci ini mengetahui bahwa Yusuf telah dijual sebagai budak oleh para saudara-saudaranya bertahun-tahun sebelumnya, tetapi ia telah naik ke jabatan tertinggi di dalam kerajaan Mesir (walaupun ia bukanlah salah satu dari mereka) karena ia telah berhasil mengartikan mimpi Firaun. Karena ia telah naik ke jabatan tertinggi di dalam kerajaan Mesir, ia bebas untuk menggunakan harta karun kerajaan sebagaimana yang ia kehendaki – yaitu untuk saudara-saudaranya. Ia memberikan banyak harta tersebut kepada saudara-saudaranya secara gratis.
Sewaktu kita mempertimbangkan bukti bahwa Yohanes XXIII adalah seorang Freemason, bahwa ia memulai proses revolusi melawan Gereja Katolik pada Vatikan II, dan bahwa ‘kepausan’ Yohanes XXIII memulai sebuah sikap revolusioner yang baru kepada para Yahudi, dari antara hal-hal yang lain, arti dari pernyataannya kepada para Yahudi menjadi jelas. Seperti Yusuf, yang bukanlah salah satu dari orang-orang Mesir, melihat dirinya di puncak hierarki para orang Mesir dan menunjukkan hal ini kepada para saudara-saudaranya bahwa ia adalah ‘Yusuf, saudara kalian’, Yohanes XXIII berkata kepada para Yahudi bahwa ia adalah ‘Yusuf, saudara kalian’ karena sesungguhnya ia adalah seorang penyusup Yahudi yang terdapat di dalam jabatan tertinggi di dalam hierarki Kristiani (atau sebagaimana yang terlihat). Ini adalah cara tersembunyi Yohanes XXIII untuk menunjukkan siapa ia sesungguhnya: seorang Anti-Paus konspiratorial yang membantu musuh-musuh Gereja.
Beberapa saat sebelum kematiannya, Yohanes XXIII mengarang doa berikut untuk para Yahudi. Doa ini ditegaskan oleh Vatikan sebagai karya dari Yohanes XXIII.[72]
“Kami menyadari hari ini betapa butanya kami selama berabad-abad dan bagaimana kami tidak menghargai keindahan para Bangsa Terpilih ataupun corak-corak dari saudara-saudara kami yang terberkati. Kami sadar akan tanda ilahi Kain yang ada di dahi kami. Berabad-abad lamanya, saudara kami, Habel, telah tersungkur berdarah dan menangis di tanah akibat kesalahan kami, hanya karena kami telah melupakan cinta kasih-Mu. Ampunilah pengecaman kami yang tidak adil kepada para Yahudi. Ampunilah kami bahwa dengan menyalibkan mereka, kami telah menyalibkan-Mu kedua kali. Ampunilah kami. Kami tidak tahu apa yang kami lakukan.”[73]
Yohanes XXIII berkata bahwa para Yahudi masih merupakan bangsa yang terpilih, yang adalah sebuah bidah. Kata ’perfidis Judæis’ adalah ungkapan yang digunakan para Katolik di dalam Liturgi Jumat Agung sampai waktu Yohanes XXIII menghapuskannya pada tahun 1960.[74] Kata ‘perfidis’ berarti ‘tidak beriman’. “Pada Jumat Agung, 1963, sang kardinal yang adalah selebran di Gereja St. Petrus mengatakan kata-kata yang lama (perfidis Judæis) karena sudah terbiasa. Yohanes XXIII mengejutkan para umat dengan menghentikannya di tengah kata-kata tersebut, ‘Ucapkanlah dengan cara yang baru.’”[75]
Kepada seorang anak laki-laki Yahudi yang baru dibaptis, Yohanes XXIII berkata: “Dengan menjadi seorang Katolik, kami tidak menjadi kurang Yahudi.”[77] Pada malam kematian Yohanes XXIII, Kepala Rabbi Roma dan berbagai pemimpin komunitas Yahudi lain berkumpul dengan ratusan ribu orang di Lapangan Santo Petrus untuk berkabung.[78]
Alden Hatch, pengarang A Man Named John: The Life of John XXIII {Seorang Pria Bernama Yohanes, Riwayat Hidup Yohanes XXIII}, menyatakan tentang Yohanes XXIII: ”...tentunya, tiada (dari Paus-Paus sebelumnya) yang telah menyentuh hati-hati dari orang-orang dari berbagai kepercayaan – dan orang-orang yang tidak beriman. Karena mereka tahu bahwa ia mencintai mereka tidak peduli keadaan mereka ataupun apa yang mereka percayai.”[79]
KEMATIAN YOHANES XXIII
Setelah kematiannya, Vatikan mengutus Gennar Goglia, yang dengan para koleganya merempahi tubuh Yohanes XXIII. Goglia menyuntikkan sepuluh liter cairan balsem ke dalam pergelangan tangan dan perut Yohanes XXIII untuk menetralisir kebusukan.[80] Hal ini menjelaskan mengapa badan Yohanes XXIII tidak membusuk seperti badan-badan normal. Pada bulan Januari 2001, tubuh Yohanes XXIII dikuburkan dan diletakkan di dalam sebuah peti mati kristal anti peluru yang ditampilkan di basilika St. Petrus. Muka dan tangan-tangan Yohanes XXIII juga ditutupi lilin.[81]
PERNYATAAN DARI FREEMASON, KOMUNIS, DAN NON-KATOLIK YANG MEMUJI YOHANES XXIII SETELAH KEMATIANNYA
Setelah kematian Yohanes XXIII, berbagai dokumen dari Komunis, Mason, dan Yahudi dikirimkan kepada Vatikan, mengungkapkan dukacita mereka akan kematian Yohanes XXIII. Orang-orang seperti “Fidel Castro dan Nikita Khrushchev mengirimkan pesan-pesan pujian dan dukacita.”[82]
Dari edisi bertanggal 4 Juni 1963 El Informador (Wartawan)
Charles Riandey, seorang Grand Master tertinggi kelompok-kelompok rahasia, di dalam pembukaan buku yang ditulis oleh Yves Marsaudon (Menteri Negara dari Mahkamah Agung kelompok rahasia Prancis), menyatakan:
“Untuk mengenang Angelo Roncalli, imam, Uskup Agung Messamaris, Nuncio Apostolik di Paris, Kardinal Gereja Roma, Patriark Venesia, Paus di bawah nama Yohanes XXIII, yang telah bersedia untuk memberikan kepada kami berkatnya, pengertiannya, dan perlindungannya.”[84]
Pembukaan kedua buku tersebut ditujukan kepada ‘penerusnya yang agung, Yang Mulia Paus Paulus VI’.[85]
Seorang Freemason tingkat tinggi, Carl Jacob Burckhardt, menuliskan di dalam the Journal de Geneve {Surat Kabar Jenewa}: “Saya mengenal Kardinal Roncalli dengan sangat baik. Ia adalah seorang Deis dan Rasionalis – kelebihannya bukanlah dalam bidang percaya akan mukjizat dan menghormati hal-hal yang kudus.”[86]
SEORANG Bidah TIDAK DAPAT MENJADI SEORANG PAUS YANG VALID
Seperti yang kita telah lihat, Gereja Katolik mengajarkan bahwa seorang bidah tidak dapat terpilih secara valid menjadi Paus, karena seorang bidah bukanlah anggota dari Gereja Katolik. Fakta-fakta yang dihadirkan di sini membuktikan bahwa Yohanes XXIII, pria yang menggelar Vatikan II dan memulai kemurtadan Gereja Konsiliar, jelas-jelas adalah seorang bidah. Ia bukanlah seorang Paus yang valid. Angelo Roncalli (Yohanes XXIII) adalah seorang non-Katolik, seorang Anti-Paus konspiratorial yang memulai kemurtadan Vatikan II.
PARALEL YANG MENGEJUTKAN ANTARA ANTI-PAUS YOHANES XXIII DARI SKISMA BARAT BESAR DAN ANTI-PAUS YOHANES XXIII DARI VATIKAN II
Nama ‘Yohanes’ telah dihindari oleh para Paus selama lima ratus tahun karena pria terakhir yang menggunakannya adalah Anti-Paus Yohanes XXIII (Baldassare Cossa) dari Skisma Barat Besar. Paralel antara Anti-Paus Yohanes XXIII pertama (Baldasarre Cossa) dan yang kedua (Angelo Roncalli) sangat mengejutkan:
Kepemimpinan Anti-Paus Yohanes XXIII pertama berlangsung selama lima tahun, dari tahun 1410 sampai 1415, sama seperti Anti-Paus Yohanes XXIII, yang berlangsung selama lima tahun, dari tahun 1958 sampai 1963.
Anti-Paus Yohanes XXIII pertama menggelar sebuah konsili yang palsu, Konsili Konstanz. (Konsili Konstanz lalu menjadi sebuah konsili ekumenis sejati, beberapa sesinya disetujui oleh Paus sejati; tetapi pada waktu digelar oleh Anti-Paus Yohanes XXIII, itu adalah sebuah konsili palsu.) Seperti itu juga, Anti-Paus Yohanes XXIII (Angelo Roncalli) juga menggelar sebuah konsili palsu, Konsili Vatikan II!
Anti-Paus Yohanes XXIII membuka konsili palsunya di Konstanz pada tahun keempat kepemimpinannya, 1414. Anti-Paus Yohanes XXIII (Angelo Roncalli) membuka Vatikan II pada tahun keempat kepemimpinannya di tahun 1962.
Kepemimpinan Anti-Paus Yohanes pertama berakhir tidak lama setelah Sesi ketiga dari Konsili palsunya pada tahun 1415. Anti-Paus Yohanes XXIII (Angelo Roncalli) meninggal tidak lama setelah Sesi ketiga dari Vatikan II, pada tahun 1963, yang mengakhiri kepemimpinannya.
Kami percaya bahwa kemiripan dari Anti-Paus Yohanes XXIII pertama dan yang kedua bukanlah hanya sebuah kebetulan. Anti-Paus Yohanes XXIII juga merupakan sang Anti-Paus yang memimpin dari Roma. Apakah dengan menggunakan nama Yohanes XXIII, Angelo Roncalli menunjukkan secara simbolis (dengan cara Freemason yang misterius) bahwa ia melanjutkan urut-urutan Anti-Paus yang memimpin dari Roma?
Kardinal Heenan, yang hadir pada konklaf tahun 1958 yang memberikan kita Yohanes XXIII pernah sekali menyebutkan: “Pemilihan Paus Yohanes bukanlah sebuah misteri. Ia terpilih karena ia sangat tua. Tugas utamanya adalah untuk membuat Mgr. Montini (yang kemudian menjadi Paulus VI), Uskup Agung Milan, sebagai seorang kardinal agar ia dapat terpilih di dalam konklaf berikutnya. Itu adalah politiknya dan hal tersebut dilakukan seperti yang direncanakan.”[87]
Catatan kaki:
[1] Yves Marsaudon di dalam bukunya Ecumenism Viewed by a Traditional Freemason {Ekumenisme dari Sudut Pandang Seorang Freemason Tradisional}, Paris: Ed. Vitiano; dikutip oleh Dr. Rama Coomaraswamy, The Destruction of the Christian Tradition {Kehancuran Tradisi Kristiani}, hal. 247.
[2] Lawrence Elliott, I Will Be Called John {Saya Akan Dinamai Yohanes}, hal. 90-92.
[3] Luigi Accattoli, When A Pope Asks Forgiveness {Sewaktu Seorang Paus Meminta Maaf}, New York: Alba House and Daughters of St. Paul, 1998, hal. 18-19.
[4] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, NY, NY: Hawthorn Books Inc., 1963, hal. 93.
[5] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 94.
[6] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 96.
[7] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 98.
[8] St. Anthony’s Messenger, Nov. 1996.
[9] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 117.
[10] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 118.
[11] Paul I. Murphy dan R. Rene Arlington, La Popessa, 1983, hal. 332-333.
[12] Mary Ball Martinez, The Undermining of the Catholic Church {Dilemahkannya Gereja Katolik}, Hillmac, Meksiko, 1999, hal. 117.
[13] Giovanni Cubeddu, 30 Days {30 Hari}, Isu No. 2-1994., hal. 25.
[14] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, NY, NY: Holt, Rinehart dan Winston, 1964, hal. 90.
[15] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 121.
[16] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 123.
[17] Kurt Klinger, A Pope Laughs {Seorang Paus Tertawa}, hal. 99.
[18] Romo Francis Murphy, John XXIII Comes To The Vatican {Yohanes XXIII Datang ke Vatikan}, 1959, hal. 139.
[19] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 114.
[20] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 125.
[21] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, hal. 104.
[22] Mark Fellows, Fatima in Twilight {Setelah Fatima}, Niagra Falls, NY: Marmion Publications, 2003, hal. 159.
[23] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, hal. 105.
[24] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, oleh Claudia Carlen, Raleigh: The Pierian Press, 1990, Vol. 4 (1903-1939), hal. 434.
[25] Peter Hebblethwaite, John XXIII, The Pope of the Council {Yohanes XXIII, Paus dari Konsili}, Doubleday, ed. Le Centurion, 1988, hal. 271.
[26] Paul Johnson, Pope John XXIII {Paus Yohanes XXIII}, hal. 37, 114-115, 130.
[27] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, hal. 24.
[28] Time Magazine, “1962 Man of the Year: Pope John XXIII,” {“1962 Pria Tahun Ini: Paus Yohanes XXIII”} Isu 4 Januari 1963.
[29] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, hal. 49.
[30] Romano Amerio, Iota Unum, Angelus Press, 1998, hal. 241.
[31] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, hal. 134.
[32] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, hal. 110.
[33] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 192.
[34] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 192.
[35] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 194.
[36] Luigi Accattoli, When A Pope Asks Forgiveness {Sewaktu Seorang Paus Meminta Maaf}, hal. 19.
[37] Denzinger, The Sources of Catholic Dogma {Sumber-Sumber Dogma Katolik}, B. Herder Book. Co., Edisi Ketiga puluh, 1957, no. 705.
[38] Time Magazine, “1962 Man of the Year: Pope John XXIII,” {“1962 Pria Tahun Ini: Paus Yohanes XXIII”} Isu 4 Januari 1963.
[39] Allegri, Il Papa che ha cambiato il mondo {Sang Paus yang Telah Mengubah Dunia}, ed., Reverdito, 1998, hal. 120. Juga dikutip di dalam Sacerdotium, Isu #11, 2899 East Big Beaver Rd., Suite 308, Troy, MI., hal. 58.
[40] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 193.
[41] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 316.
[42] Luigi Accattoli, When A Pope Asks Forgiveness {Sewaktu Seorang Paus Meminta Maaf}, hal. 20.
[43] Romo F.X. Lasance, My Prayer Book {Buku Doa Saya}, 1938 ed., hal. 520a.
[44] Romo Paul O'Sullivan, O.HAL., Saint Philomena, The Wonder Worker {Santa Filomena, Pembuat Mukjizat}, Rockford, IL: Tan Books, 1993, hal. 69-70.
[45] A Catholic Dictionary {Kamus Katolik}, disunting oleh Donald Attwater, Tan Books, 1997, hal. 72.
[46] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, hal. 135.
[47] Mark Fellows, Fatima in Twilight {Setelah Fatima}, Niagra Falls, NY: Marmion Publications, 2003, hal. 180.
[48] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, NY, hal. 14.
[49] Walter Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-Dokumen Vatikan II}, The America Press, 1966, hal. 712; 716; 717.
[50] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 389.
[51] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 390.
[52] The Reign of Mary {Kepemimpinan Maria}, Spokane, WA., Musim Semi, 1986, hal. 10.
[53] The Reign of Mary {Kepemimpinan Maria}, Vol. XXIX, No. 93, hal. 16.
[54] The Reign of Mary {Kepemimpinan Maria}, Vol. XXIX, No. 93, hal. 16.
[55] The Reign of Mary {Kepemimpinan Maria}, Vol. XXII, No. 64, hal. 8.
[56] The Reign of Mary {Kepemimpinan Maria}, Musim Semi, 1986, hal. 9-10.
[57] Angelo Giuseppe Roncalli, John XXIII, Mission to France {Yohanes XXIII, Misi ke Prancis}, 1944-1953, hal. 124-125.
[58] The Reign of Mary {Kepemimpinan Maria}, Spring, 1986, hal. 9.
[59] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, hal. 57.
[60] Piers Compton, The Broken Cross {Salib yang Patah}, Cranbrook, Western Australia: Veritas Pub. Co., 1984, hal. 45.
[61] Kurt Klinger, A Pope Laughs, Stories of John XXIII {Seorang Paus Tertawa, Cerita Yohanes XXIII}, hal. 24.
[62] Mark Fellows, Fatima in Twilight {Setelah Fatima}, hal. 177; juga Piers Compton, The Broken Cross {Salib yang Patah}, hal. 44.
[63] Romo Joaquin Arriaga, The New Montinian Church {Gereja Montini yang Baru}, Brea, CA., hal. 170.
[64] Curtis Bill Pepper, An Artist and the Pope {Seorang Artis dan Sang Paus}, London, Inggris: Grosset & Dunlap, Inc. Sampul depan & di dalam slip sampul buku; juga lihat hal. 5.
[65] Romo Joaquin Arriaga, The New Montinian Church {Gereja Montini yang Baru}, Brea, Ca., hal. 570.
[66] Michael Davies, Pope John’s Council {Konsili Paus Yohanes}, Kansas City, MO: Angelus Press, 1992, hal. 150.
[67] Catholic Restoration {Restorasi Katolik}, March-April 1992, Madison Heights, MI, hal. 29.
[68] Romo Joaquin Arriaga, The New Montinian Church {Gereja Montini yang Baru}, hal. 147-148.
[69] A.D.O. Datus, “Ab Initio,” hal. 60.
[70] George Weigel, Witness to Hope {Saksi Mata Harapan}, New York, NY: Harper Collins Publishers, Inc., 1999, hal. 484.
[71] Bart McDowell, Inside the Vatican {Di Dalam Vatikan}, Washington D.C.: National Geographic Society, 1991, hal. 193; juga dapat dilihat di Time Magazine, isu 4 Januari, 1963; juga dikutip di The Bible, The Jews and the Death of Jesus {Kitab Suci, Para Yahudi dan Kematian Yesus}, Komite Para Uskup untuk Urusan Ekumenis dan Antaragama, 2004, hal. 59.
[72] The Reign of Mary {Kepemimpinan Maria}, "John XXIII and the Jews," Musim Semi, 1986, hal. 11.
[73] B'nai B'rith Messenger {Utusan B’nai B’rith}, Jumat, 4 November 1964.
[74] Luigi Accattoli, When A Pope Asks Forgiveness {Sewaktu Seorang Paus Meminta Maaf}, hal. 15.
[75] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, hal. 192.
[76] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 41-42.
[77] Catholic Restoration {Restorasi Katolik}, Mei-Juni 1993, Madison Heights, MI, hal. 24.
[78] Darcy O' Brien, The Hidden Pope {Paus Tersembunyi}, New York, NY: Daybreak Books, 1998, hal. 10.
[79] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, setelah hal. 238 (halaman pertama dari insert).
[80] Wendy Reardon, The Deaths of the Popes {Kematian Para Paus}, Jefferson, NC., McFarland & Co., Inc., 2004, hal. 244.
[81] Wendy Reardon, The Deaths of the Popes {Kematian Para Paus}, hal. 244.
[82] Alden Hatch, A Man Named John {Seorang Pria Bernama Yohanes}, setelah hal. 238 (halaman ke-7 dari insert).
[83] Romo Joaquin Arriaga, The New Montinian Church {Gereja Montini yang Baru}, hal. 147.
[84] Piers Compton, The Broken Cross {Salib yang Patah}, Cranbrook, Western Australia: Veritas Pub. Co. Ptd Ltd, 1984, hal. 50.
[85] Piers Compton, The Broken Cross {Salib yang Patah}, Cranbrook, hal. 50.
[86] A.D.O Datus, “AB INITIO,” hal. 60.
[87] Biografi Cardinal Heenan, Crown of Thorns {Mahkota Duri}
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...