^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Penghujatan & Sumpah Serapah, Instruksi XI St. Leonardus dari Porto Mauritio
Tentang Penghujatan dan Sumpah Serapah
Instruksi XI St. Leonardus dari Porto Mauritio
I. Saudara-saudaraku yang terkasih, apa gunanya mengajarkan kebenaran-kebenaran yang begitu indahnya kepada anda sekalian setiap hari, kalau yang anda lakukan hanyalah mendengarkannya dan lalu segera menghapusnya dari ingatan anda? Maka supaya kebenaran-kebenaran terpenting itu tetap tinggal terukir dalam-dalam pada benak anda, akan saya ingatkan anda empat poin seperti biasa; pertama-tama, perlunya mengakui semua dosa anda.
Santo Antonius bercerita tentang seorang janda kaya raya dan sekaligus saleh sekali pula pada awal masa menjandanya. Sayangnya, ia lalu membiarkan diri tergoda oleh seorang pria muda jangak dan jatuh dalam dosa. Janda itu mulai bertekad bertobat; pertobatan yang benar itu harus dilakukan dengan mengaku dosa kepada imam, namun itu tidak pernah dilakukannya.
Si janda lalu meninggalkan dunia dan menempuh kehidupan religius. Di sana, ia pun melakukan tapa berat, namun selalu menyembunyikan dosanya itu. Menjelang kematian, ia merasa terdorong kuat oleh ilham untuk mengaku dosa, namun terbersit pikiran yang angkuh: apa kata imam pengakuan dosa nanti, ketika mendapat kabar bahwa orang yang berkeadaan seperti aku ini telah melakukan pelanggaran seperti itu? Pikiran itu membuatnya bungkam mulut. Janda itu meninggal dalam ketidakbertobatan dan menjadi terkutuk. Setelah kematiannya, ia tampak kepada seorang rohaniwati biara itu, untuk menuturkan peringatan kepada para saudari sebiaranya supaya jangan mendoakan dia, sebab ia terkutuk akibat dosa telah diperbuatnya di dunia dan yang tak pernah diakuinya.
Oh! Betapa bodohnya! Demi tak merasa malu sedikit, orang rela terjungkal ke dalam api yang kekal! Saya tak mau percaya bahwa ada orang yang cukup gila di antara anda sekalian sehingga ingin menangisi kebinasaan mereka yang hanya semakin besar keputusasaannya, semakin mereka ditangisi. Wah! Lantas, hendaknya setiap orang yang berada dalam keadaan demikian membuat keputusan; imam pengakuan dosa menanti anda, jangan lagi menunda.
Hal kedua yang harus saya ingatkan kepada anda, adalah pentingnya doa tobat. Asas pertama hukum kodrat adalah mengasihi Allah di atas segala sesuatu, namun demikian, semua orang hampir tidak berusaha untuk menjalankan asas agung itu. Raimundus Lulle bercerita bahwa ada seseorang yang terkutuk hanya karena tidak pernah berbuat kasih kepada Allah selama masa hidupnya. Namun, baik adanya kalau anda tahu bahwa doa tobat yang saya ajarkan kepada anda memuat suatu perbuatan kasih kepada Allah.
Ah! Kalau doa tobat itu meresap dalam hati pendosa, ia akan segera bertobat, sehingga membuatnya menjadi orang bajik yang amat berkenan kepada Allah: dan seandainya ia mati mendadak, keselamatannya terjamin. Namun ada banyak dari antara anda sekalian yang lalai, sebab setelah mendengar peringatan berulang-ulang kali, anda tidak melaksanakannya seolah-olah tidak pernah diberitahukan kepada anda. Ayo, mari kita mengajarkannya kepada semua orang dan hendaknya anda daraskan sering-sering, di pagi dan sore hari: mari kita mendaraskannya kembali bersama-sama sekarang:
Hal ketiga adalah perlunya menghindari kesempatan berdosa terdekat. Dulu, di suatu kota di Italia, ada seorang dukun klenik yang menjual ramuan, dan demi membuktikan kemanjuran obatnya itu, ia membuat seekor ular beludak menggigit dadanya di depan semua orang, lalu meneguk obat-obatannya itu dan sama sekali tak merasa sakit; dengan demikian, ia mendapat banyak uang. Ada seorang musuh, iri dengan kemujurannya itu, dan menemukan cara untuk masuk kamarnya, kamar di penginapan tempat dia singgah. Setelah membuka botol-botol labu yang memuat ramuan itu, si musuh mengisi botol-botol itu dengan zat yang sama warna dan rasanya, namun yang khasiatnya berbeda. Hari besoknya, tak menyadari penipuan yang sudah terjadi, dukun klenik malang itu datang dan berpentas seperti biasanya: ia membuat ular menggigit dirinya sendiri, lalu menelan ramuannya; namun ramuannya itu tak sama sekali tak bekerja. Jantungnya pun terasuki bisa dan ia mati oleh karenanya.
Ular beludak itu, bagi diri anda, adalah dosa; anda membuat diri anda digigit karena anda mengandalkan pengakuan dosa; namun Iblis lebih licik dari anda. Ia memalsukan obat-obatannya, dan berbuat sedemikian rupa sehingga pengakuan dosa anda tidak berguna sama sekali, sebab anda tidak pernah berkeinginan menghindari kesempatan berdosa; sementara itu, racunnya telah mencapai jantung anda, anda pun mati bersama pengakuan-pengakuan yang anda buat secara buruk dan anda lalu mendapati diri anda di Neraka, tempat anda dengan celakanya mempelajari benarnya perkataan saya ini.
Hal keempat yang harus saya ingatkan anda, adalah kewajiban mengganti rugi harta orang lain. Tahukah anda, apa yang dilakukan barang orang lain di rumah anda? Sama persis seperti bulu elang yang bercampur dengan bulu burung lain: bulu elang itu melahap bulu burung lain. Sudah anda dengar begitu seringnya bahwa barang orang lain melahap barang milik sendiri: kedatangannya terjadi seperti kepergiannya. Walau demikian, hai pendosa malang, anda bersikeras berlaku bejat; alih-alih melalui sedikit kesulitan, anda menolak membuat ganti rugi. Waspadalah, kalau anda tidak mau meninggalkan barang yang diperoleh secara haram, barang haram itulah yang akan meninggalkan anda, dan yang akan ditinggalkannya bagi anda adalah kemalangan yang tak berkesudahan.
II. Dalam instruksi pagi ini, kita akan membahas suatu perkara yang sangat penting, tentang dosa-dosa yang paling sering diperbuat dengan sarana lidah, demi memberi tahu anda besarnya dosa itu serta mengajarkan anda cara anda bisa mengoreksinya dan mengakui dosa itu baik-baik. Santo Bonaventura berkata bahwa lidah telah diberikan kepada kita oleh Allah demi tiga tujuan, yakni, memuji Allah, menuduh diri kita sendiri dan membangun sesama. Namun sayang sekali! Manusia sedemikian rupa menentang rancangan-rancangan Allah, sehingga Santo Yakobus Rasul memanggil lidah dengan julukan dunia kejahatan: Universitas iniquitatis,[1] akibat sedikit dosa yang melibatkan lidah yang jahat. Namun karena pokok pembahasannya akan terlampau luas kalau kita berbicara tentang semua pelanggaran lidah, kita hanya akan membahas beberapa perkara dosa yang paling sering dilakukan lidah, baik terhadap kasih kepada Allah, maupun terhadap kasih kepada sesama; yakni, soal penghujatan dan sumpah serapah.
Pada hari ini kita akan membahas soal penghujatan: renungan-renungan saya akan mendalami tiga poin: Sifat kejahatan yang dilakukan seorang penghujat; alasan-alasan yang dibuat penghujat demi melepas kesalahan; dan hukuman-hukuman yang menantinya kalau dia tidak mengoreksi diri.
Adapun kejahatannya, ada orang-orang yang menuduh diri bersumpah atau menghujat, dan dengan berbuat demikian, kutukan-kutukan mereka itu mereka tujukan dalam ketidaksabaran mereka terhadap makhluk tak berakal atau tak berwujud, terkadang juga terhadap anak-anak mereka atau orang lain, dengan mengharap mereka mendapat kemalangan. Misalnya, supaya kepala mereka bocor, supaya mereka terkena rabies, supaya mereka diculik Setan atau hal-hal serupa. Keinginan-keinginan semacam itu adalah sumpah serapah dan bukan penghujatan. Namun itu adalah kata-kata yang sama sekali tak pantas dituturkan oleh lidah orang Kristen, yang begitu seringnya menyambut Yesus Kristus dalam Komuni Kudus.
Pada perkara ini, haruslah anda mengenali doktrin Santo Thomas, malaikat Skolastik, yang berkata bahwa mengharapkan kemalangan kepada sesama pada hakikatnya adalah dosa berat; kecuali kalau ada alasan benar, atau karena kemalangan yang anda harapkan itu ringan, atau karena anda mengharapkannya sebagai lelucon dan tanpa banyak perhatian terhadap yang anda katakan, atau karena anda mengharapkannya tanpa dipikir matang-matang, dan seperti yang dikatakan oleh Doktor suci itu, karena anda terkejut: ex subreptione. –
Saya tahu benar bahwa ketika mendengar itu, anda lalu segera mencoba untuk melepas kesalahan dari diri anda, dengan berkata:
Namun alasan anda sulit saya terima: karena saya melihat bahwa anda sungguh-sungguh merasakan penghinaan yang telah diperbuat sesama anda kepada anda, dan lalu saya tidak bisa meyakinkan diri bahwa kata-kata kutuk yang anda luncurkan kepadanya itu terlontar bagaikan pistol tak berpeluru. Ayo kita lihat praktisnya.
Lihatlah ada seseorang yang dirampok dompetnya; seketika, tersulut angkara murka, orang itu berseru:
Lalu lihatlah ada orang lain yang dicuri anak dombanya; tergerak oleh hasrat pembalasan dendam yang dahsyat, ia berseru:
Coba ditimbang-timbang betapa menderu-derunya hasrat serta tutur kata yang pecah itu, dan lalu, katakan pada saya, apabila orang yang mengungkapkan dirinya demikian tidak berbicara seturut hatinya, dan tidak bermaksud menyaksikan terwujudnya kutukan-kutukan jahanam yang dimuntahkan mulutnya. –
Lihatlah, ada alasan lain: anda lepaskan anak panah supaya jantung musuh anda tertusuk, dan sementara anak panahnya membelah udara, anda berseru kepadanya:
Apa gunanya? Dosanya sudah diperbuat, kalau saat anda menembaknya, anda melakukannya dengan niat jahat dan tanpa alasan apa-apa. Demikian pula, kalau saat anda tergerak oleh amarah, anda mengharapkan orang itu mati, orang lain terkena kusta, yang lain terkena rabies, atau kejahatan-kejahatan serupa, dan kalau pada saat itu juga anda sungguh-sungguh membentuk harapan-harapan itu dan dengan kehendak yang sepenuhnya disengaja untuk menyaksikan kejahatan-kejahatan itu terjadi, tak berguna banyak sesaat setelahnya, anda menyesal telah memuaskan hasrat anda itu, sebab dosanya sudah diperbuat. Dan jangan katakan pada saya bahwa amarah membuat anda tak bisa merenungkannya, sebab jarang-jarang masalah menjadi sedemikian besarnya sehingga sama sekali mencegah orang mengenali yang jahat. Karena itu, alih-alih mencari alasan yang tak masuk akal demi membela penyelewengan yang begitu kejinya, menurut saya, anda akan berbuat lebih baik kalau anda mencari cara untuk mengoreksi kesalahan anda itu; renungkanlah, seperti apa penghinaan yang anda buat kepada Allah serta skandal yang anda timbulkan bagi sesama, terutama bagi anak-anak anda, yang begitu mudahnya mempelajari kata-kata bejat itu.
III. Meski kerusakan rohani yang anda timbulkan bagi anak-anak anda oleh skandal mungkin tidak berdampak besar bagi anda, berhati-hatilah agar anda setidaknya menjaga diri supaya tidak melontarkan sumpah serapah semacam itu terhadap mereka, terutama kalau mereka tidak patuh, sebab perbuatan itu setara mendorong mereka ke tepi jurang pada saat mereka berlari ke arah sana. Nasihat ini terutama berkenaan dengan beberapa orang ibu yang tidak sabar. Akibat ketidaktaatan anak mereka sedikit saja, para ibu itu seketika menjatuhkan amukan guruh: “Biarlah saja kamu dibawa Iblis! Semoga kamu patah leher!”, serta sumpah serapah lainnya yang serupa. Tak bisa anda bayangkan kesalahan yang anda perbuat kepada mereka serta bahaya yang anda paparkan pada mereka, meskipun sumpah serapah itu tidak anda tuturkan dari lubuk hati. Dengarkanlah peristiwa yang kita baca dalam riwayat hidup Santo Zenobius.
Seorang ibu yang miskin punya anak semata wayang; anda boleh mengira si ibu mengasihi anaknya. Ketika pulang ke rumah pada sore hari, ibu itu menemukan anaknya terkena demam parah. Dibaringkan anaknya itu di ranjang dan dia sendiri juga mencoba beristirahat sedikit, namun mustahil: anaknya dirasuki rasa haus dan terus-terusan membangunkan ibunya dengan berkata: “Mama, mau minum.” Ibu yang malang itu, tergerak oleh rasa sayang besar terhadap anak malang yang sakit itu, segera bangun dan menghiburnya. Si ibu bangun seperti itu sampai ketiga puluh kalinya pada malam yang susah itu, tanpa mnejadi marah; namun pada akhirnya, ia kehilangan kesabaran, dan sembari memberi minum si anak sakit itu, ibunya mengeluarkan kata-kata: “Ayo, biarlah dia meneguk Iblis.” Keinginannya terkabul, roh jahat merasuki si anak, dan itu sungguh berbeda dari demam. Bayangkan saja duka yang dirasa ibu yang malang itu serta penyesalannya karena telah membiarkan mulutnya mengeluarkan kata-kata tersebut. Singkatnya, si ibu membawa anak yang kerasukan itu ke kubur Santo Zenobius. Di sana, usai banyak menumpahkan air mata dan memanjatkan doa, ibu itu berhasil membuat roh jahat keluar dari tubuh anaknya. Percayakah anda lantas, bahwa kata-kata kutuk semacam itu keluar dari lubuk hati ibu malang tersebut terhadap anaknya yang begitu dia sayangi? Si ibu hanya merumuskannya dari ujung bibir, seperti anda terbiasa melakukannya; namun Allah menghendaki agar anak-anak takut akan kutuk ibu mereka, oleh sebab itulah Ia membiarkan kutukan mereka kadang kala terwujud, seperti yang terjadi pada kasus lain seorang ibu yang terbiasa mengutuki anak perempuannya, dengan berkata kepadanya: “Semoga kamu dimangsa serigala!” Pada suatu hari raya, ketika pulang dari Misa pagi, ibu itu pada dasarnya menemukan seekor serigala telah menculik si anak dan melahapnya seutuh-utuhnya, kecuali kepala si anak.
Sekarang anda akan berkata bahwa anak-anak begitu nakal, begitu kurang ajar, sehingga anda tidak bisa menahan diri mengutuki mereka. Justru sebaliknya, karena mereka nakal, anda harus semakin menahan diri supaya tidak mengharapkan kejahatan terjadi kepada mereka, sebab mereka semakin mudah terkena kejahatan-kejahatan itu. Tidak tahukah anda bahwa semakin kering jamur tirhau, semakin mudah terkena kebakaran? Apa mungkin suatu kebetulan, tidak ada cara lain mengoreksi anak-anak selain memecut mereka dengan lidah? Tak anda hajarkah mereka dengan tangan? Saya hanya mau mewanti-wanti anda supaya jangan meniru ibu kejam yang memukul anak kecilnya seperti tukang besi menempa landasan: itu adalah brutalitas; namun mereka perlu dihukum dengan kasih. Tak pernahkah anda melihat cara menjinakkan anak kuda? Tangan yang satu membelainya, tangan yang lain memukulnya ringan, dan itu cukup untuk membuatnya berjalan.
Ketahuilah anda, bahwa Roh Kudus sungguh memperhitungkan koreksi yang tenang ini, sehingga Ia sampai berkata dalam Kitab Amsal, bahwa kalau anda menghukum anak anda dengan berhati-hati, anda akan menyelamatkan nyawanya dari Neraka: Animam ejus de inferno liberabis.[2] Kalau anda kadang-kadang begitu marahnya, sehingga anda tak bisa mengekang lidah anda, maupun mencegah pecahnya kutukan dari mulut anda, lantas kutukilah dosa sepenuhnya dengan mulut anda; dosa adalah satu-satunya, jikalau mungkin, yang pantas mendapat kebencian serta pengutukan tak terbatas. Maka lampiaskan amarah anda dengan berkata: “Terkutuklah dosa!”, sehingga kemarahan anda tidak sepenuhnya bersalah.
IV. Namun kata-kata yang telah kita ulas sampai saat ini bukanlah penghujatan. Penghujatan, ujar Santo Thomas, adalah kata-kata menghina Allah atau para kudus-Nya. Ada dua jenis: hujatan sederhana dan hujatan bidah. Hujatan bidah terjadi ketika si pendosa, ketika sedang memuntahkan hinaan terhadap Allah, menambahkan suatu kesalahan melawan iman, entah dengan menyangkal Allah memiliki sesuatu yang Dia punya, atau dengan menyematkan pada-Nya sesuatu yang tak Dia punya, atau dengan menyematkan pada ciptaan sesuatu yang hanya dipunyai Allah. Namun penghujatan ini agak jarang ditemui, dan saya yakin itu hampir tidak ditemukan di kalangan anda sekalian, paling-paling dilakukan seorang pejudi yang mengamuk usai menghabiskan semalaman bermain kartu dan kehilangan segala sesuatu yang dia punya, lalu dengan lancang berkata: “Yesus Kristus sendiri sampai tidak bisa membantunya menang”, malang sekali itu orang! Atau mungkin di kalangan peminum, yang selepas menghabiskan segala harta kepunyaannya dengan berbuat jangak, masih berani-beraninya membuka mulutnya menghina Surga, dengan berkata bahwa Allah telah berbuat jahat dengan memberi orang yang satu terlalu banyak harta, dan tak memberi apa-apa kepada yang lain. Para penghujat yang begitu memalukan nan bejat itu, saya rasa tidak banyak jumlahnya.
Namun ada jauh lebih banyak orang yang menggunakan hujatan sederhana demi menghina Allah dan para kudus-Nya. Penghujatan itu sederhana ketika tidak memuat niat jahat lain selain menghina Allah, dan sama sekali tidak mengungkapkan bidah apa-apa terhadap iman; seperti misalnya, menista nama suci Allah, nama suci Santa Perawan Maria atau para kudus lainnya, atau juga dengan menyebut tubuh atau darah Tuhan kita, atau bagian badan-Nya yang lain dengan sembarangan, seperti ungkapan kuno yang diucapkan di kalangan orang Italia: Corpo di Dio, Sangue di Dio. Meskipun kita tak bisa menyatakan bahwa itu adalah hujatan bidah, karena Allah sebagai manusia, punya tubuh dan darah, namun seturut beberapa orang Doktor, itu lebih dari hujatan sederhana, karena kata-katanya biasanya dituturkan dengan kebencian dan secara menghina. Itu mungkin berlaku setidak-tidaknya di negara-negara tempat ungkapan-ungkapan semacam itu lebih jarang, sedangkan di negara-negara lain, kebiasaan sering mendengar kata-kata itu mungkin bisa mengurangi rasa ngeri yang ditimbulkan hujatan-hujatan tersebut bagi orang-orang yang penakut. Walau bagaimanapun, orang yang berbicara seperti itu pastinya berbicara seperti Setan dan juga seperti orang Turki.
Ada seorang rohaniwan yang sedang berperjalanan dengan kapal galai. Ia mendengar seorang budak Kristiani menghujat. Berlarilah rohaniwan itu kepada budak tersebut dan berkata kepadanya:
Ada orang Turki yang mendengarnya dan segera menjawab:
Memang benar, rohaniwan itu menuturkan perkataannya pada perjalanan yang hanya orang Kristennya yang menghujat, dan tak ada orang Turki yang berbuat demikian. Sebab orang-orang Turki tidak hanya tak pernah menghujat nama Mahomet [Muhammad], yang padanya selalu mereka perlihatkan penghormatan besar, namun mereka juga punya hukum agar tidak menghujat Yesus Kristus. Ada beberapa rohaniwan yang bersaksi, bahwa mereka pernah melihat orang Turki dipenggal kepalanya karena telah menghujat Yesus Kristus. Namun demikian, Orang-orang Turki tak percaya akan keilahian-Nya; mereka memandang-Nya hanya sebagai seorang nabi besar.
Betapa malunya orang Kristen yang mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Allah benar, dan kemudian memperlakukan tubuh-Nya serta darah-Nya bagaikan tubuh dan darah seekor anjing. Iblis pastinya begitu senang menyaksikan niat jahatnya terlampaui oleh para penghujat: sebab pada akhirnya, Iblis menghujat, sedangkan Allah menghukumnya dengan siksaan kekal di Neraka yang tak terlukiskan, namun orang Kristen menghujat-Nya ketika dirinya dipenuhi dengan kemaslahatan.
Apalagi, hujatan-hujatan Iblis merupakan bagian dari siksaannya, dan karena itu, dalam suatu cara tertentu berubah menjadi kemuliaan Allah; sebaliknya, hujatan-hujatan orang Kristen murni suatu kesalahan, murni penghinaan, dan hanya kesabaran Allah yang tak terhinggalah yang menahan dosa-dosa mereka itu.
Apa kesimpulannya? Jadi, ketika anda mendengar orang Kristen menghujat, jangan bilang orang itu lebih buruk dari Iblis; namun bahwa dia lebih buruk dari seratus Iblis, dan bahwa lidahnya yang jahanam itu patut dikoyakkan dari mulutnya dan dibawa masuk Neraka, supaya dibakar di sana dalam lidah-lidah api.
V. Tetapi Romo, amarahlah yang membuat saya melontarkan kata-kata itu dari mulut: saya sudah terbiasa seperti itu; dan juga, kalau tidak menghujat, orang tidak disegani ataupun dihormati.
Kalau anda percaya bisa membenarkan diri dengan alasan-alasan seperti itu, itu seperti anda meyakinkan diri bahwa tangan anda akan menjadi putih kalau anda mencucinya dengan tinta. Amarah! Amarah! Istri anda juga sedang marah ketika dia membalas anda dengan jawaban curiga, bagaimanapun, anda tidak memperhitungkan itu sebagai alasan dirinya lepas dari kesalahan, dan anda menuntut supaya dia menghormati anda. Orang yang telah menghina anda, dia juga melakukannya karena waktu itu dia sedang marah, tetapi anda benar-benar ingat penghinaan yang telah diperbuatnya kepada anda, dan anda memastikan diri supaya tidak melupakannya. Dan anda lalu ingin seorang Penguasa, Penguasa dengan kemegahan tak terbatas seperti Allah, mengabaikan penghinaan-penghinaan yang dimuntahkan mulut anda kepada-Nya?
Andaikata orang meludahi wajah anda dan membuat alasan dengan berkata: “Maaf, pak, saya batuk; terimakah anda alasan itu? Anda batuk! Akan seperti itu jawaban anda, anda batuk! Tak ada cukup tempatkah untuk meludah tanpa meludahi muka saya?
Kalau demikian adanya, lantas apa kata Tuhan kepada orang-orang fasik yang membawa dalih konyol itu bahwa mereka menghujat hanya karena marah? Apa! Akan seperti itu balas-Nya, ketika hujatan-hujatan itu ada di kaki-Nya, di hadapan pengadilan-Nya yang menyeramkan. Apa! Hai orang kurang ajar, tak ada cara lainkah bagimu untuk melepas amarahmu selain dengan menyerang tubuh-Ku serta darah-Ku? Lantas tak ada yang lebih hina di atas bumikah di matamu, selain diri-Ku, Allahmu, Penciptamu, Juru Selamatmu?
Betapa mengerikannya hardikan itu! Percayalah saya, barang siapa berbicara dengan begitu jahatnya, akan mendapati dirinya sebentar lagi di negeri tempat mulutnya yang terkutuk itu mengandung lebih banyak api, dari yang ada di perapian membara; sebab semua hujatan yang anda tuturkan sudah tercatat, dan beratnya akan diganjarkan pada diri anda dengan pembalasan api. Ah! Buka mata, saudara-saudaraku yang terkasih, dan pahamilah penghujatan mengerikan yang diperbuat kepada Allah dengan menghujat. Kalau penghinaan meminjam bobotnya dari martabat orang yang dihina, lantas benar adanya kalau dosa itu (penghujatan) dipandang oleh semua Doktor sebagai salah satu dosa terberat yang dilakukan di atas bumi, dan bahwa dosa itu dihukum sebegitu beratnya oleh semua hukum ilahi, gerejawi dan sipil.
VI. Lantas, apa yang akan kita katakan tentang mereka yang membawa-bawa alasan lebih buruk?
Ujar mereka, “Romo, saya ingin berbenah diri, tetapi saya tidak bisa, karena saya sudah terjangkiti kebiasaan ini sejak masa kanak-kanak.”
Saya akui bahwa orang yang punya kebiasaan buruk menuturkan kata-kata kasar atau menghujat, terkadang dikuasai oleh hasrat atau kebiasaannya, sehingga ia menuturkan kata-kata itu tanpa perhatian, tanpa banyak berpikir … Namun kalau si penghujat, alih-alih membenci kebiasaan buruknya dan mencoba menggunakan cara yang layak untuk memadamkan kebiasaan buruknya itu, justru semakin memperdahsyat kebiasaan tersebut dengan hujatan-hujatan baru, tidak jelaskah bahwa orang kebiasaan yang dituruti seperti itu hanya memperparah kebersalahannya? Alasan cantik dari seorang pembunuh yang mengendap-endap di jalan raya dan hendak melepas kesalahan perampokannya dengan berkata:
Orang-orang macam itu pantas dipersalahkan seberat-beratnya bahkan lebih seberat-beratnya lagi, kalau mereka bangkit berdiri dan mendamprat nama suci Allah: Aku menghujat, ujar mereka, supaya orang menyegani aku. Ada orang muda celaka yang bisa percaya diri mereka ada di bawah orang lain, kalau orang mengingkari mereka, mereka tidak menjerit kuat-kuat:
Ah! Demi menakut-nakuti sesamamu, engkau menggunakan mulutmu yang fasik dengan menyebut-nyebut nama yang patut disembah itu, nama milik-Nya yang menciptakan kenikmatan Firdaus dan menakutkan Neraka! Apa kata anda, saudara-saudaraku, kalau ada orang yang pergi mencari sakristan gereja, dan memintanya meminjamkan kasula, jubah imam atau perhiasaan sakral termulia, dan menjadikan benda-benda itu orang-orangan sawah untuk menakut-nakuti burung di ladang? Apa kata anda?
Tak cukupkah kain rombeng milik anda sendiri yang bisa digunakan untuk menakut-nakuti burung, tanpa perlu menistai benda-benda yang sebegitu sucinya? Sayang sekali! Apa kata saya ketika melihat bahwa kalau ada seekor ternak yang tersandung, orang tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menopangnya selain dengan menista nama Allah dan Kristus-Nya, dengan memperlakukan nama-nama itu bagaikan lumpur di jalanan? Dan apa kata orang Kristen zaman kuno seandainya mereka kembali hidup di antara kita, dan melihat nama Yesus Kristus, yang demi-Nya mereka rela disembelih lehernya, menjadi sasaran cercaan yang terlontar dari semua lidah?
Dan yang lebih parah lagi, orang-orang celaka itu ingin berdalih dengan alasan amarah, ketidakperhatian. Oh! Jangan sekali-kali! Bukan amarah yang membuat anda menghujat, namun kurangnya takut akan Allah. Seandainya anda tahu, yang anda hujat adalah Allah yang agung itu, anda akan sujud dengan bibir menyentuh tanah, tanpa berani sedikit pun menengadah mata ke langit.
Saya ingin menarik perhatian kita tentang perkara ini pada renungan yang dibuat laki-laki banci ini, mereka yang tak tahu cara berkata-kata tanpa menyebut-nyebut nama Allah, entah melalui pribadi-Nya sendiri, atau dalam pribadi para kudus-Nya. Dengarkanlah ibunda ini ketika anaknya yang bandel membuatnya kehilangan kesabaran: “Demi matahari Tuhan, kamu akan membayarku”, seru si ibu seketika. - “Demi Perawan Maria, aku ingin kamu mendengarkanku.” – “Selama ada Allah di dunia, aku jamin ….” Mungkinkah orang tak bisa membuka mulut tanpa meluncurkan anak panah kepada Tuhan?
Orang bilang bahwa mereka yang melarang menyebut nama Allah sembarangan itu menghapus perintah Allah yang Kedua, dari Sepuluh Perintah Allah. Kata-kata semacam itu bukan hujat, namun laknat; dan kalau anda menuturkannya demi memperkuat dusta atau janji-janji berbuat kejahatan, seperti membalas dendam, lantas itu namanya sumpah palsu dan penghinaan berat terhadap Allah, sedemikian beratnya sehingga di zaman dulu, penitensi yang dijatuhkan atas sumpah palsu itu seberat yang dijatuhkan atas pembunuhan. Tolonglah, gunakanlah kata-kata yang lebih Kristiani.
Ketika anda marah, kalau kendali diri anda sedikit sekali sehingga tak bisa menahan lidah anda mengeluarkan cercaan dan kutukan, setidak-tidaknya jangan anda menyebut nama Allah, nama Tuhan kita Yesus Kristus, nama Santa Perawan Maria dan nama para kudus. Justru, kutuklah dosa, seperti yang sudah saya katakan, sambil mengulangi kencang-kencang: “Terkutuklah dosa!” Dengan demikian, anda bisa yakin tidak melakukan penghujatan ataupun sumpah palsu, dan kalau lidah anda masih belum seutuhnya milik Allah, setidak-tidaknya tidak akan lagi menjadi milik Iblis seutuhnya, yang tampaknya dialah yang empunya lidah para penghujat.
VII. Adapun siksaan-siksaan yang patut didapat para penghujat, anda bisa menilai sendiri. Kalau Allah menghukum dengan api Neraka, orang-orang yang menghina sesamanya dengan tidak adil, dengan lebih benar lagi akan Dia campakkan ke lubuk Neraka, orang yang dengan kurang ajarnya menghina kemegahan ilahi-Nya.
Dan juga, seorang penghujat istilahnya pasti akan binasa; semua teolog mengakui bahwa jika kebiasaan memberkati Allah dalam segala kesempatan adalah perwujudan predestinasi yang jelas; lantas mengutuki-Nya, menghujat-Nya, sebaliknya adalah tanda pengutukan yang paling memilukan: Benedicentes ei haereditabunt terram: “Barang siapa memberkati, akan mewarisi tanah orang terpilih”, maledicentes autem ei disperibunt:[3] Itulah sebabnya, julukan yang paling layak didapat para penghujat, adalah sekutu Antikristus, peneladan roh jahat, pendamping orang terkutuk.
Namun hati yang keras, yang imannya sudah tertidur itu hampir-hampir tidak takut akan semuanya itu. Walau demikian, Allah tak membatasi diri hanya dengan menghukum mereka di kehidupan yang akan datang; Ia terbiasa meremukkan kepala orang-orang angkuh itu di kehidupan ini, dan demi itu, Ia terkadang menggunakan hal-hal terkecil, seperti yang dilakukannya kepada Firaun; dilepaskan-Nya terhadap si penghujat yang angkuh itu, tulah katak, lalat pikat, serta musuh-musuh serupa lainnya, demi mempermalukan Firaun dan memaksanya menarik hujatan-hujatannya.
Dipergunakan-Nya pula hal-hal semacam itu kepada seorang penghujat di Kerajaan Spanyol. Dia itu seorang pejudi. Pada suatu hari, ia kehilangan segala harta miliknya ketika bermain kartu. Ia berdoa kepada Allah supaya mengembalikkan harta miliknya, agar dia bernasib baik. Namun yang terjadi justru sebaliknya, sedemikian rupa sehingga karena tak punya apa-apa lagi yang bisa dipertaruhkan, ia pun mempertaruhkan pakaiannya, dan kemudian ia kehilangan segala-galanya. Marah, ia pulang ke rumah, dan tanpa berpakaian apa-apa, dilapisi badannya itu dengan persenjataan. Ia berkuda dan berperjalanan dengan pakaian seperti itu di lapangan terbuka. Di sana, menghunus pedang, ia mulai menghujat dengan suara lantang. Ujarnya:
Semua orang yang hadir terkejut mendengar hujatan-hujatan yang mengerikan itu, dan tidak ada orang yang cukup berani membalas dia.
Namun Allah melakukannya, dan demi mempermalukan si congkak itu, dikirimkan-Nya seekor tawon yang masuk ke celah mata ketopong zirahnya dan hinggap di wajahnya. Tawon itu mulai menyengat dia dan mengakibatkan rasa sakit yang sebegitu perihnya; ketopong dilepaskannya, namun tak kuasa mengusir musuh yang hina itu, ia jatuh dari kuda, dan semakin diusirnya serangga itu, semakin ganas si tawon meluncurkan sengatannya. Berguling-gulinglah wajahnya di tanah, dan tawon itu terus menyengatnya, tiada henti-hentinya tawon menyerang si malang yang melenguh bagaikan lembu itu, sampai ia menarik hujatan-hujatan ngeri yang sebelumnya telah dia muntahkan kepada Allah.
Demikianlah cara Tuhan mempermalukan para penghujat angkuh di dunia ini, mereka yang benar-benar meneladani Lucifer. Digunakan-Nya alat-alat paling hina demi menyiksa mereka, demi membuat mereka menundukkan dahi dan menyembah Dia yang telah mereka nodai dengan lidah mereka yang fasik. Coba nilai, seturut cerita itu, akan seperti apa perlakuan-Nya bagi mereka di dunia yang akan datang.
Tuhan menampakkan kepada Santa Fransiska dari Roma, siksaan-siksaan mengerikan yang telah dipersiapkan-Nya di dalam Neraka bagi para penghujat, dan kepadanya Dia perdengarkan bahwa lidah mereka akan mendapat siksaan khusus. Celakalah kalian, hai para penghujat, kalian sekarang dianiaya oleh Allah di dunia ini dan di dunia yang akan datang. Ketika lidah berwarna hitam dan penuh nanah, para dokter menyimpulkan itu sebagai pertanda ajal akan segera datang; dan saya, ketika melihat lidah para penghujat yang hitam dan berbisa, di sana saya temukan gejala yang terlalu jelas bahwa mereka kelak akan binasa.
Saya tidak bisa yakin bahwa orang yang di dunia ini hanya menghina dan mengutuk nama Allah seperti orang-orang terkutuk, ditakdirkan akan memuji-Nya di Surga bersama orang-orang terberkati. Pendapat saya pada perkara ini saja diteguhkan oleh kata-kata Allah, yang menyatakan dalam Kitab Tobias, bahwa Ia akan mencampakkan semua penghujat ke dalam lubuk Neraka yang terdalam: Condemnati erunt omnes qui blasphemaverint te.[4] Mau berkata apa kalian, hai penghujat fasik, apa kata kalian tentang hal itu? Masih belum cukupkah semua itu untuk membuat kalian takut?
VIII. Namun mengapa begitu besar hukuman yang ditimpakan kepada para penghujat? Santo Hieronimus memberikan alasannya: ia berkata bahwa dosa penghujatan tiada duanya, dan bahwa semua dosa yang lain itu ringan ketimbang dosa yang satu itu: Omne peccatum comparatum blasphemiae levius est. Doktor suci itu menambahkan pula, bahwa dosa terkutuk itu tak pantas mendapat indulgensi apa-apa, sebab itu adalah penghinaan keji yang dibuat kepada Allah, suatu penghinaan langsung, suatu cercaan yang menodai kemegahan-Nya yang Mahatinggi. Blasphemia veniam non meretur, quae point in Excelso os suum.
Dari situlah ada kewajiban yang kita emban untuk mengoreksi para penghujat, untuk mengoreksi mereka bahkan secara publik dan tegas. Memang benar, ada kewajiban terketat untuk menegur penghujat yang menghina Allah; sebab barang siapa memfitnah, melepas penghormatan kepada ciptaan, sedangkan barang siapa menghujat, memberi aib pada sang Pencipta, dan penghormatan kepada Allah bagi kita haruslah yang paling berharga ketimbang semua barang ciptaan.
Terlebih, Konsili Lateran menghendaki agar kita mengoreksi penghujat meskipun mungkin tidak lagi ada harapan membuahkan hasil; alasannya, untuk semua pelanggaran lain, koreksinya diperbuat demi tujuan pembenahan, sedangkan pada perkara ini, koreksinya dijatuhkan sebagai hukuman.
Perlunya koreksi ini diakibatkan oleh dua alasan berbobot berat:
Itulah sebabnya beberapa pangeran di dunia ini, karena hati mereka sedia menghormati Allah, telah menghukum para penghujat untuk bekerja di kapal galai, yang lain dihukum dengan dipotong lidahnya, dan bahkan dengan dipenggal kepalanya, hukuman yang sangat adil dan dahulu kala dijatuhkan oleh Allah pada masa Hukum Lama. Seturut hukum itu, penghujat harus diseret keluar perkemahan, dan dirajam oleh semua orang: Educ blasphemum extra castra, … et lapidet eum populus universus.[5]
Tergerak oleh alasan-alasan berat ini, seorang prelat bersemangat besar hendak memberantas penghujatan di diosesnya, dan karena itu tidak lama lalu, memberlakukan maklumat berat yang memerintahkan agar penghujat, untuk pertama kalinya, diekspos pada hari raya, di ambang pintu Gereja sehingga dipermalukan secra publik, dengan berangus di mulutnya; dan bagi yang kambuh dosanya, orang itu akan ditahan penjara tiga hari; dan untuk ketiga kalinya, orang itu dikirim bekerja di kapal galai. Oh! Betapa sempurna pembaruan itu kalau diterapkan ke seluruh negeri seturut ketetapan tersebut! Anda tak boleh kaget, saudara-saudaraku yang terkasih, dengan penggunaan hukuman seketat itu.
Tidak akan berbuat apa anda ini untuk melawan penyihir, yang menurut anda, menyebabkan cuaca buruk serta badai? Anda semua mempersenjatai diri untuk mengusir mereka dan membuat diri mereka dihukum sebagai jiwa-jiwa yang sudah dijual kepada Setan, dan sebagai sebab lazim terjadinya musibah pada masyarakat.
Para penghujat harus diperlakukan seperti itu pula. Ketika anda terancam melawan badai, anda akan memerintahkan agar genta dibunyikan, bukan? Benar sekali, karena lonceng sudah diberkati antara lain untuk tujuan itu, namun ketahuilah pula, bahwa ada lonceng-lonceng pemanggil badai lain dan yang lebih kencang suaranya daripada lonceng anda itu: yakni, mulut mereka yang adalah mulut Neraka, mulut pemuntah hujatan terhadap Allah; dengan demikian, anda bisa menganggap mulut mereka itu seperti menderu-deru memanggil badai pada ladang anda, pada tanaman anggur anda, pada pohon zaitun anda.
Oleh sebab itulah Santo Yohanes Krisostomus menyampaikan petuah ini kepada anda, terdikte oleh semangatnya yang membara: ketika di tengah jalan atau di tempat publik, anda mendengar hujatan, hendaknya anda bela kehormatan Allah: ancamlah, berserulah … agar bungkam mulutnya yang fasik itu … Setidak-tidaknya dengan demikian kita akan mendapat hasil seperti itu, imbuh Doktor suci itu, sehingga si malang itu, sebelum menghujat, melongok di sekelilingnya supaya melihat apabila ada orang baik-baik yang mungkin mendengar mereka …
IX. Saya melihat bahwa para penghujat, terkejut dan kebingungan, menundukkan kepala dan berkata kepada saya dengan suara redam: Tetapi Romo, tak adakah obat yang lebih enak untuk mengoreksi diri dari dosa yang hina itu? – Obatnya gampang, kalau anda bisa memutuskan untuk mengamalkannya. Seperti ini. Setiap kali anda dengan malangnya mengeluarkan kata-kata berdosa itu dan terutama mengucapkan nama Tubuh dan Darah Yesus Kristus tanpa hormat, atau mungkin mengutuk orang kudus tertentu, anda harus sujud sampai ke tanah dan di situ, dengan lidah anda, anda buat tanda salib sebanyak penghujatan yang anda buat; lakukanlah itu setidak-tidaknya di sore hari sebelum anda pergi tidur, ketika tidak ada orang yang melihat anda.
Ada satu obat lain yang lebih tidak pahit, dan mungkin lebih efektif, yakni mendaraskan doa tasbih, bukan Ave Maria, namun puji-pujian Allah; misalnya, daraskan serratus kali dengan rosario di tangan: “Semoga Tubuh Yesus yang patut disembah itu dipuji dan disembah. Terberkatilah Darah Mahamulia Allah Juru Selamatku.” Kalau anda telah mengutuk seorang kudus, berkatilah orang kudus itu seperti itu pula seratus kali.
Saya memohon kepada para imam yang terhormat, ketika anda sekalian pergi mengaku dosa, supaya anda diberi praktik penitensi seperti itu sampai pengakuan dosa berikutnya; atau, kalau itu tidak berkenan kepada mereka, supaya mereka memberi praktik penitensi lain yang benar-benar mengena pada anda, seperti memberi sedekah untuk setiap hujatan, atau tidak minum anggur pada hari anda jatuh berdosa. Selebihnya, mereka diwajibkan, atas dasar Konsili Lateran, seperti yang baru saja anda dengar, untuk menghardik dan menghukum penghujat dengan penitensi yang setimpal, kalau mereka tidak ingin menjatuhkan dosa orang pada diri mereka sendiri, dengan menjadikan diri mereka partisipan dalam dosa itu akibat semacam kerja sama.
Seorang kapten pada suatu hari pergi mengaku dosa kepada imam bajik, mengakui hujatan-hujatan yang telah dituturkannya, dan ketika pembimbing rohani itu memulai tanggung jawabnya untuk memberikan si kapten koreksi yang layak, pimpinan militer itu menjawab bahwa dia tidak bisa berbuat demikian, karena para serdadunya hampir tak mau taat kepadanya. Lihatlah di sini, notabene, seperti apa niat … beberapa orang peniten dalam menyambut pengadilan suci: mereka berniat terus berbuat dosa yang mereka tuduhkan pada diri mereka sendiri, dan mereka mengkhayal sampai benar-benar percaya diri mereka sungguh layak diabsolusi dari dosa-dosa itu.
Kembali ke cerita kita, imam pengakuan dosa hanya semakin keras menegur si kapten, karena ia tidak hanya telah menghujat, namun karena pada pengadilan Sakramen Tobat itu, ia membela hujatan-hujatannya; dan imam itu berkata dengan nada suara tegas: “Saya sama sekali tidak akan memberi anda absolusi kalau anda tidak bertobat dengan tulus, dan kalau anda tidak siap menerima penitensi yang akan saya berikan kepada anda, untuk mengoreksi diri anda dari kebiasaan buruk anda.”
Penitensinya seperti ini: “Setiap kali anda menuturkan kata-kata fasik itu ke depannya, lepaskanlah satu kancing emas yang menghiasi jubah anda, dan berikanlah kancing itu kepada orang miskin pertama yang anda jumpai di jalanan.”
Si kapten menerima penitensi itu, mengakui kesalahannya dengan rendah hati, dan untuk beberapa lama dia tidak kambuh; namun karena dia lalu kembali menghujat, ia melepaskan salah satu kancingnya dan memberikannya kepada orang miskin, demi menunaikan penitensi yang diberikan kepadanya; ia berbuat demikian pula untuk kedua dan ketiga kalinya; namun melihat jubahnya itu segera tak berkancing, dan karena dari pihaknya, dia tidak menemukan cara untuk bertekun dalam kebiasaan itu, ia sama sekali meninggalkannya.
Anda lihat betapa mudahnya dia bisa mengoreksi diri, seandainya saja imam pengakuan dosa dan si peniten benar-benar tulus hati meniati pembenahan itu. Baiklah! Kita semua pada pagi ini harus bersama-sama membentuk sebuah liga suci, demi beroleh, dengan segala cara yang mungkin, pembenahan bagi merkea yang mulutnya terbiasa mengeluarkan kata-kata terkutuk itu: Blasphemia tollatur a vobis: “Semoga penghujatan, ujar Santo Paulus, lenyap dari antara kamu sekalian”, hai orang Kristen; maksudnya, semoga orang harus berlomba-lomba membersihkan negara ini dari kejahatan yang begitu berjangkit itu; pangeran dan prelat, bapak dan ibu, imam pengakuan dosa dan pewarta, superior dan setaranya, semuanya harus bertanggung jawab membela kepentingan-kepentingan Allah.
Oleh sebab itu, ketika sejak saat ini anda mendengar orang menghujat … karena si pendosa itu mungkin menghujat lebih kencang, setidak-tidaknya lakukanlah ini: angkatlah suara anda dan katakanlah: “Terpujilah Yesus Kristus.” Mungkin, dengan melawan hujatan-hujatan orang fasik itu dan menyandingkannya dengan puji-pujian nama suci Yesus, anda akan berhasil menutup mulutnya. Ingatlah, saya mohon, akan nasihat yang penting ini: ketika anda mendengar orang menghujat, segeralah anda berkata: “Terpujilah Yesus Kristus”. Kalau anda tidak berbuat yang saya anjurkan pada anda ini, saudara-saudaraku yang terkasih, yakinilah bahwa anda tidak akan pernah mendapat kebaikan.
Tuhan kita pada suatu hari tampak kepada Robertus, raja Prancis, yang memohon damai Sejahtera bagi kerajaannya:
Saya katakan itu semuanya juga: selama anda tidak menutup mulut anak laki-laki anda, hamba anda, pembantu rumah tangga anda, orang tua anda yang begitu seringnya menghujat di rumah anda, niscaya damai sejahtera tidak akan pernah meraja di sana. Agimus tibi gratias, etc.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Prancis.
St. Leonardus dari Porto Mauritio, Sermons, exhortations et conférences pour les missions [Khotbah, Nasihat dan Konferensi untuk Misi-Misi], disadur dari bahasa Italia oleh F.-I.-J Labis, Vol. I, Paris, Librairie de P. Letnielleux, 1860, hal. 426-447.
[1] Jacob. 3, 6.
[2] Prov. 23, 14.
[3] Ps. 36, 22.
[4] Tob. 13, 16.
[5] Levit. 24, 14.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...