^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Penghujatan - Khotbah St. Alfonsus
KHOTBAH LIII
Untuk Minggu Kedua Puluh Delapan Setelah Pentakosta
Tentang Penghujatan
Cum ergo videritis abominationem desclationis (Mat xxiv. 15.)
“Allah membenci segala dosa; tetapi dosa yang paling menjijikkan di hadapan-Nya, tidak diragukan, adalah penghujatan, yang dapat kita sebut sebagai kekejian bagi Tuhan; sebab penghujatan bertujuan secara langsung untuk menghina Allah, yang nama kudus-Nya dikutuk oleh dosa tersebut, sedangkan dosa-dosa berat lainnya, yang hanya merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum, hanya menghina-Nya kurang lebih dengan cara yang tidak langsung; per praevaricationem legis Deum inhonoras, ujar sang Rasul (Roma ii. 23.) St. Yohanes Krisostomus berkata, dengan benar, bahwa tiada suatu kesalahan umat manusia pun yang membuat hati Allah menjadi sedemikian getirnya selain mendengar nama-Nya dihujat. Saya pada hari ini akan menunjukkan kepada anda sekalian, para pendengar yang terkasih:
POIN PERTAMA
Beratnya dosa penghujatan
I. Apakah penghujatan itu? Penghujatan adalah suatu perkataan, suatu ungkapan yang menghina Allah. Est contumeliosa in Deum locutio. Demikianlah para Doktor mendefinisikannya. Oh! Kepada Allah yang agunglah manusia merasa jengkel sewaktu mereka menghujat-Nya; Allah sendirilah yang mereka serang secara langsung. Contra Omnipotentem roboratus est.[1] Santo Efrem berseru: ‘Ah! Bagaimanakah sang penghujat tidak takut bahwa api dari Surga akan jatuh ke atas dirinya dan menghabisinya! Bagaimanakah tanah di bawah kakinya akan terbuka untuk melahapnya?’ Non metuis ne forte ignis de coelo descendat et devorat te, qui sic os adversus Omnipotentem aperis? Neque vereris ne terra te absorbeat.[2] St. Gregorius dari Nazianzus berkata: ‘Para iblis gemetar saat mendengar nama Kristus, sedangkan kita tidak takut untuk menghina-Nya.’ Daemones ad Christi nomen exhorrescunt, nos rero nomen adeo venerandum contumelia afferre non veneremur.[3] Orang yang dendam menyerang orang yang setara; sedangkan sang penghujat tampaknya, sewaktu ia menghujat, ingin membalas dendam kepada Allah sendiri, karena Allah telah mengizinkan hal-hal yang menjengkelkannya atau yang mengesalkannya. Terdapat banyak perbedaan antara penghinaan yang dilakukan terhadap gambaran raja, dan penghinaan yang dilakukan terhadap pribadinya. Manusia adalah citra dari Allah, tetapi sang penghujat menyerang secara langsung keilahian sendiri. Santo Atanasius berkata, Qui blasphemat contra ipsam deitatem agit. Barangsiapa melanggar hukum raja, ia berdosa; barangsiapa menyerang pribadi raja melakukan pengkhianatan terhadap raja, suatu kejahatan yang merampas dari dirinya hak suaka di dalam gereja, dan menjatuhkan kepadanya siksaan-siksaan yang mengerikan. Apakah yang akan kita katakan tentang orang yang menghina keagungan Allah. Sang nabiah Hanna, berkata di dalam kidungnya: Si peccaverit vir in virum, placari ei potest Deus. Si autem in Dominum peccaverit, quis orabit pro eo.[4] Dosa penghujatan oleh karena itu begitu besarnya sehingga para kudus sendiri tampaknya hampir tidak ingin berdoa bagi sang penghujat.
II. Mulut yang mengucapkan penistaan melakukan penghujatan terhadap Ia yang menopangnya. Santo Yohanes Krisostomus berkata: Deo beneficienti tibi et tui curam agenti maledicis? Salah satu dari kakimu sudah berada di dalam Neraka; andaikata Allah tidak menjaga nyawamu dengan kerahiman-Nya, engkau akan telah terkutuk selamanya; dan bukannya berterima kasih kepada-Nya, engkau menghujat-Nya pada saat yang sama di mana Ia telah berbuat baik terhadap dirimu? Tuhan berkata: Si inimicus meus maledixisset mihi, sustinuissem utique.[5] Jikalau engkau menghina diri-Ku sewaktu Aku menghukummu, Aku akan mampu menanggungnya; tetapi pada saat yang sama di mana Aku berbuat baik terhadap dirimu, engkau mengutuki-Ku. – Santo Bernardinus dari Siena berseru – ya lidah dari Neraka, alasan apakah yang mampu mendorong dirimu untuk menghujat Allah yang telah menciptakanmu, dan yang setelahnya telah menebusmu dengan harga darah-Nya? O longua diabolica, qui potest te inducere ad blasphemandum Deum tuum, qui te psalmavit, qui te pretioso sanguine redemit.[6] Beberapa orang menghujat secara amat khusus terhadap Yesus Kristus, terhadap Ia yang telah mati demi mereka di kayu salib? Andaikata kita tidak harus mati, kita akah harus menginginkan kematian untuk memberikan suatu tanda syukur yang kecil kepada Allah yang telah memberikan kepada kita hidup-Nya. Saya berkata tanda yang kecil, karena kita tidak dapat membandingkan kematian Allah dengan kematian suatu ciptaan yang hina ; dan, bukannya memuji-Nya dan mencintai-Nya, anda mengutuki-Nya? Santo Agustinus berkata: Flagellatus est Christus, flagellis Judaeorum ; sed non minus flagellatur blasphemiis falsorum Christianorum.[7] Orang lain telah menghujat Santa Perawan Maria, Bunda Allah yang baik yang begitu mencintai diri kita dan yang selalu berdoa untuk diri kita. Tetapi para penjahat itu telah dihukum dengan hukuman yang amat menakutkan. Surius (untuk tanggal 7 Agustus) mencatat bahwa seseorang yang fasik pertama-tama menghujat sang Perawan, dan lalu ia menghantam berulang kali dengan pedang salah satu dari gambarnya yang berada di dalam sebuah gereja. Hukumannya segera datang. Saat ia keluar dari gereja, ia disambar oleh sebuah kilat, dan tubuhnya habis menjadi abu. Nestorius yang bernama buruk, yang juga telah menghujat Maria, dan menuntun orang-orang lain untuk meneladaninya, dan untuk berkata seperti dirinya bahwa Maria bukanlah Bunda Allah, mati dalam keputusasaan, lidahnya digerogoti oleh belatung.
III. Quis loquitur blasphemias?[8] Siapakah sang penghujat? Ia adalah orang Kristiani, manusia yang telah menerima pembaptisan, dan yang lidahnya kurang lebih telah dikonsekrasikan, menurut seorang Doktor yang berwawasan. Di atas lidah seorang bayi, ditaburkan garam yang terberkati sewaktu bayi itu dibaptis, agar lidahnya belajar untuk memberkati Allah. Ut lingua Christiani quasi sacra efficiatur, et Deum benedicere consuescat.[9] Dan haruskah lidah itu menjadi sebuah pedang yang menembus hati Allah? ujar St. Bernardinus. Lingua blasphemantis efficitur quasi gladius cor Dei penetrans.[10] Itulah mengapa, menurut St. Bernardinus yang sama, tiada suatu dosa pun yang mengandung kejahatan yang begitu besar selain penghujatan. Nullum est peccatum qui habeat in se tantum iniquitatem sicut blasphemia. St. Krisostomus mengatakan hal yang sama dalam istilah yang lain: Nullum hoc peccato deterius, nam in eo accessio est omnium malorum, et omne supplicium. St. Hieronimus menggunakan tutur kata yang sama, dengan mengedepankan bahwa, dibandingkan dengan penghujatan, segala dosa lainnya lebih tidak berat. Nihil horribilius blasphemia; omne quippe peccatum comparatum blasphemia levius est.[11] Baik adanya di sini untuk memperingatkan bahwa penghujatan yang menyerang para kudus dan hal-hal yang suci, seperti sakramen-sakramen, Misa, dst. adalah hal yang sejenis dengan penghujatan terhadap Allah, karena, seperti yang diajarkan oleh St. Thomas kepada kita, sebagaimana penghormatan yang kita berikan kepada para kudus dan kepada hal-hal yang suci berkenaan dengan Allah, demikian pula penghinaan yang dibuat kepada para kudus terpercik atas keilahian, yang adalah sumber dari kesucian. Sicut Deus in sanctis suis laudatur,[12] it et blasphemia in sanctos in Deum redundat.[13] Dan penghujatan adalah dosa yang paling besar terhadap agama, ujarnya.[14]
IV. Demikianlah, dengan mengulangi perkataan St. Hieronimus, kita akan berkata bahwa penghujatan lebih berat daripada perampokan, daripada perzinaan, daripada pembunuhan. Segala dosa lainnya, ujar St. Bernardinus, berasal dari kerapuhan dan ketidaktahuan, tetapi penghujatan adalah hasil dari maksud jahat sendiri. Omnia alia peccata videntur procedere partim ex fragilitate, partim ex ignorantia; sed peccatum blasphemia procedit ex propria malitia.[15] Karena dosa penghujatan terlahir dari kehendak buruk, dan dari suatu jenis kebencian yang kita telah bayangkan terhadap Allah, sehingga sang penghujat membuat dirinya sendiri serupa dengan orang-orang yang terkutuk yang, ujar St. Thomas, tidak menghujat dengan mulut mereka, karena mereka tidak memiliki badan, tetapi menghujat dengan hati mereka, dengan mengutuki keadilah ilahi yang menghukum diri mereka. Detestatio divinae justitiae in eis interior cordis blasphemia.[16] St. Thomas menambahkan bahwa kemungkinan setelah kebangkitan, sebagaimana para kudus di dalam Surga akan memuji Allah dengan bersuara, demikian pula suara dari orang-orang yang terkutuk akan menghujat di dalam Neraka. Et credibile est quod, post resurrectionem, erit in eis etiam vocalis blasphemia, sicut in sanctis vocalis laus Dei. Seorang penulis yang terpelajar menyebut penghujatan sebagai bahasa Neraka, sebab iblislah yang berbicara dengan mulut penuh hujat, demikian pula Allah berbicara melalui mulut para kudus. Blasphemia est peccatum diabolicum, loquela infernalis; sicut enim Spritus sanctus loquitur per bonos, ita diabolus per blasphemos.[17] Sewaktu St. Petrus, di istana Kayafas, menyangkal Yesus Kristus, dengan bersumpah bahwa ia tidak mengenali Yesus, orang-orang Yahudi berkata bahwa logatnya mengkhianatinya dan membuatnya dikenal sebagai murid Yesus. Vere et tu ex illis es; nam et loquela tua manifestum te facit.[18] Kita dapat berkata demikian tentang semua penghujat: Engkau berasal dari negeri Neraka, dan engkau sungguh adalah murid Lucifer, sebab bahasamu sama dengan bahasa orang-orang yang terkutuk. St. Antoninus berkata bahwa orang-orang yang terkutuk, di dalam Neraka, tidak memiliki suatu kesibukan yang lain selain menghujat dan mengutuk Allah. Non aliud opus in inferno exercent, nisi blasphemare Deum et maledicere.[19] Teks dari Kitab Wahyu juga mendukungnya: Et commanducaverunt linguas suas prae dolore, et blasphemaverunt Deum coeli.[20]…
V. Terhadap kejahatan dari penghujatan, harus ditambahkan pula skandal yang hampir selalu ditimbulkan dengannya; karena penghujatan adalah suatu dosa eksterior dan yang amat sering dilakukan di hadapan orang-orang lainnya. St. Paulus menghardik orang-orang Yahudi yang, oleh karena dosa-dosa mereka, mereka telah menjadi sebab bangsa-bangsa menghujat Allah kita dan mereka mengolok-oloki hukum-Nya. Nomen enim Dei per vos blasphematur inter Gentes.[21] Betapa lebih besarnya kesalahan orang-orang Kristiani yang, oleh karena penghujatan mereka, menuntun orang-orang Kristiani lainnya untuk meniru mereka. Tetapi bagaimanakah, saya bertanya, di dalam provinsi-provinsi tertentu, kita tidak mendengar para penghujat dan jikalau mereka ada, mereka sangat langka, sedangkan, di dalam provinsi-provinsi lainnya, mereka sangat sering dijumpai, sehingga kita dapat berkata kepada mereka melalui mulut Yesaya: Jugiter, tota die nomen meum blasphematur. Di tempat-tempat, di jalan-jalan, di pedesaan, di segala tempat, kita hanya mendengar penghujatan. Dari manakah asalnya? Asalnya adalah bahwa yang satu meniru yang lainnya, para putra mendapatkannya dari bapa mereka, para buruh dari para tuan mereka, anak-anak dari tua-tua. Kita terutama melihat keluarga-keluarga di mana kita dapat berkata bahwa penghujatan adalah suatu warisan, dan warisan tersebut diterima dengan cermat. Ya orang tua yang malang, yang bukan mengajarkan kepada anak-anak anda untuk memuji Allah, anda hanya mengajarkan mereka untuk mengutuki-Nya; pertanggungjawaban macam apa yang akan harus anda berikan! Tetapi, anda berkata bahwa anda menghardik anak-anak anda sewaktu anda mendengar mereka menghujat… Tidakkah anda merasa bahwa contoh yang buruk yang anda berikan kepada mereka menghancurkan segala hasil dari keluhan-keluhan anda? Demi kasih, ya para bapa dari keluarga, jangan lagi anda menghujat, atau jika hal itu masih terjadi, hendaknya janganlah hal itu di depan anak-anak; dan sewaktu anda mendengar anak-anak menghujat, hardiklah mereka dengan keras: Contere os ipsius et manum tuam percussione sanctifica, ujar St. Krisostomus.[22] Pukullah mulut mereka, anda akan menguduskan tangan anda. Terdapat para bapa yang, jika anak-anak mereka tidak segera melakukan apa yang mereka mereka perintahkan, langsung memukuli mereka; tetapi sewaktu para bapa itu mendengar anak-anak menghujat, mereka hanya tertawa, atau, setidaknya, mereka tidak berkata apa-apa. Santo Gregorius menceritakan[23] bahwa seorang anak berusia 5 tahun, putra dari seorang bangsawan Roma, terbiasa mengolok-olok nama Allah yang kudus; dan bapanya tidak menegurnya. Pada suatu hari, anak itu diserang oleh beberapa penjahat, dan ia pun berlari mencari perlindungan dalam tangan bapanya; tetapi para penjahat itu, yang seperti iblis, mengejarnya, membunuhnya, dan menyeretnya ke dalam Neraka.
Poin II
Beratnya hukuman dari Allah terhadap sang penghujat.
VI. Voe genti peccatrici! Yesaya berseru.[24] Blasphemaverunt sanctum Israel. Terkutuklah para penghujat untuk selamanya, sebab barangsiapa menghujat akan terkutuk. Condemnati erunt omnes qui blasphemaverint te.[25] Allah telah berkata, melalui mulut Ayub: Imitaris linguam blasphemantium; condemnabit te os tuum et non ego.[26] Untuk mengutuk sang penghujat, Allah akan berkata kepadanya: Bukanlah Aku yang kaukutuk ke dalam hukuman-hukuman Neraka, melainkan mulutmu sendiri, mulutmu yang telah berani mengutuki-Ku, Aku dan pada kudus-Ku. Wahai para penghujat yang malang! Mereka akan terus mengujat di dalam keabadian; itulah yang akan menjadi hukuman mereka yang terbesar, sebab pengujatan sendiri akan mengingatkan mereka tanpa henti bahwa oleh karena penghujatan itulah mereka telah kehilangan keselamatan mereka.
VII. Bukan hanya di dalam Neraka para penghujat akan dihukum, mereka juga dihukum di dalam hidup ini. Di bawah Hukum Lama, mereka dahulu dirajam oleh orang-orang. Et qui blasphemaverit nomen Domini morte moriatur; lapidibusopprimet eum omnis multitudo.[27] Di bawah Hukum Baru, pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus, mereka demikian pula dihukum mati; St. Louis, Raja Prancis, membuat lidah mereka ditusuk dan dahi mereka dicap dengan besi panas; jika seseorang mengulangi pelanggaran yang sama, ia dihukum mati. Seorang penulis melaporkan bahwa hukum sipil menolak untuk memberikan kepada mereka hak untuk memberi kesaksian dalam pengadilan. Konstitusi dari Gregorius XVI pertama-tama menolak untuk memberikan mereka penghormatan dari penguburan. Dan sang penghujat mengeluhkan serta mengesahkan apa yang terjadi kepada dirinya. Ia berkata, saya berusaha keras, saya khawatir, dan saya melihat bahwa diri saya selalu miskin, selalu dalam penderitaan. Seseorang dapat berkata, suatu ekskomunikasi telah dijatuhkan atas rumah saya! – Suatu ekskomunikasi, ujar anda? Dan penghujatan-penghujatan itu yang masih ada di dalam mulut anda, yang adalah penyebab dari kesusahan anda; penghujatan itu akan membuat anda senantiasa dikutuk oleh Allah yang anda hina tiada henti.
VIII. Oh! Betapa banyak contoh yang dapat saya berikan kepada anda tentang para penghujat yang telah mengalami kematian yang mengenaskan! Romo Ségnéri[28] melaporkan bahwa, di daerah Gascogne, dua pria yang telah menghujat darah Yesus Kristus, tidak lama kemudian terbunuh dalam duatu perkelahian, dan bahwa tubuh mereka dikoyakkan oleh anjing-anjing. Seorang penduduk Meksiko, yang ditegur oleh karena penghujatannya, menanggapi: Saya akan berbuat lebih buruk daripada sebelumnya; tetapi, pada malam dari hari yang sama, lidahnya melekat secara kuat kepada langit-langit mulutnya. Pria yang malang itu meninggal tidak lama setelahnya, dalam keputusasaan, tanpa memberikan suatu tanda pertobatan pun. Dresselius melaporkan bahwa seorang pira yang melakukan penghujatan-penghujatan yang mengerikan seketika kehilangan penglihatannya, dan di samping itu, sewaktu ia menghujat Santo Antonius, dari gambar orang kudus itu keluarlah sebuah lidah api yang menghanguskannya. Sarnelli, di dalam bukunya melawan penghujatan-penghujatan, berkata bahwa di Konstantinopel, seorang pria yang telah menghujat Allah, merasakan kemurkaan yang sedemikian rupa sehingga ia mengoyakkan daging tubuhnya sendiri dengan tangannya sendiri, yang menjadi sebab kematiannya. Thomas de Cantiprenne berbicara tentang seornag pria, yang disebut Simon de Tournai, yang, setelah menuturkan penghujatan-penghujatan yang mengerikan, jatuh di atas tanah kejang-kejang, dan sambil melenguh bagaikan binatang buas. Matanya berputar ke dalam porosnya, mulutnya terpelintir, dan ia mati tersiksa. Saya dapat mengutip banyak kasus yang lain; tetapi agar anda tidak menjadi lelah, saya akan menuturkan kesimpulan dari wacana saya ini. Hanya saja, saya akan berbicara kepada anda bahwa buku dari Romo Sarnelli akan memberikan kepada anda, jika anda ingin membacanya, sejumlah besar kejadian-kejadian yang serupa.
IX. Katakanlah kepada saya, wahai penghujat yang mendengarkan saya, jika ada dari antara anda, saudara-saudara, katakanlah kepada saya apa yang tidak akan anda lakukan lagi dari kebiasaan yang tercela itu. Kebiasaan itu tidak sebanding dengan kenikmatannya, seperti yang dikatakan oleh Kardinal Bellarminus;Penghujatan adalah dosa tanpa kenikmatan. Kebiasaan itu tidak memperkaya diri anda, sebab kekayaan melarikan diri dari para penghujat. Kebiasaan itu tidak membuat diri anda terpuji di dalam dunia, sebab sewaktu anda menghujat, anda membuat orang-orang yang mendengar diri anda merasa ngeri, bahkan mereka yang memiliki kebiasaan yang sama dengan diri anda, dan mereka semua yang menyebut diri anda mulut yang terkutuk. Maka, katakanlah kepada saya, mengapakah anda menghujat? – Itu adalah suatu kebiasaan – Suatu kebiasaan? Tetapi percayakah anda bahwa alasan itu akan berguna begi diri anda di hadapan Allah? Jika seorang putra memukuli bapanya, dan lalu berkata kepadanya: Bapaku, maafkan aku, aku hanya bertindak oleh karena kebiasaan, apakah anda mengira bahwa bapanya akan memaafkannya? Anda berkata bahwa anda hanya menghujat oleh karena putra anda, istri anda, pelayan anda membuat anda marah; ah! Tetapi putra anda, pelayan anda, istri andalah yang membuat anda menjadi marah, dan kepada Allah serta para kudus-Nyalah anda melampiaskan kemarahan anda. Para kudus memohon kepada Allah demi diri anda, dan untuk membalas mereka, anda menghujat mereka! Iblislah yang menggoda diri anda, ujar anda? Jika iblis menggoda diri anda, lakukanlah apa yang dilakukan oleh seorang pria yang, di dalam suatu kasus yang agaknya serupa dengan diri anda, pergi mencari nasihat dari seorang kepala biara Pémène. Ia menasihati pria itu untuk menuturkan, setiap kalinya ia merasa tergoda oleh para iblis, kata-kata berikut: Mengapakah saya hendak menghujat Allah yang telah menciptakan diri saya, dan yang telah begitu banyak berbuat baik kepada diri saya? Saya sebaliknya ingin memuji-Nya dan memberkati-Nya tanpa henti. Pria itu mengikuti nasihatnya, dan iblis pun berhenti menyiksanya. Sewaktu anda merasakan gerak-gerik amarah, apakah satu-satunya hal yang anda andalkan adalah untuk melakukan penghujatan? Berserulah: Terkutuklah dosa! Tuhan, bantulah daku! Ya Perawan Suci, berikanlah kepadaku kesabaran. Dan jika anda sungguh memiliki kebiasaan yang parah untuk menghujat, setiap pagi hari, sewaktu anda bangun, sejak hari itu, perbaruilah tekad yang telah anda ambil untuk tidak lagi menghujat, dan janganlah lalai untuk berdoa kepada sang Perawan Suci, agar ia memperolehkan bagi anda rahmat untuk menahan godaan-godaan.”
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari Oeuvres Complètes de A.-M. De Liguori, T XIV, Paris, Parent –Desbarres, Éditeur, 1835, hal. 516-526.
[1] Ayub xv. 24.
[2] St. Efrem. paren. 2.
[3] St. Gregorius dari Nazianzus, orat. 21.
[4] 1. Raja-Raja ii. 25.
[5] Mazmur liv. 13.
[6] Serm. 33.
[7] St. Agustinus. In Joan.
[8] Lukas v. 21.
[9] Clericat. tom. 1. dec. tract. 52.
[10] Tom. 4. serm. 33.
[11] St. Hieronimus.in Isa. c. 18.
[12] Laudate Dominum in sanctis ejus. Mazmur 150.
[13] St. Thomas. qu. 13. art. 1. ad 2.
[14] Ibid. art. 3.
[15] Cit. serm. 33.
[16] Xxii. qu. art. 4.
[17] Mansi. discurs. Vii. 2.
[18] Matius xxvi. 73.
[19] Part. ii. tit. 7. cap. 5.
[20] Wahyu xvi. 10. 11.
[21] Roma ii. 24.
[22] Hom. i. ad. pop.
[23] dial. iv. cap. 18.
[24] i. 4.
[25] Tobit xiii. 16.
[26] Ayub xv. 5. 6.
[27] Imamat xxvi. 16.
[28] Tom. i. rag. 8.
Halo – tidak semua orang yang mengaku Kristen benar-benar meniru teladan Kristus. Karena itulah ada tertulis, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...karena nama Mahatma Gandhi disebut saya ingat salah satu ujarannya.. "I like your Christ , but I don't like your Christian. Your Christian are so unlike your Christ". apakah kita...
Deo Gratia 4 bulanBaca lebih lanjut...Ya. Bunuh diri adalah dosa berat, dan orang-orang yang mati dalam keadaan dosa berat langsung masuk Neraka. https://vatikankatolik.id/dosa-asal-dosa-berat-neraka/ Menarik pula bahwa Kitab Hukum Kanonik tahun 1917, kanon 1240 §1 no....
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Sayang sekali mayoritas orang Nusantara mengikut agama diabolis itu. Semoga Roh Kudus mencerahkan hati para umat muslim dan mengeluarkan mereka dari kegelapan.
Ray 7 bulanBaca lebih lanjut...apakah benar bahwa orang yang bunuh diri tidak akan diampuni dosanya dan akan selamanya berada di neraka?
Maria Melanie Aryanti 7 bulanBaca lebih lanjut...Anda sebetulnya perlu menonton dan menyimak video ini (yang tampaknya belum/tidak anda simak dengan baik). Kelihatannya, nenurut anda gelar santo/santa itu tidak penting. Tetapi gelar ini begitu pentingnya karena di...
Biara Keluarga Terkudus 8 bulanBaca lebih lanjut...Sibuk semua dengan liturgis masing masing... hakim yang punya otoritas yaitu Yesus... terserah pada mau sibuk apaan soal santa santo... apa yang dilakukan di dunia akan dihakimi secara pribadi oleh...
ngatno 8 bulanBaca lebih lanjut...terima kasih min penjelasannya terima kasih juga kalendernya, sangat bermanfaat
Yulius Kristian 9 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Kongregasi Suci bagi Ritus (Sacra Rituum Congregatio) melarang warna biru dalam pakaian ibadat dan menyatakan penggunaan warna tersebut sebagai suatu penyelewengan.[a] “Prefek Kongregasi Abdi Santa Perawan Maria dari...
Biara Keluarga Terkudus 10 bulanBaca lebih lanjut...Orang yang tidak jujur seperti anda ini adalah yang sesat. Membantah poin video ini anda tidak bisa. Poin-poin yang kami ajukan di dalam artikel dan video ini berasal dari buku...
Biara Keluarga Terkudus 11 bulanBaca lebih lanjut...