^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Ketidakbertobatan - Khotbah St. Alfonsus
KHOTBAH LII
Untuk Minggu Kedua Puluh Tiga Setelah Pentakosta
Tentang Ketidakbertobatan
Domine, filia mea modo defuncta est. (Matius ix. 18.)
“Betapa baiknya Allah itu! Jikalau kita perlu memberi ampun kepada seseorang yang telah membuat kita merasa susah, betapa besarnya rasa jijik yang akan kita rasakan! Tidaklah demikian adanya dengan Allah; sewaktu seorang pendosa merendahkan diri, dan jatuh berlutut dengan pertobatan dari kesalahan-kesalahannya, seketika Ia mengampuninya dan Ia merangkulnya. Convertimini ad me, alt Dominus exercituum, et convertar ad vos.[1] Wahai para pendosa, Tuhan berkata, jika Aku memalingkan diri-Ku daripada kalian, sebabnya adalah bahwa kalianlah yang pertama yang memalingkan diri daripada-Ku; kembalilah kepada-Ku dan Aku akan kembali kepada kalian, dan Aku akan membentangkan tangan-Ku. Sewaktu Daud ditegur karena dosanya oleh Nabi Natan, ia berseru: Peccavi, Domine, aku telah berdosa terhadap Tuhan, aku telah menyakiti-Nya, dan Allah segera mengampuninya, sebab sang nabi mengumumkan kepadanya bahwa Allah telah mengampuninya. Dominus quoque transtulit peccatum tuum.[2] Tetapi marilah kita berpaling kepada Injil hari ini, di mana ada tertulis: Bahwa seorang pangeran, yang anak perempuannya baru saja mati, langsung berpaling kepada Yesus Kristus, agar Ia mengembalikan hidup kepada anaknya itu: Domine, filia mea modo defuncta est; sed veni, impone manum tuam super eam, et vivet. St. Bonaventura menjelaskan teks ini, menanggapi sang pendosa, dan Ia berkata kepadanya: Filia tua est anima; per culpam modo defuncta est; festina conversionem. Anak-anakku yang terkasih, jiwa kalianlah yang baru-baru ini dibunuh oleh dosa; bertobatlah segera kepada Allah; tetapi lakukanlah dengan segera; sebab, jika kalian menunda, jika kalian menunda hari demi hari, murka ilahi akan datang, dan kalian akan terjerembap ke dalam Neraka. Non tardes converti ad Dominum et ne differas de die in diem. Subito enim veniet ira illius, et in tempore vindictae disperdet te.[3] Itulah teks yang saya ambil pada hari ini sebagai khotbah saya; saya akan menunjukkan kepada anda:
POIN PERTAMA
Bahaya yang dialami oleh pendosa yang menunda pertobatan
I. St. Agustinus melihat tiga kelompok orang Kristen. Yang pertama adalah mereka yang, sejak mereka dibaptis, telah mempertahankan ketidakberdosaan mereka; yang kedua adalah mereka yang, setelah mereka merdosa, bertobat dan telah mempertahankan keadaan rahmat; yang ketiga terdiri dari mereka semua yang telah jatuh dan jatuh kembali ke dalam dosa, dan sampai dengan demikian kepada kematian. Ia meyakinkan bahwa kelompok yang pertama dan yang kedua akan diselamatkan; adapun yang ketiga, ia menambahkan: Non dico, non praesumo, non promitto.[4] Ia tidak berkata bahwa mereka akan diselamatkan, ia sama sekali tidak beranggapan, ia sama sekali tidak berjanji, dan oleh kata-kata yang sama ini, ia menjelaskan kepada orang-orang bahwa menurut dirinya, para pendosa semacam ini akan begitu kesulitan untuk memperoleh keselamatan. St. Thomas, ii. 2. qu. 109. art. 8, mengajarkan kita bahwa barangsiapa berada dalam dosa berat tidak dapat mencegah diri untuk melakukan dosa-dosa yang baru. Peccatum quod paenitentia non deletur. Mox suo pondere ad aliud trahit, unde fit, quod non solum est peccatum, sed causa peccati.[5] Sebuah dosa menggait sebuah dosa yang lain, dan hal itu disebabkan oleh karena sang pendosa, yang cenderung berbuat jahat, dan yang akal budinya tidak lagi sehat, tidak mampu menahan godaan untuk jangka waktu yang panjang. Quando quis manet in peccato, ujar St. Anselmus, ratio jam est deordinata; et ideo, veniente tentatione, faciet id quod est facilius agere. Sang pendosa, ujar St. Antoninus, mengenal segala manfaat untuk berada di dalam rahmat Allah; walaupun demikian, sewaktu ia dirampas dari rahmat itu, sia-sia baginya untuk menahan, ia jatuh. Per peccatum non potest prosequi bonum quod cognoscit, conatur, et labitur. Ranting yang terpisah dari batang tidak mampu menghasilkan buah. Tuhan telah berkata: Sicut palmes non potest ferre fructum a semetipso, nisi manserit in vite; sic nec vos, nisi in me manseritis.[6]
II. Tetapi saya, ujar seorang pemuda, saya ingin pada beberapa waktu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Itulah harapan palsu yang menuntun para pendosa untuk terus berada dalam dosa sampai kematian, dan yang, dari kematian, membuat mereka jatuh ke dalam Neraka. Segera? Anda berkata, dan siapakah yang berjanji kepada anda bahwa anda akan memiliki waktu untuk menyerahkan diri kepada Allah, seperti yang anda katakan? Hendaknya anda tidak terkejut oleh kematian yang tak terduga, yang tidak akan membuat anda mampu menggenapi rencana anda. Qui paenitenti veniam spopondit, peccanti diem crastinum non promisit.[7] Allah telah menjanjikan ampun kepada orang yang bertobat dari kesalahan-kesalahannya, tetapi Ia tidak berjanji untuk memberikan waktu untuk bertobat bagi orang yang ingin tetap berada dalam dosa. Anda berkata: Segera ; tetapi waktu bukanlah milik kita, waktu adalah milik Allah. Non est vestram nosce tempora, vel momenta, quae Pater posuit in sua potestate.[8] St. Lukas bercerita bahwa sang Juru Selamat melihat sebuah pohon ara yang, sejak tiga tahun, tidak berbuah. Ecce anni tres sunt ex quo venio quaerens fructum in ficulnea hac, et non invenio.[9] Ia lalu berkata kepada pengurus kebun: Succide ergo illam; ut quid etiam terram occupat (Ibid.) Jawablah, anda yang berkata: Segera: mengapakah Tuhan menjaga hidup anda? Apakah agar anda terus berada di dalam dosa? Tidak; sebaliknya, agar anda membuat perbaikan. Ignorans, quoniam benegnitas Dei ad paenitentiam te adducit?[10] Sewaktu, setelahnya, anda akan ingin mengoreksi diri anda, tidakkah anda takut bahwa Allah akan memperdengarkan kepada anda kata-kata yang sama yang ditujukan oleh-Nya kepada pengurus pohon ara itu: Succide ergo illam? Apakah yang dilakukan oleh sang pendosa yang telah mengeras itu di atas bumi? Hendakkah ia ingin terus menyakiti-Ku? Ayo, hendaknya pohon yang tidak berbuah itu cepat ditebang; hendaknya pohon itu dibuang dan dibakar. Omnis ergo arbor quae non facit fructum bonum, excidetur, et in ignem mittetur.[11]
III. Marilah mengandaikan, bagaimanapun, bahwa Tuhan memberikan kepada anda waktu untuk bertobat: Jika anda tidak melakukannya pada waktu ini, apakah anda akan melakukannya setelahnya? Dosa-dosa adalah rantai yang begitu banyak yang mengikat sang pendosa: Funibus peccatorum suoram constringitur.[12] Ya saudaraku, jika sekarang anda tidak mematahkan ikatan-ikatan itu, bagaimanakah anda berharap dapat mematahkannya di kemudian hari, yakni, sewaktu ikatan-ikatan itu akan menjadi lebih kencang oleh karena dosa-dosa baru yang anda akan lakukan? Itulah mengapa Tuhan sendiri ingin pada suatu hari menunjukkan kepada Kepala Biara Arsenius, sebagaimana yang tertulis di dallam Riwayat Hidup Para Bapa; untuk membuatnya mengerti seperti apa kegilaan dari para pendosa yang tidak bertobat, Ia menunjukkan kepadanya seorang Etiopia yang bekerja untuk mengangkat tumpukan kayu dan yang, karena ia tidak berhasil melakukannya, selalu menambahkan ke atasnya tumpukan kayu yang baru, yang semakin lama semakin menambahkan bebannya, dan membuat upayanya lebih sia-sia. Lalu Tuhan berkata kepadanya: Demikianlah yang dilakukan oleh para pendosa; ‘mereka ingin meringankan diri dari beban dosa yang telah diperbuat, dan mereka terus melakukan dosa yang baru.’ Dosa-dosa tersebut menyeret mereka kepada pelanggaran-pelanggaran lainnya yang bahkan lebih berat dan lebih banyak jumlahnya. Kain pertama-tama berdosa oleh karena iri dengki terhadap saudaranya, lalu ia membencinya, membunuhnya, dan akhirnya, karena ia putus asa terhadap kerahiman ilahi, ia berkata: Major est iniquitas mea, quam veniam merear.[13] Demikian pula Yudas pertama-tama berdosa oleh karena ketamakan, dan akhirnya ia pun bunuh diri. Itulah hasil yang pasti dari dosa-dosa. Dosa-dosa mengikat sang pendosa dan sungguh menjadikannya seorang budak, sehingga ia berjalan dengan sukarela menuju kehancurannya yang telah diperkirakannya: Iniquitates suae capiunt impium.[14]
IV. Di samping itu, dosa-dosa sungguh memperparah kebutaan dari sang pendosa sehingga ia tidak lagi mampu melihat Surga maupun keselamatan kekal: Iniquitates meae, ujar Daud sambil mengeluh, supergressae sunt caput meum, et sicut onus gravatae sunt me.[15] Sang pendosa oleh karena itu segera kehilangan daya guna dari akal budinya; ia lalu hanya mempertimbangkan hal-hal duniawi, dan akhirnya melupakan pengadilan Allah. Et everterunt sensum suum, et declinaverunt oculos suos, ut non viderent caelum, neque recordarentur judiciorum justorum.[16] Ia sampai kepada titik di mana ia membenci terang, sebab terang mengusik kenikmatan-kenikmatannya yang jahanam: Qui male agit, odit lucem.[17] Dari situ, orang-orang yang malang itu, yang telah menjadi buta, senantiasa jatuh dari dosa ke dosa. In circuita impii ambulant.[18] Mereka membenci segalanya, peringatan-peringatan, sabda ilahi, Neraka, Firdaus, Allah sendiri. Impius, cum in profondum venerit peccatorum, contemnit.[19]
V. Concidit me vulnere super vulnus, irruit in me quasi gigas.[20] Sewaktu manusia menaklukkan godaan, ia memperoleh kekuatan yang lebih besar untuk menaklukkan godaan-godaan lain di masa depan, dan pengaruh Iblis pun berkurang; tetapi sewaktu godaan menaklukannya, Iblis menjadi raksasa dan manusia menjadi begitu lemah sehingga ia tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan. Jika seseorang terlukai oleh seorang musuh, kekuatannya berkurang; jika kemudian ia menerima luka-luka lainnya, ia menjadi begitu lemah sehingga ia tidak mampu mempertahankan diri. Demikianlah yang terjadi kepada orang-orang yang gila itu yang berkata kepada anda: Nanti saya akan menyerahkan diri kepada Allah. Bagaimanakah mereka mampu melawan Iblis, sewaktu mereka telah kehilangan kekuatan dan sewaktu luka-luka mereka telah bekelemayuh. Putruerunt, et corruptae sunt cicatrices meae a facie insipientiae meae.[21] Luka-luka dapat disembuhkan dengan mudah pada awalnya, tetapi sewaktu kelemayuh melekat kepada luka-luka itu, sulit sekali untuk menyembuhkannya. Luka itu harus dibakar, dan walaupun demikian, banyak yang sama sekali tidak sembuh.
VI. Tetapi saya mendengar orang berkata kepada saya: Allah ingin agar semua orang diselamatkan; St. Pauluslah yang mengajarkan kita: Omnes homines vult salvos fieri.[22] Ya, meang benar, Allah ingin menyelamatkan semua orang; siapakah yang menyangkal hal itu? Tetapi Ia ingin menyelamatkan orang-orang yang ingin diselamatkan, bukan mereka yang ingin binasa. Yesus Kristus telah datang untuk menyelamatkan para pendosa, bukan orang-orang yang keras kepala. Tidaklah cukup bagi kita untuk mengerjakan keselamatan kita, untuk memiliki rahmat dari Allah; kita juga harus bekerja untuk memperoleh rahmat tersebut. Ecce sto ad ostium, et pulso; si quis audierit vocem meam, et aperuerit mihi januam, intrabo ad illum.[23] Demikian, agar Allah masuk ke dalam diri kita dengan rahmat-Nya, kita harus menaati suara-Nya dan membuka hati kita kepada-Nya. Cum metu et tremore, sang Rasul berkata kepada kita, vestram salutem operamini.[24] Oleh kata-kata terakhir ini, ia memperdengarkan kepada kita bahwa kita harus bekerja sama melalui perbuatan-perbuatan baik kita dengan keselamatan kita… Barangsiapa berada dalam keadaan dosa dan terus berbuat dosa, ia semakin terbelenggu oleh daging, ia semakin menjauh daripada Allah; tetapi haruskah Allah mendekatkan diri-Nya kepada kita dengan rahmat-Nya semakin kita menjauhi-Nya. Demikian pula, Allah menjauhkan diri dan tangan-Nya berhenti melimpahkan kepada kita pertolongan-pertolongan-Nya. Et ponam eam desertam… et nubibus mandabo ne pluant super eam imbrem.[25] Sewaktu jiwa terus menyakiti Allah, Allah meninggalkannya dan merampasnya dari pertolongan-Nya ; jiwa itu sejak saat itu tidak lagi memiliki penyesalan hati nurani, tidak pun terang; kebutaannya semakin parah dengan kekerasan hati; jiwa itu akan terus menjadi tidak peka terhadap peringatan-peringatan ilahi, kepada semboyan-semboyan iman dan kepada teladan-teladan yang bermanfaat yang dapat diambilnya atas nasib yang mengenaskan dari jiwa-jiwa pemberontak yang oleh dosa-dosa mereka dituntun kepada Neraka.
VII. Tetapi, siapakah yang tahu, seseorang menambahkan, bilamana Allah tidak akan mengasihani diri saya seperti yang telah dilakukan-Nya kepada beberapa pendosa berat? Fortasse dabit, inquis, jawab St. Yohanes Krisostomus ; cur dicis fortasse? Contigit aliquando; set cogita, quod de anima deliberas.[26] – Allah mungkin akan memberikan kepada saya rahmat yang cukup untuk menyelamatkan diri saya. – Mengapa mungkin? Hal itu terjadi beberapa kali, tetapi pertimbangkanlah bahwa perkaranya dalah jiwa anda yang, sekalinya binasa, selamanya binasa. Saya akan menambahkan sekarang beberapa patah kata kepada apa yang telah dikatakan oleh Doktor suci itu. Memang benar bahwa Allah, melalui daya kerja dari suatu rahmat yang luar biasa, telah menyelamatkan beberapa pendosa berat ; tetapi kasus-kasus tersebut sangat langka; itu adalah mukjizat, mukjizat rahmat, yang olehnya Allah hendak memperlihatkan sampai mana rahmat-Nya mampu bertindak; tetapi lazimnya, dengan para pendosa yang ragu-ragu yang tidak bertekad, Allah bertekad untuk mengirimkan mereka ke dalam Neraka, sesuai ancaman-ancaman yang dibuat-Nya dengan begitu sering, sebagaimana yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Despexistis omne consilium meum, et increpationes meas neglexistis; ego quoque in interitu vestro ridebo, et subsannabo vos.[27] Tunc invocabunt me, et non exaudiam.[28] Aku telah memanggil mereka beberapa kali, ujat Tuhan kembali, dan mereka telah menolak untuk mendengarkan-Ku. Et non audierunt, nec inclinaverunt aurem suam; sed induraverunt cervicem suam, ne audirent me.[29] Sekarang, mereka memanggil-Ku; Aku tidak akan mendengarkan mereka. Allah menahan pelanggaran-pelanggaran, tetapi Ia tidak akan menahannya selamanya; sewaktu tiba saatn penghukuman, Ia menghukum pelanggaran-pelanggaran dari masa lalu serta pelanggaran-pelanggaran di masa kini. Altissimus enim est patiens redditor.[30] Semakin Ia menanti pendosa yang lalai, ujar St. Agustinus, semakin berat hukuman yang dijatuhkan-Nya kemudian hari. Quanto diutius expectat Deus, ut emenderis; tanto gravius judicabit, ni neglexeris.[31] Barangsiapa berjanji untuk bertobat dan tidak melakukannya oleh karena kelalaiannya, ia menjadi tidak pantas untuk memperoleh rahmat pertobatan sejati.
VIII. Tetapi Allah, seseorang kembali menambahkan, penuh dengan kerahiman. Ia penuh dengan kerahiman, tetapi Ia tidak bertindak tanpa alasan dan tanpa penghakiman; untuk memberikan kerahiman kepada orang yang ingin terus menyakiti-Nya, itu bukanlah kebaikan, melainkan kegilaan. Tuhan telah berkata: An oculus tuus nequam est, quia ego bonus sum?[32] Karena Aku baik, engkau ingin menjadi jahat? Allah itu baik, tetapi Ia adil. Ia menasihati kita untuk menjaga asas-asas hukum-Nya, jika kita ingin diselamatkan: Si autem vis ad vitam ingredi, serva mandata.[33] Jika kerahiman Allah tercurah tanpa pandang bulu atas orang-orang yang baik dan yang jahat, jika Ia memberikan kepada semua orang rahmat untuk bertobat sebelum kematian, hal itu, tentunya, bahkan bagi orang-orang baik, suatu godaan untuk berdosa; tetapi tidak, sewaktu tiba akhir dari kerahiman-Nya, Ia menghukum dan tidak lagi mengampuni. Et non parcet oculus meus super te, et non miserebor.[34] Orate autem, ut non fiat fuga vestra in hyeme, vel sabbatto.[35] Di musim dingin, cuaca dingin adalah suatu penghalang, hari Sabtu, halangannya berasal dari hukum; maknanya adalah bahwa bagi para pendosa yang tidak bertobat, akan tiba waktunya di mana mereka akan ingin menyerahkan diri kepada Allah, dan kebiasaan-kebiasaan buruk mereka akan mencegah mereka untuk melakukannya. Kita memiliki begitu banyak contoh dari orang-orang malang yang demikian adanya. Romo Catanée di dalam khotbah-khotbahnya tentang kematian yang baik, menceritakan bahwa seorang pemuda yang jangak, sewaktu ia diajak untuk mengubah perilakunya, menanggapi: Saya memiliki satu orang kudus yang amat kuasa, dan orang kudus itu adalah kerahiman Allah. Pemuda malang itu, sewaktu terancam oleh maut, memanggil seorang imam pengaku dosa; tetapi, sewaktu ia bersiap diri untuk mengaku dosa, iblis menempatkan di hadapan matanya sebuah lukisan yang menggambarkan semua dosanya. Sayang sekali! serunya, penuh dengan kengerian, betapa panjang daftar dosa itu, ia mati dalam keputusasaan, sebelum ia mampu mengakui dosanya. Seorang pria yang berkedudukan tinggi, ujar Campadelli, pada hari Minggu, hidup dalam dosa daging. Setelah diperingatkan beberapa kali oleh Allah dan oleh orang-orang tentang pelanggaran-pelanggarannya, ia membenci segalanya; tetapi karena ia telah jatuh ke dalam penyakit yang berat, ia mengaku dosa dan berjanji untuk mengubah hidupnya. Belum tuntas penyakitnya itu, dan ia kembali ke dalam kebiasaan-kebiasaannya. Sekarang datanglah hukuman Allah. Sewaktu ia berada pada suatu hari di pedesaan, pada waktu panen anggur, ia terkena demam. Saat ia kembali pulang ke rumahnya, ia mengutus seseorang untuk mencari rohaniwan, yang segera datang, dan ia masuk kamar pria yang sakit itu, setelah ia memberi salam kepadanya, rohaniwan itu mendekat, tetapi ia melihatnya, wajahnya telah membusuk, matanya terbuka, mulutnya menganga, hitam bagaikan arang; ia memanggilnya dengan sia-sia. Pria malang itu sudah mati. Wahai para pendengar yang terkasih, janganlah anda sendiri menjadi contoh yang mengerikan dari keadilah ilahi. Tinggalkanlah dosa, tetapi tinggalkanlah dosa segera, sebab, jika anda menunda, hukuman yang sama yang telah jatuh atas begitu banyak pendosa lainnya mungkin saja jatuh ke atas diri anda sekarang. Marilah meilhat jalan yang dapat anda ambil untuk dapat berhasil.
POIN KEDUA
Jalan yang dapat digunakan oleh pendosa yang ingin diselamatkan.
IX. Seseorang bertanya pada suatu hari kepada Yesus Kristus bilamana orang-orang yang diselamatkan sedikit jumlahnya. Domine, si pauci sunt qui salvantur. Ia menjawab: Contendite intrare per angustam portam, quia multi, dico vobis, quaerent intrare et non poterunt.[36] Banyak individu, ujar-Nya, ingin masuk ke Surga, dan mereka tidak dapat masuk. Sebabnya adalah mereka ingin masuk tanpa melalui kesulitan, tanpa merasa lelah, tanpa mengalami suatu kesusahan pun untuk tidak mendapatkan kenikmatan-kenikmatan terlarang. Tetapi pintu gerbang Surga sempit adanya, orang perlu membuat upaya untuk memasukinya. Marilah kita meyakini dengan baik bahwa apa yang dapat kita lakukan pada hari ini, esok hari, mungkin kita tidak dapat melakukannya. Perhitungan yang salah membuat orang menunda apa yang tidak ingin dilakukannya segera, itulah mengapa begitu banyak jiwa binasa, sebab semakin lama waktu berlalu, semakin kita menjadi lemah, ragu, dan mengeras; itulah mengapa Allah merampas dari diri kita pertolongan-pertolongan-Nya, dan jiwa kiasannya telah hancur dalam dosa. Maka janganlah berkata: saya akan bertobat esok hari; bekerjalah segera, sebab anda tahu bahwa untuk memperoleh keselamatan, anda harus berhenti berbuat dosa, mengapakah anda tidak melakukannya pada hari ini! Si aliquando, ujar St. Agustinus, cur non modo? Kesempatan yang anda miliki pada hari ini untuk memperbaiki kesalahan, mungkin akan segera hilang dari diri anda; dan kerahiman yang Allah masih hendak gunakan pada hari ini terhadap diri anda mungkin akan hilang di kemudian hari. Maka, jikalau anda hendak memperoleh keselamatan, lakukanlah segera apa yang harus anda lakukan. Pergilah mengaku dosa sesegera mungkin; gemetarlah bahwa penundaan yang sedikit pun akan menjadi mematikan bagi jiwa anda.
X. Jika anda sakit, ujar St. Fulgentius, dan sang Doktor menawarkan kepada anda sebuah obat yang teruji untuk penyakit anda, apakah anda akan berkata: saya tidak ingin disembuhkan pada hari ini, tetapi saya akan disembuhkan lain kali? Dan jika ini adalah perkara jiwa anda, anda akan tetap dengan tenteram berada dalam dosa, sambil berpuas diri berkata, saya harap lain kali Allah akan mengasihani saya? Nullus sub spe misericordiae debet diutius in peccatis remancre, cum nolit in corpore sub spe salutis diutius aegrotare.[37] Dan jika Tuhan, di dalam keadilan-Nya, menolak untuk mendengarkan anda, lalu anda akan menjadi seperti apa? Bukankah anda akan terkutuk? Maka, ujar sang Rasul, lakukanlah yang baik sekarang saat kita memiliki waktu untuk melakukannya. Ergo dum tempus habemus, operemur bonum.[38] Mungkin kita tidak akan memiliki waktu di kemudian hari? Tuhan sendiri menasihati kita untuk berjaga-jaga, tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan jiwa kita, sebab kita tidak tahu waktu di mana Ia akan datang untuk meminta pertanggungjawaban dari diri kita. Vigilate itaque, quia nescitis diem, neque horam.[39]
XI. Anima mea in manibus meis semper.[40] Barangsiapa mengenakan di jarinya sebuah permata yang mahal, sering memandang tangannya untuk memastikan bahwa permata itu masih ada di sana. Kita harus berjaga-jaga dengan kewaspadaan yang sama atas jiwa kita. Dan jika, oleh karena kemalangan, kita kehilangan jiwa kita oleh dosa tertentu, kita lalu harus menggunakan segala cara untuk mengembalikannya, dengan meminta pertolongan kepada Juru Selamatk kita, seperti yang dilakukan oleh Maria Magdalena, yang, segera setelah ia menyadari keadaannya, ut cognovit,[41] bergegas dan tersungkur di kaki Yesus Kristus, dan dengan air matanya, memperoleh ampun dari diri-Nya. Jam anim securis ad radiem arborum posita est, ujar St. Lukas.[42] Kapak keadilah ilahi mendekati orang yang tinggal dalam dosa. Hendaknya ia menakuti kapak itu pada hari pembalasan dendam. Maka, bersemangatlah, ya jiwa Kristiani; jika anda berada di bawah kuk kebiasan buruk, hancurkanlah ikatan-ikatan itu segera; tolaklah perbudakan iblis. Solve vincula colli tui, captiva filia Sion.[43] Posuisti vestigium, ujar St. Ambrosius, supra voraginem culpae, cito aufer pedem. Anda telah menapakkan kaki di atas jurang dosa, yakni, Neraka; bergegaslah menarik diri daripadanya, dan menarik diri anda sendiri. Jika tidak anda berisiko jatuh ke dalam jurang yang tak berdasar.
XII. Jika anda ingin meninggalkan dosa, tiada sesuatu pun yang memaksa diri anda untuk berdosa; tiada gunanya anda berkata kepada diri anda bahwa anda memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk. Kebiasaan-kebiasaan itu, serta segala godaan dari Neraka yang menyertai kebiasaan-kebiasaan tersebut, anda akan menaklukkan semuanya itu jika anda memohon dengan tulus hati kepada Yesus Kristus; Yesus Kristus akan memberikan anda kekuatan dan rahmat yang diperlukan. Jika anda lalu melihat hal yang menuntun kepada dosa yang dekat, larikanlah diri anda dari hal tersebut; jika tidak, anda akan mengalami risiko untuk jatuh kembali. Potius praescinde, quam solve, ujar St. Hieronimus. Janganlah menyia-siakan waktu dengan menarik diri anda sedikit demi sedikit, sebab Iblis hanya ingin mendapatkan waktu. Pergilah untuk mencari seorang imam pengaku dosa yang baik, ia akan mengatakan kepada anda bagaimana anda harus berperilaku. Andaikata setelahnya, anda mengalami kemalangan di mana anda jatuh ke dalam suatu pelanggaran berat, pergilah segera menyatakan kesalahan itu kepada pembimbing anda. Dengarkanlah ia yang sekarang berkata kepada anda bahwa Allah segera menolong orang-orang yang memanggil nama-Nya, dan yang ingin diselamatkan. Gemetarlah, terutama, ya saudara-saudaraku, bahwa perkataan yang saya tujukan kepada anda akan menjadi bagi anda, jika anda menolak untuk mendengarkannya, panah yang tajam yang akan menyiksa anda di dalam keabadian.”
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari Oeuvres Complètes de A.-M. De Liguori, T XIV, Paris, Parent –Desbarres, Éditeur, 1835, hal. 503-515.
[1] Zach. i. 3.
[2] 2 Reg. xii. 13.
[3] Eccl. v. 8. 9.
[4] Hom. xli. int. 50.
[5] Lib. mor. c. 9
[6] Jo. xv. 4.
[7] St.-Greg. Hom. 12. In Evang/
[8] Act. i. 7.
[9] Luc. xiii. 7.
[10] Rom. ii. 4.
[11] Matth. iii. 10.
[12] Prov. v. 22.
[13] Gen. iv. 13.
[14] Prov. v. 22.
[15] Psalm. xxxv. 3.
[16] Dan. xiii. 9.
[17] Jo. iii. 20.
[18] Psalm. xi. 9.
[19] Prov. xviii. 3.
[20] Job. xvi. 15.
[21] Psalm. xxxvii. 6.
[22] 1 Tim. i. 15.
[23] Apoc. iii. 20.
[24] Phil ii. 12.
[25] Isa. v. 6.
[26] Hom. xxii. In 2. cor.
[27] Prov. i. 25. 26.
[28] Ibid. v. 28.
[29] Jer. xvii. 23.
[30] Eccl. v. 4.
[31] Lib. de util. ag. poen.
[32] Matth. xx. 15.
[33] Matth. xix. 27.
[34] Ezech. vii. 4.
[35] Matth. xxiv. 20.
[36] Luc xiii. 23, 24.
[37] S. Fulg. ad pet. Diac.
[38] Gal. vi. 10.
[39] Mat. xxv. 13.
[40] Psal. cxviii. 119.
[41] Luc. viii.
[42] iii. 9.
[43] Isa. lii. 2.
Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 2 bulanBaca lebih lanjut...Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta...
fidelis Budi Suryanto 2 bulanBaca lebih lanjut...Are the FSSP and SSPX right on the sacraments?
Petrus Fiter Panco 2 bulanBaca lebih lanjut...Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...