^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Keselarasan dengan Kehendak Allah - Khotbah St. Alfonsus
KHOTBAH XXVIII
Hari Minggu Pentakosta
Tentang Keselarasan dengan Kehendak Allah
Sicut mandatum dedit mihi Pater sic facio (Yohanes, XIV. 31.)
“Yesus Kristus telah diutus kepada kita dari Allah sebagai Juru Selamat kita, tetapi juga sebagai Tuhan kita. Ia datang ke dunia terutama untuk mengajari kita, bukan hanya melalui perkataan-Nya, tetapi melalui teladan-Nya untuk mengasihi Allah sebagai kebaikan kita yang tertinggi; Ia juga berkata pada suatu hari kepada para murid-Nya, seperti yang kita lihat di dalam Injil hari ini: Ut cognoscat mundus quia diligo patrem, et sicut mandatum dedit mihi Pater, sic facio. Untuk menunjukkan kepada dunia, ujar-Nya, kasih yang Kumiliki terhadap Bapa-Ku, Aku ingin melaksanakan semua kehendak-Nya dan di tempat lain, Ia berkata: Descendi de coelo, non ut faciam voluntatem meam sed voluntatem ejum qui misit me. (Yohanes 6. 38.) Jiwa-jiwa yang saleh, jika anda mencintai Allah, jika anda ingin menyucikan diri anda sendiri, anda harus mencari kehendak-Nya dan menghendaki apa yang Ia kehendaki. Santo Paulus berkata bahwa cinta ilahi tercurah ke dalam hati kita melalui Roh Kudus: Charitas Dei diffusa est in cordibus nostris per spiritum sanctum, qui datus est nobis (Rom. v. 5) Maka, jika kita merindukan harta karun cinta ilahi, kita harus berdoa tanpa henti kepada Roh Kudus agar Ia menunjukkan kepada kita dan membuat kita mengikuti kehendak Allah. Pintakanlah kepadanya pada hari ini terangnya untuk mengenali kehendak tersebut dan kekuatan untuk mengikutinya. Saya menekankannya, karena beberapa orang mengaku diri mencintai Allah dan bagaimanapun mereka tidak ingin mengikuti kehendak-Nya, melainkan kehendak diri mereka sendiri. Itulah mengapa saya menunjukkan pada hari ini:
Di dalam poin saya yang pertama, bahwa segala perbuatan untuk penyucian diri kita terjadi dengan menyelaraskan diri kita kepada kehendak Allah.
Di dalam poin saya yang kedua, bagaimana dan dalam hal apa kita harus mempraktikkan keselarasan itu kepada kehendak ilahi.
POIN PERTAMA.
Segala perbuatan untuk penyucian diri kita terjadi dengan menyelaraskan diri kita kepada kehendak Allah.
I. Adalah suatu hal yang pasti bahwa keselamatan kita bergantung kepada cinta kepada Allah: jiwa yang tidak mencintai Allah tidak lagi hidup, melainkan mati. Qui non diligit, manet in morte (1. Yohanes iii. 14.) Tetapi kesempurnaan cinta terjadi dengan keselarasan kehendak jiwa terhadap kehendak Allah: Et vita in voluntate ejus: (Mazmur xxix. 26.) Charitas est vinculum perfectionis.(Kolose iii. 14.) Hasil yang utama dari cinta, ujar St. Dionisious Areopagit, adalah persatuan dari kehendak pihak-pihak yang saling mencintai, sedemikian rupa sehingga mereka hanya memiliki satu hati dan satu kehendak. Maka, semua perbuatan kita, komuni kita, doa kita, penitensi kita, derma kita, hanya berkenan kepada Allah sejauh mana hal-hal tersebut dilakukan sesuai dengan kehendak ilahi, sebab jika hal-hal tersebut dilakukan secara bertentangan dengan kehendak ilahi, hal-hal itu bukan lagi merupakan kebajikan, melainkan kesalahan-kesalahan yang pantas dihukum.
II. Pada suatu hari, Yesus Kristus, berkhotbah di dalam sebuah rumah. Ia diberitahukan bahwa saudara-saudara-Nya serta Ibunda-Nya menunggu-Nya di luar rumah itu, Ia menjawab: Quicumque enim fecerit voluntatem patris mei, qui in coelis est, ipse meus frater, et soror, et mater est (Matius xii. 50) Dan melalui sabda ini, Ia ingin menjelaskan bahwa Ia hanya menganggap sebagai orang tua-Nya serta teman-teman-Nya orang-orang yang melakukan kehendak Allah.
III. Para Kudus, yang berada di Surga, mencintai Allah dengan sempurna. Saya bertanya: bagaimanakah mereka mencintai secara sempurna? Dengan keselarasan mereka yang penuh kepada kehendak ilahi. Yesus Kristus juga mengajarkan kita untuk meminta rahmat untuk melakukan kehendak Allah di atas bumi, seperti yang dilakukan oleh para Kudus di Surga: Fiat voluntas tua sicut in coelo et in terra. Itulah mengapa Santa Teresa berkata: Segala tujuan yang harus dimiliki oleh ia yang membuat doa adalah untuk menyelaraskan kehendaknya kepada kehendak ilahi. Ia menambahkan: Itulah bagaimana kesempurnaan yang tertinggi diraih; barangsiapa melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, ia akan menerima dari Allah rahmat-rahmat yang terbesar, dan akan mengalami perkembangan lebih banyak dalam kehidupan interiornya. Satu-satunya tujuan yang diajukan oleh para Kudus, dalam praktik segala kebajikan, adalah pelaksanaan kehendak Allah. Beato Henri Suzon berkata: Saya lebih suka menjadi belatung yang paling rendah di tanah oleh kehendak Allah, daripada menjadi Serafim oleh kehendak saya sendiri.
IV. Lihatlah St. Paulus: Sewaktu ia menganiaya Gereja, Yesus Kristus tampak kepadanya dan ia berkonversi. Lalu apakah yang dilakukan oleh Santo Paulus? Ia mempersembahkan dengan segera kepada Allah kurban kehendaknya, berdoa kepadanya agar Ia menggunakan dirinya sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Domine quid me vis facere (Kis. ix. 6.) Dan setelah itu, Tuhan memanggilnya untuk pergi kepada Ananias, dan menyebutnya sebagai alat pilihan dan Rasul Bangsa-Bangsa. Vas electionis est mihi iste, ut portet nomen meum coram gentibus. (Kis. ix. 15) Barangsiapa mengorbankan kehendak dirinya kepada Allah, memberikan kepada-Nya segala yang dapat dimilikinya. Sewaktu kita mematiragakan diri kita untuk Allah melalui puasa dan penitensi, atau sewaktu kita berderma, kita hanya memberikan kepada Allah sebagian dari diri kita atau dari harta miliki kita; tetapi barangsiapa memberikan kepada-Nya kehendak dirinya sendiri memberikan kepada-Nya segala hal; demikian pula ia dapat berkata: Tuhan, Engkau telah memberikan kehendak diriku, tiada lagi yang dapat kuberikan kepada-Mu, sebab dengannya aku telah memberikan segalanya kepada-Mu. Dan itulah semua yang dipintakan oleh Allah kepada kita, dengan meminta kepada hati kita; yaitu, kehendak kita. Fili mi, proebe cor tuum mihi. (Amsal xxiii. 26.) Maka, jika Allah demikian berkenan terhadap kurban kehendak kita, ujar kepala biara Nil, janganlah kita malu saat kita berdoa kepada Allah agar Ia melakukan apa yang kita kehendaki, tetapi marilah meminta kepada-Nya rahmat untuk melakukan segala yang Ia akan tuntut dari diri kita. Kebenaran ini bahwa segala kebaikan kita terlaksana dengan melakukan kehendak Allah, kebenaran ini diakui oleh semua orang; tetapi yang penting adalah pelaksanaannya. Tentang hal ini, mari berpindah kepada poin kedua di mana saya hanya akan perlu memberi tahu anda beberapa hal yang diperlukan dalam praktiknya.
POIN KEDUA
Bagaimana dan dalam hal apa kita harus mempraktikkan keselarasan itu kepada kehendak Allah.
V. Agar kita siap melaksanakan, di setiap waktu, kehendak ilahi, kita harus, melalui antisipasi, mempersembahkan kepada Allah kepatuhan kita dalam segala hal yang akan direncanakan-Nya dan dimintakan-Nya dari diri kita, seperti yang dilakukan oleh raja Daud yang kudus, melalui perkataan ini: Paratum cor meum, Deus, paratum cor meum. (Mazmur lvi. 8.) Ia tidak meminta hal yang lain kepada Tuhan selain untuk mengajarinya untuk melakukan kehendak ilahi-Nya: Doce me facere voluntatem tuam, (Mazmur cxlii. 10.) dan dengan demikian ia pun menjadi pantas disebut oleh Allah sebagai pria yang berkenan di hati-Nya. Inveni virum secundum cor meum, qui faciet omnes voluntates meas. (1 Raja-Raja i. 14.) Dan mengapa? Karena sang raja yang kudus itu selalu siap untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Allah.
VI. Santa Teresa mempersembahkan dirinya kepada Allah lima puluh kali sehari, agar Ia menggunakan dirinya sebagaimana yang diinginkan-Nya. Agar ia siap untuk melalui segala kejadian baik yang menyenangkan, maupun yang menyedihkan. Itulah hal yang penting, yakni, mempersembahkan diri kepada Allah secara penuh. Semua orang siap untuk menyelaraskan kehendaknya kepada Allah dalam hal-hal yang menyenangkan, tetapi kesempurnaan terjadi dengan menyelaraskan diri juga dalam hal-hal yang tidak menyenangkan. Tidak diragukan bahwa Allah menginginkan dan Ia juga berkenan agar kita bersyukur kepada-Nya dalam hal-hal yang menyenangkan diri kita, tetapi Ia jauh lebih puas sewaktu kita menerima dengan penuh sabar pukulan-pukulan kesusahan. Romo M. Avila berkata: Terdapat jasa yang lebih besar untuk berkata TERBERKATILAH ALLAH di dalam kesulitan, daripada tindakan syukur untuk apa yang menyenangkan diri kita.
VII. Dan kita harus menyelaraskan diri kita kepada kehendak ilahi, bukan hanya dalam hal-hal yang menyusahkan diri kita yang datang secara langsung dari Allah, seperti penyakit, kehilangan harta kekayaan kita dan orang tua dan teman-teman kita, tetapi juga dalam hal-hal yang, walaupun diinginkan oleh Allah (karena tiada sesuatu pun yang terjadi di dunia tanpa direncanakan oleh Allah), bagaimanapun, datang dari Allah hanya secara tidak langsung, yakni, melalui manusia, seperti ketidakadilan, dusta, fitnah, ejekan dan segala penganiayaan lainnya. Tetapi bagaimanakah Allah menghendaki agar orang lain berdosa, dengan membahayakan kita dalam harta kekayaan kita maupun harkat diri kita? Tidak, kita harus mengerti bahwa apa yang telah dikehendaki oleh Allah bukanlah dosa dalam hal-hal itu, melainkan kesabaran kita untuk menanggung kehilangan, penghinaan tersebut; apa yang dikehendaki-Nya adalah bahwa kita menyelaraskan diri kepada kehendak-Nya. Bona et mala… a Deo sunt (Sirakh xi. 14.) Segala kebaikan, seperti kekayaan, penghormatan; segala kejahatan, seperti penyakit, penganiayaan, semua itu datang dari Allah. Tetapi anda perlu mencatat bahwa Kitab Suci tidak menyebut hal-hal tersebut semata-mata sebagai kejahatan karena kita sendiri menyebut hal-hal tersebut demikian, akibat kurangnya keselarasan diri kita kepada kehendak Allah; tetapi kenyataannya, agar kita menerima hal-hal tersebut sebagaimana kita harus menerimanya, dengan kesabaran dan karena hal-hal tersebut datang dari tangan Allah, hal-hal tersebut harus menjadi bagi kita, bukan kejahatan, melainkan kebaikan-kebaikan sejati. Sukacita yang membuat demikian besarnya pahala para Kudus di Surga, adalah cobaan-cobaan yang ditanggung dengan kesabaran demi Allah, dalam pikiran bahwa segalanya itu datang dari diri-Nya. Sewaktu Ayub diberitahukan bahwa orang-orang Sheba telah merampok segala kekayaannya, apakah tanggapannya? Dominus dedit, Dominus abstulit (Ayub I. 21.) Ia tidak berkata: Tuhan telah memberikan harta kekayaan ini, orang-orang Sheba telah merampoknya. Dan ia memberkati Tuhan, sambil berpikir bahwa segalanya datang melalui kehendak ilahi-Nya. Sicut Domino placuit, ita factum est; sit nomen Domini benedictum (Ibid. V. 22.) Para martir kudus Epiktetus dan Aton, yang disiksa di bawah perintah tiran dengan capit besi dan obor yang membara, tidak henti-hentinya berkata: Tuhan, terjadilah kepada kami kehendak-Mu, dan seraya mengembuskan nafas terakhir, mereka mengucapkan perkataan terakhir mereka: Terberkatilah, ya Allah yang abadi, sebab Engkau telah memberikan kami rahmat untuk melaksanakan dalam diri kami kehendak-Mu yang suci.
IX. Non contristabit justum quidquid Dei acciderit. (Amsal x. 11.) Jiwa yang memiliki cinta kepada Allah, tidak terganggu oleh suatu bencana pun. Kaisarius menceritakan (Lib. 10. cap. 6.) bahwa seorang biarawan, walaupun ia tidak teristimewa daripada biarawan-biarawan lainnya oleh karena keketatannya, bagaimanapun, membuat banyak mukjizat. Kepala biaranya, yang terkejut, bertanya kepadanya pada suatu hari, perbuatan suci apa yang dipraktikkannya. Ia menjawab bahwa ia jauh lebih tidak sempurna dari para biarawan lainnya, tetapi ia memusatkan segala perhatiannya kepada kehendak ilahi. Dan tidakkah engkau memiliki, jawab sang kepala biara, beberapa dendam terhadap musuhmu, yang pada hari-hari terakhir ini, telah menyebabkan kerusakan kepada harta milik kita? Tidak, bapaku, ujarnya, saya bahkan berterima kasih kepada Tuhan untuknya, karena Ia telah melakukan segalanya atau mengizinkan segalanya demi kebaikan kita. Sang kepala biara mengenali dengan demikian segala kesucian dari biarawan yang baik itu. Dan kita pula, kita harus melakukan hal yang sama dalam segala bencana yang terjadi kepada kita; marilah kita berkata selalu: Ita, pater, quoniam sic fecit placitum ante te. (Matius XI. 26.) Tuhan, karena Engkau telah berkenan, terjadilah dengan demikian.
X. Barangsiapa bertindak demikian, menikmati kedamaian yang para malaikat, pada saat kelahiran Yesus Kristus, wartakan kepada orang-orang yang berkehendak baik; yakni, kepada mereka yang selalu menundukkan kehendak mereka kepada kehendak Allah. Merekalah, seperti yang dikatakan oleh sang Rasul, empunya kedamaian yang melampaui segala kenikmatan jasmani: Pax Dei, quae exsuperat omnem sensum. (Filipi iv. 7) Kedamaian yang mendalam, kedamaian yang kokoh yang tidak mengalami perubahan. Stultus sicut, luna mutatur, sapiens in sapientia manet sicut sol. (Sirakh xxvii. 12.) Orang yang bodoh, yakni, pendosa, berubah seperti bulan, yang pada hari ini membesar, keesokan hari menyusut ; pada hari ini, ia melonjak dalam kegirangan yang gila, keesokan hari ia layu akibat dukacita yang putus asa; pada hari ini, ia rendah hati dan manis, keesokan hari ia angkuh dan penuh amarah. Tetapi, orang bajik bagaikan matahari, selalu sama adanya, dan selalu tenang, walaupun terjadi sesuatu; dalam bagian dirinya yang terrendah, ia tidak dapat mencegah diri untuk merasakan beberapa kekecewaan akibat hal-hal yang tidak menyenangkan yang terjadi kepadanya, tetapi selama ia menjaga agar kehendaknya selaras dengan kehendak Allah, tiada sesuatu pun yang dapat merampas dari dirinya sukacita rohani ini yang tidak takluk kepada guncangan-guncangan hidup ini. Gaudium vestrum nemo tollet a vobis. (Yohanes xvi. 22.)
XI. Barangsiapa bersandar kepada kehendak ilahi bagaikan seseorang yang ditempatkan di atas awan, ia melihat dan mendengar di bawah dirinya segala badai, guntur, petir, dan angin keras tanpa terlukai atau terganggu sama sekali,. Dan bagaimanakah ia mungkin terganggu, sewaktu ia sama sekali tidak dapat terjadi kepadanya apa pun yang tidak dikehendaki oleh dirinya sendiri? Barangsiapa hanya menghendaki apa yang berkenan kepada Allah, selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, karena segala yang terjadi, terjadi oleh kehendak Allah. Orang-orang yang pasrah, ujar Salvianus, jika mereka pada dasarnya menerima, menghendaki keadaan mereka; jika mereka menderita dalam kemiskinan, mereka hendak menjadi miskin, pendek kata, dengan menghendaki segala hal yang dikehendaki oleh Allah, mereka selalu puas: Humiles sunt, hoc volunt; pauperes sunt, paupertate delectantur; itaque beati dicendi sunt. Dalam cuaca dingin, dalam cuaca panas, dalam hujan atau angin, barangsiapa menyelaraskan dirinya kepada kehendak Allah berkata: saya ingin cuaca dingin ini, saya ingin cuaca panas ini, saya ingin hujan, saya ingin angin, karena Allah menghendakinya demikian. Walaupun ia mengalami kehilangan, penganiayaan, penyakit, dan bahkan kematian sendiri, ia akan berkata: Saya menghendaki kehilangan ini, saya menghendaki penganiayaan ini, penyakit ini, saya bahkan menghendaki kematian, karena Allah menghendakinya. Dan betapa lebih besarnya kepuasan yang dapat dimiliki oleh seseorang yang ingin berkenan kepada Allah, jika bukan dengan menanggung dengan sabar salib yang diberikan kepadanya oleh-Nya, dalam pengetahuan bahwa kesabaran inilah hal yang paling menyenangkan kepada Allah. Santa Maria Magdalena dari Pazzi, sewaktu ia hanya mendengar kata-kata kehendak Allah, mengalami di dalam dirinya sukacita yang demikian, sehingga ia berada di luar dirinya sendiri dan jatuh ke dalam ekstasi.
XII. Di sisi lain, betapa besarnya kegilaan dari orang-orang yang melawan kehendak ilahi; yang, bukannya menerima dengan kesabaran cobaan-cobaan, kesal diri dan membangkang terhadap Allah, memperlakukan-Nya dengan tidak adil dan dengan kejam. Bagaimanakah perlawanan mereka dapat mencegah apa yang dikehendaki oleh Allah untuk terjadi? Voluntati ejus quis resistet? (Rom. ix. 19.) Orang-orang celaka, dengan ketidaksabaran mereka, apakah mereka akan mengurangi salib yang dipikulkan oleh Allah kepada emreka? Tidak, Ia akan membuat salib tersebut lebih berat, dan kesusahan mereka akan berlipat ganda. Quis resistit ei et pacem habuit? (Ayub iv. 9.) Itu adalah kegilaan! Marilah kita berpasrah kepada kehendak ilahi dan dengan demikian, pada waktu yang bersamaan, kita akan membuat salib kita menjadi lebih ringan, dan kita akan meningkatkan jasa-jasa kita untuk kehidupan kekal. Itulah yang dikehendaki oleh Allah sewaktu Ia membuat kita menderita, Ia bermaksud agar kita menjadi lebih suci. Voluntas Dei sanctificatio testra. (1. Tes. iv. 3.) Ia tidak mengirimkan kepada kita penderitaan karena Ia menginginkan kejahatan, tetapi sebaliknya, karena Ia menginginkan kebaikan untuk kita, dan karena Ia mengetahui bahwa penderitaan itu akan membantu kita memperoleh keselamatan: Omnia cooperantur in bonum. (Rom. vi. 28.) Hukuman-hukuman sendiri tidak dijatuhkan kepada kita oleh Allah untuk menghancurkan diri kita, melainkan untuk menjadi manfaat bagi kita, untuk memperbaiki diri kita : Ad emendationem, non ad perditionem nostram evenisse credamus. (Yudit viii. 17.) Tuhan amat mencintai diri kita, sehingga Ia bukan hanya menghendaki, tetapi Ia mengkhawatirkan kebaikan diri kita sendiri: Deus, ujar Daud, mengkhawatirkan diriku. (Mazmur xxxix. 18).
XIII. Marilah kita menyerahkan diri kita senantiasa kepada tangan Allah, yang memiliki keinginan yang demikian besarnya, yang begitu memperhatikan keselamatan kita. Omnem sollicitudinem vestram projicientes in eum, quoniam ipsi cura est de vobis. (1. Petrus i. 7.) Barangsiapa menyerahkan diri dengan demikian kepada Allah akan menjalani hidup yang berbahagia dan akan mati dengan suci. Sewaktu kita mati, jika kita pasrah kepada kehendak Allah, kita mati dengan suci ; tetapi, barangsiapa tidak akan berselaras diri dengan kehendak ini pada saat hidupnya, tidak akan lebih berselaras pada saat kematiannya, dan tidak akan diselamatkan. Segala pikiran kita harus tertuju secara demikian, selama sisa hidup kita, yakni, untuk melaksanakan kehendak Allah. Kepada tujuan inilah kita harus mengerahkan segala devosi kita, semua renungan kita, komuni, kunjungan kepada Sakramen Mahakudus, dan semua doa kita, sambil meminta tanpa henti kepada Allah yang menjaga kita dan yang membantu kita untuk melakukan kehendak-Nya yang suci. Doce me facere voluntatem tuam. Dan pada waktu yang sama, marilah kita mempersembahkan kepada-Nya untuk menerima secara penuh segala yang telah diperintahkan oleh-Nya kepada kita, seraya berkata kepada-Nya bersama sang Rasul: Domine, quid me vis facere? Tuhan, katakanlah kepadaku apa yang Engkau kehendaki dari diriku, aku siap melakukan segalanya. Lalu, dalam segala keadaan, baik yang menyenangkan, maupun yang membebani, marilah senantiasa mengucapkan dari mulut kita doa Pater noster: Fiat voluntas tua [Bapa Kami: Jadilah kehendak-Mu]: Dengan mengulanginya acapkali dalam hati, beberapa kali sehari. Berbahagialah orang yang hidup dan mengakhiri hidupnya sambil berkata: Fiat, fiat voluntas tua.”
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari Oeuvres Complètes de A.-M. De Liguori, T XIV, Paris, Parent –Desbarres, Éditeur, 1835, hal. 260-270.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...