^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Kematian - Khotbah St. Leonardus (Bag. II)
Tentang Kematian
St. Leonardus dari Porto Mauritio
KHOTBAH UNTUK RABU ABU
Bagian II
(Kembali ke Bag. I)
XI. Orang-orang Kristen, ada sedikit orang yang khilaf tentang hal yang esensial dan fundamental, yaitu manusia harus mati dan kembali menjadi debu: namun di mana semua orang khilaf, baik yang muda maupun yang tua, yang sehat maupun yang sakit, yang kuat maupun yang lemah, adalah perkara waktu. Semua orang memikirkan kematian, namun semua orang lebih hendak mati daripada berpikir: Tahukah anda mengapa? Karena dalam jam pasir kehidupan mereka, mereka tidak menatap pasir yang sudah jatuh, maupun pasir yang sedang jatuh, namun hanya pasir yang masih tersisa yang akan jatuh: dan karena mereka tidak melihat nasib terakhir dari pasir ini, mereka menjanjikan kepada diri sendiri kehidupan yang sangat panjang, seakan-akan kehidupan mereka akan abadi. Salah, sungguh salah! Pasir yang masih ada dalam jam pasir kita hanya tersisa sedikit, saudara-saudaraku, hanya tersisa amat sedikit: Hari-hari manusia singkat adanya. Namun marilah mengandaikan bahwa masih ada banyak pasir dalam jam pasir anda: berapa seringkah satu serpihan terselisip, dan seketika, pada saat yang paling tidak terduga, pasirnya berhenti. Hal ini sering terjadi kepada kita demikian: setetes darah mengalir ke dalam jantung, sebatang duri tertelan ke dalam kerongkongan, suatu kecelakaan yang tak terduga menghentikan arus kehidupan, dan kita meninggal dunia. Injil memperdengarkannya kepada kita jelas-jelas, ketika kita diberi tahu bahwa kematian akan mengagetkan kita pada waktu yang paling tidak kita duga: Putra Manusia akan datang pada saat yang tidak engkau duga. Pada saat yang tidak engkau duga, anda dengar? Seandainya Injil berkata: pada tahun, atau pada bulan, atau pada hari, kita setidak-tidaknya akan yakin bahwa kita akan aman pada hari tertentu. Tetapi tidak, Injil berkata pada saat yang tidak kita duga, saat kematian mengagetkan kita; kematian yang tak terduga, kematian yang dengan demikian buruk dan sangat buruk bagi kita, kalau kita tidak bangun pada waktu yang baik.
Kematian tak terduga semacam itulah, meskipun kematian yang berbahagia dalam penghiburan sakramen-sakramen Gereja, yang mengejutkan seorang pria muda yang sehat walafiat, salah seorang dari mereka yang menjanjikan dirinya sendiri hidup yang panjang. Peristiwa itu terjadi dalam sebuah prosesi yang berlangsung pada suatu misi, yang dihadiri oleh banyak orang. Beberapa orang mengangkat bendera-bendera ke udara: dari antaranya ada bendera yang menggambarkan Maut dengan rupa yang amat besar: di tangan yang satu ia menurunkan sabitnya seakan-akan hendak memukul, dan di tangan yang lain ia mempertunjukkan sebuah jam pasir yang membiarkan butiran-butiran debu jatuh dari gelas yang satu ke dalam gelas yang lain, dengan perkataan yang diambil dari kitab Yesaya: Debu itu selesai sudah. Misionarisnya berada di atas sebuah panggung. Ia menyuruh supaya bendera itu ditempatkan di samping dirinya. Sambil menunjuk jari kepada Maut yang mengayunkan sabitnya itu dan bagian atas dari jam pasir yang hampir kosong bagi para pendengarnya, ia dengan suara lantang mengingatkan mereka akan renungan-renungan ini: “Saudara-saudaraku”, ujarnya kepada mereka, “ketika kita masuk ke dalam dunia ini, jam pasir kehidupan kita diputar: dan demikian pula, sebagaimana ada jam pasir yang menunjuk seperempat jam, setengah jam, satu jam, tiga dan enam jam; demikian pula kehidupan kita diukur dengan jam yang menunjuk dua puluh, tiga puluh serta empat puluh tahun. Maut memperhatikan dengan saksama kapan pasirnya akan tuntas; pada butiran yang terakhir, ia memukul, dan memotong benang kehidupan. Namun, siapakah dari antara anda yang bisa tahu masih ada berapa banyak butiran yang akan jatuh? Jangan berkata kepada saya: orang itu berusia enam puluh tahun, dan jam pasirnya masih berjalan. Andaikata semua jam pasir itu sama, anda memang akan benar: namun kalau ada yang punya sisa waktu sedikit saja, dan kalau masih ada sisa waktu bertahun-tahun untuk orang lain, apa anda bisa menyimpulkan yang satu atau yang lain? Saya berbicara kepada anda, hai pendosa yang degil; seperti apakah takaran jam pasir anda? Tahukah anda? Siapakah yang tahu apakah gerangan kita tidak akan kehilangan butiran pasir terakhir dari kehidupan kita? Siapakah yang tahu hal itu?”
Seorang pria muda yang berada pada saat pidato itu disampaikan mengambil kata-kata itu sebagai teguran bagi dirinya sendiri, pergi sambil menundukkan kepalanya, dan berkata kepada dirinya sendiri: tahukah aku takaran jam pasir kehidupanku, dan masih ada berapa banyak butiran pasiri yang akan jatuh bagitku? Dan seandainya aku sudah sampai pada akhirnya, apa yang akan terjadi kepadaku? Terbenam dirinya dalam pikiran itu, ia masuk ke dalam sebuah gereja, bersiap diri untuk pengakuan dosa yang sangat diperlukannya; lalu ia pergi berlutut di kaki seorang imam, ia tidak hanya mengakui dengan amat saksama dan dengan kepedihan yang besar; namun karena ia yakin hanya tersisa sedikit butiran pasir dalam jam pasir kehidupannya sampai tuntas perjalanan hidupnya itu, ia bertekad mengubah hidupnya sama sekali. Dan begitulah saudara-saudaraku, renungan tentang singkatnya hidup yang diilhamkan Allah bagi dirinya ternyata sebegitu benar dan nyata, sehingga pada hari yang sama ia mengaku dosanya, ia meninggal dunia.
XII. Izinkan saya menyampaikan kepada anda sekalian perkataan dari misionaris yang baik itu, dan berkata kepada anda dengan semangat suci: Ya saudara-saudaraku yang terkasih, seperti apakah takaran jam pasir kehidupan anda? Siapa yang tahu apakah banyak dari antara anda, jam pasirnya hampir tuntas? Siapa yang dapat meyakinkan saya bahwa dari antara anda tidak akan ada satu orang yang, sebelum sampai ke rumahnya, akan mati di perjalanan? Atau setidak-tidaknya, siapakah yang tahu apabila bagi banyak dari antara mereka yang sedang berada di sini, jam pasir kehidupan mereka takkan tuntas sebelum Paskah? Di mana-mana saya telah berkhotbah pada Masa Prapaskah, ada orang yang meninggal dunia pada masa ini: maka masih ada kemungkinan di sini bahwa salah satu dari anda akan mati sebelum anda datang ke sini pada hari Paskah. Siapakah orangnya? Tahukah anda? Ia itu akan menjadi orang yang paling tidak menantikannya dan tidak menduganya. Maka mengapa anda menunda bertobat dengan tulus? Ah, biarkan saya mengecup Yesusku yang disalib, dan dengan abu di kepala, salib di tangan, biarkan saya pergi ke lapangan, ke rumah-rumah, ke toko-toko; biarkan saya pergi ke tempat-tempat di mana berada gerombolan orang yang malas-malasan, kepada kalangan pejudi, kepada pertemuan-pertemuan tempat orang bertikai dan bertengkar, dan di sana saya akan berseru dengan suara lantang: Penitensi, ya saudara-saudaraku, penitensi: hai orang-orang muda, tinggalkanlah permainanmu; hai orang yang suka bertikai, tinggalkanlah urusanmu dan pertengkaranmu; hai orang duniawi, tinggalkanlah hubungan-hubunganmu yang najis: jangan lagi bercinta gila, jangan lagi berpesta dansa, jangan lagi berpesta sore; ya wanita yang angkuh dan sembrono, jangan lagi berkaca; hai orang pendendam, jangan lagi iri dengki; hai orang tamak, jangan lagi mencuri, jangan lagi berbuat tidak adil. Penitensi, saudara-saudaraku, penitensi: lihatlah kabar dukacita yang saya bawakan pada pagi hari ini bersama perkataan Gereja yang Kudus: engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu. Anda, pada saat ini, adalah debu yang terangkat, dan anda tidak lama lagi akan menjadi debu yang jatuh. Janganlah kita menunda lagi untuk membasuh diri kita dari begitu banyaknya percabulan, untuk memberantas begitu banyak kemaksiatan, untuk meninggalkan begitu banyak kebencian, untuk menangisi pahit-pahit dosa-dosa kita.
Gereja menggunakan alat yang begitu menyedihkan untuk menuntut kita supaya berlinangan air mata penyesalan. Suara permohonan para imam; begitu banyaknya upacara suci, yang semuanya bernapaskan penyesalan, pertobatan dan dukacita, bukankah semuanya itu mengundang kita untuk menangisi kejahatan-kejahatan kita? Maka marilah kita berlutut di kaki salib dengan suara dari hati yang remuk, dan marilah memohon ampun kepada-Nya dalam kerendahan hati. Apa? Anda kesusahan untuk melakukannya? Kalau demikian adanya, coba anda lihat abu yang ada di kepala anda: bukankah abu itu dibubuhkan pula pada pagi hari ini, bagi pada kepala yang botak maupun pada kepala berambut pirang? Tua dan muda, bukankah anda semua mendapat abu di kepala anda? Dan memang abu itu berkata apa kepada anda? Kepada anda, abu itu berkata: penitensi, penitensi, penyesalah yang getir, dukacita atas dosa-dosa anda, air mata penyesalan. Apa yang harus kita lakukan, ya Allah yang Mahaagung? Akankah kita senantiasa keras kepala, terus bersikeras berada dalam dosa? Tidak, saudara-saudaraku, tidak: taatilah, anda semua, taatilah suara Allah; pukullah dada anda, dan, sambil berpaling kepada Salib, hendaknya anda sekalian berkata kepada-Nya, berlinangan air mata: ah! Yesusku, sudah tiba waktunya bagiku untuk menjalani hidup yang suci; hal itu kupintakan kepada-Mu, kujanjikan kepada-Mu dengan hati yang remuk di kaki-Mu. Hai para pendosa, katakanlah hal ini dengan tulus hati: Inilah Yesus yang mendekapmu, inilah Yesus yang menghiburmu: dan agar tekadmu bisa tercapai, berjanjilah kepada-Nya supaya pada Masa Prapaskah engkau menyempatkan setengah jam untuk merenungkan kedua hal ini selama Misa: betapa seringkah dan bagaimanakah aku hidup sampai sekarang? Seberapa lama lagi aku akan hidup, dan bagaimanakah aku harus hidup dari sejak saat ini?
Dan sebagai buah yang anda petik dari renungan ini, janganlah anda berbuat dosa berat, terutama pada Masa Prapaskah ini. Demikianlah, wahai umat yang terkasih, permohonan besar yang saya pintakan kepada anda sekalian pada hari ini: janganlah anda berbuat dosa lagi pada hari-hari suci ini; berjanjilah anda semua kepada Yesus bahwa anda tidak lagi akan berbuat satu dosa pun pada Masa Prapaskah ini, dan anda akan berhasil, kalau anda sungguh-sungguh mencamkan perkataan Gereja yang Kudus ini: Manusia, ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu; kalau anda mempertimbangkan bahwa hidup anda adalah hidup yang sekarat yang akan berakhir menjadi debu. Anda akan mengalami keberhasilan yang bahkan lebih baik, kalau anda membekaskan dalam hati anda renungan ini, bahwa debu ini kelak akan kembali menjadi manusia. Debu, ingatlah bahwa engkau adalah manusia, dan engkau akan kembali menjadi manusia; jika anda berpikir tentang bahaya maut yang tiada berkesudahan. Bersenjatakan kedua kebenaran yang luhur ini, anda akan menemukan bahwa bagi anda, kenangan akan maut adalah harta yang amat berharga, dan bahwa segala hal yang lain hanyalah serpihan abu dan debu.
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari karya yang disadur dari bahasa Italia ke dalam bahasa Prancis:
Œuvres du bienheureux Léonard de Port-Maurice [Karya-Karya Beato Leonardus dari Porto Mauritio], terjemahan M. Charles SAINTE-FOI, T. I, Paris, Louis Vivès, Librairie-Éditeur, 1858, hal. 23-28.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...