^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Notifikasi
Tentang Cinta Kasih Allah - Pertimbangan XXXIII St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XXXIII.
Tentang Cinta Kasih Allah.
“Maka marilah kita mengasihi Allah, sebab Allah telah lebih dahulu mengasihi kita.” – 1 St. Yohanes iv. 19.
POIN PERTAMA.
Coba anda renungkan pertama-tama, bahwa Allah patut anda kasihi, karena Dia telah mengasihi anda sebelum anda mengasihi-Nya, dan Dialah yang pertama-tama dari antara segala-galanya yang mengasihi anda: “Aku telah mengasihi engkau dengan kasih yang kekal” (Yeremia xxxi. 3). Orang tua anda adalah yang pertama-tama mengasihi anda di dunia ini; namun mereka tidak mengasihi anda sampai setelah mengenal anda. Namun sebelum diri anda pun ada, Allah sudah mengasihi anda. Ayah atau ibu anda belum ada di dunia, namun Allah sudah mengasihi anda; bahwasanya, bahkan sebelum dunia diciptakan, Allah sudah mengasihi anda; dan betapa lamakah Allah sudah mengasihi anda sebelum terjadinya penciptaan dunia? Seribu tahun lalukah, seribu masa lalukah?
Ini bukan perkara tahun atau masa. Allah sudah mengasihi anda sejak segala keabadian: “Aku telah mengasihi engkau dengan kasih yang kekal” (Yeremia xxxi. 3). Singkat kata, selama Allah itu Allah, Ia sudah mengasihi anda selalu; selama Ia telah mengasihi diri-Nya sendiri, Ia sudah mengasihi anda. Maka, St. Agnes, perawan muda belia itu berkata dengan benar, “Diriku tak diperbolehkan oleh seorang kekasih yang lain.” Ketika dunia dan ciptaan meminta cinta kasihnya, St. Agnes menjawab, “Tidak, saya tidak mungkin mengasihi kalian, hai dunia, hai ciptaan. Allahkulah yang pertama-tama mengasihiku; hanya karena itulah, aku membaktikan segenap cinta kasihku kepada Allah sendiri.”
Maka dari itu, hai saudaraku, Allah telah mengasihi anda sejak segala keabadian; dan dengan kasih yang murni, Ia telah mengambil diri anda, dari antara begitu banyak orang yang mungkin bisa diciptakan-Nya, dan memberi keberadaan kepada diri anda, dan menempatkan anda di dunia. Karena kasih terhadap diri anda, Ia telah menciptakan begitu banyak makhluk lainnya yang cantik, supaya mereka bisa melayani anda, dan mengingatkan pada benak anda cinta kasih yang telah dimiliki-Nya dan yang merupakan utang budi anda kepada Dia: “Langit dan bumi, segala makhluk”, ujar St. Agustinus, “memberitahukanku, bahwa aku harus mengasihi Engkau.” Ketika orang kudus itu menatap matahari, bulan dan bintang-bintang, pegunungan dan sungai, ia seperti merasa mereka semua berbicara kepada dirinya, dan berkata: Agustinus, kasihilah Allah, sebab Ia telah menciptakan kami demi engkau, supaya engkau mengasihi-Nya.
Kepala Biara Rancé, pendiri La Trappe, ketika melihat bebukitan, sungai dan bebungaan, berkata bahwa semua ciptaan itu mengingatkan dia akan cinta kasih Allah kepada dirinya. Demikian pula St. Teresa dahulu berkata, bahwa segala ciptaan menghardik dirinya karena kedurhakaannya terhadap Allah. Ketika St. Maria Magdalena dari Pazzi melihat setangkai bunga cantik atau buah pada genggaman tangannya, ia merasa hatinya seperti ditembus dengan kasih kepada Allah bagaikan anak panah, dan berkata dalam batinnya sendiri: Lantas, Allahku sudah berpikir sejak segala keabadian untuk menciptakan kembang ini, buah ini, demi aku, supaya aku boleh mengasihi-Nya.
Terlebih lagi, pertimbangkanlah cinta kasih Allah yang Istimewa itu kepada anda, dengan memperkenankan anda lahir di negeri Kristiani, dan di pangkuan Gereja sejati. Betapa banyaknya orang yang terlahir dari antara orang pagan, dari antara orang Yahudi, dari antara orang-orang Mahometan serta para bidah, dan mereka semua binasa! Hanya ada sedikit orang yang berbahagia, sebab mereka telah lahir di tempat merajanya iman sejati; dan Tuhan telah memilih anda menjadi salah seorang dari jumlah yang sedikit ini. Oh, betapa tak terhingganya, besar karunia iman ini! Betapa banyaknya jutaan orang yang tak memiliki sakramen, khotbah, teladan sahabat-sahabat yang baik, dan segala macam sarana keselamatan yang ada di dalam Gereja sejati! Dan Allah telah berkenan memberikan anda semua pertolongan ini tanpa ada jasa dari pihak anda sama sekali, bahwasanya, bahkan ketika Ia telah melihat sejak dahulu hal-hal yang membuat anda tidak pantas; sebab ketika Ia berpikir untuk menciptakan anda, dan mengaruniakan segala pertolongan ini kepada anda, Ia sudah sejak awal melihat segala penghinaan yang akan anda buat bagi diri-Nya.
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Tuhan, Penguasa Surga dan Bumi, Ya Raja Mahabaik dan Tak Terhingga, Engkau yang telah mengasihi umat manusia dengan begitu berlebih-lebihnya, bagaimanakah bisa Engkau begitu mereka benci! Namun dari antara orang-orang ini, Engkau telah mengasihi aku, ya Allah, dengan kasih yang istimewa, mengaruniakan rahmat-rahmat yang begitu langkanya kepadaku, yang tak Kau karuniakan kepada banyak orang lainnya; dan aku sudah membenci Engkau lebih dari lain-lainnya. Kusujud di kaki-Mu, ya Yesus, ya Juru Selamatku: “Janganlah aku Kauusir dari wajah-Mu”. Bahwasanya kupatut Kauusir, oleh karena kedurhakaanku; namun Engkau sudah berkata bahwa tak mampu diri-Mu menolak orang dengan hati yang sesal dan kembali berpaling kepada-Mu: “Barang siapa datang kepada Aku tidak akan Kuusir” (St. Yohanes vi. 37).
Ya Yesusku, kubertobat karena telah menghina-Mu. Di waktu yang sudah-sudah, Aku sudah meninggalkan-Mu; sekarang, kuakui diri-Mu sebagai Juru Selamat dan Penebusku, yang telah wafat demi keselamatanku, dan beroleh cinta kasihku. Kapankah diriku ini akan berhenti, ya Yesusku, mendurhakai-Mu? Kapankah diriku ini akan mulai benar-benar mengasihi Engkau? Lihatlah, pada hari ini aku bertekad mengasihi Engkau dengan segenap hatiku, dan tidak mengasihi siapapun juga selain Engkau.
Ya Allah yang Tak Terhingga, Kusembah-Kau demi mereka semua yang tak menyembah-Mu; dan kucinta-Kau demi mereka semua yang tak mencintai-Mu. Aku percaya akan Dikau; kuberharap dalam Dikau; Engkau kukasihi; kupersembahkan segenap diriku ini kepada-Mu: bantulah aku dengan rahmat-Mu. Engkau bahwasanya tahu kelemahanku; namun jika ketika aku tak mengasihi atau tak ingin mengasihi-Mu, Engkau sudah melimpahkan begitu banyak pertolongan kepadaku, betapa jauh lebih besarnya harapan yang seharusnya kupunya dalam kerahiman-Mu sekarang ini, ketika aku mengasihi-Mu dan ingin mengasihi-Mu!
Ya Tuhanku, berikanlah aku cinta kasih-Mu; namun cinta kasih yang membara, yang membuatku mampu melupakan segala ciptaan; cinta kasih yang kuat, yang menyanggupkanku mengatasi segala kesulitan demi berkenan kepada-Mu; cinta kasih yang tak berkesudahan, yang takkan pernah putus antara diri-Mu dan diriku. Semuanya ini kuharap, dengan jasa-jasa-Mu, ya Yesusku, dan dengan perantaraanmu, ya Maria, ya Ibuku.
POIN KEDUA.
Namun Allah tidak hanya telah memberikan kita begitu banyak ciptaan yang indah; tak puas diri-Nya, sampai Dia telah menyerahkan diri-Nya sendiri kepada kita: “Ia telah mengasihi kita, dan menyerahkan diri-Nya sendiri demi kita” (Galatia ii. 20). Dosa terkutuk itu telah membuat kita kehilangan rahmat Ilahi dan Firdaus, dan telah menjadikan kita budak Neraka; namun Putra Allah telah mengejutkan Surga dan segala alam semesta, dengan berkenan turun ke dunia, menjadi manusia, demi menebus kita dari kematian kekal, dan menyanggupkan kita beroleh rahmat serta Firdaus, yang telah kita hilangkan.
Betapa ajaibnya, kalau kita melihat seorang raja menjadi ulat demi cinta akan ulat! Namun betapa jauh lebih tak terhingga besar ketakjuban kita, kalau melihat Allah menjelman menjadi manusia demi cinta kasih akan manusia: “Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri, mengambil rupa seorang hamba, dan dengan wujud yang didapati pada manusia” (Filipi ii. 7). Allah yang berselimutkan daging! “Sabda telah menjadi daging” (St. Yohanes i. 14). Namun lebih besar ketakjubannya, ketika kita melihat yang telah dilakukan dan diderita Putra Allah ini demi cinta akan kita.
Setetes darah-Nya, setetes air mata-Nya, seucap doa-Nya yang sederhana itu, cukup untuk menebus kita; sebab doa semacam itu tak terhingga nilainya, oleh karena merupakan doa Pribadi Ilahi, dan karena itu cukup untuk menyelamatkan dunia, dan dunia yang tak terhingga jumlahnya. Tetapi tidak, ujar St. Yohanes Krisostomus, apa yang cukup untuk menebus kita tidalah cukup untuk cinta kasih yang dipunya Yesus kepada kita: “Apa yang cukup bagi penebusan, tidaklah cukup bagi cinta kasih”. Tak hanya ingin diri-Nya menyelamatkan kita, namun karena begitu berlimpah-limpah kasih-Nya itu kepada kita, Ia ingin dikasihi dengan begitu berlimpah-limpah oleh kita; dan oleh sebab itulah Ia berkehendak memilih hidup yang penuh penderitaan dan kebencian, serta kematian yang terpahit dari segala kematian, demi membuat kita memahami kasih yang tak terhingga, yang membakar diri-Nya itu terhadap kita: “Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi ii. 8).
Ya kasih Ilahi yang berlimpah-limpah, yang takkan pernah dipahami manusia maupun malaikat! Kata berlimpah-limpah, saya gunakan, sebab demikianlah sebutannya oleh Musa dan Elia, ketika sedang berbicara di Gunung Tabor tentang Sengsara Yesus Kristus: “Dan mereka berbicara tentang keberlimpah-limpahan-Nya (kepergian-Nya, dalam versi berbahasa Inggris), yang akan digenapi-Nya di Yerusalem” (St. Lukas ix. 31). “Dukacita yang berlimpah-limpah, kasih yang berlimpah-limpah”, ujar St. Bonaventura. Seandainya sang Penebus bukanlah Allah, namun hanya sahabat atau saudara semata, tanda sayang lebih besar macam apa yang mungkin dapat diperlihatkan-Nya kepada kita, kalau bukan wafat demi kita? “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (St. Yohanes xv. 13). Seandainya Yesus Kristus dulu harus menyelamatkan Bapa-Nya sendiri, apa lagi yang bisa dilakukan-nya demi memperlihatkan cinta kasih-Nya? … Seandainya orang terhina di bumi ini melakukan yang dahulu dilakukan Yesus Kristus kepada anda, bisakah anda hidup tanpa mengasihinya?
Namun apa kata anda? Percayakah anda akan Penjelmaan dan Wafat Yesus Kristus? Percayakah anda, dan tak anda kasihikah diri-Nya itu? Sanggupkan anda mengasihi apa pun selain Yesus Kristus? Mungkin anda ragu, apabila Dia mengasihi anda? Demi tujuan ini, ujar St. Agustinus, Ia datang ke dunia untuk menderita dan wafat demi anda, dalam rangka membuat anda tahu cinta kasih-Nya yang begitu besar itu kepada diri anda: “Demi itulah Yesus datang, agar manusia bisa tahu betapa besar cinta kasih Allah kepadanya.” Sebelum terjadinya Penjelmaan, manusia bisa ragu apabila Allah mengasihi-Nya dengan begitu lembut, namun setelah Penjelmaan dan Wafat Yesus Kristus, bagaimanakah dia bisa meragukannya? Kelemahlembutan dan kasih lebih besar macam apa, yang bisa diperlihatkan-Nya kepada anda, kalau bukan dengan mengorbankan hidup-Nya yang mulia itu demi anda? Kita diberi telinga untuk mendengarkan kata-kata itu, Penciptaan, Penebusan, Allah yang terbaring di palungan, Allah yang disalib. Ya iman suci, berilah kami pencerahan.
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Yesusku, Kulihat diri-Mu tak sanggup berbuat apa-apa lagi demi mengharuskan aku mengasihi-Mu, dan bahwa dengan kedurhakaanku, aku sudah berbuat semampuku untuk memaksa-Mu meninggalkan aku. Semoga kesabaran-Mu, yang telah menanggung diriku begitu lamanya, terberkati untuk selama-lamanya. Kupantas mendapat Neraka untuk diriku sendiri; namun wafat-Mu memberi aku kepercayaan. Ya Kebaikan Tak Terhingga, kumohon Engkau, berilah aku rahmat untuk memahami baik-baik, betapa Engkau begitu pantas kukasihi, dan betapa besar kewajibanku mengasihi-Mu! Bahwasanya sungguh kutahu, bahwa Engkau, ya Yesusku, sudah wafat demi aku; lantas, bagaimana mungkin, ya Allahku, aku bisa hidup bertahun-tahun tanpa ingat akan Dikau?
Ah, seandainya bisa kuulang hidupku pada tahun-tahun itu, akan kuberikan semuanya itu kepada-Mu, ya Tuhanku. Namun tahun-tahun itu takan akan kembali lagi, oleh sebab itu, karuniakanlah aku rahmat agar aku setidak-tidaknya bisa melalui sisa hidupku seutuhnya mengasihi dan berkenan kepada-Mu saja. Ya Penebusku yang terkasih, Kau kukasihi dengan segenap hatiku: namun hendaknya Kauperbesar kasih ini dalam diriku; teruslah ingatkan aku, apa yang telah Kaulakukan kepadaku, dan jangan pernah Kauperbolehkan aku hidup mendurhakai-Mu. Tidak, takkan lagi kulawan terang yang telah Kauberikan kepadaku. Kau ingin kukasihi, dan aku ingin Kaukasihi. Siapakah yang akan kukasihi, kalau tak kukasihi Allah yang merupakan kecantikan tak terhingga, kebaikan tak terbatas, Allah yang sudah wafat demi aku, Allah yang sudah menanggung diriku dengan begitu sabarnya, dan alih-alih menghukum aku seperti yang pantas kudapatkan, telah mengubah hukuman-hukuman-Nya menjadi rahmat dan pertolongan?
Ya, kucinta-Kau, ya Allah, yang patut mendapat cinta yang tak terhingga, dan diriku mengesah serta tiada mencari apa-apa, selain hidup sepenuhnya meresapi cinta kasih-Mu, dan melupakan segala-galanya yang bukan Dikau. Ya kasih Tuhanku yang tak terhingga, bantulah jiwa yang rindu menjadi milik-Mu seutuhnya. Bantulah aku, ya Maria, ya Bunda Allah yang Agung, dengan perantaraanmu; berdoalah agar Yesus sudi menjadikan aku kepunyaan-Nya.
POIN KETIGA.
Kekaguman kita menjadi semakin besar, dengan merenungkan keinginan Yesus untuk menderita dan wafat bagi kita: “Aku mempunyai pembaptisan yang dengannya aku harus dibaptis (demikianlah ujaran-Nya ketika Dia masih hidup); dan betapa gelisahnya hatiku sampai tiu terjadi!” (St. Lukas xii. 50) … Kurasa diri-Ku mati mendamba-dambakan cepat-cepat datangnya Sengsara dan Wafat-Ku, supaya umat manusia boleh cepat-cepat tahu tentang cinta kasih yang Kupunya terhadap dirinya. Ini jugalah yang membuat-Nya berkata pada malam menjelang Sengsara-Nya, “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kalian” (St. Lukas xxii. 15). Karena itulah, ujar St. Basilius dari Seleukia, tampak “bahwa Allah kita tak dapat memuaskan diri-Nya sendiri dengan cinta akan umat manusia”.
Ah, ya Yesusku, manusia tidak mengasihi Engkau, karena mereka tidak memikirkan cinta kasih yang Dia punya terhadap mereka. Ya Allahku, bagaimanakah mungkin jiwa bisa hidup tanpa mengasihi Allah, ketika ia berpikir bahwa Dia mati demi cinta akan dirinya, serta memikirkan keinginan-Nya untuk wafat demi membuktikan cinta kasih-Nya? “Kasih Kristus mendesak kita” (2 Korintus v. 14). St. Paulus berkata, bukan yang telah dilakukan dan diderita Yesus Kristus bagi kita, namun kasih yang telah diperlihatkan-Nya dalam menderita bagi kitalah, yang mewajibkan, dan yang ibaratnya memaksa kita untuk mengasihi-Nya.
Ketika St. Laurensius Yustinianus merenungkan ini, ia berseru, “Kita melihat Yang Mahabijak terpikat karena kasih yang berlimpah-limpah”. Dan siapakah yang bisa percaya, kalau bukan karena jaminan iman, bahwa sang Pencipta hendak wafat demi ciptaan-Nya? St. Maria Magdalena dari Pazzi, ketika mengalami ekstasi, dengan sebuah salib di tangannya, menyebut Yesus Kristus gila karena cinta: “Ya, Yesusku”, ujarnya, “Engkau bahwasanya gila karena cinta”. Orang-orang pagan pun berkata demikian juga. Ketika wafat Yesus Kristus diwartakan kepada mereka, mereka memandangnya sebagai semacam kegilaan yang tak bisa dipercaya, sebagaimana yang difirmankan sang Rasul: “Kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kegilaan” (1 Korintus i. 23). “Bagaimana mungkin”, mereka mungkin berujar, “Allah yang bahagia sempurna dalam diri-Nya sendiri, dan tak perlu apa-apa, bisa turun ke bumi, menjadi manusia, dan mati demi cinta akan manusia, ciptaan-Nya sendiri. Itu akan setara mengandaikan Allah telah menjadi gila demi cinta akan umat manusia.” Namun demikian, sungguh merupakan bagian dari iman, bahwa Yesus Kristus, Putra Allah benar, telah menyerahkan diri-Nya untuk wafat demi cinta akan kita: “Ia telah mengasihi kita dan telah menyerahkan diri-Nya sendiri demi kita” (Efesus v. 2).
Dan mengapa Dia berbuat demikian? Dia berbuat seperti itu agar kita tidak lagi hidup untuk dunia ini, namun agar kita hidup seutuhnya demi Tuhan yang sudah berkenan wafat demi kita: “Kristus wafat demi semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati untuk mereka” (2 Korintus v. 15). Itu telah dilakukan-Nya, supaya kasih yang diperlihatkan-Nya demikian boleh memenangkan segala rasa sayang dalam hati kita: “Demi tujuan inilah Kristus wafat dan bangkit kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik bagi orang-orang yang mati maupun orang-orang yang hidup” (Roma xiv. 9).
Oleh sebab itulah, ketika merenungkan wafat Yesus Kristus, para Kudus telah berpikir bahwa mereka hanya berbuat sedikit saja ketika menyerahkan hidup mereka, dan segala kepunyaan mereka, demi Allah yang sudah begitu mengasihi mereka. Berapa banyaknya pangeran dan bangsawan yang telah meninggalkan saudara-saudara sedarah mereka, barang kepunyaan mereka, rumah mereka, dan bahkan kerajaan-kerajaan mereka, demi mengurung diri sendiri dalam biara, dan hidup hanya demi cinta akan Yesus Kristus!
Berapa banyaknya martir yang telah mengorbankan hidup mereka demi Dia! Berapa banyaknya perawan yang meninggalkan perkawinan mulia, dan telah wafat dalam sukacita bahwa dengan berbuat demikian, mereka boleh memberi sedikit balasan terhadap cinta Allah yang telah wafat bagi mereka! Dan anda, hai saudaraku, sudah berbuat apa anda, demi cinta akan Yesus Kristus?
Sebagaimana Dia sudah wafat demi para Kudus – demi Santo Laurensius, Santa Lusia, Santa Agnes – demikian pula Ia sudah wafat bagi anda juga. Setidak-tidaknya, hendak anda apakan hidup yang mungkin masih tersisa bagi anda, dan yang telah dikaruniakan Allah bagi anda, dalam tujuan agar anda dapat mengasihi-Nya?
Sejak saat ini, sering-seringlah anda memandang gambar Tuhan yang telah disalibkan itu; dan selagi berbuat demikian, ingatlah cinta kasih yang telah dimiliki-Nya terhadap diri anda, dan katakanlah kepada diri anda sendiri, “Ya Allahku, karena itulah Engkau telah wafat demi aku.” Saya berkata kepada anda, setidak-tidaknya berbuatlah demikian, dan lakukanlah itu sering-sering; sebab kalau anda berbuat demikian, anda tak dapat tahan manisnya tertarik untuk mengasihi Allah yang telah begitu mengasihi anda.
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Penebusku yang terkasih, memang benar bahwasanya, aku belum mengasihi Engkau, karena tak kupikirkan cinta kasih yang telah Kaupunya terhadap diriku ini. Ya Yesusku, aku sudah begitu durhakanya. Engkau telah menyerahkan diri-Mu demi aku, mati dalam wafat yang teramat getir dari segala ajal, dan sudah begitu seringnya aku abai, sehingga itu bahkan tak kupikirkan. Ampunilah aku, dan kuberjanji pada-Mu, ya Juru Selamatku yang disalib, ya Tuhanku yang terkasih, bahwa Engkau akan menjadi satu-satunya bahan pikiranku dan segala rasa sayangku.
Ketika Iblis dan dunia menawarkan buah terlarang, ingatkanlah aku, ya Penebusku yang terkasih, akan duka derita yang telah Kautanggung demi aku, supaya boleh Engkau kucinta, dan takkan kuhina lagi. Seumpama seorang budak berbuat kepadaku, seperti yang telah Kauperbuat, takkan pernah aku tega mendukakan dia, dan meski demikian, aku sudah berpaling daripada-Mu, yang sudah wafat demi aku! Ya lidah api kasih yang indah, sebab Allah menyerahkan nyawa-Nya demi aku; datanglah, dan bakarlah aku, dan isilah segenap hatiku, dan hancurkanlah dalam diriku segala keterlekatan terhadap ciptaan.
Ya Juru Selamatku yang terkasih, bagaimana mungkin memikirkan Engkau di palungan Bethlehem, atau di salib Kalvari, atau dalam Sakramen Mahakudus pada altar kita, tanpa mengasihi Engkau? Ya Yesusku, Kau kucinta dengan segenap jiwaku; akan kujadikan Engkau satu-satunya Kebaikanku, satu-satunya Kekasihku, selama tahun-tahun kehidupan yang mungkin masih tersisa bagiku. Sudah kujalani tahun-tahun yang begitu banyak dan celaka itu dengan melupakan Sengsara-Mu dan cinta kasih-Mu; kuserahkan diriku seutuhnya demi Engkau; dan kalau tak kuberikan diriku sendiri sebagaimana mestinya, ambillah aku, dan kumohon Engkau supaya meraja atas segenap hatiku: “Datanglah kerajaan-Mu” (St. Matius vi. 10).
Hendaknya tiada cinta selain milik-Mu itu meraja atas hatiku; hendaknya hatiku tak berbicara apa-apa, menceritakan apa-apa, memikirkan apa-apa, merindukan apa-apa, selain kasih-Mu dan berkenan kepada-Mu. Hendaknya Engkau menolong aku dengan rahmat-Mu, supaya boleh diriku setia kepada-Mu. Kepercayaanku kutaruh dalam jasa-jasa-Mu, ya Yesusku. Ya Bunda kasih kirana, buatlah aku tulus mengasihi Putramu, yang begitu patut mendapat segala kasih, dan yang telah begitu mengasihi aku.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 246-254.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 5 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...