^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Skisma Barat Besar (1378-1417) dan Hal yang Kita Pelajari akan Kemurtadan Setelah Vatikan II
Ketidakpastian yang besar, berbagai Anti-Paus, Anti-Paus di Roma, seorang Anti-Paus yang diakui oleh semua kardinal ; Skisma Barat Besar membuktikan bahwa sebuah urutan Anti-Paus di tengah-tengah krisis setelah Vatikan II dapat terjadi –
Analisis Skisma Barat Besar
Bagaimana hal ini terjadi
Konklaf [Pemilihan Paus] yang terjadi di Vatikan (1378) setelah meninggalnya Paus Gregorius XI, adalah konklaf pertama yang berlangsung di Roma sejak tahun 1303. Para Paus sebelumnya bertempat tinggal di Avignon sejak sekitar 70 tahun lamanya, akibat masalah-masalah politik. Pemilihan Paus terjadi di dalam sebuah kegemparan yang besar.[1] Karena Prancis telah menjadi tempat tinggal para Paus sejak 70 tahun, massa Romawi yang mengerumuni konkflaf tersebut amat rusuh dan berseru menuntut para kardinal untuk memilih seseorang yang berasal dari Roma, atau setidaknya dari Italia. Pada suatu ketika, sewaktu kita berpikir bahwa seorang Prancis telah terpilih pada tempat itu, dan bukan seorang Italia, massa itu orang menyerbu istana.
Akhirnya, seorang Italia, Paus Urbanus VI dipilih oleh 16 kardinal. Sri Paus yang baru bertanya kepada para kardinal bilamana mereka telah memilihnya secara bebas dan secara kanonik; mereka menjawab ya. Segera setelah pemilihan sang Paus, ke-16 kardinal yang telah memilih Paus Urbanus VI menulis kepada enam kardinal yang telah bersikeras menetap di Avignon:
PARA KARDINAL MENOLAK PAUS URBANUS VI DI BAWAH DALIH MASSA ROMA YANG RUSUH
Tetapi, segera setelah terpilih, Paus Urbanus mulai menjauhi para kardinal.
Satu per satu, para kardinal pergi berlibur ke Agnagni. “Sri Paus yang baru, yang sama sekali tidak curiga, telah memberikan mereka izin untuk pergi ke sana selama musim panas. Pada pertengahan bulan Juli... mereka setuju di antara diri mereka sendiri bahwa pemilihan Paus pada bulan April sebelumnya tidaklah valid oleh karena halangan akibat oleh massa yang mengerumuni mereka dan, berdasarkan hal ini, mereka mencabut pengakuan mereka terhadap Urbanus.”[5]
Setelah berita tentang keputusan dari para kardinal telah diedarkan, juru kanon Baldus, yang dianggap sebagai juri yang paling terkenal pada masa itu, menerbitkan sebuah traktat yang menolak keputusan mereka. Di dalamnya, ia berkata:
Walaupun ketidaktepatan dari pernyataan Baldus ini – karena seorang Paus sejati tidak akan bisa digulingkan; seorang bidah menggulingkan dirinya sendiri – kita dapat melihat dengan jelas di dalam kata-katanya, kebenaran yang diakui secara umum, bahwa seorang klaiman Kepausan yang persisten dan terang-terangan adalah seorang bidah, dapat ditolak sebagai non-Paus, karena ia berada di luar Gereja.
SELURUH KARDINAL PADA WAKTU ITU MENOLAK URBANUS VI DAN MENGAKUI SEORANG ANTI-PAUS
Pada tanggal 20 Juli 1378, 15 dari ke-16 kardinal yang telah memilih Urbanus VI berhenti mematuhinya dengan alasan bahwa massa Romawi yang rusuh membuat pemilihan Paus tersebut non-kanonik. Satu-satunya kardinal yang tidak menolak Urbanus VI adalah kardinal Tebaldeschi, tetapi ia meninggal segera setelahnya, pada tanggal 7 September – yang membuat keadaan di mana tidak terdapat satu kardinal pun dari Gereja Katolik yang mengakui Sri Paus yang sejati, Urbanus VI. Semua kardinal yang hidup sekarang menganggap pemilihannya tidak valid.[7]
Setelah menolak Urbanus VI, pada tanggal 20 September 1378, para kardinal lalu memilih Klemens VII sebagai “Paus”, yang mendirikan “Kepausan” pesaingnya di Avignon. Skisma Barat Besar telah dimulai.
Walaupun validitas dari pemilihan Urbanus VI dapat dipastikan, kita dapat melihat bagaimana banyak orang tergerakkan oleh argumen bahwa massa Romawi telah memengaruhi secara ilegal pemilihannya, yang oleh karena itu, membuat pemilihan itu tidak kanonik. Di samping itu, kita bisa melihat bagaimana posisi Anti-Paus Klemens VII di mata banyak orang menjadi jauh lebih kuat dan lebih berarti, lewat fakta bahwa 15 dari ke-16 kardinal yang telah memilih Urbanus VI telah menolak pemilihannya sebagai tidak valid. Situasi yang muncul setelah Klemens VII diterima menghasilkan suatu mimpi buruk – suatu mimpi buruk sejak awalnya – sebuah mimpi buruk yang menunjukkan kepada kita bagaimana Allah kadangkala membiarkan hal-hal menjadi benar-benar buruk dan kacau, tanpa melanggar janji-janji-Nya kepada Gereja-Nya:
Pemandangan tersebut terus berlanjut selama para Paus dan para Anti-Paus meninggal, hanya untuk digantikan oleh yang lainnya. Paus Urbanus VI meninggal pada tahun 1389 dan digantikan oleh Paus Bonifasius IX yang memerintah dari tahun 1389 sampai 1404. Setelah pemilihan Bonifasius IX, ia langsung diekskomunikasikan oleh Anti-Paus Klemens VII, dan ia juga membalas dengan mengekskomunikasikan Anti-Paus Klemens VII.
Pada masa pemerintahannya, Paus Bonifasius IX “tidak mampu memperbesar pengaruhnya di Eropa; Sisilia dan Genoa bahkan kenyataannya meninggalkannya. Untuk mencegah pembesaran dukungan terhadap partai Klemens di Jerman, ia memberikan banyak sokongan kepada raja Jerman Wenceslas...”[10]
PARA KARDINAL DARI KEDUA KUBU BERSUMPAH UNTUK MENGHENTIKAN SKISMA TERSEBUT SEBELUM BERPARTISIPASI DI DALAM PEMILIHAN PAUS BARU, YANG MEMBUKTIKAN BETAPA PARAHNYA SITUASI TERSEBUT
Pada waktu itu di Avignon, Anti-Paus Klemens VII meninggal pada tahun 1394. Sebelum memilih penerus Anti-Paus Klemens VII, ke-21 kardinal “bersumpah untuk menghentikan skisma tersebut; masing-masing dari mereka bersumpah, jika ia terpilih, untuk turun takhta jika mayoritas menilainya pantas turun takhta.”[11] Ingatlah akan hal ini, sebab hal ini akan menjadi relevan sewaktu kami membahas mengapa seorang klaiman ketiga terhadap Kepausan muncul.
Para kardinal di Avignon memilih Pedro de Luna, (Anti-Paus) Benediktus XIII untuk meneruskan Klemens VII. Benediktus XIII memerintah sebagai klaiman dari Avignon selama sisa waktu Skisma itu. Untuk suatu waktu, Benediktus XIII mendapat dukungan dari sang pembuat mukjizat dari ordo Dominikam, St. Vinsensius Ferrer. St. Vinsensius Ferrer adalah imam pengaku dosa bagi Benediktus XIII selama beberapa waktu.[12] Ia percaya bahwa urut-urutan Avignon adalah urut-urutan yang valid (sampai suatu waktu kemudian dari skisma tersebut). St. Vinsensius Ferrer jelas telah menjadi yakin bahwa pemilihan Urbanus VI tidak sah akibat massa Romawi yang rusuh, di samping penerimaan yang signifikan terhadap urut-urutan Avignon oleh 15 dari ke-16 kardinal yang telah mengambil bagian dalam pemilihan Urbanus VI.
Sebagai seorang kardinal, Anti-Paus Benediktus XIII pada awalnya juga telah mengambil bagian di dalam pemilihan Paus Urbanus VI, tetapi setelahnya, ia menolak Urbanus dan membantu pemilihan Klemens (karena ia telah yakin bahwa pemilihan Urbanus tidak valid). Sebagai seorang kardinal di bawah Klemens VII, Benediktus XIII “bepergian ke semenanjung Iberia selama sebelas tahun sebagai duta besar Anti-Paus, dan peran diplomatiknya menggerakkan Aragon, Kastila, Navarra dan Portugal ke bawah kepatuhannya [Anti-Paus Klemens VII].”[13]
Setelah bersumpah untuk turun takhta agar dapat menghentikan skisma, jika disetujui oleh mayoritas dari para kardinal, Anti-Paus Benediktus mengasingkan banyak dari para kardinalnya sewaktu ia mengingkari janjinya dan menjadi enggan turun takhta walaupun kebanyakan dari para kardinalnya menginginkan agar ia melakukannya. Saingannya, Paus Bonifasius IX juga sama enggannya.
Pada tahun 1404, Paus Bonifasius IX (penerus Urbanus IV) meninggal, dan Paus Inosensius VII terpilih sebagai penerusnya oleh delapan kardinal yang hadir. Tetapi, Paus Inosensius VII tidak hidup lama; ia meninggal dunia hanya dua tahun setelahnya, pada tahun 1406. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, Inosensius VII telah tetap menolak untuk bertemu dengan klaiman dari Avignon, Benediktus XIII, walaupun ia telah mengambil sebuah sumpah sebelum pemilihannya untuk melkukan segala sesuatu yang mampu dilakukannya untuk mengakhiri skisma itu, termasuk turun takhta, jika diperlukan.
Sewaktu skisma tersebut terus berlangsung, para anggota dari kedua kubu menjadi semakin frustrasi akan keengganan kedua klaiman untuk melakukan upaya-upaya yang efektif untuk mengakhiri skisma itu:
Sesuai dengan sentimen yang tersebar luas untuk mengambil tindakan yang efektif untuk mengakhiri skisma itu, sebuah sumpah diambil sebelum pemilihan penerus Paus Inosensius VII:
Fakta bahwa para kardinal yang mempersiapkan diri untuk memilih seorang Paus sejati bersumpah seperti itu - yang mengikutsertakan negosiasi dengan seorang Anti-Paus, menunjukkan betapa mengenaskan situasi itu pada waktu skisma tersebut terjadi, dan betapa besarnya dukungan yang dimiliki oleh sang Anti-Paus dari Kekristenan.
Konklaf tersebut lalu memilih Paus Gregorius XII pada tanggal 30 November 1406. Harapan agar skisma tersebut berakhir kembali menyala lewat negosiasi-negosiasi Paus Gregorius XII dengan Anti-Paus Benediktus XIII. Keduanya bahkan telah setuju tentant suatu tempat pertemuan, tetapi Paus Gregorius XII menjadi goyah; ia khawatir (dengan alasan yang baik) akan ketulusan dari intensi Benediktus XIII. Paus Gregorius XII juga dipengaruhi agar ia tidak turun takhta oleh beberapa saudaranya yang karib, yang membuat suatu gambaran yang negatif tentang apa yang mungkin terjadi andaikata ia turun takhta.
PARA KARDINAL DARI KEDUA KUBU MUAK, PERGI KE PISA, DAN MEMILIH SEORANG “PAUS” BARU DI DALAM SEBUAH PERAYAAN YANG MENGAGUMKAN BERSAMA PARA KARDINAL DARI KEDUA KUBU
Keempat belas kardinal yang telah meninggalkan Paus Gregorius untuk melarikan diri ke Pisa, diikuti oleh sepuluh kardinal yang telah meninggalkan kepatuhan kepada Anti-Paus Benediktus XIII. Para kardinal dari kedua kubu telah mengatur sebuah konsili, dan setuju untuk menyudahi skisma itu melalui suatu pemilihan bersama di Pisa.
Kardinal Uskup Agung dari Milan membuat kata sambutan di Pisa. Ia mengutuk kedua klaiman, Gregorius XII dan (Anti-Paus) Benediktus XIII, dan secara resmi memanggil mereka untuk menghadiri konsili itu. Mereka dinyatakan sebagai berkeras kepala sewaktu mereka tidak datang.
Harus kita katakan bahwa pada titik skisma ini (1409), orang-orang sangatlah muak akan perpecahan yang tanpa henti dan janji-janji yang tidak dipenuhi oleh kedua klaiman, sehingga perhimpunan di Pisa diterima dan didukung oleh banyak orang. Konsili ini menjadi sangat memukau dan disenangi oleh karena fakta bahwa ke-24 kardinalnya terdiri dari jumlah yang besar dari para kardinal yang telah mengambil bagian dari kedua kubu [kubu dari Gregorius XII dan Anti-Paus Benediktus XIII]. Hal ini memberikan kesan bahwa para kardinal dari Gereja melakukan sebuah aksi serempak. Pada tanggal 29 Juni 1409, ke-24 kardinal memilih secara serempak Aleksander V. Sekarang, terdapat tiga klaiman Kepausan pada waktu yang bersamaan.
KLAIMAN KETIGA, ANTI-PAUS DARI PISA MENDAPATKAN DUKUNGAN YANG PALING BESAR DAN DARI KEBANYAKAN TEOLOG, KARENA IA TAMPAK MERUPAKAN PILIHAN YANG SEREMPAK DARI PARA KARDINAL DARI KEDUA KUBU
Anti-Paus Pisa yang baru terpilih, Aleksander V, mendapatkan dukungan yang paling besar dari Kekristenan dari antara ketiga klaiman. Sri Paus yang sejati, Gregorius XII, mendapat dukungan paling sedikit.
Kebanyakan teolog dan kanonis yang terpelajar dari zaman tersebut mendukung urut-urutan Anti-Paus dari Pisa.
SAMPAI PADA AKHIR SKISMA BARAT BESAR, TIDAK SATU PUN PAUS SEJATI DI DALAM SEJARAH GEREJA MEMILIKI DUKUNGAN YANG SEKECIL PAUS GREGORIUS XII
Pada tahun 1411, Sigismund, Kaisar Romawi Suci yang baru saja terpilih, mengikuti sentimen umum dan meninggalkan Paus sejati, Gregorius XII.
Anti-Paus yang baru saja dipilih, Aleksander V, tidak hidup lama. Ia meninggal kurang dari satu tahun setelah pemilihannya di bulan Mei 1410. Untuk meneruskannya, tanggal 17 Mei 1410, para kardinal Pisa memilih kembali secara serempak Baldassare Cossa sebagai Yohanes XXIII. Seperti pendahulunya, Aleksander V, Yohanes XXIII juga mendapatkan dukungan terbesar dari antara para klaiman yang lain.
Seperti yang kita lihat, Anti-Paus Yohanes XXIII mampu memerintah dari Roma. Yohanes XXIII (1410-1415) adalah Anti-Paus terakhir yang memerintah dari Roma, sampai kemurtadan pasca-Vatikan II, yang dimulai dengan seorang pria yang juga menyebut dirinya sendiri sebagai Yohanes XXIII (Angelo Roncalli, 1958-1963).
Pada tahun keempat dari masa pemerintahannya sebagai seorang Anti-Paus, Anti-Paus Yohanes XXIII menghimpun Konsili Konstanz pada tahun 1414 atas desakan dari Kaisar Sigismund. Sangatlah menarik menarik bahwa Yohanes XXIII (yang baru-baru ini) juga mengadakan Vatikan II pada tahun keempat dari masa pemerintahannya, di tahun 1962. Dan seperti Vatikan II, Konsili Konstanz bermula sebagai sebuah konsili yang palsu, karena digelar oleh seorang Anti-Paus.
Pada fase skisma ini, Kaisar Sigismund bertekad untuk menyatukan Kekristenan dengan mencoba membuat ketiga klaiman untuk turun takhta. Sewaktu Anti-Paus Yohanes XXIII menyadari bahwa ia tidak akan diterima sebagai Paus yang sejati di Konsili Konstanz, ia melarikan diri dari konsili itu. “Pada sore hari itu, Cossa melarikan diri dari Konstanz, dengan menunggang seekor kuda hitam kecil (suatu kontras terhadap sembilan kuda putih di belakang mana ia memasuki kota pada bulan Oktober), berkerudungkan sebuah mantel kelabu untuk menyembunyikan sebagian besar badan dan mukanya...”[23]
Anti-Paus Yohanes XXIII lalu secara resmi dikutuk dan digulingkan oleh konsili itu. Sebuah mandat dari Kaisar dikirimkan untuk menangkapnya; Ia ditangkap dan dipenjarakan. Di dalam penjara, Anti-Paus Yohanes XXIII “menyerahkan meterai Kepausannya serta cincin nelayannya, dengan air mata, kepada para perwakilan dari konili itu.” Ia menerima keputusan konsili itu terhadap dirinya tanpa protes.[24]
Maka, setelah Anti-Paus Yohanes XXIII telah digulingkan, Paus Gregorius XII setuju untuk menghimpun Konsili Konstanz (agar dapat memberikan kepada konsili tersebut keabsahan Kepausan, yang tidak dapat diberikan kepada konsili tersebut oleh Yohanes XXIII) dan lalu untuk turun takhta dalam harapan untuk mengakhiri skisma itu.
Pada waktu itu, Anti-Paus Benediktus XIII (klaiman dari Avignon) telah didatangi oleh Kaisar Sigismund yang memintanya untuk mengundurkan diri. Ia bersikeras menolak sampai akhirnya, tetapi pada saat ini, sentimen umum sungguh telah menentangnya sehingga jumlah pengikutnya berkurang secara drastis.
Setelah kedua Anti-Paus digulingkan, dan Sri Paus yang sejati telah mengundurkan diri, Konsili Konstanz lalu memilih Paus Martinus V pada tanggal 11 November 1417, menyudahi secara resmi Skisma Barat Besar (urut-urutan Anti-Paus dari Avignon berlanjut setelah kematian Anti-Paus Benediktus XIII dengan pemilihan Anti-Paus Klemens VIII sebagai penerusnya oleh empat kardinal yang tersisa. Kardinal-kardinal tersebut lalu menganggap pemilihan Anti-Paus Klemens VIII sebagai tidak sah, dan memilih Anti-Paus Benediktus XIV; tetapi, pada waktu penggulingan Anti-Paus Benediktus XIII oleh Konsili Konstanz, urut-urutan Avignon telah benar-benar kehilangan dukungan sehingga kedua penerus terakhir dari Anti-Paus Benediktus XIII sedemikian tidak signifikan sehingga hanya patut mendapatkan suatu catatan kaki.)
KESIMPULAN : APA YANG KITA PELAJARI DARI SKISMA BARAT BESAR UNTUK MASA INI
Di dalam artikel ini, kita telah membahas salah satu bab yang paling penting dalam sejarah Gereja. Selanjutnya, kita telah melihat sejumlah hal yang sangat penting – yang relevan dengan situasi di mana kita hidup.
Sebaliknya, jika Allah mengizinkan malapetaka di atas terjadi pada saat Skisma Barat Besar (yang hanyalah sebuah perkenalan kepada Kemurtadan Besar), dengan beberapa Anti-Paus yang memerintah pada waktu yang bersamaan dan bahwa sang Paus sejati adalah yang paling lemah dari ketiganya, malapetaka dan penyesatan macam apa yang Ia akan izinkan (tanpa pernah melanggar janji yang Ia telah buat kepada Gereja-Nya) dengan para Anti-Paus pada saat pengadilan rohani terakhir, yang akan menjadi yang paling menyesatkan dari antara yang lain? Adalah suatu KEABSURDAN PATEN, dan yang ditolak secara langsung oleh ajaran Katolik dan fakta-fakta dari sejarah Gereja, untuk menyatakan bahwa suatu urut-urutan Anti-Paus yang telah menciptakan suatu sekte palsu untuk menentang Gereja sebagai suatu kemustahilan. Terlebih lagi, adalah suatu hal yang luar biasa tercelanya untuk menyatakan bahwa suatu keadaan semacam itu adalah “keabsurdan paten” setelah merevieu fakta-fakta yang tak terpungkiri yang telah kami kemukakan untuk membuktikannya sebagai benar.
Kami menyudahi sintesis tentang Skisma Barat Besar ini dengan mengutip Romo Edmund James O’Reilly, SJ. Ia mengatakan hal-hal yang sangat menarik tentang Skisma Barat Besar di dalam bukunya The Relations of the Church to Society – Theological Essays {Hubungan Gereja dengan Masyarakat – Esai Teologi}, yang ditulis pada tahun 1882. Di dalamnya, ia menyebutkan kemungkinan terdapatnya sebuah interregnum kepausan (kurun waktu di mana tidak ada Paus), yang mencakup seluruh kurun waktu Skisma Barat Besar (hampir 40 tahun).
Berikut kutipan dari diskusi Romo O’Reilly tentang Skisma Barat Besar.
Romo O’Reilly berkata bahwa sebuah interregnum (sebuah kurun waktu di mana tidak ada seorang Paus) yang mencakup seluruh kurun waktu Skisma Barat Besar bukanlah hal yang bertentangan dengan janji Kristus tentang Gereja-Nya. Periode yang dikatakan oleh Romo O’Reilly bermula pada tahun 1378 dengan meninggalnya Paus Gregorius XI dan yang berakhir pada dasarnya pada tahun 1417 dengan pemilihan Paus Martinus V. Interregnum tersebut berlangsung selama tiga puluh sembilan tahun!
Romo O’Reilly menulis setelah Konsili Vatikan Pertama, jelas bahwa ia memihak sisi dari mereka, yang dalam menolak Anti-Paus Yohanes XXIII, Paulus VI, Yohanes Paulus I, Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI, mendukung kemungkinan akan terjadinya kekosongan Takhta Suci dalam kurun waktu yang lama. Bahkan, pada halaman 287 dari bukunya, Romo O’Reilly memberikan peringatan berikut yang merupakan sebuah nubuat:
Romo O’Reilly berkata bahwa andaikata Skisma Barat Besar tidak pernah terjadi, orang-orang akan berkata bahwa peristiwa itu sama sekali mustahil dan bertentangan dengan janji-janji Kristus kepada Gereja-Nya, dan bahwa kita tidak bisa memustahilkan kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa yang serupa atau yang mungkin lebih buruk di masa depan karena peristiwa-peristiwa semacam itu akan menjadi sangat amat mengerikan dan menggelisahkan.
Catatan kaki untuk Bagian 5:
[1] J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}, Oxford University Press, 1986, hal. 227.
[2] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), Front Royal, VA: Christendom Press, hal. 429.
[3] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 431.
[4] Romo John Laux, Church History {Sejarah Gereja}, Rockford, IL: Tan Books, 1989, hal. 404.
[5] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 432-433.
[6] Dikutip oleh Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 433.
[7] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 432-434.
[8] Romo John Laux, Church History {Sejarah Gereja}, hal. 404.
[9] Romo John Laux, Church History {Sejarah Gereja}, hal. 405.
[10] J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}, hal. 231.
[11] J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}, hal. 232.
[12] Romo Andrew Pradel, St. Vincent Ferrer: The Angel of the Judgment {St Vincent Ferrer: Malaikat Penghakiman}, Tan Books, 2000, hal. 39.
[13] J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}, hal. 237.
[14] Romo John Laux, Church History {Sejarah Gereja}, hal. 405.
[15] J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}, hal. 235.
[16] J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}, hal. 235.
[17] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 472.
[18] Romo John Laux, Church History {Sejarah Gereja}, hal. 405.
[19] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 473-474.
[20] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 471.
[21] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 479.
[22] J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}, hal. 238.
[23] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 485.
[24] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 487.
[25] J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}, hal. 236.
[26] Romo John Laux, Church History {Sejarah Gereja}, hal. 408.
[27] Romo James Edmund O’Reilly, The Relations of the Church to Society – Theological Essays {Hubungan Gereja dengan Masyarakat – Esai Teologi}.
[28] Romo James Edmund O’Reilly, hal. 287.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...