^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Kitab Suci Mengajarkan Api Penyucian (Purgatorium)
Terdapat bukti keberadaan Api Penyucian di dalam Kitab Suci. Bukti tersebut bisa dijumpai di 1 Korintus bab 3 ayat 15. Ayo kita cermati bukti alkitabiah Api Penyucian ini. Terjemahan yang digunakan di sini adalah Terjemahan Baru (1974) – terjemahan yang digunakan kaum Protestan pula di Indonesia.
1 KORINTUS 3:15 ADALAH BUKTI TAK TERSANGGAHKAN ADANYA API PENYUCIAN
Sekarang, coba kita lihat bagian terakhir ayat ini sekali lagi. Di 1 Korintus 3 :15, kita melihat : "Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api." Jadi di sini ada orang yang pekerjaannya sudah dihakimi. Pekerjaannya pada kenyataannya memang terbakar dan orang itu menderita kerugian, namun dia diselamatkan, seperti dari dalam api. Dia menderita kerugian, tetapi diselamatkan oleh api.
APAKAH ARTI DARI “MENDERITA KERUGIAN” PADA AYAT INI?
Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan menjadi “menderita kerugian” adalah zemiothesetai. Kata ini berasal dari kata Yunani zemioo. Bentuk kata bahasa Yunani ini, zemioo – yang diterjemahkan menjadi “menderita kerugian” di 1 Kor. 3:15 – dijumpai pada ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci. Kata itu digunakan dengan makna hukuman. Di Keluaran 21:22, Amsal 17:26, Amsal 19:19 dan di ayat-ayat lain, kata Yunani zemioo ini digunakan dengan arti hukuman. Itu berarti zemiothesetai, kata yang diterjemahkan menjadi menderita kerugian di 1 Kor. 3:15, bisa berarti hukuman.
Jadi, manusia yang menderita kerugian dan diselamatkan oleh api dapat berarti seorang manusia yang dihukum dan diselamatkan oleh api.
Ini bukannya kedengaran persis seperti Api Penyucian? Ya, kedengaran persis seperti Api Penyucian, karena itulah yang dirujuk oleh ayat tersebut. Namun, masih ada lagi dari konteksnya yang akan membuktikan poin ini. Siapakah manusia ini, dan mengapa dia menderita kerugian atau hukuman serta diselamatkan oleh api?
KONTEKS 1 KOR. 3 MERUJUK KEPADA ORANG-ORANG KRISTEN DAN DOSA-DOSA ATAU PEKERJAAN BURUK TERTENTU
Konteks 1 Korintus 3 berkenaan dengan anggota Gereja Kristus; yaitu para umat Kristen di Korintus. 1 Korintus 3:3 bercerita bahwa beberapa umat Kristen Korintus jatuh ke dalam ketidaksempurnaan akibat dosa dan pelanggaran terhadap hukum Allah. Beberapa pekerjaan buruk atau dosa itu diidentifikasikan di 1 Korintus 3:3 sebagai perselisihan, perpecahan, dan iri hati.
Maka, konteks 1 Korintus 3 berkenaan dengan berbagai pekerjaan para umat beriman; beberapa tidak baik. Deksripsi macam-macam pekerjaan (baik dan buruk) ini ada di 1 Korintus 3:12.
Ada pekerjaan baik, yang disebut sebagai: emas, perak dan batu permata. Barang-barang ini menandakan ketaatan lebih baik atau lebih sempurna kepada Injil Kristus. Kemudian ada pekerjaan lain, yang tidak begitu baik. Pekerjaan tidak baik ini atau dosa-dosa ini termasuk pertikaian yang tidak perlu, perselisihan, iri hati, dan perpecahan (seperti yang disebutkan di atas). Deskripsi untuk hal-hal ini adalah: kayu, rumput kering atau jerami. Barang-baran ini adalah pekerjaan yang terbakar di 1 Kor. 3:15, dan menjadi alasan manusia menderita kerugian, namun diselamatkan, seperti dari dalam api.
Konteks ini betul-betul pas dengan ajaran Katolik tentang Api Penyucian. Konsili Katolik Lyon (Lugdunum) II mendefinisikan Purgatorium sebagai berikut:
Api Penyucian tidak diperuntukkan bagi mereka yang mati dalam dosa berat. Orang-orang yang mati dalam dosa berat masuk Neraka, seperti yang dijelaskan dalam Galatia 5:19-21, 1 Kor 6:9, dan Efesus 5:5-8. Api Penyucian adalah bagi para penganut iman sejati yang dosa-dosanya sudah diampuni, tetapi belum sempat berbuat silih secara penuh atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan (dijelaskan lebih lanjut di bawah).
Di Konsili Lyon II (1274), Paus Gregorius X menjelaskan tentang Api Penyucian.
Maka, di 1 Korintus 3:12, kayu, rumput kering dan jerami (yang terbakar) menandakan pekerjaan manusia yang telah mati dalam keadaan pembenaran dan sudah diampuni dari segala dosa berat yang mungkin dia pernah lakukan. Orang itu lantas pada akhirnya selamat, namun dia belum berbuat silih atas dosa-dosa yang dilakukan setelah pembaptisan.
KASUS DAUD ADALAH CONTOH PRIMA SEORANG MANUSIA YANG TELAH DIAMPUNI DARI DOSANYA, TETAPI BELUM BERBUAT SILIH PENUH ATAS DOSANYA ITU
Salah satu contoh sangat baik manusia yang sudah diampuni dari dosa beratnya, namun belum berbuat silih atas dosa itu, ditemukan pada kasus Daud. Pada 2 Samuel 11 (2 Raja-raja 11 di Alkitab Katolik Douay-Rheims), kita membaca bahwa Raja Daud berbuat zina dengan Batsyeba. Daud juga menyuruh suami Batsyeba dibunuh. Ini semua dosa berat. Seandainya Daud meninggal dalam keadaan tersebut {dalam dosa berat}, dia dulu pasti masuk Neraka. 1 Kor 6:9 menunjukkan bahwa tidak ada pezina atau pembunuh yang bisa masuk Surga. Tetapi Daud bertobat dari dosanya sewaktu dituduh berbuat demikian oleh Natan pada 2 Samuel 12.
Tuhan menghapus dosa Daud, dan Natan berkata bahwa Daud tidak akan mati. Artinya, Daud tidak akan menderita kematian kekal. Kebersalahan dosa itu sudah diampuni, karena Daud betul-betul bertobat dan berpaling dari dosanya itu, namun, selesai di situkah? Tidak, masih belum dilakukan silih penuh atas dosa berat ini. Pada 2 Samuel 12:14-15, kita membaca bahwa Daud harus menderita kehilangan anaknya, demi berbuat silih atas dosanya – dosa yang sudah diampuni.
Nabi Natan berkata bahwa Allah telah menjauhkan dosa Daud daripadanya. Walaupun demikian, Daud tetap harus menanggung hukuman atas dosanya.
Ayat ini menyediakan bukti tak terbantahkan, bahwa kebersalahan dosa orang percaya bisa diampuni tanpa hukumannya dihapuskan. Berikut yang dituangkan Konsili Trente soal hal itu:
Pada kutipan yang dipetik dari Konsili Trente ini, bisa kita lihat rujukan-rujukan kepada berbagai ayat Kitab Suci, tempat dihapuskannya dosa tanpa terjadi pula pengampunan atas seluruh hukumannya. Contoh dari Bilangan 20 haruslah dikutip.
Sewaktu Musa, dalam ketaatannya kepada perintah Allah, memukul batu untuk mendatangkan mukjizat keluarnya air, ada semacam keraguan dalam perbuatannya atau dalam cara dirinya dan Harun menghadirkan perbuatannya itu kepada para umat. Berikut penjelasannya oleh sebuah komentar Katolik: “Kesalahan Musa dan Harun pada kesempatan ini, adalah kekurangpercayaan tertentu dan lemahnya iman; bukan meragukan kuasa atau kebenaran Allah; namun menyadari ketidaklayakan bangsa yang pemberontak dan tak percaya itu, dan dengan demikian berbicara dengan semacam ambiguitas” (Komentar Alkitab Douay-Rheims).
Akibat kesalahannya Musa dihukum untuk tidak memasuki tanah terjanji.
Akibatnya, Allah berfirman kepada Musa dan Harun bahwa mereka tidak akan membawa bangsa itu ke tanah terjanji. Ini adalah hukuman mereka, walaupun mereka tetap berada dalam kasih Allah. Hukuman ini pun genap. Yosua dan Kaleblah yang memimpin bangsa Israel ke tanah terjanji.
TIADA HAL TAK MURNI YANG DAPAT MASUK SURGA
Silih macam ini, untuk hukuman yang tertinggal akibat dosa-dosa yang sudah diampuni, sering kali ditunaikan di Bumi dengan perbuatan baik dan doa, dengan menderita cobaan serta kesulitan, dan dengan ketaatan lebih sempurna kepada iman sejati. Kalau tidak dilakukan di Bumi, lantas silih semacam itu dilakukan dan harus dilakukan di Api Penyucian – dengan asumsi bahwa orangnya mati dalam keadaan rahmat (pembenaran). Silih harus dilakukan, karena Kitab Wahyu menjelaskan bahwa tidak akan ada hal najis yang masuk ke dalam Surga.
Hal yang sama kita lihat dalam Kitab Ibrani.
Namun harus ditekankan bahwa Api Penyucian tidak diperuntukkan bagi mereka yang mati dalam dosa berat atau di luar iman sejati. Api Penyucian hanya diperuntukkan bagi mereka yang mati dalam keadaan rahmat, yang juga dikenal sebagai keadaan pembenaran (justifikasi). Yang akan masuk Api Penyucian, adalah mereka yang mati dalam keadaan rahmat, namun belum berbuat silih atas hukuman temporal terutang atas dosa berat atau ringan yang sudah diampuni, yang dilakukan sesudah pembaptisan.
KITAB SUCI MENGAJARKAN ADANYA DOSA BERAT DAN DOSA RINGAN
Dosa berat menghancurkan keadaan pembenaran. Itulah sebabnya Galatia 5:19:21, 1 Kor 6:9, dan Efesus 5:5-8 mengajarkan bahwa mereka yang melakukan dosa berat kehilangan “warisan mereka” di Surga (pembenaran). Contoh dosa berat adalah percabulan, pembunuhan, kemabukan, kebohongan, kecurangan, pencurian, penipuan, perampokan, masturbasi, melihat pornografi, kesetujuan penuh untuk berpikir cabul, homoseksualitas, bidah, penyembahan berhala, melanggar perintah-perintah Allah, dsb. Jika seseorang mati dalam keadaan dosa berat, ia akan terkutuk. 1 Yohanes 5:16-17 membedakan antara dosa-dosa yang mendatangkan maut dan dosa-dosa yang tidak.
Dalam suara hati mereka, orang tahu bahwa ada perbedaan besar antara pembunuhan dan hal-hal seperti kemarahan/ketidaksabaran yang meledak tanpa alasan. Yang pertama jelas adalah dosa besar, sedangkan yang kedua adalah dosa ringan. (Kemarahan notabene bisa dibenarkan juga).
Dosa-dosa ringan (yaitu pelanggaran lebih ringan terhadap Allah) memperlemah jiwa, dan membuatnya lebih rentan terhadap dosa berat. Dosa berat menghancurkan keadaan pembenaran dan menempatkan seseorang dalam keadaan terkutuk. Oleh sebab itulah, segera setelah ayat yang membuktikan adanya Api Penyucian (1 Kor 3:15), kita membaca hal berikut:
Ayat ini berbicara tentang mereka yang mati dalam keadaan dosa berat: mereka tidak dibenarkan. Mereka akan binasa. Dosa berat hanya dapat diampuni dengan pengakuan dosa kepada imam yang valid, seperti terbukti dari Yohanes 20 :23. Dosa berat juga bisa diampuni dengan penyesalan sempurna disertai intensi untuk pergi ke Sakramen Tobat.
1 Korintus 3:17 sangatlah penting dalam diskusi ini. Ayat ini menunjukkan bahwa konteks 1 Kor. 3 bersangkutan dengan dosa. Ini penting. Kalau 1 Kor. 3:15 memang merujuk pada manusia yang menderita kerugian (hukuman) karena dosa-dosanya dan diselamatkan oleh api (seperti pada kenyataanya), maka sama sekali tidak diragukan bahwa ayat ini merujuk kepada Api Penyucian.
Dengan mengaku dosa kepada imam yang ditahbiskan secara valid, seseorang dapat diampuni dosanya.
Dalam upaya mereka menghindari kesimpulan tersebut, beberapa orang non-Katolik yang menolak Api Penyucian berargumen bahwa konteks 1 Kor. 3 tidak bersangkutan dengan dosa, namun hanya berkaitan dengan perbuatan tidak baik. Mereka merancang suatu dikotomi (palsu) antara dosa dan perbuatan buruk, seolah-olah keduanya itu adalah dua kategori terpisah. Kata mereka, ada perbuatan buruk yang bukan dosa. Namun upaya mereka itu betul-betul gagal menimbang 1 Kor. 3:17 (ayat di atas). 1 Kor. 3:17 membuktikan bahwa konteksnya berkaitan dengan dosa-dosa yang mendatangkan kebinasaan bagi beberapa orang (terkutuk). Terlebih, Perjanjian Baru tidak mengajarkan bahwa ada perbedaan antara dosa dan perbuatan buruk.
Semua ini menetapkan bahwa dosa-dosa yang lebih ringan atau silih atau ketidaksempurnaan yang masih tertinggal bagi beberapa orang dan terbakar di 1 Kor. 3:15 memang benar merupakan hukuman atas dosa di Api Penyucian.
BUKTI-BUKTI TIDAK LANGSUNG LAIN ADANYA API PENYUCIAN
MATIUS 5:25 DAN MATIUS 12:32
Bukti-bukti tidak langsung lain adanya Api Penyucian terdapat pada ayat-ayat lain Perjanjian Baru. Perumpamaan yang diberikan Yesus di bawah ini adalah salah satu contohnya.
Kita melihat bahwa Yesus menceritakan sebuah perumpamaan seorang manusia yang berbuat salah, dan karena itu dijebloskan ke dalam penjara sampai ia membayar utangnya sampai lunas. Ini sangat mirip dengan Api Penyucian.
Matius 12:32 juga sangat relevan dengan perkara ini:
Mengapa Yesus berkata bahwa dosa menentang Roh Kudus tidak akan diampuni di dunia ini maupun di dunia yang akan datang? Seorang bapa Gereja, seperti Paus St. Gregorius Agung, paham bahwa kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa beberapa dosa akan diampuni atau dipersilihkan di dunia yang akan datang: di dalam Api Penyucian.
YOHANES 15:2 DAN 1 PETRUS 1:7:
ALLAH MENGGUNAKAN API DAN DISIPLIN UNTUK MEMURNIKAN ANAK-ANAKNYA -
HAL INI MERUJUK KEPADA API PENYUCIAN
Kitab Suci juga mengajarkan bahwa Allah menggunakan api dan disiplin untuk membentuk dan memurnikan anak-anak-Nya.
Yesus mendisiplinkan anak-anak-Nya, agar mereka menjadi lebih semurna dan beroleh buah yang lebih banyak. Jika ini tidak dilakukan untuk pemuasan di dalam Bumi, hal ini harus dilakukan di dalam Api Penyucian.
TETAPI BUKANKAH PENDERITAAN YESUS DI KAYU SALIB MELUNASKAN SEGALA SESUATU?
Beberapa orang non-Katolik suka berpikir bahwa sengsara dan wafat Yesus Kristus melunaskan segala sesuatu, termasuk hukuman terutang atas semua dosa di masa depan. Ujar mereka, tidak perlu khawatir dengan hal semacam Api Penyucian, karena Yesus Kristus sudah membayar semua harganya. Argumen ini tidak benar, dan alasannya ada banyak.
Pertama-tama, argumen ini dibuktikan salah oleh Kolose 1:24.
Beberapa orang yang kurang akrab dengan ayat ini mungkin terkejut. Paulus berkata bahwa ia menggenapkan, untuk jemaat (Gereja), hal-hal yang kurang pada penderitaan Kristus. Penderitaan Kristus itu sempurna dan tak terhingga nilainya; lalu apa maksud ayat ini?
Yang dimaksudkan St. Paulus, adalah masih banyak penderitaan yang kurang dan perlu bagi para anggota Gereja untuk dikerjakan demi keselamatan mereka, dan itu semua dimungkinkan oleh pengorbanan Kristus. Ayat ini membuktikan bahwa pengorbanan Kristus tidak meniadakan segala kekhawatiran mungkin terjadinya hukuman di masa depan yang terutang karena dosa. Seandainya demikian, lantas Paulus tidak akan pernah berkata bahwa penderitaannya menggenapkan, untuk jemaat, apa yang kurang pada pengorbanan Kristus; Yesus juga tidak akan berbicara tentang hukuman atas dosa, sesuatu yang berulang kali dilakukan-Nya. Ayat ini, Kolose 1:24, juga membuktikan doktrin Katolik: persekutuan para kudus, serta buah-buah doa dan pengorbanan syafaat.
Kedua, argumen Protestan di atas dibantah oleh hal berikut: Andaikata benat, bahwa pengorbanan Yesus melunaskan segala sesuatu, termasuk hukuman masa depan yang terutang atas dosa setiap orang, lantas tidak ada orang yang perlu percaya atau berbuat apa-apa demi keselamatan. Pengorbanan Yesus lantas pastinya sudah melunasi semua harganya. Namun, orang-orang non-Katolik pun yang berargumentasi bahwa Yesus melunasi segala-galanya, mengakui bahwa tidak semua orang selamat. Mereka mengakui bahwa manusia harus berbuat sesuatu supaya selamat. Dengan pengakuan seperti itu, mereka berkontradiksi diri dan membantah argumen mereka bahwa penderitaan Kristus membereskan segala-galanya.
Ketiga, argumen mereka didasari suatu kesalahpahaman berat tentang Penebusan yang dilakukan Kristus. Apakah arti dari sengsara dan wafat Yesus Kristus? Yesus menebus dunia dan menghancurkan dosa-dosa manusia, seperti yang dijelaskan oleh Konsili Katolik Florence.
Ini berarti setiap dosa yang diampuni, diampuni oleh Yesus Kristus, dan secara spesifik diampuni oleh jasa sengsara dan wafat-Nya. Pengampunan ini hanya dikaruniakan bagi mereka yang mengikut Dia dan melakukan yang diharuskan firman-Nya, sehingga mereka disanggupkan untuk beroleh manfaat Penebusan-Nya. Tidak berarti bahwa Allah tidak akan menghukum orang atas dosa-dosa masa depan. Tidak berarti bahwa hukuman atas semua dosa seluruh dunia telah dihapuskan.
PERJANJIAN LAMA (YANG SEJATI) MEMBUKTIKAN API PENYUCIAN – 2 MAKABE 12:46
Ada bukti lain keberadaan Api Penyucian. Buktinya berasal dari Kitab Kedua Makabe. Beberapa orang non-Katolik mungkin langsung berpikir: kitab ini tidak ada di dalam Kitab Suci saya. Memang benar bahwa kitab-kitab Makabe tidak terdapat di Alkitab Protestan. Kitab-kitab ini tidak ada di Kitab Suci Protestan karena Martin Luther, orang Protestan pertama, menyingkirkan kitab-kitab ini sewaktu ia pecah dari Gereja Katolik. Ia juga menambahkan kata “hanya” di Roma 3:28 dan mengkritik banyak kitab-kitab lain yang tersisa di dalam Kitab Suci Protestan, seperti kitab Yakobus.
Secara keseluruhan, Kitab Suci Protestan kehilangan tujuh buah kitab di Perjanjian Lama. Kitab-kitab ini disingkirkan karena memuat hal-hal yang diajarkan iman Katolik dan ditolak Protestantisme. Walaupun kitab-kitab ini adalah bagian dari kanon atau kumpulan Kitab Suci sejak masa Gereja perdana, Alkitab Protestan menolak kitab-kitab tersebut. Fakta bahwa kitab-kitab yang ditolak oleh orang-orang Protestan (seperti kitab-kitab Makabe) benar-benar merupakan bagian dari Kitab Suci, bisa dibuktikan dari Kitab Suci sendiri.
SEPTUAGINTA
Ada sesuatu yang bernama Septuaginta. Septuaginta adalah terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani yang terkenal dan dibuat oleh tujuh puluh sarjana beberapa abad sebelum kelahiran Yesus Kristus. Banyak informasi tentang Septuaginta bisa anda baca di internet. Terjemahan Perjanjian Lama yang terkenal dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani ini memuat tujuh kitab yang ditolak oleh Alkitab Protestan. Sekarang, kita akan membahas suatu hal yang menarik. Di Perjanjian Baru yang sudah diwariskan kepada kita, ada sekitar 350 kutipan dari Perjanjian Lama. Tetapi, sekitar 300 dari kutipan-kutipan itu berasal dari versi Septuagina Perjanjian Lama. Dalam kata lain, Perjanjian Baru, bahkan yang dipunya orang Protestan, mengutip versi Perjanjian Lama yang menerima kitab-kitab Katolik Alkitab. Artinya, para penulis Perjanjian Baru menerima versi Septuaginta, dan dengan demikian menerima tujuh kitab yang ditolak Protestan. Tetapi masih ada lagi. Di Ibrani 11:35 dalam Alkitab Protestan dan Katolik, kita melihat rujukan kepada peristiwa yang hanya tercatat dalam Kitab Kedua Makabe bab 7.
Rujukan ini ditemukan hanya di satu tempat dalam Kitab Suci, yaitu di 2 Makabe 7, yang menceritakan kisah seorang ibu dan tujuh anak laki-lakinya. Ibu dan ketujuh anaknya ini menolak dibebaskan dari siksaan agar mereka dapat menerima kebangkitan dengan orang-orang benar. Maka, di Ibrani 11:35, St. Paulus merujuk kepada Kitab Kedua Makabe. Ini membuktikan bahwa 2 Makabe, yang tidak dipunyai Alkitab Protestan, adalah bagian Perjanjian Lama sejati. 2 Makabe bab 12 jelas-jelas mengajarkan berdoa bagi orang mati, dan dengan demikian mengajarkan keberadaan Api Penyucian.
Ayat ini mengajarkan Api Penyucian. Ujar ayat ini, berdoa bagi orang mati supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka, adalah perbuatan saleh. Lantas Kitab Suci mengajarkan bahwa ada tempat sesudah kematian datang, tempat ditahannya para umat beriman yang akan diselamatkan, tempat mereka bisa dibantu dengan doa. Ini sesuai dengan ajaran 1 Korintus 3:15, yang sudah kita lihat, bahwa beberapa orang diselamatkan seraya menderita kerugian (hukuman) seperti dari dalam api. Tempat itu adalah Api Penyucian, dan terbukti jelas dari ayat ini. Itulah alasan kitab ini disingkirkan dari Alkitab oleh mereka yang hendak merekayasa suatu versi baru Kekristenan – versi yang tidak selaras Tradisi atau ajaran Alkitab.
Kitab Makabe yang berisikan doa untuk orang yang telah meninggal disingkirkan dari Kitab Suci Protestan karena kepercayaan ini tidak sesuai dengan kepercayaan sesat Protestan, walaupun sesungguhnya kepercayaan di dalam Kitab Makabe tersebut dikutip oleh Kitab Ibrani di Perjanjian Baru.
BAPA-BAPA GEREJA PERCAYA API PENYUCIAN DAN DOA UNTUK ORANG MATI
Selain dari semua bukti alkitabiah ini, Api Penyucian terbukti juga dari fakta bahwa para bapa Gereja Kristen percaya keberadaannya dan percaya doa bagi orang mati. St. Agustinus adalah salah seorang bapa Gereja yang terkenal. Dia dipandang terhormat oleh orang Katolik, dan pada umumnya oleh orang-orang non-Katolik yang mengaku Kristen. St. Agustinus jelas percaya Api Penyucian.
Harap diperhatikan: St. Agustinus berkata bahwa seluruh Gereja Kristen mendoakan orang-orang beriman yang telah meninggal: yakni mereka yang mati dalam persekutuan secara layak dengan Gereja sejati.
Ada banyak bapa lain yang bisa kami kutip, berikut beberapa dari antaranya:
Ini membuktikan bahwa di abad ke-3 sekalipun, Gereja sudah punya adat mendoakan orang-orang beriman yang sudah meninggal: mereka yang mati dengan iman sejati dan tampak bebas dari dosa berat.
Bisa kita lihat bahwa Api Penyucian diajarkan dalam Kitab Suci dan dipercayai oleh orang-orang Kristen terawal.
Para Bapa Gereja, termasuk St. Gregorius dari Nyssa; Tertulianus; St. Sirilus dari Yerusalem; dan St. Yohanes Krisostomus, percaya akan api penyucian dan doa untuk orang-orang yang telah meninggal.
Mengapa orang-orang Kristen kuno percaya Api Penyucian dan doa untuk orang-orang mati? Jelas bukan karena keduanya adalah doktrin buatan manusia, namun karena mereka melihat secara gamblang, bahwa kedua doktrin itu diajarkan dalam Alkitab dan termasuk bagian Tradisi yang terwaris dari para Rasul.
Artikel-Artikel Terkait
St Aloysius Gonzaga doakanlah kami. Bantulah kami maju dalam mengutamakan kerendahan hati setiap hari. 🙏
Kita 2 bulanBaca lebih lanjut...Pengamatan menarik. Lebih relevan lagi karena banyak dari materi kami membahas bidah-bidah & kemurtadan Vatikan II, yang melibatkan orang-orang yang mengaku Katolik, padahal sebenarnya tidak, karena banyak dari mereka telah...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Berarti anda tidak paham ttg arti katholik, jadi anda belajar yg tekun lagi spy cerdas dlm komen
Orang kudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Anda bahkan tidak percaya bahwa Yesus mendirikan Gereja Katolik, dan anda menyebut diri Katolik. Sungguh sebuah aib. Yesus jelas-jelas mendirikan Gereja di atas Santo Petrus (Mat. 16:18-19), yakni Gereja Katolik,...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Membaca artikel-artikel di Website ini, aku ingat satu ayat di Kitab Amsal. "Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati."...
St. Paul 4 bulanBaca lebih lanjut...Saya katolik, tetapi hanya perkataan Yesus yang saya hormati, yaitu tentang cinta kasih. Yesus tidak mendirikan gereja katolik. Anda paham arti cinta kasih? Cinta kasih tidak memandang. Tuhan meminta kita...
Kapten.80 4 bulanBaca lebih lanjut...Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 5 bulanBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...