^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Santo Stefanus, Raja Hongaria
Pesta: 2 September
“St. Stefanus, yang secara benar dijuluki Rasul orang Hongaria, oleh karena semangatnya yang tak kenal lelah untuk menyebarkan iman sejati, terlahir di Hongaria. Ayahnya, Géza, adalah seorang pemimpin dan jenderal yang terkenal dari suku Hun yang ganas, dan memerintah mereka dengan gelar Adipati. Ia memperlakukan rakyat penyembah berhala dengan keketatan, dan para Kristiani yang datang ke daerah kekuasaannya diperlakukannya dengan kelembutan. Dan sewaktu Allah telah mengaruniakannya rahmat untuk mengakui kebenaran dari agama Kristiani, ia bertekad untuk menetapkannya di negerinya.
Pada suatu hari, sewaktu benaknya dipenuhi oleh pikiran ini, ia berbaring, seorang malaikat tampak kepadanya dalam tidurnya, yang memberitakan kepadanya bahwa ia akan menjadi bapak untuk seorang putra, yang dipilih oleh Allah untuk melaksanakan segala hal yang baru saja dilihatnya dalam benaknya. Sang malaikat lalu berkata bahwa pada hari berikutnya, seorang utusan dari Allah akan datang kepadanya, yang harus disambutnya, dan yang kata-katanya harus didengarkannya dengan penuh hormat. Penampakan yang sama ditunjukkan pada waktu yang bersamaan kepada istri Géza. St. Stefanus, sang protomartir, tampak kepadanya, dan antara lain, berkata agar ia memberikan namanya kepada anak yang akan segera dilahirkannya. St. Adalbertus, uskup dari Praha, sampai pada hari berikutnya. Ia mengajarkan sang adipati dan istrinya akan kebenaran dan membaptis mereka. Sang pangeran yang lalu segera lahir diterima dengan penuh sukacita ke dalam Gereja Tuhan oleh sang uskup suci, yang memberikan kepadanya, dalam Pembaptisan, nama Stefanus. Géza hidup dengan baik sampai ia meninggal.
Pembaptisan St. Stefanus
Sewaktu Stefanus telah menjadi dewasa dan telah mengemban tanggung jawab pemerintahan, ia bertekad dengan amat tulus, untuk memberantas segala penyembahan berhala di antara rakyatnya, dan di semua tempat untuk menanamkan emblem orang-orang Kristiani, yakni Salib. Agar upayanya yang suci ini dapat lebih berhasil, ia membentuk suatu persekutuan dengan para pangeran dari negeri tetangga untuk mencegah mereka agar mereka tidak membantu rakyat-rakyatnya yang mungkin melawan rencananya. Bagaimanapun, beberapa dari kaum bangsawan Hongaria berani melawan dengan senjata untuk membela penyembahan berhala, dan untuk melakukan perang terhadap Tuan yang legitim. St. Stefanus, yang penuh dengan kepercayaan akan Yang Mahakuasa, menjumpai para pemberontak dengan tentaranya yang sedikit jumlahnya dan memperoleh kemenangan penuh terhadap para pemberontak sehingga di masa depan, tidak seorang pun pernah berani untuk memberontak kepadanya. Barang rampasan perang yang besar yang diperoleh St. Stefanus diperuntukkannya bagi pembangunan sebuah Biara untuk menghormati St. Martinus, yang berasal dari Hongaria. Sang Santo itu lalu mengundang dari berbagai negeri Katolik, imam dan pria religius ke Hongaria untuk mengajarkan orang-orang. Mereka yang berkonversi diberikan hak-hak istimewa dan imunitas yang begitu banyak oleh pangeran yang saleh ini, sedangkan orang-orang yang melawan diperlakukan sedemikian rupa, sehingga mereka tidak dapat melawan orang-orang lain untuk memeluk agama Kristiani.
Di berbagai kota dan desa, ia membangun gereja-gereja dan kapel-kapel, dan melengkapinya dengan amat murah hati. Jumlah umat beriman meningkat pesat dalam jangka waktu yang singkat, sehingga ia membagi Hongaria menjadi sepuluh dioses. Ia berupaya untuk memberikan kepada seluruh dioses itu uskup suci. Ia mengutus seorang uskup bernama Anastasius ke Roma untuk meminta Sri Paus untuk menyetujui semua yang telah ia lakukan untuk menyebarkan iman Kristiani, dan juga untuk memohon Bapa Suci untuk menyatakannya sebagai Raja, agar ia dapat diberikan kekuatan yang lebih besar, untuk menuntaskan konversi seluruh negerinya. Pada malam di mana Anastasius sampai ke Roma, seorang Malaikat memberi tahu Sri Paus akan permintaan St. Stefanus, dan memerintahkannya untuk memberikan kepada duta besar sang Santo, mahkota yang telah direncanakannya untuk diberikan kepada seorang pangeran yang lain. Sri Paus tidak dapat mengungkapkan sukacita atas segala hal yang diceritakan oleh Anastasius kepadanya, dan menyetujui apa yang telah dilakukan oleh St. Stefanus untuk menyebarkan iman kepada Kristus, dan menganugerahkannya hak istimewa untuk bertindak lebih lanjut, sebagaimana yang ia dan para uskupnya diperluhkan untuk kesejahteraan Gereja. Ia juga mengirimkan kepadanya mahkota dan salib dari emas, yang akan dibawa di hadapannya setelah pemahkotaannya.
St. Stefanus menerima mahkota dari utusan Sri Paus
Segera setelah Anastasius kembali, St. Stefanus diurapi dan dimahkotai secara khidmat sebagai Raja Hongaria. Setelahnya, ia menikahi Gisela, saudara perempuan dari Kaisar Suci Henry, seorang putri yang berbakat dan saleh, yang membantunya dengan amat tekun dalam upaya-upayanya yang bajik. Di samping semangat apostolik dari St. Stefanus untuk menyebarkan iman sejati, kasih dan kemurahan hatinya berhak mendapatkan kekaguman dari seluruh dunia. Amalnya hampir dapat dikatakan boros, dan ia tidak menyimpan pakaiannya ataupun harta kerajaan. Ia sering membasuh kaki orang miskin, mengunjungi rumah-rumah sakit pada malam hari dan melayani orang sakit. Ia melewatkan berjam-jam pada malam hari untuk berdoa, sehingga ia sering mengalami ekstasi dan melayang tinggi di atas tanah. Waktunya di siang hari, ia baktikan dengan amat tulus untuk urusan-urusan pemerintahan, dan setiap dari rakyatnya diperbolehkan untuk bebas menghadapnya. Ia tidak menikmati kegiatan berburu ataupun kesenangan-kesenangan yang serupa, dan memberikan seluruh waktunya untuk administrasi negara serta tindakan-tindakan yang saleh; ‘sebab’, ujarnya, ‘hal-hal itu lebih menyenangkan saya daripada berburu atau hal lain apa pun yang mungkin menyenangkan seorang raja’.
Kepada Ratu surgawi, yang disebutnya ‘Ratuku’, ia amat berbakti dari saat ia masih kecil dan ia memilihnya sebagai pelindung Hongaria. Untuk menghormatinya, ia membangun bait yang amat agung di Alba, di mana ia tinggal. Ia membangun gereja-gereja untuk menghormatinya di beberapa kota yang bukan daerah kekuasaannya, seperti di Yerusalem, di Roma, dan di Konstantinopel, dan untuk gereja-gereja ini, dibangunnya biara-biara besar. Maka, tidaklah mengejutkan bahwa sang IBunda Allah melindungi pelayannya yang setia itu, seperti yang dibuktikan oleh peristiwa-peristiwa berikut. Sewaktu Kaisar Konrad II menyerbu Hongaria dengan tentaranya, St. Stefanus dengan rendah hati memohon pelindungnya yang kudus untuk membawanya di bawah perlindungannya yang kuasa. Lalu, di depan seluruh tentaranya, ia datang untuk menghadapi kuasa musuh yang jauh lebih kuat. Pada hari berikutnya, sewaktu semua orang menantikan perang yang akan berlangsung, pesan dari Raja pun sampai, yang memerintahkan semua jenderal dari tentara kaisar untuk mundur tanpa melakukan kekerasan apa pun kepada orang-orang Hongaria. Demikian, sang raja memenangkan kejayaan yang tidak bersimbahkan darah, yang, dalam syukurnya, diatribusikannya kepada sang pelindung surgawinya. Memang, sang Ratu surgawi telah menyelamatkannya; sebab sang kaisar tidak tahu apa-apa tentang pesan tersebut ataupun perintah yang dimuatnya, dan sewaktu para jenderalnya menunjukkannya tulisan dan meterainya sendiri, ia menjadi yakin bahwa St. Stefanus berada di bawah perlindungan kekuatan yang lebih tinggi, dan bergerak mundur dengan tentara-tentaranya.
Pada suatu kali, empat dari bangsawan yang paling terkemuka bersekongkol untuk melawan sang raja yang suci itu, dan salah satu dari mereka datang ke dalam wisma raja pada malam hari untuk membunuhnya. Pada saat ia masuk, pisau yang telah disembunyikannya di bawah jubahnya, jatuh ke lantai, dan bunyinya membangunkan sang raja, yang sakit. Ia bertanya siapa yang ada di sana, dan sang pria, gemetar ketakutan, tersungkur pada kaki sang raja, menyingkapkan persekongkolan tersebut, dan memohon pengampunannya. Stefanus kembali mengenali perlindungan keibuan dari sang Perawan Suci, dan demi cintanya kepadanya, mengampuni orang itu, tetapi menyerahkan para rekan-rekannya kepada tangan keadilan.
Tentang penyakit sang raja suci ini, kami tidak dapat lalai untuk menceritakan bahwa Allah mengunjungi pelayannya itu, walau kesetiaan dan semangatnya, dengan dukacita yang besar. Ia memberikannya penyakit yang berlangsung selama tiga tahun, dan hal yang lebih menyakitkan, merampas, oleh kematian yang dini, semua anak-anaknya, kecuali satu putra. St. Stefanus membesarkan putranya ini yang dinamainya Imre, dengan perhatian yang terbesar, dan menuliskan dengan tangannya sendiri, beberapa instruksi untuknya yang diingininya untuk ditaati. Hal yang utama dari instruksi-instruksi ini adalah agar ia tetap bersetia kepada iman Katolik, melindunginya, dan menyebarkannya; agar ia menunjukkan penghormatan serta ketaatan yang pantas kepada para imam; agar ia menyayangi para rakyatnya; melakukan doa-doanya dengan penuh semangat; bermurah hati kepada orang miskin yang yang menderita; melakukan tindak keadilan dan dalam kesusahan, tunduk kepada kehendak Yang Mahakuasa.
Kiri: St. Imre; Kanan: St. Imre kecil bersama uskup pendidiknya
Imre pun mewujudkan dalam tingkah lakunya bahwa ia berupaya untuk hidup sesuai dengan asas-asas suci tersebut, dan oleh karena itu memberikan damai dan penghiburan yang tak terungkapkan kepada ayahnya. Sang raja setiap hari memohon kepada Yang Mahakuasa agar putranya menjadi pelindung iman Kristiani. Tetapi, putranya ini juga, yang kehidupannya yang suci adalah suatu teladan untuk segala kebajikan Kristiani, ditakdirkan untuk mati di depan mata bapaknya itu. Dukacitanya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata; tetapi kepasrahannya yang pahlawan kepada kehendak Yang Mahakuasa lebih besar. Ia bahkan mengalahkan dirinya sendiri sejauh mana ia sampai bersyukur kepada Allah bahwa Ia telah memanggil putranya yang terkasih di hadapannya ke dalam Kerajaan Surga.
Sang putra yang suci itu pun segera diikuti oleh bapaknya yang suci. Sewaktu akhir hayatnya mendekat, yang diwahyukan Allah kepadanya, dengan saleh ia menerima Sakramen-Sakramen kudus, dan lalu menasihati para uskup dan pemimpin negara untuk mewujudkan kasih dan persatuan Kristiani; untuk memimpin dengan keadilan; untuk terus bertekun dalam iman mereka; dan bukan hanya berupaya sekeras mungkin untuk melindunginya, satu-satunya iman yang telah ditetapkan oleh Kristus, tetapi juga untuk menyebarkannya lebih luas. Setelahnya, sang Santo yang akan segera meninggal itu menatap Allah dan pelindungnya yang terberkati, Maria, dan berdoa kepada pelindungnya itu: ‘Kepadamu, ya Ratu surga, dan kepada perlindunganmu, kupercayakan Gereja suci, semua uskup dan imam, seluruh kerajaan, para pemerintah dan penghuninya; tetapi di atas segala hal, kupercayakan jiwaku kepada perlindunganmu’.
Dalam sentimen-sentimen yang saleh itu, ia meninggal pada pesta Diangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga, pelindungnya yang amat dihormatinya. Ia sungguh adalah seorang raja yang agung, yang dihiasi oleh segala kebajikan seorang Kristiani. Tubuhnya yang suci menghasilkan harum surgawi, dan kesehatan dari banyak orang sakit terpulihkan dengan menyentuh relikui-relikui sucinya. Tangan sang raja suci yang telah membagikan begitu banyak derma, dan yang telah melakukan begitu banyak kebaikan untuk orang sakit dan yang malang, terus tidak membusuk lama setelah ia meninggal.
PERTIMBANGAN PRAKTIS:
I. Di sepanjang hidupnya, St. Stefanus menunjukkan bahwa ia berupaya keras untuk menghormati Allah dan menyejahterakan manusia secara spiritual dan temporal; dan ia memikul Salib-Salib yang diberikan Allah kepadanya dengan kesabaran Kristiani. Untuk segala hal ini, ia sekarang menerima pahalanya di Surga: karena intensi-intensinya selalu suci, dan hatinya bebas dari dosa. Jika anda hendak dipahalai atas perbuatan-perbuatan baik anda dan apa yang anda lakukan dan derita, intensi-intensi anda, sewaktu anda bekerja dan menderita, haruslah baik, sebagaimana yang dikatakan kepada anda kemarin. Tetapi pada waktu yang sama, anda harus berada di dalam keadaan rahmat, sebab, gereja yang kudus mengajarkan: pertama, bahwa kita dapat memperoleh pahala dari Allah lewat perbuatan-perbuatan baik, karena Allah telah berjanji untuk membalasnya. Kedua; bahwa kita dapat memperoleh Surga, atau pahala abadi di Surga lewat perbuatan-perbuatan baik kita, jika dilakukan dengan cara yang layak. Penghakiman yang dilakukan oleh Kristus pada akhir zaman sewaktu Ia mengundang orang benar untuk memiliki Kerajaan Surga sebagai ganjaran untuk perbuatan baik mereka cukup untuk membuktikan hal ini. Tetapi, harus diketahui pula bahwa kita harus berada dalam keadaan rahmat, yakni, tidak dibebani oleh dosa berat, jika kita hendak memperoleh Surga lewat perbuatan-perbuatan baik kita; sebab rahmat Allah adalah akar dari segala jasa-jasa supernatural. Sewaktu kita bekerja keras atau menderita, dalam keadaan dosa berat, kita tidak dapat mengharapkan pahala untuk tindakan atau penderitaan semacam itu, betapapun baiknya perbuatan atau betapapun pahitnya penderitaan itu. ‘Dan jika aku membagikan semua hartaku untuk memberi makan orang miskin… dan aku tidak punya kasih, hal itu tidak berguna bagiku’, untuk memperoleh pahala abadi. Demikianlah Santo Paulus menuliskan (I. Korintus. Xiii.) Maka, jika anda menginginkan pahala abadi atas perbuatan-perbuatan anda dan penderitaan-penderitaan anda, camkanlah bahwa anda harus selalu berada dalam keadaan rahmat.
II. Sang raja yang suci itu terus melanjutkan perbuatan-perbuatan baiknya dan penderitaan-penderitaannya dengan sabar dalam keadaan rahmat sampai pada akhir hayatnya. Demikianlah ia sekarang menikmati pahala abadi. Jika saja ia, pada tahun terakhirnya, melakkukan dosa berat dan meninggal di dalamnya, ia tidak akan menerima ganjaran di Surga baik untuk perbuatan-perbuatan baiknya maupun penderitaan-penderitaannya. Sebab, iman sejati mengajarkan bahwa dengan melakukan dosa berat, kita kehilangan segala jasa-jasa dari perbuatan-perbuatan baik yang kita telah sebelumnya lakukan. Kata-kata Allah menjadi saksi atas kebenaran ini: ‘Tetapi jika orang benar itu berbalik dari kebajikannya dan melakukan dosa….. segala kebajikannya yang telah dilakukannya tidak akan diingat….. dan dalam dosanya ia akan mati’. (Yehezkiel xviii.) Belajarlah dari hal ini bahaya apa yang dapat disebabkan oleh satu dosa berat pun, dan betapa tulusnya kita harus berjuang untuk menghindarinya. Jika anda yakin bahwa anda akan kehilangan segala kepunyaan anda, yang telah anda perjuangkan untuk miliki jika anda melakukan satu dosa berat pun, katakanlah kepada saya, apakah anda setuju untuk melakukannya? Tentunya anda tidak akan setuju, kecuali jika anda telah kehilangan segala akal sehat anda. Lalu mengapakah anda melakukan dosa dengan begitu sembrononya sewaktu anda yakin bahwa dengan demikian anda akan kehilangan lebih banyak harta milik anda, bahkan seluruh harta jasa-jasa anda? Bukankah kerugian ini dan kehilangan akan Surga yang harus jauh lebih anda pertimbangkan daripada harta-harta sementara anda? Ah, pertimbangkanlah hal ini dengan tulus, dan janganlah anda menjadi musuh diri anda sendiri; janganlah anda melukai diri anda sendiri. ‘Mereka yang melakukan dosa dan pelanggaran adalah musuh bagi jiwa mereka sendiri’ (Tobit xii.). Apa yang telah dikatakan di atas adalah untuk semua orang; tetapi kata-kata berikut terutama adalah bagi orang tua yang anak-anaknya mati muda. Banyak orang tua sedih akibat hal ini, mereka bergumam dan mengeluh kepada Allah. Mereka harus mengingat kelakuan Raja Santo Stefanus, sewaktu ia kehilangan putranya yang tercinta, yang baik dan suci; dan mereka harus berjuang untuk meneladaninya. Bahwa mereka bersedih atau menangisi sewaktu kematian merampas seorang anak dari diri mereka, bukanlah suatu dosa, jika mereka tetap berada dalam batasan-batasan kesabaran dan kepasrahan Kristiani. Tetapi untuk berduka secara tidak wajar dan untuk bergumam dan mengeluh terhadap Allah adalah dosa. Katakanlah kepada saya, anda, ayah yang bersedih, ibu yang menangis, siapakah yang telah mengambil anak anda dari diri anda? Bukankah Allah, Tuhan yang menguasai kehidupan dan kematian semua orang? Bukankah anak anda lebih dipunyai oleh Yang Mahakuasa daripada diri anda sendiri? Apakah Ia menyalahi anda dengan mengambilnya dari diri anda? Tidak sedikit pun. Ia adalah Tuhan dan Pencipta: Ia dapat mengambil kepunyaan-Nya kapan pun Ia hendaki. Atau apakah Ia harus meminta izin dari anda? Haruskah ia menceritakan kepada anda mengapa Ia melakukannya? Saya percaya bahwa anda tidak akan memikirkan hal yang begitu tidak masuk akal tersebut. Lalu mengapakah anda bergumam dan mengeluh terhadap Allah anda sendiri? Anda harus tahu bahwa apa yang Allah lakukan, Ia lakukan oleh karena cinta-Nya kepada sang anak, atau karena cinta-Nya kepada diri anda. Mungkin Allah, yang membaca masa depan, mengetahui bahwa oleh karena cinta anda yang berlebihan atau pendidikan yang buruk yang anda akan berikan kepada anak anda, anda akan menjatuhkan kepada diri anda sendiri bencana abadi. Mungkin Ia melihat bahwa anak anda akan menjadi budak dosa dan kejahatan, dan kehilangan Surga. Bukankah itu adalah suatu tanda cinta kasih-Nya kepada anda dan kepada anak Anda, sehingga Anda mengambilnya secara dini? Anda harus bersukacita akan kegembiraan yang telah dicapai anak anda, jika ia meninggal dalam ketidakberdosaan. Dapatkah anda memberikan kepadanya kebahagiaan yang lebih besar? Tentunya haruslah cukup bagi anda untuk mengetahui bahwa Allah meminta anak anda. Tuhan mengambilnya. Apa lagi yang dapat anda perlukan? Jika anda ingin bertindak secara bijak, tunduklah kepada ketetapan-ketetapan dari Penyelenggaraan Ilahi, dan mengakui di hadapan Allah, bahwa anda akan menundukkan kehendak anda kepada kehendak-Nya. Persembahkanlah kepada-Nya dukacita anda yang telah disebabkan oleh kematian itu, dan ingatlah bahwa segala hal yang Allah lakukan, dilakukannya dengan baik. Berkatalah dengan Kitab Suci ‘Dia TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik’ (1 Samuel iii)”.
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari Rev. F.X. Weninger D.D., SJ, Lives of the Saints [Riwayat Hidup Santo-Santa], New York, P. O’Shea, Publisher, 1875, hal. 288-293.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...