^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Mati Dirajam Yahudi karena Tegur Mereka: Santo Stefanus, Martir Pertama
Santo Stefanus, Martir Pertama
26 Desember 35
Santo Petrus, Paus – Tiberius, Kaisar
Santo Lukas Penginjil menulis cerita kemartiran Santo Stefanus dalam kitab Kisah Para Rasul seperti ini:
Imam kepala dan beberapa anggota sekte Saduki tersulut dalam semangat palsu akan hukum mereka dan dengan naluri Setan. Oleh sebab itulah mereka berusaha menghalang-halangi para Rasul dalam mewartakan nama Yesus Kristus kepada bangsa-bangsa. Para Rasul mereka dera dan ancam, namun rasul-rasul itu bersuka cita oleh karenanya, sebab mereka melihat diri mereka sendiri dianiaya demi cinta akan Tuhan yang mereka sembah. Santo Lukas berkata bahwa Yesus Kristus bertumbuh dan berkembang hari demi hari, dan jumlah orang beriman, yang pada waktu itu disebut sebagai murid, semakin berlipat jumlahnya, karena karya-karya Allah bagaikan lidah api yang berkobar ditiup angin persekusi, dan bagaikan emas yang mengilap di tempat peleburan.
Khalayak yang percaya akan Yesus Kristus tidak hanya bertambah dalam jumlah saja, namun juga dalam kekudusan serta kesempurnaan, sehingga para umat beriman menjual harta benda mereka dan mempersembahkan hasil penjualan mereka di kaki para rasul, ibarat barang hina; dengan demikian memperlihatkan bukti kepada para rasul bahwa mereka rela dan bersedia menggunakan harta benda mereka itu demi membantu kaum papa. Tak seorang pun berpunya barang milik sendiri dan masing-masing orang memiliki segala-galanya, sebab mereka semua memberikan segala-galanya, tanpa pandang bulu. Mereka terutama memperhatikan kebutuhan para janda, karena merekalah yang paling memerlukan penghiburan dan kelegaan.
Meski jumlah orang percaya meningkat pesat, orang-orang yang bertanggung jawab menyalurkan sedekah tidak melaksanakannya dengan cukup setara. Orang-orang Ibrani yang lahir di Yunani mulai mengeluh, sama pula dengan mereka yang lahir di Yudea, karena mereka menganggap diri mereka disalahi, tidak diperlakukan sebaik orang lain. Para rasul kudus mendapat kabar itu serta tentang duduk perkaranya. Mereka pun mengumpulkan para umat, dan memberi tahu mereka bahwa tidak masuk akal kalau mereka berhenti menyalurkan makanan rohani melalui pewartaan demi mengenyangkan badan, dan mengurusi hal-hal yang lebih tidak penting. Dipilihlah oleh mereka tujuh orang pria, yang tidak terlalu tua atau terlalu muda. Ketujuh orang pria ini bijak dan penuh Roh Kudus. Mereka ditugaskan menunaikan tanggung jawab itu. Kalau tanggung jawab mereka itu terlaksana, akan lebih mudah bagi para rasul untuk mengurusi ibadat dan serta pewartaan sabda Allah.
Bagi para umat, usulan itu masuk akal. Mereka memilih tujuh orang cakap yang kemudian mereka ajukan. Para rasul pun menumpangkan tangan mereka, dan menahbiskan orang-orang itu sebagai diakon, agar di samping mengurusi pembagian sedekah dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan umat, mereka juga bekerja untuk mewartakan Injil serta menunaikan berbagai macam tanggung jawab mereka yang lain.
Yang terutama dan paling terkemuka dari antara mereka adalah Santo Stefanus. Pria, yang seturut perkataan Kitab Suci, penuh iman dan Roh Kudus. Ia segera mulai melaksanakan tanggung jawabnya dengan penuh kewaspadaan serta kasih, agar sedekah bagi kaum papa pasti sampai ke tangan mereka. Sebab, tidak dihilangkannya sedekah itu dengan keteledoran, namun dibagi-bagikannya dengan kasih sayang, tak pernah dirinya tersinggung oleh perkataan maupun keluhan orang-orang yang menerimanya. Dia juga tentunya memperhatikan kebutuhan para perempuan serta janda, yang disediakan kebutuhannya. Stefanus begitu kuat terkendali dan jujur, sehingga tiap orang bisa belajar kesucian serta kemurnian dari padanya. Selebihnya, Stefanus bekerja dengan khotbah; dan Allah mengerjakan begitu banyak mukjizat melalui perantaraannya, sehingga semua orang takjub akan rahmat besar serta kuasa ilahi yang terlihat jelas dalam kehidupannya. Oleh sebab itulah Paus Santo Klemens, murid Santo Petrus, ketika berbicara tentang pribadi para rasul yang menahbiskan ketujuh diakon, berkata bahwa demi perkara kasih kepada Allah, Santo Stefanus tidak kalah sama sekali dengan para rasul.
Pada waktu itu di Yerusalem, ada beberapa sinagoga dalam rupa kolese, tempat berdatangannya anak-anak sekolah dari berbagai provinsi. Anak-anak berbangsa Ibrani itu datang dengan tujuan belajar di kota, yang pada waktu itu adalah ibu kota tempat dahulu kala berkembangnya ibadat keagamaan, bait Allah, Hukum Musa, upacara-upacara serta tradisi-tradisi pelayanan yang berkenan kepada Allah. Seperti itulah studi yang mereka lalui. Lima kolese atau sinagoga itu (yakni Libertinus, Kirene, Aleksandria, Kilikia dan Asia) datang untuk berdebat dengan Santo Stefanus. Mereka memandang Santo Stefanus sebagai orang terpelajar dan penuh semangat, dan dalam rahmat serta berkat pewartaannya, diikuti oleh begitu banyak mukjizat. Nama Stefanus begitu dikenal orang-orang dan ia juga mengonversikan banyak orang sehingga menganut iman Yesus Kristus. Oleh sebab itulah sinagoga-sinagoga tersebut memandang Stefanus sebagai musuh mereka dan penghancur hukum mereka. Mereka beberapa kali berdebat dengan orang Lewi suci itu, dan terus-menerus kalah, tiada mampu menjawab argumen-argumennya, maupun hikmat serta roh milik orang yang oleh Allah dijadikan-Nya perantara sabda-Nya. Mereka begitu kebingungan, sehingga berniat membunuh orang yang tak mampu mereka taklukkan dengan argumen-argumen mereka.
Demi tujuan itu, mereka menarik beberapa saksi palsu, supaya menuduh Stefanus di depan imam agung, dan menghasut rakyat bersama Ahli-Ahli Taurat. Mereka menangkap Santo Stefanus, dan menyeretnya hadir di depan Konsistori, menuduhnya berkata bahwa Yesus dari Nazaret akan menghancurkan tempat itu serta mengubah tradisi-tradisi yang telah diberikan Musa kepada mereka. Namun itu adalah tuduhan palsu, sebab Santo Stefanus sama sekali tidak pernah berbicara demikian. Memang benar bahwa mereka memikirkan dan menakuti hal itu, sebab mereka salah menafsirkan dan mengubah kata-kata yang telah dituturkan Tuhan kita, sesuai kebiasaan mereka yang mencari-cari kesempatan untuk mendatangkan bahaya bagi para musuh mereka.
Usai orang Lewi suci itu dituduh di depan Konsistori, imam agung bertanya kepadanya apabila perkataan para saksinya benar. Seluruh hadirin melayangkan pandang kepada Santo Stefanus, dan nas Kitab Suci berkata bahwa wajahnya kemilau bagaikan wajah malaikat; sebab Roh Kudus yang hidup secara batiniah dalam jiwanya, menyatakan sinar-sinar itu, bahkan keluar badannya. Karena Stefanus sama sekali tidak bersalah dan sungguh mengendalikan dirinya, ia tidak takut apa-apa, diperlihatkannya apa yang dia punya dalam dirinya: dan seperti perkataan Eusebius Emisenus, dari hati yang kaya raya, keluarlah kecantikannya, tersebarlah kemurnian batin pada penampilan luarnya, dan cahaya tersembunyi dalam diri tampak tercermin di dahinya.
Usai imam besar bertanya kepada Santo Stefanus, apabila tuduhan yang diluncurkan kepadanya itu benar, orang kudus itu menjawab, dan berbicara panjang lebar. Awalnya, ia berkata bahwa Allah tampak kepada Abraham dan memerintahkannya supaya meninggalkan tanah airnya, dan pergi ke tempat yang hendak ditunjukan-Nya kepada Abraham. Lalu ia bercerita tentang keadaan bangsa Israel sejak itu, serta pertolongan-pertolongan Allah kepada mereka, terutama melalui perantaraan tangan Musa, yang oleh Allah dijadikan penguasa dan pembebas bangsa-Nya, mengutusnya ke Mesir untuk membebaskan mereka, seperti yang dilakukan-Nya dengan penuh keajaiban serta mukjizat.
Akhirnya, Stefanus membuktikan pengetahuannya tentang Kitab Suci kepada mereka, meluhurkan Musa, bagaikan seorang hamba Allah yang agung dan nabi yang amat mulia, yang telah mewartakan bahwa Allah akan mengutus seorang nabi lain dari garis keturunan-Nya dan darah-Nya, yakni sang Mesias, yang harus mereka dengarkan. Ia pun membantah fitnah-fitnah yang mereka sematkan padanya. Penuh semangat, ia terdorong sehingga menghardik mereka semua dengan pahit atas kedurhakaan mereka kepada Allah. Karena mereka terlalu angkuh, sama seperti nenek moyang mereka yang dahulu menganiaya dan membunuh kejam-kejam para nabi yang diutus Allah kepada mereka. Stefanus juga menambahkan bahwa mereka itu lebih buruk daripada nenek moyang mereka, sebab mereka telah membunuh Yang Kudus, dan menyalibkan Orang Benar, yang telah diwartakan para nabi sendiri, dan yang telah mereka permaklumkan kepada umat.
Mereka yang hadir di sana mendengar itu, dan benar-benar merasa takut akan diakon suci tersebut. Namun Santo Stefanus menengadah: dilihatnya sebuah cahaya yang amat besar, lambang kemuliaan Allah, dan Yesus Kristus ada di sisi kanannya, bagaikan siap membantu serta menolongnya dalam pertarungan sengit itu. Ia mendapat penglihatan itu, agar setelah sedikit berkata terlebih dahulu bahwa orang-orang Yahudi telah membunuh Yesus Kristus, ia berkhotbah kepada mereka tentang Dia yang hidup, dan tidak hanya sudah bangkit, namun juga dipermuliakan di Surga dan duduk di sisi kanan Bapa. Allah ingin mengobarkan semangat Stefanus juga dengan penglihatan ini, agar dia mati demi Allah yang sudah mati demi dia. Ingin diperlihatkan-Nya Surga yang terbuka kepadanya, dan Yesus Kristus siap menolongnya; dan memperlihatkannya bahwa tiada cobaan ataupun kejahatan yang sebegitu besar, sehingga tidak bisa ditaklukkan dengan topangan dan kuasa Allah.
Orang Lewi suci itu menerima penghiburan dari penglihatan tersebut, sehingga ia tak mampu menahan tutur katanya ini: aku melihat langit terbuka dan Putra Manusia berdiri di sebelah kanan Allah. Bangsa durhaka yang idam-idamannya hanyalah mendapat kesempatan untuk membalas dendam kepada serdadu Yesus Kristus itu pun berteriak kuat-kuat: Biarlah dia mati, biarlah dia mati, si penghujat itu! Mereka menyebutnya demikian, karena Stefanus berkata bahwa Ia yang telah mereka hukum sebagai seorang penghujat, sudah ada di Surga di sebelah kanan Bapa. Itulah sebabnya mereka menyumbat telinga, menaruh tangannya pada pasungan, dan menyeretnya ke luar kota untuk merajamnya sebagai seorang penghujat, seturut ketetapan hukum.
Supaya itu dapat tercapai dengan lebih lancar, mereka tanggalkan jubah serta mantel mereka, dan itu semua diberikan kepada Saulus, kerabat Santo Stefanus, seperti yang dikatakan Ekumenus: dia itu orang mudah dengan semangat mendidih, darahnya bergejolak dalam usia muda belia karena semangat akan hukum Taurat. Ia takut hukum Taurat akan hancur karena pewartaan Santo Stefanus; sehingga ia menginginkan kematian Stefanus, mengemudiankan darah dan keturunan ketimbang semangat akan agama. Oleh sebab itulah ia menyimpan pakaian orang-orang yang merajam orang kudus itu, supaya dia bisa merajamnya dengan tangan mereka semua, seperti perkataan Santo Agustinus: Begitu besar pertolongan Saulus kepada para perajam itu, sehingga tidak cukup mengulurkan tangan demi merajam Santo Stefanus dengan seratus tangan, ia menyimpan jubah serta mantel semua pembunuh itu dan adalah yang paling kejam dalam membantu mereka semua, seolah dialah yang menghajar Stefanus secara pribadi.
Mereka buru-buru mengumpulkan bebatuan, dan melemparkannya dengan penuh amarah kepada Santo Stefanus. Santo Stefanus menyebut nama Tuhan kita, dengan berkata, Ya Tuhanku, terimalah rohku. Orang-orang Yahudi yang lebih keras dari batu dan berhati pualam, melemparinya dengan batu. Dan orang Lewi suci yang manis dan berhati lembut itu hanya mengembuskan napas kemanisan dan kelembutan. Mereka mengandalkan batu-batuan, sedangkan Santo Stefanus mengandalkan doa. Mereka melempar batu-batuan keras, dan dia, ibarat kerikil yang ditumbuk dengan batu lainnya, mengeluarkan terang bagaikan api kasih, tanpa amarah, demi melunakkan hati mereka yang lebih keras dari bebatuan yang mereka lemparkan.
Usai Santo Stefanus berserah jiwa kepada Allah, ia berlutut dan mendaraskan doa ini dengan suara kuat: Ya Tuhanku, ampunilah dosa mereka, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka. Ia berdoa dengan berdiri demi dirinya, dan berlutut demi para musuhnya: suaranya ia kencangkan dalam doanya bagi para perajamnya, supaya Allah mengampuni mereka. Tak dipanjatkan doa hanya demi dirinya sendiri, sebab terbakar dengan kasih, ia tidak sebegitu pedulinya dengan diri sendiri, ketimbang dengan kebinasaan abadi yang akan diderita para saudaranya: meneladan Tuhan kita, yang di kayu Salib memohon Bapa yang kekal agar mengampuni para penyalib-Nya.
Tuhan kita mengabulkan doa yang keluar dari hati yang kian terbakar oleh cinta dan beigtu ingin meneladani-Nya itu, sehingga beberapa orang yang ada di sana untuk merajamnya pun bertobat; tercerahkan oleh terang surgawi, mereka meneriman iman Yesus Kristus dan mati demi iman itu. Dan juga, Saulus yang menghasut orang lain dan menyimpan mantel orang-orang perajamnya, berkat perantaraan Santo Stefanus, berubah dari serigala menjadi anak domba; dan dari penganiaya, menjadi rasul Yesus Kristus yang begitu dicintainya, sehingga ia dianiaya dan mati demi Dia. Peristiwa pertobatan Santo Paulus yang begitu mulianya itu merupakan buah doa Santo Stefanus, seperti yang dikatakan Santo Ambrosius. Santo Agustinus mengimbuhkan dengan tegas, bahwa seandainya Santo Stefanus tidak berdoa, Gereja tidak akan punya Santo Paulus; bahwa Santo Paulus terangkat, karena Santo Stefanus sujud di tanah, dan telah dikabulkan doanya ketika menjadi perantara bagi Paulus.
Jangan terkejut pula kalau Tuhan kita mendengarkan orang yang telah dipenuhi-Nya dengan iman, rahmat, kuasa dan dibekali-Nya dengan begitu banyak karunia Roh Kudus, membuatnya serupa dengan-Nya pada wafatnya, sebab Yesus Kristus dulu dituduh menghujat, dan dihukum karena telah berkata: Akulah Kristus Putra Allah, dan kamu akan melihat Putra manusia duduk di sebelah kanan kuasa Allah. Santo Stefanus dirajam karena telah berkata dirinya melihat langit terbuka, dan Yesus duduk di sisi kanan kuasa Allah. Demi menuduh Yesus Kristus, mereka mencari saksi palsu: mereka berbuat demikian juga untuk menghukum Santo Stefanus. Mereka pun satu demi satu pergi keluar kota. Tuhan kita dihibur oleh malaikat ketika Dia dulu berdoa di taman Getsemani; dan Santo Stefanus dihibur oleh Yesus Kristus sendiri, ketika ia melihat-Nya di sebelah kanan Bapa, siap menolongnya. Tuhan kita serta hamba-Nya berdoa demi para musuh mereka, dan berserah jiwa kepada Allah, yang menyambut mereka.
Santo Lukas juga mengakhiri cerita kemartiran Santo Stefanus dengan berkata seperti ini: Sesudah berkata demikian, ia beristirahat dalam Tuhan kita. Ia tertidur dalam Tuhan kita, sebab ia mati demi Dia, mempersembahkan dirinya sebagai kurban iman, dan demi cinta akan saudara-saudaranya. Sejak Kenaikan Tuhan kita, dialah yang pertama banyak-banyak menumpahkan darahnya demi cinta akan Dia; oleh sebab itulah ia disebut Martir Pertama, dan kepala para martir.
Segera setelah sang martir wafat, Santo Lukas berkata bahwa beberapa orang yang takut akan Allah mengambil jenazahnya dan menguburkannya dalam dukacita besar, yakni dengan amat khusyuk, seturut tafsir Santo Hieronimus. Tempat dan cara dirinya dikebumikan sejak saat itu disingkap oleh Gamaliel kepada Lusianus, imam. Stefanus dirajam di luar gerbang Aquilonarius Yerusalem. Mereka meninggalkan jasadnya di padang selama satu hari satu malam, supaya binatang buas memangsanya. Namun tidak ada dari mereka yang menyentuhnya; tetapi, Gamaliel mengutus beberapa orang percaya. Ia memberikan kepada mereka segala sesuatu yang diperlukan untuk mengangkat jasad itu ke dalam kereta kudanya, dan membawanya ke rumahnya di padang, sekitar enam atau tujuh lieues dari Yerusalem. Di sana, selama tujuh puluh hari, mereka merayakan upacara pemakaman dengan penuh penyesalan, dan jasadnya dimasukkan ke kubur.
Para imam dan ahli Taurat tidak puas membunuh Santo Stefanus saja: mereka pun menganiaya orang-orang Kristen lain, dan (seperti kata Santo Lukas) mengobarkan persekusi besar terhadap Gereja Allah yang bertempat di Yerusalem; sehingga para orang percaya, selain para rasul yang adalah sokoguru jemaat, melarikan diri dari kota itu, dan tersebar di berbagai provinsi. Tuhan kita menyebarkan mereka bagaikan benih surgawi, agar bisa memanen tuaian besar dari pewartaan-pewartaan mereka. Dorotea menambahkan bahwa di hari Santo Stefanus dirajam, Nikanor mati bersamanya. Nikanor ini adalah salah seorang dari ketujuh diakon, dan dua ribu orang Kristen juga mati dengan dia. Kabar kematian Nikanor bersama Santo Stefanus juga diceritakan oleh Hipolitus martir.
Kemartiran Santo Stefanus terjadi pada 26 Desember, hari yang disucikan oleh Gereja, pada tahun yang sama Tuhan kita wafat dan naik ke Surga, dan hari pertama menyusul Kelahiran-Nya di tahun 35. Hipolitus dari Tebes, dan Evodius juga menulis, bahwa Santo Stefanus dirajam tujuh tahun setelah dia ditahbiskan menjadi diakon oleh para rasul.
Kenangan akan Santo Stefanus begitu dihormati oleh para umat sejak awal mula Gereja, sehingga Paus Santo Klemens menulis bahwa Santo Petrus dan Santo Paulus Rasul memerintahkan dirayakannya hari pestanya. Santo Ignasius berkata bahwa Santo Stefanus adalah pelayan Santo Yakobus Minor, uskup Yerusalem pertama. Santo Fulgensius menegaskan bahwa untuk mencapai mahkota kemartiran, seturut bamanya (karena Stefanus, dalam bahasa Yunani, berarti mahkota), orang Lewi kudus itu bersenjatakan kasih yang digunakannya sehingga tidak ditaklukkan orang Yahudi yang berdebat dengan dia; dan mendoakan mereka, sewaktu mereka merajamnya. Kasih adalah penyebab dirinya menegur mereka, agar mereka berbenah diri, dan sebab dirinya memohon Yesus Kristus agar tidak menanggungkan hukuman atas mereka atas perbuatan tersebut, karena ia lebih merasa sakit akibat dosa-dosa mereka, ketimbang bilur-bilurnya sendiri, dan lebih meratapi kematian jiwa-jiwa mereka, ketimbang kematian badannya sendiri.
Pada kemartiran Santo Stefanus, kita tidak hanya semata-mata melihat gemilangnya kasih kepada para musuhnya, namun juga iman, hikmat, kuasa, keterusterangan serta semangat kemuliaan Tuhan yang dia sembah, kesabaran dan keteguhan yang menyertai wafatnya, serta segala Kebajikan mulia yang harus kita upayakan sebagai teladan diri kita.
Semua orang kudus tiada henti-hentinya memuji dan meluhurkan martir teramat berbahagia dan teramat mulia itu, seperti yang kita lihat pada homili-homili yang ditulis untuk menghormatinya oleh Santo Agustinus, Santo Gregorius dari Nyssa, Santo Fulgensius, Santo Petrus Krisologus, Santo Bernardus, Eusebius, Emisenus, Niketas dan beberapa penulis lain.
Mukjizat-mukjizat yang dikerjakan Tuhan kita melalui perantaraan relikui-relikui Santo Stefanus ketika jasadnya tersingkap, tidak terhitung jumlahnya: Santo Agustinus menceritakan beberapa yang disaksikannya, sama seperti yang telah kami ceritakan untuk hari penemuan tubuhnya, pada tanggal 3 Agustus.
Catatan kaki:
Romo Reverendus Petrus Ribadeneira, Les Vies des saints et fêtes de toute l’année [Riwayat Hidup Para Kudus dan Pesta Sepanjang Tahun], diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh M. L’abbé É. Daras, Ed. II, Desember, Paris, Louis Vivès, Libraire-Éditeur, hal. 306-314.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...