^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Pikiran Orang Kristen Sekarat yang Lalai, yang Tidak Banyak Memikirkan Kematian - Pertimbangan VII St. Alfonsus
PERTIMBANGAN VII.
Pikiran Orang Kristen Sekarat yang Lalai, yang Tidak Banyak Memikirkan Kematian
“Bereskanlah urusan rumah tanggamu: sebab engkau akan mati, dan tidak akan hidup.” Yesaya xxxviii. 1.
POIN PERTAMA
Bayangkanlah diri anda berada bersama orang sakit yang hanya akan hidup beberapa jam saja. Betapa malangnya orang yang menderita itu! Lihatlah dirinya ditindas oleh rasa sakit, pingsan, rasa tercekik, sesak napas, keringat dingin dan pusing kepala, sedemikian rupa sehingga ia hampir tidak bisa mendengar, memahami atau berbicara. Dari antara penderitaan-penderitaannya, yang terbesar adalah mendekatnya ajal, dan alih-alih memikirkan jiwanya dan bersiap diri menyongsong alam baka, ia hanya memikirkan dokter dan obat-obatan untuk membebaskannya dari penyakit dan rasa sakit yang sedang membunuh dirinya. “Mereka tidak mampu memikirkan apa-apa selain diri mereka sendiri”, ujar St. Laurensius Yustinianus, ketika berbicara tentang kematian semacam itu. Seandainya saja saudara-saudara sedarahnya serta sahabat-sahabatnya telah lebih dahulu memperingatkan orang sekarat itu tentang bahaya yang dihadapinya; namun tidak, tak ada seorang pun dari antara mereka yang berani mengabarkan penghujung hidupnya yang mendekat itu, dan menasihatinya supaya menyambut sakramen-sakramen terakhir; setiap orang menolak memberitahukannya, karena takut membuatnya jengkel. Ya Allahku, sejak saat ini aku bersyukur kepada-Mu bahwa dalam kematian, Engkau akan membuat diriku ditolong oleh para saudaraku yang terkasih dari Kongregasiku, yang pada waktu itu tiba tidak akan punya kepentingan yang lain, selain keselamatan kekalku, dan mereka semua akan membantuku supaya mati dengan baik.
Namun sementara itu, meski tak ada peringatan yang diberikan kepadanya tentang kematiannya, orang sekarat itu bagaimanapun melihat kekacauan keluarganya, konsultasi-konsultasi medis yang sering dilakukan dan penggunaan obat-obatan yang begitu banyak dan kerasnya. Karena itulah ia penuh rasa bimbang dan ngeri, dan di tengah-tengah serangan rasa takut, sesal hati dan kecurigaan yang berkelanjutan, ia berkata dalam dirinya sendiri, “Sayang sekali, siapakah yang tahu apabila ajal akan segera menjemputku!” Lalu akan seperti apa perasaannya ketika ia menerima kabar kematiannya! “Bereskanlah urusan rumah tanggamu: sebab engkau akan mati, dan tidak akan hidup.” (Yesaya xxxviii. 1). Kegelisahan macam apa yang akan dialaminya ketika mendengar kata-kata ini! “Tuan, penyakitmu mematikan; engkau harus menyambut sakramen-sakramen, berdamai dengan Allah, dan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia.” Selamat tinggal kepada dunia? Apa! Haruskah aku mengucapkan selamat tinggal kepada semuanya? Kepada rumah itu, vila itu, saudara-saudara sedarah, sahabat-sahabat, percakapan-percakapan, permainan-permainan, kesenangan-kesenangan? Ya, kepada semuanya. Pengacara sudah datang; dan ia mengucapkan kata-kata perpisahan ini: “Kuwariskan, kuwariskan.” Dan apa yang dibawa bersama dirinya? Bukan apa-apa, selain kain rombeng yang akan segera membusuk bersamanya dalam kubur.
Oh, betapa orang sekarat itu akan sedih dan terganggu batinnya, ketika melihat air mata para hambanya, dan keheningan para sahabatnya, yang tak berani berbicara di hadiratnya! Namun yang akan menjadi kesakitannya yang terbesar adalah sesal nuraninya, yang hanya akan terdengar jelas-jelas dalam prahara itu – akibat kehidupan yang kacau balau yang telah dijalaninya sampai waktu itu, setelah begitu banyak panggilan dan terang Ilahi, setelah begitu banyak peringatan dari para bapa rohaninya, dan begitu banyak tekad yang dibuat, namun yang tidak pernah dilaksanakan atau yang setelahnya diabaikan. Ia akan berkata: Ah, celakalah aku; telah kuterima begitu banyak terang dari Allah, begitu banyak waktu untuk membereskan hati nuraniku, dan aku belum melakukannya; dan lihatlah, sekarang tiba saatnya kematian! Apakah yang menjadi harganya bagiku, untuk menghindari kesempatan itu, untuk melepaskan diriku dari persahabatan itu, untuk pergi mengaku dosa setiap pekan? Dan seandainya pun harganya mahal, aku seharusnya melakukan semuanya itu demi menyelamatkan jiwaku, jiwaku yang teramat penting. Oh, seandainya saja aku menjalankan tekad baik yang telah kubuat; oh coba saja aku melanjutkan yang telah kumulai, betapa bahagianya aku sekarang! Tetapi aku belum melakukannya; dan sekarang tidak ada waktu lag. Pikiran orang sekarat semacam itu akibat keteledorannya selama hati nuraninya masih hidup menyerupai pikiran orang terkutuk, yang di dalam Neraka juga meratapi dosa-dosa mereka sebagai penyebab rasa sakit mereka, namun yang dilakukan mereka dengan sia-sia dan tanpa kesembuhan darinya.
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Tuhan, seandainya pada saat ini kabar kematianku yang mendekat dibawakan kepadaku, akan seperti itulah pikiranku yang berduka. Kubersyukur kepada-Mu karena Engkau memberikanku terang ini, serta waktu untuk berbenah diri. Tidak, ya Allahku, takkan lagi kuberlari dari Engkau. Engkau telah cukup mencari-cari aku. Dengan benar kutakuti bahwa jika aku sekarang melawan dan tak kembali kepada-Mu, Engkau akan meninggalkanku. Engkau telah memberiku hati untuk mengasihi-Mu, dan aku telah menggunakan hatiku dengan sangat buruk; aku telah mencintai ciptaan, dan belum mencintai-Mu, Pencipta dan Penebusku, yang telah memberikan hidup-Mu demi aku. Alih-alih mengasihi-Mu, betapa seringnya aku telah menghina-Mu, membenci-Mu dan memunggungi Engkau! Kutahu bahwa aku telah mengecewakan-Mu akibat dosaku itu, namun aku telah melakukannya. Ya Yesusku, aku bertobat dari dosaku itu, kusesali dosaku itu dengan segenap hatiku; akan kuubah hidupku. Kutinggalkan segala kenikmatan dunia, sehingga aku bisa mengasihi-Mu dan berkenan kepada-Mu, ya Allah jiwaku. Engkau telah memberikanku bukti-bukti yang besar tentang kasih-Mu; seandainya saja aku juga bisa memberikanmu beberapa bukti cinta kasihku kepada-Mu sebelum aku mati! Sejak saat ini akan kuterima segala penyakit, salib, kehinaan dan kesulitan yang mungkin kuterima dari orang-orang ini; berilah aku kekuatan untuk menderita hal-hal itu dalam damai, sebab akan kuderita semuanya itu demi cinta akan Engkau. Kucinta Kau, ya Kebaikan Tak Terhingga, kucinta Kau di atas segala hal yang lain. Sudilah Engkau memberikanku cinta yang lebih besar, dan berilah aku ketekunan suci. Ya Maria, ya harapanku, doakanlah aku kepada Yesus.
POIN KEDUA.
Oh, betapa jelasnya orang melihat kebenaran-kebenaran iman pada saat kematian! Namun lebih besar lagi siksaan orang sekarat yang telah menjalani kehidupan buruk, apalagi kalau dirinya telah merupakan orang yang terkonsekrasi kepada Allah, sehingga ia telah memiliki lebih banyak kemampuan untuk melayani Allah, lebih banyak waktu luang, lebih banyak teladan baik, lebih banyak ilham untuk melakukannya. Ya Allahku, akan seperti apa duka yang dialaminya ketika berpikir dan berkata: “Aku telah memperingatkan orang lain, namun aku sendiri telah hidup lekat dengan kenikmatan, kesia-siaan dan cinta dunia.” Akan seperti apa sesal batin yang akan direnungkannya, bahwa dengan terang yang telah diterimanya dari Allah, orang pagan pun akan menjadi seorang kudus! Akan seperti apa rasa sakitnya, ketika mengingat bahwa ia telah membenci praktik-praktik saleh yang dilakukan orang lain yang dianggapnya merupakan kelemahan pikiran; dan karena telah menyoraki beberapa semboyan duniawi tertentu yang mengelu-elukan rasa percaya diri atau cinta diri, seperti keegoisan, menghindari penderitaan dan mengambil setiap kesempatan untuk menghibur diri kita sendiri!
“Keinginan orang fasik akan binasa” (Mazmur cxi. 9). Betapa kita dalam kematian akan mendambakan hal-hal yang telah kita boros-boroskan! St. Gregorius bercerita di dalam dialog-dialognya, bahwa ada orang kaya yang bertabiat buruk, yang bernama Krisantius. Ia menjerit ketika dirinya sekarat melawan roh-roh jahat yang menampakkan diri secara kentara untuk merenggutnya: “Berilah aku waktu, berilah aku waktu sampai besok hari!” Dan roh-roh jahat ini menjawabnya, “Hai orang bodoh, engkau sekarang meminta waktu? Engkau sudah punya banyak waktu, dan telah kehilangannya, sebab engkau telah membuang-buang waktumu dalam dosa; dan sekarang engkau meminta waktu? Tidak ada waktu lagi.” Orang celaka itu terus menjerit, dan memohon pertolongan. Putranya yang bernama Maksimus, seorang rahib, ada bersama dia. Orang yang sekarat itu berkata, “Putraku, bantulah aku; Maksimusku yang terkasih, bantulah aku!” Dan sementara itu, dengan muka yang terbakar sepenuhnya, ia melemparkan dirinya sendiri dengan marah dari satu sisi ranjang ke sisi yang lain, dan karena itu dalam kegelisahan berserta jerit-jerit keputusasaan, ia mengembuskan jiwanya yang celaka.
Sayang sekali, orang-orang gila ini dalam hidup mencintai kegilaan mereka, namun dalam ajal, mereka membuka mata, dan mengakui kegilaan mereka; namun saat itu, ketakutan mereka hanya akan bertambah karena mereka tak mampu memperbaiki kejahatan yang telah mereka perbuat; dan mereka pun mati secara demikian, sehingga meninggalkan ketidakpastian yang besar sehubungan keselamatan mereka. Saudaraku, kalau anda masih membaca sampai titik ini, saya bayangkan anda juga berkata, “Seperti itulah”. Namun apabila memang seperti itu, kegilaan dan kejahanaman anda akan menjadi jauh lebih besar, seandainya anda tahu tentang kebenaran-kebenaran ini dalam hidup, namun tidak berbenah diri secara tepat waktu. Yang telah anda baca sekarang akan menjadi pedang dukacita bagi anda dalam ajal.
Maka bertekadlah, dan karena anda masih punya waktu untuk menghindari kematian yang sedemikian ngerinya itu, bergegaslah anda memperbaiki masa lalu; janganlah anda menantikan waktu yang takkan lagi pantas untuk membuat perbaikan. Jangan menanti sebulan lagi, ataupun sepekan lagi. Siapa tahu kalau terang yang sekarang diberikan Allah kepada and aini mungkin merupakan terang yang terakhir, dan menjadi panggilan terakhir bagi diri anda? Anda gila kalau tidak memikirkan kematian, kematian yang merupakan kepastian, dan yang kepadanya alam baka bergantung; namun masih lebih gila lagi kalau anda memikirkannya, namun tidak bersiap diri menghadapinya. Renungkanlah dan bertekadlah sekarang seakan-akan anda akan mati – sekarang anda bisa melakukannya dengan berguna, namun nanti tidak akan berguna – sekarang anda bisa melakukannya dengan kepercayaan mampu diselamatkan, namun nanti dengan kurangnya kepercayaan terkait keselamatan anda. Seorang bangsawan yang akan segera meninggalkan istana Karolus V supaya bisa hidup bagi Allah saja, ditanya oleh Kaisar mengapa ia meninggalkan istana. Orang itu menjawab: “Kalau kita ingin selamat, perlu ada beberapa masa penitensi yang menengahi kehidupan yang kacau dan kematian”.
DAMBAAN DAN DOA.
Tidak, ya Allahku, takkan lagi aku menyalahgunakan kerahiman-Mu. Kubersyukur kepada-Mu atas terang yang Kauberikan kepadaku sekarang, dan kuberjanji mengubah hidupku. Aku melihat bahwa Engkau tak dapat lagi menanggung diriku. Dan akankah kutunggu sampai Engkau benar-benar mencampakkan aku ke dalam Neraka? Atau sampai Engkau bahwasanya meninggalkan aku kepada kehidupan yang fasik, yang akan menjadi hukuman yang lebih besar daripada ajal sendiri? Lihatlah, kusujud di kaki-Mu; terimalah diriku ke dalam rahmat-Mu. Aku tak pantas menerimanya; namun Engkau telah berkata: “Kefasikan orang fasik tidak akan menyakitinya, pada hari ia berpaling dari kejahatannya” (Yehezkiel xxxiii. 12). Maka ya Yesusku, jika aku di masa lalu telah menghina Kebaikan-Mu yang Tak Terhingga, aku sekarang bertobat dengan segenap hatiku, dan mengharapkan pengampunan-Mu. Akan kukatakan kepada-Mu bersama St. Anselmus, “Ah, jangan biarkan jiwaku binasa akibat dosa-dosanya, sebab Engkau telah menebusnya dengan darah-Mu”. Janganlah Engkau pandang kedurhakaanku, namun cinta yang telah menyebabkan-Mu wafat demi aku. Jikalau aku telah kehilangan rahmat-Mu, Engkau tidak kehilangan kuasa untuk memulihkannya kepadaku. Kasihanilah aku, maka dari itu, ya Penebusku yang terkasih. Ampunilah aku, dan berikanlah aku rahmat untuk mengasihi-Mu; senentara sejak hari ini sampai ke depannya, aku berjanji hanya mengasihi-Mu. Engkau telah memilih aku dari antara begitu banyak makhluk lainnya untuk mengasihi-Mu; Kau kupilih, ya Kebaikanku yang Terluhur, agar kucintai di atas segala kebaikan. Engkau mendahului aku dengan Salib-Mu; Engkau akan senantiasa kuikuti dengan salib yang Kauberikan supaya kupikul. Kurangkul segala mati raga dan rasa sakit yang mungkin datang kepadaku dari Engkau. Selama aku tidak kehilangan rahmat-Mu, diriku tenteram. Ya Maria, ya harapanku, perolehkanlah aku ketekunan dari Allah, dan rahmat untuk mengasihi-Nya, dan takkan kuminta apa-apa lagi dari engkau.
POIN KETIGA.
Orang sekarat yang di masa hidupnya telah mengabaikan kesejahteraan jiwanya, akan mendapati dedurian dalam segala sesuatu; dedurian ketika mengingat kesenangan-kesenangan masa lalu, persaingan yang dimenangkan, serta kemegahan yang dipertunjukkan; dedurian dalam para sahabat yang datang mengunjunginya, serta segala kenangan yang mereka bawa bersama diri mereka; dedurian dalam para bapa rohani, yang saling bergantian akan menolongnya; dedurian dalam Sakramen Tobat, Komuni dan Pengurapan Terakhir, yang harus diterimanya; dan juga duri dalam Salib yang akan ditempatkan di hadapannya, sembari ia membaca dalam gambaran itu betapa buruknya ia telah menanggapi cinta kasih Allah yang telah wafat demi menyelamatkan dirinya.
“Oh, betapa bodohnya aku ini!”, orang malang yang menderita itu akan berkata demikian. “Aku dulu bisa menjadi kudus, berkat segala terang dan kesempatan yang telah diberikan Allah kepadaku; aku mungkin bisa menjalani hidup yang bahagia dalam rahmat Allah; dan sekarang, apakah yang tersisa bagiku dari begitu banyaknya tahun yang telah berlalu, selain siksaan, kecurigaan, rasa takut, sesal nurani dan pertanggungjawaban yang harus dibereskan dengan Allah? Dan aku hampir tidak bisa berharap menyelamatkan jiwaku”. Dan kapankah dia akan berkata seperti itu? Ketika minyak pelitanya hampir terbakar habis, dan panggung dunia ini hampir tertutup; ketika ia sudah di ambang dua keabadian, bahagia dan celaka; ketika embusan napas terakhirnya sudah dekat, yang padanya bertumpu keberadaannya dalam sukacita atau dalam keputusasaan untuk selama-lamanya, selama Allah adalah Allah. Lalu berapakah harga yang hendak dibayarnya, supaya punya setahun lagi, sebulan lagi atau setidak-tidaknya sepekan lagi, dengan menggunakan pancaindranya; sebab ketika ia dirundung bimbang di kepalanya; kesesakan pada dadanya dan kesulitan bernapas, ia tak bisa berbuat apa-apa; ia tidak bisa merenung, tak bisa dirinya berjuang membuat pikirannya melakukan satu tindakan baik apa pun: ia mendapati dirinya sendiri ibarat terkurung dalam lubang kekacauan yang gelap, di mana ia tidak bisa membayangkan apa-apa selain kehancuran besar yang akan segera menimpanya, dan yang tak mampu dihindarinya. Maka ia hendak mengharapkan adanya waktu; namun akan dikatakan kepadanya, “Profiscere, pergilah; bergegaslah, bereskanlah pertanggungjawabanmu sebaik mungkin selama masa hidup yang singkat ini, dan pergilah; tidak tahukah engkau bahwa ajal tak menanti atau menghormati seorang pun?”
Oh, betapa besar ngeri yang akan dirasakannya ketika berpikir dan berkata demikian: “Pagi ini aku masih hidup; petang ini aku kemungkinan besar akan mati! Hari ini aku berada dalam ruangan ini; esok hari aku akan berada dalam kubur! Dan jiwaku, akan berada di mana jiwaku?” Betapa ngeri dirinya ketika melihat lilin yang disiapkan! Ketika melihat saudara-saudara sedarahnya disuruh meninggalkan kamarnya supaya tidak kembali lagi! Ketika penglihatannya mulai redup dan matanya mulai menggelap! Betapa ngeri dirinya itu pada akhirnya ketika lilin dinyalakan, karena ajal sudah dekat! Ya lilin, ya lilin, betapa banyakkah kebenaran yang akan tersingkap oleh terangmu! Oh, akan menjadi betapa berbedanya hal-hal dari yang tampak pada saat ini. Betapa jelasnya engkau akan menunjukkan kepada kami, bahwa segala barang dunia ini hanyalah kesia-siaan, kegilaan dan tipu daya! Namun apa gunanya bagi kita untuk memahami kebenaran-kebenaran ini, ketika sudah berlalu waktu untuk memanfaatkan itu semua?
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Allahku, tak Kauinginkan kematianku, namun Engkau ingin diriku bertobat dan hidup. Kubersyukur kepada-Mu karena telah menantikanku sampai sekarang, dan kubersyukur kepada-Mu atas terang yang Kauberikan kepadaku sekarang. Kuakui kesalahan yang telah kuperbuat dengan lebih tidak menyukai persahabatan-Mu daripada kenikmatan-kenikmatan hina bin celaka yang dengannya aku telah membenci-Mu. Kubertobat dan berduka dengan segenap hatiku, karena telah begitu menyalahi-Mu. Ah, janganlah Engkau berhenti selama sisa hidupku untuk menolong diriku dengan terang dan rahmat-Mu, supaya aku tahu dan melakukan yang harus kulakukan demi pembenahanku. Akan berguna apa bagiku kalau tahu kebenaran, ketika waktu perbaikan dirampas dari aku? “Janganlah menyerahkan jiwa-jiwa yang mengandalkan-Mu kepada binatang buas.” Ketika Iblis akan menggodaku supaya kembali menghina-Mu, ah, kumohon supaya Engkau, ya Yesusku, dengan jasa-jasa Sengsara-Mu, mengulurkan tangan-Mu dan menjagaku supaya tidak jatuh ke dalam dosa, dan kembali menjadi budak bagi para musuhku. Kabulkanlah agar aku pada waktu itu akan senantiasa berlindung kepada-Mu, dan tidak henti-hentinya menyerahkan diriku sendiri kepada-Mu selama godaan itu berlangsung. Darah-Mu adalah harapanku, dan kebaikan-Mu cintaku. Kucinta Kau, ya Allahku, Engkau yang patut akan cinta yang tak terhingga; kabulkanlah agar aku boleh senantiasa mengasihi-Mu. Buatlah diriku tahu, aku harus melepaskan diri dari hal-hal apa; namun hendaklah Engkau memberi aku kekuatan untuk melaksanakannya. Ya Ratu Surga, ya Bunda Allah, doakanlah aku yang berdosa ini; kabulkanlah agar dalam segala cobaan, aku boleh senantiasa berlindung kepada Yesus dan kepadamu, yang dengan perantaraanmu akan menjaga mereka yang berlindung kepadamu sehingga tidak jatuh.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 43-50.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...