^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Penggunaan Alkitab yang Pertama
Istilah “the Bible”, yang berarti “Alkitab”, sebagaimana yang digunakan untuk menyebut kitab-kitab dari Perjanjian Lama dan Baru, berasal dari Santo Yohanes Krisostomus, seorang uskup Katolik dari abad ke-4.
Orang-orang yang mengakui diri percaya akan Alkitab, yang tidak percaya akan agama Katolik mungkin tertarik untuk mengetahui bahwa sewaktu mereka berbicara tentang “Alkitab” sehubungan dengan kitab-kitab dari Perjanjian Lama dan Baru, mereka sedang menggunakan suatu istilah yang berasal dari orang kudus dan uskup yang beragama Katolik.
St. Yohanes Krisostomus, uskup Katolik
Santo Yohanes Krisostomus menerima dogma-dogma Katolik, antara lain: Ekaristi, Pengakuan Dosa, Imamat, dan Regenerasi melalui Pembaptisan. Kenyataan bahwa istilah “Alkitab” bermula dengan St. Yohanes Krisostomus diakui oleh sarjana alkitab Protestan F. F. Bruce.
Berikut adalah beberapa kutipan yang menarik sehubungan dengan Protestantisme dan Alkitab.
SEKELOMPOK ORANG PROTESTAN INGIN MENAMBAHKAN SURAT MARTIN LUTHER KING JR KEPADA PERJANJIAN BARU
Kutipan berikut menarik adanya untuk mengilustrasikan lebih lanjut ketidakpastian dan kesesatan agama Protestan:
Martin Luther King Jr.
Banyak orang Protestan akan menganggap sebagai usul yang absurd bahwa surat Martin Luther King Jr. harus ditambahkan kepada Perjanjian Baru. Tetapi, peristiwa itu menuntun kita kepada pertanyaan-pertanyaan yang lebih luas: seperti apakah cakupan kanon Alkitab – yakni, daftar yang pasti dari buku-buku yang merupakan dari Alkitab? Apakah kanon Alkitab sudah ditetapkan dan tidak dapat diganggu gugat? Jika ya, kapankah kanon itu ditetapkan dan bagaimana kita dapat mengetahuinya? Orang-orang Katolik tahu seperti apa Kanon Alkitab itu berdasarkan ajaran Gereja yang didirikan oleh Kristus; tetapi, bagaimanakah seorang non-Katolik dapat mengetahuinya? Alkitab sendiri tidak berbicara tentang kitab-kitab mana yang merupakan bagian dari Alkitab.
Sehubungan dengan surat Martin Luther King Jr., banyak orang Protestan akan menjawab dengan berkata: “Tentunya, suatu karya yang ditulis 1.000 tahun setelah periode apostolik tidak pantas dijadikan bagian dari Kitab Suci.”
Baiklah, lalu bagaimana dengan karya-karya dari periode apostolik yang ditulis oleh para pria yang mengenal para rasul, seperti Klemens dari Roma atau Polikarpus dari Smirna? Ireneus, penulis Kristen dari abad terawal berkata bahwa Klemens dari Roma (paus keempat) mengenal para rasul dan telah bercakap-cakap dengan mereka. 1 Klemens (surat Klemens kepada jemaat di Korintus) juga diikutsertakan di dalam sejumlah besar kumpulan kitab-kitab kuno. Sebagai satu contoh saja, 1 Klemens diikutsertakan dengan kitab-kitab Perjanjian Baru di dalam Codex Alexandrinus, salah satu manuskrip Perjanjian Baru yang paling terkenal di dunia dan salah satu dari sejumlah kecil manuskrip Yunani kuno yang pada hakikatnya mengikutsertakan Alkitab secara lengkap (baik Perjanjian Lama maupun Baru).
1 Klemens (surat Klemens kepada jemaat di Korintus) juga mengaku sebagai karya yang diilhami.
Klemens dari Roma
Hanya dari otoritas yang infalibel dari Gereja yang didirikan oleh Kristuslah (Mt. 16:18-20; 18:17; 1 Tim. 3:15, dll.), yang menimba dari Kitab Suci serta Tradisi, kita dapat mengetahui secara pasti bahwa surat Klemens (walaupun surat itu amat sangat berharga dan penting) bukanlah bagian dari kanon Kitab Suci yang resmi. Alkitab sendiri mengajarkan bahwa seseorang harus menerima Kitab Suci dan Tradisi (lihatlah 2 Tesalonika 2:14). Kenyataannya, Alkitab sendiri mengajarkan bahwa Alkitab merupakan suatu tradisi. Alkitab juga mengajarkan bahwa seseorang harus mendengarkan Gereja (Mt. 18:17).
Di samping cakupan Kanon (yakni, kitab-kitab mana yang diikutsertakan di dalam Alkitab), perkara kepengarangan Alkitab juga sangat penting. Beberapa kitab dari Perjanjian Baru ditulis secara anonim (tanpa nama penulis); kita hanya tahu siapa penulis kitab-kitab tersebut melalui tradisi Kristiani dari luar Alkitab. Tetapi, kepengarangan berkaitan dengan ilham. Kitab yang terilhami di dalam Perjanjian Baru harus memiliki suatu hubungan dengan seorang rasul atau seseorang yang berhubungan dengan seorang rasul, agar dapat dianggap autentik. Seorang non-Katolik yang mengklaim bahwa Alkitab adalah SATU-SATUNYA pedoman iman yang infalibel sama sekali tidak memiliki jalan untuk secara pasti membereskan perkara cakupan Kanon Alkitab atau kepengarangan Alkitab yang anonim; sebab Alkitab sendiri tidak berbicara tentang cakupan Kanonnya atau siapakah penulis dari setiap kitabnya.
“KUMPULAN YANG FALIBEL DARI KITAB-KITAB YANG INFALIBEL”
Karena Alkitab tidak berbicara tentang kitab-kitab mana yang merupakan bagian dari “Alkitab”, satu-satunya cara yang infalibel untuk mengetahui kitab-kitab mana yang termasuk bagian Alkitab adalah jika anda memiliki suatu otoritas yang infalibel dari luar Alkitab (yakni, Gereja). Karena doktrin Protestan, sola scriptura, meniadakan segala pedoman iman lainnya yang bersifat infalibel, orang-orang Protestan yang memikirkan perkara ini secara lebih cermat terpaksa mengakui bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan yang infalibel tentang kanon Alkitab.
Kenyataan itu membuat para Protestan memiliki suatu “kumpulan yang falibel dari kitab-kitab yang infalibel”.
Menimbang perkara ini, R. C. Sproul, seorang Protestan yang terkenal sungguh berkata demikian (dan jelas bahwa orang-orang Protestan lainnya juga menganut pandangannya ini):
Pikirkanlah pernyataan ini dengan cermat. Pertimbangkanlah logikanya, atau sebaliknya, ketidaklogisannya. Tidak perlu dipertanyakan bahwa suatu “kumpulan yang falibel dari kitab-kitab yang infalibel” adalah ALKITAB YANG FALIBEL.
Sebab jika kumpulan itu bersifat falibel, lantas, apa yang termuat di dalam kumpulan itu juga bersifat falibel. Beberapa orang mungkin menanggapi dengan berkata: tidak, kumpulannya secara keseluruhan bersifat falibel, tetapi terdapat bagian-bagian yang infalibel di dalam kumpulan yang falibel itu.
Tetapi, tanggapan itu gagal, sebab jika anda tahu bagian mana dari kumpulan itu yang bersifat infalibel, maka, anda dapat dengan mudah membatasi kumpulan itu hanya kepada bagian-bagiannya yang infalibel. Dengan demikian, anda akan memiliki SUATU KUMPULAN YANG INFALIBEL dari kitab-kitab yang infalibel, dan bukan “kumpulan yang infalibel” dari kitab-kitab yang infalibel. Kenyataan bahwa anda mengaku tidak mampu membatasi kumpulan itu hanya kepada bagian-bagiannya yang infalibel, tetapi bahwa anda memiliki suatu KUMPULAN YANG FALIBEL, membuktikan bahwa anda tidak dapat menentukan dengan kepastian bagian-bagian yang mana dari kumpulan itu yang bersifat infalibel dan bagian-bagian yang mana yang tidak infalibel, sehingga anda dapat memisahkan bagian-bagian yang falibel.
Akibatnya, apa yang anda miliki adalah kumpulan yang falibel dan falibilitas itu berlaku kepada dan menulari segala sesuatu yang ada di dalam kumpulan itu, sehingga anda secara pasti lantas menganut posisi yang bidah bahwa Alkitab bersifat FALIBEL. Demikianlah perwujudan bidah sola scriptura (ajaran sesat yang menyangkal peran yang diberikan oleh Kristus kepada Gereja dan otoritas yang diberikan-Nya kepada Tradisi Kristiani), yang secara sederhana sampai kepada salah satu dari berbagai macam kesimpulannya yang absurd. Kunjungilah situs kami vatikankatolik.id, dan bacalah buku kami, Kitab Suci Membuktikan Ajaran-Ajaran Gereja Katolik, untuk tahu lebih banyak tentang poin yang satu ini.
MARTIN LUTHER: PENGANIAYA ALKITAB YANG DIPENGARUHI IBLIS
Berikut sebuah kutipan dari Martin Luther sehubungan dengan kitab 2 Makabe dan Ester. Dalam rujukan terhadap bagaimana kitab 2 Makabe (bab 12, ayat 45 dan selanjutnya) mengajarkan doa untuk orang yang sudah meninggal dan juga sesuatu yang tidak disukainya di dalam kitab Ester, ia berkata:
Nah, 2 Makabe ditiadakan dari Alkitab Protestan. Kitab itu diikutsertakan di dalam Alkitab Katolik. Ester adalah bagian dari Alkitab Protestan. Jadi, sehubungan dengan sebuah kitab yang diterima oleh kaum Protestan, Luther berkata: ‘Aku sangat membenci Ester’ sehingga ia berharap kitab itu tidak pernah ada. Ini adalah suatu contoh lain bagaimana Martin Luther adalah seorang bidah satanik yang liar dan kenyataan bahwa jutaan orang yang mengaku diri Kristen memandangnya sebagai seorang pahlawan adalah suatu komentar yang menyedihkan tentang kemanusiaan.
ALKITAB DALAM BAHASA JERMAN
Berikut suatu kutipan yang menarik tentang bagaimana, tidak seperti kepercayaan beberapa orang non-Katolik, Alkitab sudah ada dalam bahasa Jerman sebelum Martin Luther.
Berikut suatu kutipan lain yang menarik tentang bagaimana Alkitab sudah ada dalam bahasa Jerman sebelum Martin Luther:
Kutipan ini menarik karena banyak orang Protestan akan berkata bahwa Alkitab tidak ada dalam bahasa Jerman sebelum Martin Luther. Pernyataan semacam itu tidak benar.
ORANG-ORANG PROTESTAN MERAGUKAN DAN MEMISAHKAN KITAB-KITAB IBRANI, YAKOBUS, YUDAS, DAN WAHYU
Luther mengakui bahwa surat kepada jemaat Ibrani memuat beberapa hal yang baik, tetapi ia juga berkata:
Orang-orang Protestan sering memahami kayu, rumput kering, atau Jerami sebagai tradisi-tradisi manusia atau ajaran-ajaran manusia atau perbuatan-perbuatan buruk yang tidak dilakukan demi kemuliaan Allah. Maka, apa yang dikatakan oleh Luther di sini adalah bahwa Surat kepada Jemaat Ibrani tidak bersifat infalibel. Surat itu mungkin memuat unsur-unsur yang tidak berkenan kepada Allah. Jelas bahwa ia tidak percaya, setidaknya pada waktu ini, bahwa surat kepada jemaat Ibrani diilhami oleh Allah dan bersifat infalibel.
Mengenai kitab Wahyu, Martin Luther berkata:
Ia juga berkata bahwa ia “tidak menemukan di dalamnya jejak Roh Kudus”.
Martin Luther juga meragukan kitab Yudas. Dan sehubungan dengan kitab Yakobus, ia berkata:
Tentunya, klaimnya bahwa kitab-kitab lain menentang ajaran Yakobus tentang justifikasi adalah klaim yang salah, yang berasal dari kesalahpahaman Luther sendiri tentang apa yang diajarkan oleh kitab-kitab yang lain itu. Kitab-kitab yang lain itu tidak mengajarkan pandangan sesatnya tentang justifikasi melalui iman saja, tetapi menarik adanya bahwa ia mengakui bahwa Surat Yakobus memang menentang pandangannya tentang justifikasi, dan oleh karena itu, ia menolak kitab tersebut.
Nah, seturut teladan Luther yang bidah, kitab-kitab ini – Ibrani, Yakobus, Yudas, dan Wahyu sering kali dipisahkan sewaktu Perjanjian Baru dicetak oleh para Protestan. Kitab-kitab itu diikutsertakan di dalam pencetakannya, tetapi dipisahkan dari kitab-kitab yang lain karena dianggap “disangsikan” atau “diragukan”.
Berikut suatu kutipan yang menarik dari Alister McGrath. Ia menulis sebuah buku yang berjudul In The Beginning [Pada Awalnya] dan ia menunjukkan bahwa William Tyndale, seorang pria yang dielu-elukan oleh banyak orang Protestan, juga memisahkan keempat kitab ini: Ibrani, Yakobus, Yudas, dan Wahyu. McGrath berkata bahwa di dalam cetakan Perjanjian Barunya yang terkenal:
Beberapa orang mengajukan bahwa Tyndale sendiri tidak merasa condong untuk meragukan keempat kitab itu, tetapi terdesak untuk menempatkan keempatnya pada akhir Alkitabnya agar dapat membuat terjemahannya dicetak. Tetapi, keadaan semacam itu tidak membenarkan perilaku Tyndale, sebab seandainya ia berpendapat secara kuat bahwa keempat kitab tersebut adalah bagian dari Alkitab, ia tidak akan telah mencetak sebuah Alkitab yang menyiratkan gagasan yang sebaliknya. Inilah suatu contoh bagaimana para Protestan, karena mereka telah menolak otoritas Gereja yang didirikan oleh Kristus, bahkan tidak mampu mengidentifikasikan isi dari satu-satunya pedoman iman milik mereka dan membuat-buat aturan seenaknya saja.
William Tyndale
Nah, beberapa orang mungkin menjawab dengan berkata bahwa pada masa Gereja awal, terdapat keraguan dan perdebatan tentang kitab mana yang merupakan bagian dari Alkitab. Dan hal itu memang benar; tetapi inti permasalahannya adalah bahwa seorang Katolik dapat melihat keputusan otoritatif dari Gereja untuk membuat jelas masalah itu. Dan sekalinya Gereja mengeluarkan proklamasinya yang otoritatif, umat Katolik dapat memiliki kepastian tentang perkara itu. Sebaliknya, para Protestan, karena mereka menjunjung Alkitab sebagai satu-satunya otoritas mereka yang infalibel, sama sekali tidak memiliki jalan untuk membereskan perkara itu. Dan jika para pendiri agama Protestan sendiri (seperti Tyndale dan Luther) dahulu memandang sebagai diragukan kitab-kitab yang diterima oleh para Protestan di zaman ini, hal itu menunjukkan bahwa seluruh tradisi mereka adalah tradisi yang bejat buatan manusia. Dan jika para “pahlawan” Protestantisme sendiri tidak mampu mengidentifikasikan secara jelas isi dari satu-satunya pedoman iman yang infalibel yang mereka miliki, lantas kapankah orang-orang “Kristen” dapat melakukannya? Apakah setelah Luther? Apakah pada tahun 1700-an? Kenyataannya, sekalinya mereka menolak otoritas Gereja yang didirikan oleh Kristus, setiap orang mengandalkan “pendapatnya masing-masing”, sebagaimana yang ditulis oleh Luther dalam diskusinya tentang perkara ini:
Omong-omong, menarik untuk dicatat bahwa William Tyndale, di dalam Perjanjian Barunya, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris modern awal sekitar tahun 1525, menerjemahkan Lukas 1:28, ayat tentang Santa Perawan Maria, sebagai berikut:
Terjemahan Lukas 1:28 ini, yang menyatakan Maria sebagai penuh rahmat, akan ditolak oleh banyak orang Protestan pada zaman ini.
Demikianlah kutipan-kutipan yang hendak saya bahas.
Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 3 mingguBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 4 bulanBaca lebih lanjut...Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta...
fidelis Budi Suryanto 4 bulanBaca lebih lanjut...Are the FSSP and SSPX right on the sacraments?
Petrus Fiter Panco 4 bulanBaca lebih lanjut...Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 6 bulanBaca lebih lanjut...