^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Pengakuan Dosa dengan Padre Pio
Yohanes 20:21-23: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu. Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
Di dalam Injil Yohanes, kita melihat kekuatan pengampunan dosa yang dianugerahkan oleh Yesus Kristus kepada para Rasul. Kekuatan untuk mengampuni dosa yang diberikan kepada para imam yang ditahbiskan secara valid oleh seorang uskup akan memainkan peran yang menonjol di dalam hidup dan mukjizat-mukjizat Padre Pio. Dari tahun 1918 sampai 1923, Padre Pio mendengarkan pengakuan-pengakuan dosa dari lima belas sampai sembilan belas jam setiap hari. Pada tahun 1940-an dan 1950-an, secara umum ia mendengarkan pengakuan-pengakuan dosa kurang dari waktu tersebut, tetapi tetap dalam jangka waktu yang lama, lima sampai delapan jam setiap harinya.[1]
Rata-rata pengakuan dosa yang dibuat kepada Padre Pio berlangsung selama tiga menit saja. Menurut suatu perkiraan, Padre Pio mendengarkan kira-kira lima juta pengakuan dosa.[2]
Begitu banyak orang menginginkan Padre Pio untuk mendengarkan pengakuan-pengakuan dosa mereka sehingga pada umumnya mereka harus menunggu dua sampai tiga minggu sebelum datang giliran mereka.[3] Jumlah orang-orang tersebut menjadi begitu besar sehingga diperlukan suatu kantor untuk memberikan tiket. Tiket-tiket tersebut dinomori; mereka menunjukkan tempat seseorang di dalam antrian untuk pengakuan dosa kepada Padre Pio.[4] sistem penomoran ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari 1950.[5] Suatu aturan juga ditetapkan bahwa seseorang tidak dapat pergi mengaku dosa kepada Padre Pio lebih dari sekali dalam delapan hari.
Seorang pria dari Padua, yang telah pergi mengaku dosa kepada Padre Pio, mencoba untuk pergi mengaku dosa kembali sebelum delapan hari masa menunggunya berakhir. Untuk menghindari masa menunggu itu, ia berbohong tentang jumlah hari yang telah berlangsung setelah pengakuan dosanya yang terakhir kepada Padre Pio. Sewaktu ia memasuki bilik pengakuan dosa, Padre Pio mengusirnya dan dengan keras menuduhnya akan kebohongannya. Setelah diusir, sang pria berkata dengan menangis, “Saya telah mengatakan banyak kebohongan selama hidup saya dan saya berpikir bahwa saya dapat menipu Padre Pio pula.”[6] Tetapi Padre Pio memiliki pengetahuan supernatural akan tindakannya.
Padre Pio menuntut setiap pengakuan dosa untuk menjadi perubahan sejati. Ia tidak mentolerir kurangnya kejujuran akan penjelasan tentang dosa-dosa. Ia begitu keras kepada mereka yang membuat alasan-alasan, berkata secara tidak tulus, atau tidak memiliki resolusi yang kuat untuk berubah. Ia menuntut keterusterangan dan kejujuran yang menyeluruh dari para peniten. Ia juga mewajibkan dukacita hati yang sejati dan tulus, dan kekokohan yang mutlak dari resolusi-resolusi seseorang untuk waktu yang mendatang.[7]
Banyak dari para peniten Padre Pio membuat pernyataan yang mengejutkan bahwa , sewaktu berada di dalam bilik pengakuan dosa, mereka mengalami kesan yang menakjubkan bagaikan mereka berada di dalam pengadilan Allah.[8]
Jika sang peniten tidak jujur, atau hanya membacakan daftar dosa-dosanya tanpa resolusi yang kuat untuk berubah, Padre Pio sering menggeram “keluar.”[9] Banyak orang berkata bahwa Padre Pio kasar dan marah, bahwa kadangkala ia menutup secara cepat dan kasar panel pengakuan dosa di depan wajah sang peniten. Padre Pio sering mencela sang peniten dengan kata-kata yang menyakitkan.[10]
Seorang pria yang diusir dari bilik pengakuan dosa oleh Padre Pio menyatakan: “Biarawan bajingan macam apakah ia itu? Ia tidak memberikan saya waktu untuk berkata satu patah kata pun, tetapi langsung menyebut saya seorang babi tua dan menyuruh saya untuk keluar!” Orang lain berkata kepada sang pria bahwa Padre Pio mungkin memiliki alasan-alasan yang baik untuk menyebutnya babi tua dan memperlakukannya demikian. “Saya tidak tahu mengapa,” kata sang pria yang telah diusir ke luar dari bilik pengakuan dosa; dan lalu setelah ia berhenti sejenak, sang pria berkata: “kecuali karena saya tinggal bersama seorang wanita yang bukan istri saya.”[11]
Padre Pio juga mengusir imam-imam dan uskup-uskup tertentu ke luar dari bilik pengakuan dosanya.[12] Padre Pio sekalinya berkata kepada seorang imam: “Jika saja anda mengetahui sepenuhnya betapa menyeramkannya untuk duduk di dalam penghakiman pengakuan dosa! Kita membagikan Darah Kristus. Kita harus berhati-hati agar kita tidak melemparkannya karena kita terlalu lunak atau teledor.”[13]
Seorang pria lain pergi mengaku dosa kepada Padre Pio untuk mengujinya. Ia ingin melihat jika Padre Pio dapat mengetahui bahwa ia berbohong. Sang pria berkata kepada Padre Pio bahwa ia tidak berada di sana untuk mengakui dosa-dosanya, melainkan untuk meminta doa untuk seorang saudara. Hal ini tidaklah benar dan Padre Pio langsung mengetahuinya. Padre Pio menamparnya dan menyuruhnya keluar bilik pengakuan dosa.[14]
Seorang wanita yang datang dalam perjalanan panjang untuk menemui Padre Pio berkata kepadanya di dalam pengakuan dosa, “Padre Pio, empat tahun lalu, saya kehilangan suami saya dan saya tidak pergi ke gereja sejak saat itu.” Padre Pio berkata: “Karena anda kehilangan suami, anda juga kehilangan Allah? Enyah! Enyahlah!” sewaktu ia dengan cepat menutup pintu bilik pengakuan dosa.
Tidak lama setelah peristiwa ini, sang wanita yang sama mendapatkan imannya kembali, dan menghubungkannya kepada cara Padre Pio memperlakukannya – mungkin ia mengakui bagaimana ia telah menempatkan keterlekatannya terhadap suaminya di atas Allah.[15]
Andre Mandato berbicara tentang waktu ia pergi mengaku dosa kepada Padre Pio: “Saya telah pergi ke gereja setiap hari Minggu tetapi saya tidak memiliki kepercayaan yang kuat akan pengakuan dosa. Saya jarang pergi. Saya mulai percaya akan pengakuan dosa hanya setelah saya pergi ke Padre Pio. Pertama kalinya saya pergi mengaku dosa kepadanya, ia mengatakan kepada saya dosa-dosa apa yang saya telah perbuat.”[16]
Katharina Tangeri menggambarkan pengalaman mengaku dosa kepada Padre Pio:
“...Padre Pio memulai dengan menanyakan kita berapa lama setelah pengakuan dosa terakhir kita. Pertanyaan pertama ini memulai hubungan antara Padre Pio dan sang peniten; tiba-tiba kelihatannya bagaikan Padre Pio mengetahui segala sesuatu tentang kita. Jika jawaban-jawaban kita [sang peniten] tidak jelas atau tidak tepat, ia akan mengoreksinya; kita akan mendapatkan perasaan bahwa... matanya dapat melihat jiwa kita bagaikan benar-benar berada di depan Allah.”[17]
Padre Pio berkomentar tentang jumlah pengakuan dosa yang ia dengarkan, dan bagaimana ia dapat melakukannya: “Terdapat masa-masa di mana saya mendengarkan pengakuan dosa tanpa henti selama delapan belas jam berturut-turut. Saya tidak memiliki waktu untuk diri saya sendiri. Tetapi Allah membantu saya dengan efektif di dalam pelayanan saya. Saya merasakan kekuatan untuk menanggalkan segala hal, selama jiwa-jiwa kembali kepada Yesus dan mencintai Yesus.”[18]
John McCaffery pergi mengaku dosa kepada Padre Pio dan ia menuliskan pengalamannya yang menakjubkan. McCaffery menginginkan Padre Pio untuk berdoa untuk beberapa temannya.
McCaffery mengingat: “Lalu, pada saat suatu jeda waktu, saya mulai berkata ‘Lalu, Padre...’, tetapi ia menyela saya dengan tersenyum dan berkata: ‘Ya, saya akan mengingat teman-teman anda pula!”[19]
Seorang wanita yang bernama Nerina Noe pergi mengaku dosa kepada Padre Pio. Ia berkata kepadanya bahwa ia berpikir untuk berhenti merokok, ia tidak menyangka akan mendapatkan jawaban yang kasar dari Padre Pio untuknya: “Wanita yang merokok menjijikkan.”[20]
Frederick Abresch adalah salah satu peniten yang telah berkonversi setelah ia pergi mengaku dosa kepada Padre Pio. Berikut adalah beberapa hal yang digambarkannya di dalam cerita tentang konversinya yang mengagumkan:
“Pada bulan November 1928, sewaktu saya pergi mengunjungi Padre Pio untuk pertama kalinya, waktu itu sudah beberapa tahun setelah saya berubah dari Protestan menjadi Katolik, yang saya lakukan untuk hubungan sosial. Saya tidak memiliki iman; paling tidak saya sekarang mengerti bahwa saya berada di bawah suatu ilusi bahwa saya memilikinya {pada waktu itu}. Karena saya dibesarkan di dalam keluarga yang sangat anti-Katolik dan diajarkan sangat melawan dogma-dogma sampai tidak cukup hanya diberi tahu, saya selalu gemar akan rahasia dan hal-hal yang misterius.
“Saya bertemu seorang teman yang memperkenalkan saya kepada misteri-mister spiritisme. Tetapi, dengan sangat cepat, saya menjadi muak akan pesan-pesan yang tidak berkesimpulan dari kuburan; saya menjelajahi dengan penuh semangat hal-hal okultik, berbagai ilmu gaib, dsb. Lalu saya bertemu seorang pria yang menyatakan dengan aura yang misterius, bahwa ia memiliki satu-satunya kebenaran: ‘teosofi’. Saya segera menjadi pengikutnya, dan di atas lemari-lemari kami, kami mulai mengumpulkan buku-buku dengan judul-judul yang menarik dan menggoda. Dengan penuh kepercayaan diri dan keangkuhan, saya menggunakan kata-kata seperti Reinkarnasi, Logos, Brahma, Maja, dengan tidak sabar menunggu suatu kenyataan yang besar dan baru yang seharusnya terjadi.
“Saya tidak tahu mengapa, walaupun saya percaya bahwa saya melakukan hal ini terutama untuk menyenangkan istri saya, tetapi dari waktu ke waktu saya tetap mengunjungi Sakramen kudus. Ini adalah keadaan jiwa saya sewaktu, pertama kalinya, saya mendengar tentang sang Bapa Kapusin yang telah digambarkan kepada saya sebagai sebuah salib yang hidup, yang membuat mukjizat-mukjizat yang terus menerus.
“Karena saya menjadi penasaran... Saya memutuskan untuk pergi dengan mata kepala saya sendiri... Saya berlutut di bilik pengakuan dosa [dan berkata kepada Padre Pio bahwa]... saya menganggap pengakuan dosa sebagai suatu institusi sosial dan pendidik, tetapi bahwa saya tidak percaya akan keilahian Sakramen sama sekali... Sang Padre, tetapi, berkata dengan ungkapan yang penuh dukacita, ‘Bidah! {Pengikut ajaran sesat} Lalu semua Komuni anda itu nista... anda harus membuat pengakuan dosa umum. Periksalah batin anda dan ingatlah waktu anda membuat pengakuan dosa yang baik terakhir kali. Yesus sudah lebih berbaik hati terhadap anda daripada dengan Yudas.’
“Lalu, ia memandang di atas kepala saya dengan mata yang keras, lalu berkata di dalam suara yang kuat, ‘Terpujilah Yesus dan Maria!’ dan pergi ke gereja untuk mendengarkan pengakuan-pengakuan dosa para wanita, sewaktu saya menetap di dalam sakristi, begitu tergerak dan kagum. Kepala saya berputar dan saya tidak dapat berkonsentrasi. Saya tetap mendengar di dalam telinga saya: ‘Ingatlah waktu anda membuat pengakuan dosa yang baik terakhir kali!’ Dengan susah payah saya dapat mencapai keputusan berikut: saya akan berkata kepada Padre Pio bahwa saya sebelumnya seorang Protestan, dan walaupun setelah saya membuat pernyataan abjurasi {pernyataan yang khidmat bahwa seseorang meninggalkan segala pandangan sesat untuk berkonversi kepada iman Katolik} saya dibaptis kembali (pembaptisan bersyarat), dan semua dosa dari hidup saya yang lama telah dihapuskan berkat Pembaptisan kudus, bagaimanapun, agar saya menjadi tenang, saya ingin membuat pengakuan dosa dari masa kanak-kanak saya.
“Sewaktu Padre kembali ke bilik pengakuan dosa, ia mengulangi pertanyaannya kepada saya: ‘Lalu, kapan anda terakhir kali membuat pengakuan dosa yang baik?’ Saya menjawab, ‘Romo, sewaktu saya sedang...’ tetapi pada saat itu, Padre menyela saya dan berkata, ‘...terakhir kali anda membuat pengakuan dosa yang baik adalah sewaktu anda kembali dari bulan madu anda, mari meninggalkan yang lain dan mulai dari saat itu!’
‘Saya tetap membisu, terguncang, dan saya mengerti bahwa saya telah mengalami suatu hal yang supernatural. Tetapi Padre tidak memberi saya waktu untuk berpikir. Ia menyembunyikan pengetahuannya akan seluruh masa lalu saya, dan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, ia mengucapkan satu per satu kesalahan-kesalahan saya dengan tepat dan jelas... Setelah Padre telah menyebutkan semua dosa berat saya, dengan kata-kata yang mengagumkan ia membuat saya mengerti betapa parahnya kesalahan-kesalahan tersebut, dan menambahkan dengan nada suara yang tidak terlupakan, ‘Anda telah menyanyikan lagu kepada Setan, sedangkan Yesus di dalam cinta-Nya yang membara telah mematahkan leher-Nya sendiri untuk anda.’ Lalu ia memberikan kepada saya penitensi dan absolusi... Saya percayea bukan hanya akan dogma-dogma Gereja Katolik, tetapi juga akan perayaan-perayaannya yang terkecil sekali pun... jika seseorang ingin merenggut iman ini, ia sekalian saja merenggut nyawa saya.”[21]
Joe Greco, yang sekarang sangat berdevosi kepada Padre Pio, bermimpi di mana ia bertemu Padre Pio di jalan dan memintanya untuk menyelamatkan ayahnya yang sakit. Seketika ayah Joe sembuh setelah mimpi tersebut. Untuk berterima kasih kepada Padre Pio, Joe memutuskan untuk pergi menemuinya secara langsung. Setelah menunggu empat hari, Joe dapat bertemu dengan Padre Pio untuk mengaku dosa. Joe menggambarkan pertemuan tersebut:
“Inilah yang benar-benar terjadi, sewaktu Padre Pio melihat saya, ia berkata: ‘Nah, ayah anda baik-baik, kan.’ Saya begitu terguncang karena saya tidak pernah sebelumnya mengunjungi San Giovanni Rotondo. Saya tidak pernah bepergian ke tempat itu sebelumnya, dan tidak pun saya mengenal seorang pun di sana. Tetapi saya mengajukan di dalam pikiran saya suatu pertanyaan kepadanya, saya berkata ‘itukah anda, itukah anda?’ Dan ia menjawab, ‘di dalam mimpi, di dalam mimpi.’ Saya gemetar, saya begitu ketakutan, jujur saja. Saya berkata, ‘ya Romo, di dalam mimpi, Romo.’ Saya menyebutkan dosa-dosa saya kepadanya, dan sebelum ia memberikan saya absolusi ia berkata kepada saya: ‘nah, sekarang anda harus mengetahui sesuatu yang lain’ [yang tidak anda katakan di dalam pengakuan dosa]. Saya berkata, ‘wah Romo, saya tidak dapat mengingat hal lain.’ Padre Pio lalu menggambarkan suatu kejadian dengan seorang gadis di taman sewaktu saya pertama kali bertugas sebagai tentara. Saya menjadi ingat akan hal tersebut. Saya berharap bahwa tanah di bawah saya terbuka untuk menelan saya, saya begitu malu. Lalu saya berkata kepada Padre Pio, ‘Ya Romo, saya ingat akan hal itu dan saya mohon maaf karena saya lupa menyebutkannya di dalam pengakuan dosa, saya begitu malu.’ ‘Ya,’ katanya, ‘anda telah membawa dosa ini ke mana-mana bersama anda sejak 1941, dan tempatnya adalah di Blackburn, inilah kenyataannya.’ Dan saya berdiri untuk pergi dan Padre Pio berkata, ‘Ada suatu hal lain yang anda telah lupakan,’ dan terdapat suatu senyum kecil di wajahnya. Saya berkata, ‘Oh tidak Romo, benar-benar tidak ada hal lain yang saya dapat ingat.’ Saya pikir hal tersebut adalah tentang dosa tertentu. Dan ia berkata: ‘lihatlah ke dalam saku anda.’ Lalu saya mengambil manik-manik rosario saya ke luar [dari saku saya], saya memberikannya kepadanya, ia memberkati manik-manik tersebut dan memberikannya kepada saya. Begitulah cerita saya.”
Seorang pria berkata kepada Padre Pio di dalam pengakuan dosa: “Tetapi saya melekat kepada dosa-dosa saya, untuk saya, dosa-dosa saya diperlukan untuk hidup. Bantulah saya untuk mencari obatnya.” Padre Pio memberikannya suatu doa kepada St. Mikhael Malaikat Agung untuk didoakan setiap hari selama empat bulan.[22]
Don Nello Castello, seorang imam dari Padua, Italia, yang telah mengaku dosa kepada Padre Pio ratusan kali, mengingat pengalaman-pengalamannya yang menakjubkan:
“Saya pergi mengaku dosa kepada Padre Pio setidaknya seratus kali. Saya ingat pertama kali, kata-katanya menyentak dan menerangi saya. Nasihat-nasihat yang diberikan olehnya mencerminkan pengetahuan yang persis akan hidup saya dari masa lalu dan untuk masa depan. Kadangkala ia mengagetkan saya dengan saran-saran yang tidak berhubungan dengan dosa yang saya akui. Tetapi peristiwa-peristiwa selanjutnya membuat hal tersebut jelas bahwa nasihatnya adalah suatu nubuat. Di dalam suatu pengakuan dosa di tahun 1957, ia berkata lima kali dengan penuh desakan tentang pertanyaan yang sama, dengan kata-kata yang berbeda, dan mengingatkan saya tentang suatu kesalahan yang buruk akan ketidaksabaran. Terlebih lagi, ia mencerahkan saya akan sebab-sebab dasar yang membangkitkan ketidaksabaran itu. Ia menggambarkan kepada saya perilaku yang saya harus ikuti untuk menghindari ketidaksabaran di masa depan. Hal ini terjadi tanpa saya berkata sepatah kata pun tentang masalah tersebut. Oleh karena itu ia mengenali masalah-masalah saya lebih baik dari saya dan menasihati saya bagaimana dapat mengatasi mereka.”[23]
Dari antara mereka yang datang untuk menemui Padre Pio, terdapat beberapa orang yang mengaku tidak percaya. Beberapa dari mereka datang untuk menemuinya karena penasaran, yang lain untuk mengolok-olok Padre Pio dan Allah.
Dua Freemason {kelompok rahasia yang bersekongkol untuk menghancurkan Gereja Katolik lewat penyusupan} yang begitu melawan Allah dan Gereja Katolik, memutuskan untuk membuat pengakuan dosa palsu kepada Padre Pio akan dosa-dosa yang mereka buat-buat. Tujuan mereka adalah untuk menistakan Sakramen Pengakuan Dosa. Para pria ini mengunjunginya pada waktu yang berbeda-beda. Sewaktu mereka memulai untuk mengakui dosa mereka yang mereka buat-buat, Padre Pio menghentikan mereka, dan berkata kepada mereka bahwa ia mengetahui apa yang mereka lakukan, dan lalu memulai untuk memberi tahu mereka apa saja dosa-dosa mereka yang sesungguhnya, waktu, dan bagaimana mereka melakukannya. Kedua pria tersebut begitu tertegun sampai beberapa hari berikutnya, mereka bertobat dari hidup mereka yang penuh dosa dan berkonversi.[24]
Seorang Komunis yang tidak beriman juga datang untuk mengaku dosa kepada Padre Pio. Pada waktu itu ia belum meninggalkan kepercayaannya yang jahat. Padre Pio mengusirnya dari bilik pengakuan dosa, dan berkata: “Apa yang anda lakukan di depan pengadilan Allah jika anda tidak percaya? Enyah! Enyahlah! Anda seorang Komunis!”[25]
Di dalam bilik pengakuan dosa, Padre Pio mengatakan hal-hal semacam ini:
“Mengapa anda menjual jiwa anda kepada Iblis?... Sungguh tidak bertanggung jawab!... Anda berada di dalam jalan menuju Neraka!”... Oh pria yang teledor, pergilah pertama-tama untuk bertobat, lalu datang ke sini...!”[26]
Di dalam bilik pengakuan dosa, seseorang mempertanyakan jika Neraka benar-benar ada. Padre Pio menjawabnya, “Anda akan percaya sewaktu anda berada di sana.”[27]
Padre Pio menganggap bahwa perkembangan hidup rohani memerlukan pengakuan dosa yang sering dilakukan. Ia pergi mengaku dosa setidaknya sekali dalam seminggu. Ia tidak pernah ingin anak-anak rohaninya tidak mengaku dosa setidaknya sekali dalam sepuluh hari.[28]
Sekalinya Padre Pio ditanyakan: “Kami mengaku segala sesuatu yang kami dapat ingat atau ketahui, tetapi mungkin Allah melihat hal-hal lain yang kami tidak dapat ingat?” Ia menjawab: “Jika kita mengerahkan di dalamnya [pengakuan dosa kita] segala keinginan baik kita dan jika kita memiliki kehendak untuk mengakui [semua dosa-dosa berat]... semua yang kita dapat ketahui atau ingat – belas kasih Allah sangatlah besar sehingga Ia akan mengikutsertakan dan menghapuskan bahkan apa yang kita tidak dapat ingat atau ketahui.”[29]
Untuk alasan ini seseorang harus mengatakan pada akhir pengakuan dosa, “dan saya mengakui semua dosa-dosa yang mungkin saya lupakan dan tidak sebutkan di dalam pengakuan dosa ini.”
[1] C. Bernard Ruffin, Padre Pio: The True Story {Padre Pio: Kisah Sejati}, Our Sunday Visitor, Huntington, IN. hal. 294.
[2] Romo Stefano Manelli, Padre Pio of Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}, Franciscans of the Immaculate, New Bedford, MA., hal. 89.
[3] Padre Pio dari Pietrelcina, Walking in the Footsteps of Jesus Christ {Berjalan di Dalam Jejak Kaki Yesus Kristus}, The Leaflet Missal Company, St. Paul, MN. hal. 72.
[4] Gennaro Preziuso, The Life of Padre Pio {Hidup Padre Pio}, Society of St. Pauls, Staten Island, NY. hal. 148-149.
[5] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 122.
[6] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 30.
[7] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 40, 41.
[8] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 42.
[9] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 122.
[10] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 57.
[11] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 59.
[12] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 133.
[13] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 41.
[14] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 59.
[15] Madame Katharina Tangari, Stories of Padre Pio {Cerita-cerita Tentang Padre Pio}, TAN Books, Rockford, IL. hal. 57.
[16] Patricia Treece, Quiet Moments with Padre Pio {Saat-saat Tenang bersama Padre Pio}, Servant Publications, Ann Arbor, MI. #94.
[17] Madame Katharina Tangari, Stories of Padre Pio {Cerita-cerita Tentang Padre Pio}, TAN Books, Rockford, IL. hal. 50.
[18] Patricia Treece, Quiet Moments with Padre Pio {Saat-saat Tenang bersama Padre Pio}, Servant Publications, Ann Arbor, MI. #69.
[19] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 54.
[20] Clarice Bruno, Roads to Padre Pio {Jalan-jalan Menuju Padre Pio}, Edisi Ketujuh, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 183.
[21] Madame Katharina Tangari, Stories of Padre Pio {Cerita-cerita Tentang Padre Pio}, TAN Books, Rockford, IL. hal. 107-109.
[22] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 207.
[23] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 30.
[24] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. XI.
[25] Radio Replies Press, Inc., Who is Padre Pio {Siapakah Padre Pio}, TAN Books, Rockford, IL. hal. 28.
[26] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 41.
[27] A Celebration of Padre Pio, Pray, hope and don’t worry {Suatu Perayaan untuk Padre Pio, Berdoalah, berharaplah dan janganlah khawatir}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. (video)
[28] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 41.
[29] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 128.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...