^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Pembenaran (Justifikasi) Melalui Iman Saja dan Keselamatan Kekal Abadi Dibantah oleh Kitab Suci
Kebanyakan Protestan percaya bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa orang-orang dibuat benar (dibawa ke dalam suatu keadaan di mana mereka akan diselamatkan) hanya melalui iman saja di dalam Yesus {justification by faith alone}– yaitu, tanpa peduli kelakuan, perbuatan, atau dosa mereka. Banyak dari antara mereka juga percaya bahwa “sekali diselamatkan, selamanya diselamatkan” {once saved, always saved} atau keselamatan kekal abadi {eternal security}: bahwa seorang manusia yang percaya kepada Yesus tidak dapat kehilangan keselamatannya selama-lamanya. Ide-ide ini salah dan bertentangan dengan ajaran Kitab Suci. Mari melihat buktinya. Setelah itu, saya akan menjawab bantahan-bantahan.
Hampir seluruh kutipan dari bagian ini datang dari Terjemahan Baru, yaitu terjemahan Protestan yang terkemuka di Indonesia.
YESUS BERKATA BAHWA ORANG-ORANG HARUS SECARA RADIKAL MEMOTONG HAL-HAL YANG MENUNTUN KEPADA DOSA UNTUK MENGHINDARI NERAKA, BUKAN HANYA PERCAYA
Di Matius bab 5, kita menemukan perumpamaan untuk memotong tangan atau mencungkil mata untuk menghindari Neraka.
Tuhan Yesus mengajarkan untuk menghindari hal-hal yang dapat menuntun seseorang ke dalam dosa berat (artinya: bertindak) karena hal-hal tersebut menuntun orang ke dalam Neraka
Perumpamaan ini, yang jelas-jelas merujuk kepada keharusan untuk menghindari hal-hal yang menuntun kepada dosa – yaitu hal-hal di dalam hidup yang akan menyeret orang-orang kepada pelanggaran kepada Allah – memiliki makna hanya jika dosa dan perbuatan adalah bagian yang menentukan apabila seseorang bisa memperoleh keselamatan. Dengan menjauhi hal-hal yang menyebabkan dosa dan perbuatan-perbuatan buruk, seseorang akan menyelamatkan jiwanya. Dosa-dosa dan perbuatan manusia, maka, adalah bagian dari pembenarannya. Jika seseorang diselamatkan lewat iman saja, perumpamaan ini tidak akan masuk akal sama sekali.
TIDAK SEMUA ORANG YANG BERKATA “TUHAN, TUHAN” MASUK SURGA, TETAPI IA YANG MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH
Di sini kita melihat bahwa ia yang “melakukan” kehendak Allahlah yang akan masuk Surga, dan bukan semua yang menganggap bahwa Yesus adalah Tuhan. Lalu Yesus menekankan bahwa seseorang harus melakukan apa yang Ia katakan untuk menjadi milik-Nya.
Tuhan berkata bahwa seseorang yang mendengar perkataan-Nya tetapi tidak melakukannya, adalah bagaikan orang yang membangun rumah di atas pasir.
Bagaimanakah hal ini bisa lebih jelas lagi? Keselamatan tidak diperoleh lewat iman saja, tetapi dengan mendengarkan kata-kata-Nya dan melakukannya.
ANDA HARUS BERTAHAN SAMPAI AKHIR HAYAT UNTUK DISELAMATKAN
Ayat ini bertentangan sepenuhnya dengan pandangan Protestan bahwa “sekalinya diselamatkan, selamanya diselamatkan.” Lihat juga Markus 13:13 untuk pesan yang sama.
PAULUS BERKATA BAHWA IA DAPAT DITOLAK
St. Paulus sendiri berkata bahwa ia dapat “ditolak”. Kata untuk “ditolak” (di 1 Kor. 9:27) diterjemahkan dari bahasa Yunani adokimos. Adokimos diterjemakan sebagai “tidak tahan uji” {TB & MILT} / “tertolak” {TL} pada 2 Timotius 3:8 dan “terkutuk” {TB} / “keji” {TL} / “tercela” {MILT} pada Roma 1:28. Hal ini menjelaskan tersesatnya jiwa, para pendosa berat, orang-orang murtad, dan mereka yang di luar keadaan pembenaran atau di luar iman akan Yesus.
Walaupun St. Paulus telah beriman kepada Yesus Kristus, ia tetap melatih dan menguasai tubuhnya (yaitu: bertindak) sebab ia takut bahwa ia mungkin ditolak. St. Paulus percaya bahwa keselamatan tidak datang melalui iman saja, melainkan iman dan perbuatan.
Di 2 Timotius 3:8, kata ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang jahat yang “menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.” {TB}. Tentunya mereka bukanlah orang yang berada di dalam keadaan pembenaran atau berada dalam jalan yang menuju Surga.
Di Roma 1:28, adokimos digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang telah diserahkan kepada dosa-dosa yang najis – sekali lagi, orang-orang yang tidak berada dalam jalan menuju Surga. Adokimos juga ditemukan di berbagai ayat lain, termasuk Titus 1:6, Ibrani 6:8 dan lain-lain. Di setiap ayat, kata ini merujuk kepada orang-orang yang tidak berada dalam jalan menuju Surga, melainkan di luar keadaan pembenaran dan/atau iman sejati.
Dengan mengatakan bahwa ia dapat ditolak (adokimos) tidak diragukan lagi bahwa St. Paulus berkata bahwa ia dapat kehilangan keselamatannya dan terkutuk bersama orang-orang lain yang ditolak. Bukankah St. Paulus adalah seorang beriman sejati yang telah dibenarkan? Tentu saja ya. Maka Kitab Suci mengajarkan bahwa orang-orang beriman sejati tidak dijaminkan keselamatan. Ayat ini menolak ide tentang keselamaan kekal abadi atau “sekali diselamatkan, selalu diselamatkan”.
PENDOSA BERAT, TERMASUK ORANG-ORANG CABUL, PEMABUK, ORANG YANG BERZINA, DSB. TIDAK AKAN MEMPEROLEH SURGA
Sebelum berpindah haluan, harus dicatat bahwa menurut St. Thomas Aquinas, “kenajisan” {uncleanness dalam bahasa Inggris - tidak terdapat di Terjemahan Baru, tetapi terdapat di terjemahan MILT} dan “banci” {effeminacy dalam bahasa Inggris} (kedua dosa ini melarang seseorang untuk masuk Surga, menurut ayat-ayat di atas) adalah dosa masturbasi, yang adalah dosa berat (Summa Theologiae, Bag. II-II, Pertanyaan 154, Artikel 11.).
Orang-orang yang mengikuti hawa nafsu mereka atau berbuat cabul (yakni: bertindak) tidak akan mendapatkan bagian di dalam Kerajaan Allah, menurut Kitab Suci. Hal ini bertentangan dengan keselamatan melalui iman saja.
Ayat-ayat ini menjadi masalah besar bagi mereka yang percaya akan pembenaran melalui iman saja dan/atau keselamatan kekal abadi. Kitab Suci mengajarkan bahwa dosa-dosa berat menghancurkan keadaan pembenaran. Ayat-ayat mengajarkan bahwa dosa-dosa berat menempatkan seseorang dalam suatu keadaan di mana mereka akan dicegah masuk Kerajaan Allah. Hal ini bertepatan dengan ajaran Katolik bahwa seorang umat dapat kehilangan keadaan pembenarannya dan terkutuk bila ia melakukan dosa berat (misal. percabulan, mabuk-mabuk, melihat pornografi, dsb) dan mati dalam keadaan tersebut.
Sekarang, mengenai ayat-ayat ini, orang-orang Protestan tidak setuju. Jika semua yang melakukan dosa berat kehilangan keadaan pembenarannya, orang-orang Protestan yang percaya pembenaran melalui iman saja harus mengatakan bahwa tidak ada seorang beriman sejati yang melakukan dosa berat. Jawaban ini tetapi benar, seperti yang kita akan lihat. Terdapat jutaan orang yang menyebut diri mereka “beriman” yang berkata bahwa mereka telah “diselamatkan” oleh iman di dalam Yesus. Tidak terhitung jumlah dari mereka yang mabuk-mabuk, berbuat cabul, menipu, mencuri, dsb. Dalam kata lain, mereka jelas-jelas melakukan dosa berat yang Alkitab katakan, yang menghancurkan keadaan pembenaran.
Betapa banyaknya orang yang masuk Neraka karena mereka melakukan dosa kemabukan! Kemabukan adalah tindakan yang mencegah orang untuk memperoleh Kerajaan Surga.
Karena Kitab Suci jelas-jelas mengatakan bahwa dosa berat menghancurkan pembenaran, para Protestan yang percaya akan pembenaran lewat iman saja terpaksa berargumentasi bahwa semua “umat beriman” tersebut yang melakukan dosa berat bukanlah umat beriman sejati. Mereka harus mengakui bahwa “jaminan” pembenaran/keselamatan yang mereka kira didapatkan lewat “iman saja” adalah sebuah ilusi, sebuah pengelabuhan. Mereka tidak benar-benar memiliki iman “sejati yang menyelamatkan” menurut mereka, walaupun orang-orang ini berpikir sebaliknya (bahwa mereka benar-benar punya).
Bagaimanapun, jawaban ini – bahwa seorang beriman “SEJATI” tidak dapat melakukan dosa berat yang menurut Kitab Suci akan mencegah seseorang untuk memperoleh keselamatan – dibantah oleh ayat berikut yang kita akan lihat. Ayat ini membuktikan bahwa orang-orang yang benar-benar memiliki iman sejati yang “menyelamatkan” dan telah dibenarkan juga dapat melakukan dosa-dosa berat tersebut. Jika mereka melakukannya, mereka akan kehilangan pembenaran {keselamatan}.
EFESUS 5:5-8 MEMBUKTIKAN BAHWA ORANG-ORANG BERIMAN MUNGKIN MELAKUKAN DOSA-DOSA BERAT DAN KEHILANGAN KESELAMATAN MEREKA UNTUK DOSA-DOSA SEMACAM ITU – HAL INI MENGHANCURKAN IDE PEMBENARAN LEWAT IMAN SAJA DAN KESELAMATAN KEKAL ABADI
Ini adalah ayat yang menarik.
St. Paulus pertama menyebutkan beberapa dosa berat, dan mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan hal-hal tersebut tidak akan mendapatkan Kerajaan Allah. Kita melihat hal ini di atas di dalam Galatia 5 dan 1 Korintus 6:9. Seperti yang telah dikatakan, jawaban Protestan yang umum (dan mungkin) untuk hal ini adalah tidak ada umat beriman sejati yang dapat melakukan dosa-dosa tersebut, yang menghancurkan keadaan pembenaran.
Tetapi ayat Efesus 5 di atas jelas-jelas mengajarkan bahwa umat beriman yang telah dibenarkan {diselamatkan} dapat melakukan dosa-dosa berat tersebut. St. Paulus mengingatkan mereka di Efesus 5:7: “Janganlah kamu berkawan dengan mereka”! Maka, para umat beriman mungkin berkawan dengan para pendosa berat! Dan jika ada keraguan bahwa St. Paulus mengikutsertakan umat beriman sejati di dalam peringatan tersebut, ia menyebut orang-orang ini sebagai mereka yang sekarang adalah “terang di dalam Tuhan” (para umat beriman sejati).
Maka, mereka yang adalah “terang di dalam Tuhan” dapat menjadi “kawan” dari para pendosa berat dan berada di dalam dosa-dosa berat yang menghancurkan pembenaran. Hal ini jelas-jelas menolak pembenaran melalui iman saja dan “sekali diselamatkan, selalu diselamatkan.” Jangan kamu disesatkan oleh kata-kata yang hampa seperti “pembenaran {keselamatan} lewat iman saja”!
MANUSIA DAPAT MENGIKUTI JALAN YESUS LALU BERBALIK DAN JATUH
Ayat ini mengemukakan bahwa orang-orang yang telah dibenarkan dapat kehilangan pembenaran mereka lewat dosa-dosa. Hal ini adalah bukti yang jelas tentang ajaran Katolik tentang pembenaran. Beberapa orang mungkin mencoba untuk berargumentasi bahwa ia hanya berbicara tentang orang-orang yang telah mengenal Injil, bukan mereka yang benar-benar percaya Injil. Hal ini tidak masuk akal. Ayat tersebut berkata bahwa orang-orang ini yang “telah mengenal jalan kebajikan” dan “lepas dari kecemaran dunia”. Seseorang tidak bisa lepas dari kecemaran dunia hanya dengan mendengarkan Injil.
Bahasa St. Petrus menggambarkan seseorang yang berjalan di dalam jalan pembenaran lalu berbalik badan. Itulah mengapa 2 Petrus 2:23 membandingkan orang ini dengan seekor babi yang telah mandi (yaitu dibenarkan {diselamatkan}) lalu kembali ke lumpur lagi! Inilah juga mengapa, di dalam ayat-ayat lebih awal di bab yang sama, sebuah rujukan dibuat kepada malaikat-malaikat yang telah berdosa dan kehilangan pembenaran mereka. St. Petrus benar-benar menekankan hal ini.
PARA MALAIKAT, YANG PADA SUATU KETIKA DIBENARKAN, KEHILANGAN PEMBENARAN MEREKA LEWAT DOSA
Para malaikat diciptakan di dalam keadaan pembenaran, tetapi mereka berdosa berat, kehilangan keadaan pembenaran mereka, dan dicampakkan ke dalam Neraka. Ayat-ayat ini benar-benar bertentangan dengan pandangan Protestan tentang pembenaran.
Allah tidak menyayangkan malaikat yang kehilangan keadaan pembenaran mereka
ALLAH ADALAH POKOK KESELAMATAN ABADI BAGI MEREKA YANG “TAAT” KEPADANYA
Keselamatan tidak datang lewat iman saja.
PARA UMAT BERIMAN DAPAT JATUH – TANDA TITIK!
Ayat ini menunjukkan jelas-jelas bahwa orang-orang beriman yang “pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus” dapat jatuh dari keadaan pembenaran. rujukan tentang “tidak mungkin” bahwa orang-orang tersebut harus diperbarui lagi untuk kembali ke keadaan tersebut merujuk kepada karunia awal pembaptisan, lewat mana mereka pertama dibersihkan dari dosa. Mereka tidak bisa dibaptis lagi, tetapi bahkan dosa-dosa berat dapat diampuni dalam Sakramen Pengakuan Dosa (Yohanes 20:23). Ayat ini menghancurkan – memusnahkan secara total – teologi Protestan tentang “sekali diselamatkan, selalu diselamatkan”.
ORANG-ORANG BERIMAN DAPAT DIKUTUK UNTUK DOSA-DOSA MEREKA SETELAH MENGETAHUI KEBENARAN – MAKA MENGHANCURKAN “LEWAT IMAN SAJA”
Di dalam kitab yang sama dan dengan nada bicara yang sama seperti peringatan sebelumnya (Ibrani 6:4-6) ayat ini mengatakan bahwa mereka yang memiliki iman – St. Paulus menyebut orang-orang ini sebagai “kita” – dapat kehilangan keselamatan akibat dari dosa-dosa yang disengaja.
TANPA KESUCIAN, TIADA ORANG DAPAT MELIHAT TUHAN
Ayat ini mengajarkan bahwa pembenaran yang dibutuhkan untuk keselamatan adalah penyucian: kesucian sejati yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini bukan, seperti yang orang-orang Protestan katakan, kebajikan dari Krisus yang dianugerahkan (“diterapkan”) kepada seseorang, walaupun orang tersebut tetap tidak suci dari dalam.
Sewaktu Martin Luther menjelaskan pandangan Protestan tentang seseorang yang telah dibenarkan {diselamatkan}, ia berkata bahwa seseorang yang telah dibenaran itu bagaikan gundukan kotoran yang diliputi salju. Orang tersebut tetaplah penuh dosa dan kejahatan di dalam, tetapi, segera setelah ia percaya, kebajikan Kristus lalu diterapkan kepadanya bagaikan selimut dan jubah. Hal ini memungkinkan sang manusia yang kotor dan penuh kejahatan untuk diselamatkan, menurut doktrin Protestan. Ia dapat diselamatkan, walaupun ia tidak memiliki kesucian di dalam dirinya, ia tetap adalah gundukan kotoran dosa di dalam.
Martin Luther adalah sumber kepercayaan sesat para Protestan, yang mengedepankan bahwa keselamatan diperoleh melalui iman saja.
Kita dapat melihat bagaimana pandangan ini bertentangan dengan ajaran Kitab Suci, yang mengatakan bahwa orang yang dibenarkan adalah dan benar-benar suci lewat karunia Allah. Ia telah disucikan dan diubah dari dalam; ia harus memiliki kesucian dari dalam untuk melihat Tuhan.
Harus juga dicatat bahwa apa yang Allah katakan terjadi. Jika Ia menyatakan bahwa seseorang benar, itu adalah karena orang tersebut memang benar, bukanlah hanya benar secara fiksi atau oleh karena ‘jubah’-nya saja.
PERUMPAMAAN PENABUR – MANUSIA DAPAT PERCAYA UNTUK SEDEMIKIAN LAMA LALU JATUH
Di sini kita melihat bahwa seseorang dapat percaya “sebentar saja” lalu jatuh. Versi perumpamaan ini di Markus dan Lukas menegaskan poin ini bahkan dengan lebih jelas:
Yesus berkata dengan jelas di Lukas 8:13 bahwa orang-orang ini percaya “sebentar saja”. Para Protestan mungkin berkata bahwa ayat ini merujuk kepada orang-orang yang tidak benar-benar percaya. Seseorang tidak bisa berkata seperti ini, karena Yesus sendiri berkata bahwa mereka percaya dalam suatu kurun waktu.
Oleh perumpamaan-Nya tentang penabur benih, Tuhan berkata bahwa seseorang harus bertekun (yaitu: perbuatan) agar dapat memperoleh Kerajaan Allah
Seluruh perumpamaan ini membantah – dan tidak memiliki makna di dalam – pandangan Protestan yang salah tentang pembenaran. Bukan hanya ayat ini mengajarkan kita bahwa seseorang dapat percaya lalu jatuh, tetapi bahwa dosa, godaan, kekhawatiran duniawi, upaya untuk mengalahkan pengaruh dunia dan perangkap serta kekhawatirannya (Mat. 13:22), semuanya adalah bagian dari pembenaran dan penyucian seseorang. Ini adalah sebuah bantahan yang sangat kuat terhadap posisi Protestan.
Mereka yang mengeluarkan buah sampai kehidupan kekal adalah mereka yang dapat mendengar firman tersebut dan “menyimpannya” atau menerapkannya.
PERUMPAMAAN TALENTA: JIKA ENGKAU TIDAK MENGHASILKAN SESUATU UNTUK ALLAH, ENGKAU AKAN DIKUTUK – MENENTANG PEMBENARAN LEWAT “IMAN SAJA”
Di dalam perumpamaan ini kita melihat bahwa orang ini dikutuk akibat kemalasan dan kegagalannya untuk melakukan hal-hal dengan talenta yang ia telah terima. Ia terkutuk karena ia tidak bekerja dengan talentanya untuk mendapatkan lebih banyak talenta! Perumpamaan ini bertentangan sama sekali dengan pembenaran lewat iman saja. Hal yang menarik dari perumpamaan ini adalah bahwa ayat ini berkata bahwa Tuhan ”menuai di tempat di mana Ia tidak menabur”. Artinya, Tuhan mengharapkan bahwa kita melakukan dan menghasilkan hasil kerja jerih payah kita, lewat karunia-Nya. Jika kita tidak bekerja sama dengan karunia-Nya untuk menghasilkan pekerjaan-pekerjaan tersebut – dan karena itu kita tidak bisa menunjukkan hasil pekerjaan supernatural kita di depan Tuhan pada waktu Penghakiman – kita akan dimasukkan ke Neraka. Perumpamaan ini mengiyakan ajaran Katolik tentang perbuatan, dan pada waktu yang sama membantah sama sekali pandangan Protestan.
YESUS AKAN MEMBALAS SETIAP ORANG BERDASARKAN PERBUATANNYA
Kita akan melihat ajaran yang sama di dalam Kitab Roma dan di dalam Kitab Wahyu (Apokalipsis).
YESUS AKAN MELEMPAR KE DALAM NERAKA SEMUA YANG MELAKUKAN KEJAHATAN
Seseorang, walaupun ia percaya akan Yesus, jika ia berbuat kejahatan, akan dicampakkan ke dalam dapur api.
Allah akan menghukum orang ke dalam Neraka jika mereka melakukan perbuatan jahat.
SETIAP ORANG AKAN MENERIMA BALASAN ATAU HUKUMAN BERDASARKAN APA YANG IA TELAH LAKUKAN DI DALAM BADAN
Pada hari Pengadilan Terakhir, Kristus akan mengadili orang-orang sesuai apa yang mereka lakukan di dunia ini.
Kita melihat bahwa seseorang harus berusaha untuk dapat diterima oleh Kristus. Terlebih lagi, kita melihat bahwa manusia akan menerima di dunia yang selanjutnya, hadiah atau hukuman berdasarkan apa yang mereka telah lakukan di dalam tubuh, “baik ataupun jahat”. Hal-hal yang seseorang telah lakukan (perbuatannya) tidak terpisahkan dari keselamatan atau pengutukannya.
SESEORANG DAPAT MEMILIKI IMAN YANG SEMPURNA DAN HAL TERSEBUT TIDAK BERARTI APA-APA
Menurut doktrin Protestan, iman saja memberikan keselamatan. Maka, seseorang yang memiliki iman yang sempurna akan diselamatkan. Tetapi Kitab Suci menentang doktrin ini: seseorang dapat memiliki iman yang sempurna tetapi hal ini tetap tidak berguna. Pembenaran datang tidak cukup hanya dengan iman.
APA YANG HARUS SESEORANG LAKUKAN UNTUK MEMPEROLEH KESELAMATAN? YESUS BERKATA: TURUTILAH PERINTAHNYA DAN BUKAN HANYA PERCAYA
Saat menjawab pertanyaan tentang apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh keselamatan, Yesus berkata bahwa seseorang harus menuruti segala perintah Allah dan mengikuti-Nya.
SULIT SEKALI BAGI ORANG KAYA UNTUK MASUK KERAJAAN SURGA
Di sini kita melihat bahwa apa yang orang lakukan dengan uangnya juga akan memengaruhi keselamatannya.
YESUS BERKATA BERJAGA-JAGALAH, SUPAYA JANGAN KAMU DIDAPATI TIDAK MELAKUKAN APA YANG SEHARUSNYA KAMU LAKUKAN DAN BERDOSA
Versi dari perumpamaan ini di Injil Lukas mengedepankan perlunya perbuatan dan melakukan hal-hal untuk memperoleh keselamatan bahkan dengan lebih jelas:
Berikut sebuah ayat yang menarik tentang poin ini dari Lukas 21:
Ini adalah sebuah ayat yang menarik di mana kita melihat bahwa jika seseorang gagal melakukan suatu hal – gagal untuk menghindari dosa-dosa termasuk kerakusan dalam makanan dan kemabukan – ia tidak beroleh keselamatan. Hal ini menunjukkan kepada kita mengapa pembenaran lewat iman saja adalah sesuatu yang bertentangan sama sekali dengan Injil.
IA YANG MENYELAMATKAN NYAWANYA AKAN KEHILANGAN NYAWANYA
Di sini kita melihat bahwa apa yang seseorang LAKUKAN, dalam hal mengorbankan hal-hal penuh dosa yang dunia tawarkan di dalam hidup ini, akan menentukan apakah seseorang beroleh keselamatan. Jelas bahwa hal ini bukan didapat dengan iman saja.
ENGKAU HARUS MEMANGGUL SALIB UNTUK MENJADI SEORANG MURID
Keselamatan tidak diraih hanya dengan iman saja di dalam Yesus, melainkan dengan iman dan dengan memikul salib dan memprioritaskan semua yang ia punyai, yang membuat keselamatan dalam agama Yesus Kristus sebuah prioritas pertama.
MANUSIA HARUS MENURUTI FIRMAN YESUS AGAR TIDAK MENGALAMI MAUT
Mereka yang menuruti firman-Nya, bukan yang percaya saja, tidak akan mengalami maut.
HANYA MEREKA YANG MENGAMPUNI AKAN DIAMPUNI
Seseorang hanya diampuni jika ia mengampuni. Keselamatan tidak datang lewat iman saja.
MANUSIA DISELAMATKAN DAN DIKUTUK LEWAT KATA-KATA MEREKA, BUKAN HANYA BERDASARKAN APA YANG MEREKA PERCAYA
Tetapi bukannya orang-orang Protestan berkata bahwa pembenaran datang hanya lewat iman saja? Tidak, kata-kata anda, perbuatan anda, dan tindakan anda akan menyelamatkan atau mengutuk anda, di samping apa yang anda percayai. Seseorang harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya dan semua kata-katanya pada Hari Penghakiman. Sebuah perumpamaan yang mirip diceritakan di Lukas 19.
SIMON SANG TUKANG SIHIR PERCAYA LALU JATUH
Di Kisah Para Rasul 8, kita membaca tentang Simon sang tukang sihir.
Tetapi dalam beberapa ayat kemudian, kita melihat bahwa ia jatuh dalam dosa berat:
FELIKS MENJADI TAKUT SEWAKTU PAULUS BERKHOTBAH KEPADANYA TENTANG INJIL DAN KESUCIAN, TENTU SAJA KARENA SESEORANG HARUS MENGHINDARI PERCABULAN AGAR DAPAT DISELAMATKAN
Pada Kisah Para Rasul 24, kita menemukan sebuah ayat yang menarik yang relevan pada hal ini.
Versi Katolik dari ayat ini sebagai berikut {diterjemahkan dari Alkitab Douay-Rheims}:
Feliks menjadi takut ketika Paulus berbicara tentang ajaran Kitab Suci tentang kesucian, tentunya karena Paulus memberitahunya bahwa dosa-dosa dalam hal ini mencegah manusia masuk Surga. Feliks takut karena Paulus tidak berkhotbah kepadanya tentang pembenaran lewat iman saja.
KERJAKAN KESELAMATANMU DENGAN TAKUT DAN GENTAR
Kerjakan keselamatan dengan “takut dan gentar”, tentunya karena manusia dapat kehilangan keselamatan mereka lewat dosa berat kapan saja.
KITAB ROMA JELAS-JELAS MENUNJUKKAN BAHWA PERBUATAN ADALAH BAGIAN DARI PEMBENARAN DAN KESELAMATAN
*UNTUK TANGGAPAN TENTANG BANTAHAN PROTESTAN TENTANG ROMA 3:28 DAN KATA-KATA “MELAKUKAN HUKUM TAURAT” – SEBUAH KESALAHPAHAMAN UMUM PROTESTAN – LIHATLAH TANGGAPAN UNTUK BANTAHAN TERSEBUT PADA AKHIR BAGIAN INI
Teologi Protestan yang berkata bahwa seorang manusia dibenarkan lewat iman saja, ditentang di dekat awal dari Kitab Roma lewat diskusi Paulus di bab 2 tentang bagaimana orang-orang akan dihukum karena perbuatan mereka. Teologi Protestan itu juga ditentang sewaktu Paulus berkata di kitab Roma bahwa Allah akan membalas setiap orang untuk PERBUATANNYA dan bahwa kehidupan abadi adalah untuk mereka yang bekerja untuk kebaikan.
Menarik bahwa ayat-ayat ini berada di permulaan kitab Roma. Ini adalah cara Allah mengenyahkan semua kesalahpahaman tentang perlunya melakukan sesuatu dan menghindari dosa-dosa untuk keselamatan yang mungkin berasal dari misinterpretasi bidah terhadap ayat-ayat yang lebih akhir, yang ditulis untuk menekankan bahwa seorang manusia tidak dibenarkan dengan menaati hukum Taurat.
Tentang apa ia berbicara? Pada akhir bab 1, ia memberi daftar dosa-dosa berat termasuk percabulan, ketamakan, kejahatan, dsb.
Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya atau tindakannya, bukan hanya menurut imannya. Selanjutnya ia berkata:
KEHIDUPAN ABADI ADALAH UNTUK ORANG-ORANG BERIMAN YANG TEKUN BERBUAT BAIK
KEMATIAN KEKAL ADALAH UNTUK MEREKA YANG TIDAK MEMATUHI KEBENARAN DAN BERBUAT JAHAT
Kehidupan abadi diberikan kepada mereka yang benar-benar percaya dan melakukan apa yang baik. Kematian abadi diberikan untuk semua orang, termasuk orang beriman, yang melakukan kejahatan atau dosa berat dan mati dalam keadaan demikian. Hal ini tidak ditentukan lewat iman saja.
ROH KUDUS DITUANGKAN KE DALAM HATI ORANG-ORANG YANG DIBENARKAN: PENYUCIAN DARI DALAM
Di sini kita melihat bahwa untuk mereka yang dibenarkan, kasih Allah dicurahkan ke dalam hati mereka. Inilah pandangan Katolik tentang pembenaran: bahwa orang-orang yang dibenarkan benar-benar disucikan dari dalam.
JIKA ORANG BERIMAN HIDUP MENURUT DAGING, MEREKA AKAN MATI SELAMANYA
Berkaitan dengan “saudara-saudara”, yakni orang-orang beriman, ia berkata bahwa jika mereka melakukan dosa-dosa berat menurut daging, mereka akan mati selamanya: terkutuk. Hal ini bertentangan sama sekali dengan pembenaran lewat iman saja, sekali diselamatkan selamanya diselamatkan, dsb.
St. Paulus berkata berulang kali di dalam suratnya kepada Gereja di Roma bahwa tindakan seseorang dapat menentukan keselamatannya. Hal ini bertentangan dengan kepercayaan Protestan bahwa keselamatan datang melalui iman saja.
JIKA ORANG BERIMAN TIDAK BERTEKUN DALAM KEBAIKAN IA AKAN DIPOTONG
Di Roma bab 11, kita melihat suatu ayat yang menghancurkan teologi Protestan.
Roma bab 11 jelas-jelas berkata bahwa orang-orang Yahudi akan dipotong akibat ketidakpercayaan mereka. Lalu, di ayat 22, St. Paulus berkata bahwa anda, orang-orang Kristiani juga akan dipotong kecuali anda tetap dalam kemurahan-Nya {“continue in His goodness” – King James Version}. Hal ini menghancurkan ide-ide tentang keselamatan lewat iman saja dan sekali diselamatkan, selalu diselamatkan.
SEORANG BERIMAN YANG MENERIMA EKARISTI DENGAN TIDAK PANTAS MENDATANGKAN HUKUMAN ATAS DIRINYA
St. Paulus berkata bahwa mereka yang makan Ekaristi dengan cara yang tidak layak berdosa berat terhadap tubuh dan darah Tuhan. Mereka mendatangkan hukuman atas diri mereka sendiri. Mereka berbicara kepada para orang beriman, tentunya, seperti yang ia jelaskan pada 1 Kor. 5:12. Ini juga jelas dari fakta bahwa hanya orang-orang beriman dapat mengambil bagian dalam Ekaristi. Tentunya, karena hal ini, orang-orang beriman dapat dihukum akibat dosa berat, bila mereka menerima Ekaristi dengan cara yang tidak pantas. Ayat ini membantah ide Protestan akan pembenaran lewat iman saja dan mendukung ajaran Katolik.
1 KOR. 7 MENGHANCURKAN PEMBENARAN LEWAT IMAN SAJA, DENGAN MENGAJARKAN BAHWA LEBIH BAIK UNTUK BEBERAPA ORANG BERIMAN AGAR MEREKA MENIKAH DARIPADA MENJADI HANGUS
St. Paulus membuat jelas di 1 Korintus bahwa ia berbicara tentang masalah-masalah yang dapat menimpa orang-orang di dalam Gereja.
Hal ini menjadi sangat penting di bab 7
Terdapat beberapa ajaran penting di dalam ayat ini. Pertama, kita melihat ajaran yang jelas yang diulang-ulang bahwa keadaan selibat lebih baik dari pernikahan. Ayat ini menegaskan ajaran Katolik. Gereja Katolik mengajarkan bahwa pernikahan bukanlah suatu keadaan yang buruk, tetapi lebih rendah daripada keadaan selibat. Yesus mengajarkan hal yang sama di Matius 19:12, tetapi Ia berkata bahwa tidak semua dapat membuat komitmen untuk sepanjang hidup mereka kepada Allah. Ajaran Kitab Suci tentang keselibatan ini adalah alasan kaum agamis {misal. bruder dan suster} dan pastor di dalam Gereja Katolik dalam ritus Roma membuat kaul keselibatan.
St. Fransiskus dari Assisi, sebagai seorang biarawan Katolik, hidup selibat. Sesuai dengan ajaran St. Paulus, Gereja Katolik mengajarkan bahwa hidup selibat lebih tinggi hakikatnya daripada hidup menikah.
Sekarang, tentang poin utama berkaitan dengan ide Protestan tentang pembenaran lewat iman saja. Kita telah menunjukkan bahwa di 1 Korintus 5:12, St. Paulus membuat sangat jelas bahwa ia berpesan kepada orang-orang beriman. Sewaktu ia berbicara kepada orang-orang beriman, St. Paulus berkata bahwa “lebih baik kawin dari pada hangus” (1 Kor 7:9). Hal ini jelas-jelas menunjukkan bahwa orang-orang beriman sejati yang jatuh ke dalam dosa-dosa berat dapat kehilangan keselamatan mereka dan hangus di dalam Neraka. Ia memberitahu mereka bahwa lebih baik kawin daripada hangus, tentunya karena beberapa dari antara mereka akan jatuh ke dalam dosa hawa nafsu yang berat jika mereka tidak menikah. Hal ini menyanggah sama sekali agama Protestan dan menegaskan ajaran Katolik tentang pembenaran.
PENYUCIAN DAN PEMBENARAN TERJADI PADA WAKTU YANG SAMA
Ayat ini berkata tentang mereka yang telah dibenarkan sebagai orang-orang yang “disucikan” sebelum berkata bahwa mereka telah dikuduskan. Hal ini membuktikan bahwa penyucian dan pembenaran terjadi pada waktu yang sama. Hal ini menentang pandangan Protestan tentang pembenaran, yaitu bahwa pembenaran dan penyucian bukanlah hal yang satu dan sama. Orang-orang Protestan berpendapat bahwa seseorang dideklarasikan sebagai dibenarkan, tetapi dari dalam tidak disucikan.
SURGA HANYALAH UNTUK ORANG-ORANG BERIMAN YANG “MENANG”
Kitab Suci berkata bahwa hanya mereka yang menang akan masuk Surga. Ayat ini bersangkutan dengan orang-orang beriman, seperti yang diperjelas pada bab 2 ayat 10. Maka, adalah hal yang salah untuk berkata bahwa semua yang percaya tentunya menang. Hal ini menentang pembenaran lewat iman saja. Tema ini diulangi banyak kali dalam bab ini.
SESEORANG HARUS MELAKUKAN PEKERJAAN YESUS “SAMPAI KESUDAHANNYA”
Ayat ini sangatlah jelas. Ayat ini menentang sama sekali pandangan Protestan.
SESEORANG YANG BERIMAN HARUS “BERPEGANG” AGAR IA TIDAK KEHILANGAN MAHKOTANYA
Di Wahyu bab 13 dan 14, kita membaca tentang tanda sang binatang dan bahwa mereka yang menerimanya tidak akan diselamatkan. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang anda lakukan akan menentukan bila anda akan diselamatkan atau dikutuk.
ORANG-ORANG MATI AKAN DIHAKIMI MENURUT PERBUATAN MEREKA
Di Wahyu bab 20, kita membaca tentang pengadilan terakhir.
Ayat ini adalah bukti mutlak bahwa pandangan Protestan tentang pembenaran tidaklah berdasarkan Kitab Suci.
Ini adalah salah satu ayat yang menunjukkan bahwa apa yang anda perbuat dapat mengecualikan anda dari keselamatan.
ORANG-ORANG BENAR HAMPIR-HAMPIR TIDAK DISELAMATKAN
Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang “benar” hampir tidak diselamatkan. Terjemahan-terjemahan lain menggunakan “manusia yang baik / saleh”. Tidak diragukan lagi bahwa di sini St. Petrus berbicara tentang seseorang yang sudah dibenarkan di dalam Gereja karena ia berbicara di sini tentang pengadilan yang dimulai dengan “rumah Allah” yang adalah Gereja.
Terdapat dua cara untuk mengerti ayat ini, dan keduanya menentang gagasan tentang pembenaran lewat iman saja dan keselamatan kekal abadi. Yang pertama adalah bahwa orang-orang benar atau saleh di dalam Gereja akan hampir tidak, yang berarti jarang sekali, diselamatkan; karena kebanyakan dari mereka yang telah dibenarkan akan jatuh dan tidak bertekun sampai akhir. Mereka menjadi pendosa (berat). Hal ini bertepatan dengan pengertian Katolik tradisional bahwa bahkan kebanyakan orang Katolik akan tersesat karena mereka tidak cukup peduli atau mereka tidak melakukan apa yang mereka harus lakukan untuk diselamatkan. Maka, mereka kehilangan pembenaran mereka suatu waktu dan mati di dalam keadaan dosa berat.
Satu-satunya pengertian yang lain adalah bahwa “hampir-hampir tidak” berarti dengan susah payah: yaitu sulit untuk orang benar untuk diselamatkan. Hal ini berarti, orang yang benar harus melakukan usaha yang besar untuk diselamatkan.; ia tidak dipastikan akan selamat lewat iman saja atau suatu keputusan satu kali sewaktu ia percaya.
SEORANG WANITA DISELAMATKAN DENGAN MELAHIRKAN ANAK, JIKA IA BERTEKUN DALAM IMAN
Ayat ini menggempur pandangan Protestan tentang pembenaran dan keselamatan. Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki iman dapat kehilangan iman tersebut, dan mereka harus bertekun dalam pengudusan agar diselamatkan. Adalah suatu hal yang lumrah bahwa seorang Protestan yang mencoba menjawab ayat ini di dalam debat tentang pembenaran tidak memiliki jawaban sama sekali. Ia hanya menjawab bahwa ayat ini “sangatlah misterius”.
LEWAT RAHMAT ALLAH, ANDA AKAN MENYELAMATKAN DIRI ANDA SENDIRI DENGAN MELAKUKAN HAL-HAL TERTENTU
Di sini kita melihat bahwa seseorang harus bertekun di dalam iman agar dapat diselamatkan. Oleh karena itu, seseorang dapat kehilangan iman. Kita juga dapat melihat bahwa seseorang diselamatkan dengan melakukan perbuatan tertentu!
Ayat ini sangatlah penting karena beberapa orang Protestan – yang menyebarkan doktrin palsu tentang pembenaran lewat iman saja – gemar membandingkan pandangan Katolik dan Protestan dengan mengatakan hal berikut: Pandangan Protestan [kata mereka] adalah bahwa Yesus menyelamatkan manusia dan melakukan semua perbuatan; tetapi pandangan Katolik bukanlah bahwa manusia menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi bahwa Yesus menyelamatkan manusia dengan membuat keselamatan mungkin terjadi. Tentunya ajaran Katolik bukanlah bahwa manusia menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi bahwa Yesus menyelamatkan manusia dengan membuat keselamatan menjadi mungkin. Tanpa Yesus, manusia tidak dapat melakukan apa-apa. Tetapi, manusia harus bekerjasama dengan rahmat Allah. Jika ia bekerja sama dan mengambil manfaat dari keselamatan yang Yesus telah adakan, dan melakukan hal-hal yang diharuskan Allah, ia akan menyelamatkan dirinya sendiri.
Di dalam ayat di atas, kita melihat bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa pandangan Katolik adalah bahwa keselamatan bukan bergantung kepada Yesus saja tanpa kerjasama manusia. Tetapi, perbuatan dan pekerjaan manusia (yaitu apa yang manusia lakukan) jelas-jelas menentukan apakah ia – dan orang-orang lain – akan memperoleh keselamatan. Orang-orang Protestan yang percaya akan keselamatan lewat iman saja harus mencap ayat di atas sebagai bidah.
ST. PAULUS BERSUKACITA BAHWA IA TELAH MEMELIHARA IMANNYA, TENTUNYA KARENA ORANG-ORANG BERIMAN DAPAT KEHILANGAN IMAN
ALEKSANDER SI TUKANG TEMBAGA AKAN DIBALAS MENURUT PERBUATANNYA
SESEORANG HARUS MENAHAN COBAAN UNTUK MEMPEROLEH MAHKOTA KEHIDUPAN
Alkitab mengatakan bahwa seseorang harus menahan pencobaan dan bertahan sampai akhir hayat untuk memperoleh hidup kekal.
DOSA HAWA NAFSU MELAHIRKAN MAUT – MAKA KESELAMATAN TIDAK DATANG LEWAT IMAN SAJA
Perhatikan di sini bahwa jika seseorang mengikuti dosa hawa nafsu, ia akan beroleh maut. Yakobus jelas-jelas berbicara tentang kematian kekal (kutukan). Hal ini berarti bahwa seseorang tidak dibenarkan lewat iman saja.
Bab kedua dalam kitab Yakobus benar-benar menghancurkan ide Protestan tentang pembenaran lewat iman saja dan sekali diselamatkan selamanya diselamatkan. Martin Luther menjuluki kitab Yakobus “surat jerami” dan ingin mencabutnya dari versi Kitab Sucinya sampai teman-temannya meyakinkannya bahwa perbuatan tersebut terlalu radikal (bacalah akhir buku ini tentang pandangan-pandangan Luther). Ayat-ayat berikut, yang menolak pembenaran lewat iman saja, adalah alasan Luther mengkritik kitab ini:
Yakobus 2:24- “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.”
Ini adalah satu-satunya tempat di dalam Kitab Suci di mana kata “hanya karena iman” terdapat bersamaan. Kitab Suci berkata bahwa MANUSIA TIDAK DIBENARKAN HANYA KARENA IMAN TETAPI KARENA PERBUATAN-PERBUATANNYA.
BANTAHAN:
BAGAIMANA DENGAN AYAT-AYAT YANG BERKATA BAHWA BARANGSIAPA PERCAYA DALAM YESUS AKAN DISELAMATKAN?
JAWABAN: BAGI YESUS, UNTUK PERCAYA DALAM YESUS AGAR MEMPEROLEH KESELAMATAN HARUS BERARTI MENGIKUTI DAN MEMATUHI SABDANYA DAN PERINTAH-PERINTAHNYA SAMPAI AKHIR HAYAT. HAL INI DIBUKTIKAN LEWAT KONTEKS LANGSUNG ATAU LUAS DARI SETIAP KASUS DI MANA YESUS BERKATA BAHWA MEREKA YANG PERCAYA KEPADANYA AKAN DISELAMATKAN, DI SAMPING SEMUA AYAT-AYAT YANG KAMI TELAH BAHAS.
CONTOH PERTAMA: YOHANES 3:16
Seseorang mungkin melihat ayat ini di dalam poster di stadion olahraga, di jembatan penyeberangan di jalan raya, dan di berbagai tempat lain. Orang-orang Protestan percaya bahwa ini adalah contoh terbaik, atau salah satu contoh terbaik dari ajaran Kitab Suci bahwa siapa pun yang percaya akan diselamatkan lewat iman saja. Yang mereka tidak ceritakan kepada anda atau yang mereka tidak ketahui adalah ayat yang langsung mengikuti Yohanes 3:16.
Menarik bahwa di dalam konteks ini yang mengikuti secara langsung Yohanes 3:16, kita melihat rujukan-rujukan yang menonjol kepada hukuman untuk perbuatan-perbuatan yang jahat, juga untuk orang-orang yang berbuat jahat dan untuk perbuatan-perbuatan yang dihakimi. Hal ini membuat jelas bahwa iman di dalam Anak Tunggal Allah yang memberikan keselamatan adalah iman yang harus disertai ketekunan di dalam perbuatan dan pekerjaan baik. Menurut Yesus, percaya kepada-Nya sampai kepada keselamatan adalah dengan mengikuti dan menaati sabda-Nya dan perintah-perintah-Nya, seperti yang ditunjukkan oleh semua ayat-ayat lain yang kami telah bahas. Konteks ini menunjukkan bahwa Yohanes 3:16 tidak mengajarkan pembenaran lewat iman saja ataupun keselamatan kekal abadi.
CONTOH KEDUA: ROMA 10: JIKA ENGKAU MENGAKU DENGAN MULUTMU... ENGKAU AKAN DISELAMATKAN
Roma 10:9 adalah salah satu ayat lain yang orang-orang Protestan kedepankan untuk membuktikan keselamatan didapatkan lewat iman saja di dalam Yesus.
Sekali lagi, bagaimanapun, konteks ayat ini menunjukkan bahwa pengertian Protestan tentang ayat ini salah. Yang banyak orang tidak sadari adalah bahwa ayat di atas (Roma 10:8-10) mengutip Ulangan 30:14 dan seterusnya. Catatan kaki di Alkitab anda akan menunjukkan rujukan kepada Ulangan 30:14. Ya, Ulangan 30:14 dan seterusnya berbicara tentang KEHARUSAN UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN-TINDAKAN ILAHI DAN MEMATUHI PERINTAH-PERINTAH ALLAH.
Rujukan kepada Ulangan 30:14 di Roma 10:8-10 menunjukkan bahwa untuk Paulus dan para pendengarnya, telah dimengerti bahwa cara untuk beriman sehingga beroleh keselamatan adalah dengan mengikuti dan menaati dan melakukan perbuatan-perbuatan yang diperlukan untuk keselamatan. Hanya lewat jalan ini seorang beriman “hidup” dan memiliki keselamatan. Pandangan Protestan tentang pembenaran hanyalah sebuah kesalahpahaman total tentang Kitab Suci, seperti yang ditunjukkan oleh konteks penuh dari ayat ini.
CONTOH KETIGA: YOHANES 5:24
Sewaktu membaca ayat ini saja tanpa membaca ayat lain, beberapa orang Protestan berpikir bahwa semua orang beriman dijaminkan keselamatan.
Tetapi dalam beberapa ayat kemudian, mulai dari Yohanes 5:28, Yesus berkata demikian:
Kita melihat lagi bahwa orang-orang akan dihukum berdasarkan apa yang mereka telah lakukan, bukan hanya berdasarkan apakah mereka telah percayai. Demikian pula, bagi Yesus, cara untuk percaya agar beroleh keselamatan adalah dengan mengikuti dan menjaga sabda-Nya dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk keselamatan.
CONTOH KEEMPAT: YOHANES 6:47
Beberapa orang Protestan suka mengutip ayat ini untuk membuktikan keselamatan lewat iman saja. Tetapi hal ini dengan mudah dibantah oleh seluruh konteks Yohanes 6. Hampir seluruh bab tersebut membahas bagaimana seseorang tidak hanya harus percaya untuk memperoleh keselamatan, tetapi juga memakan daging Anak Manusia untuk diselamatkan. Maka, keselamatan bukanlah lewat iman saja. Hal ini dibahas di bagian tentang Ekaristi, tetapi ini adalah contoh lain di mana konteks luas bab ini membantah suatu kesalahpahaman Protestan.
BAGAIMANA DENGAN EFESUS 2:8-9, LEWAT KASIH KARUNIA KAMU DISELAMATKAN OLEH IMAN, BUKAN HASIL USAHAMU?
Orang-orang non-Katolik sering mengutip ayat ini untuk mencoba membuktikan bahwa manusia diselamatkan lewat iman saja.
Argumentasi ini juga salah. Seperti yang saya akan tunjukkan sekarang, argumen ini salah karena ayat ini berbicara secara spesifik tentang kasih karunia pertama sewaktu seseorang menerima pembaptisan air. Pembaptisan air bukanlah sebuah hasil “pekerjaanmu”, tetapi adalah sebuah sakramen yang diinstitusikan oleh Allah. Tiada perbuatan yang anda lakukan yang dapat menggantikan kekuatan pembaptisan air. Hal ini dikatakan untuk “menyelamatkan” karena pembaptisan air menghapus dosa asal manusia dan meletakkannya di dalam keadaan pembenaran awal. Bukti bahwa Efesus 2:8-9 sebenarnya merujuk kepada pembaptisan air ditemukan sewaktu seseorang membandingannya dengan Titus 3:5 lalu dengan 1 Petrus 3:20-21.
Lihatlah ini:
Efesus 2:8-9- “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Titus 3:5- “...Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.”
Perhatikan bahwa kedua ayat ini sangatlah mirip, Keduanya membahas hal yang sama. Keduanya menyebutkan tentang keselamatan, dan bukan karena perbuatan baik yang kita telah lakukan. Efesus 2:8-9 menyebutkan bahwa ini adalah keselamatan lewat “iman”; Titus 3:5 menjelaskannya sebagai keselamatan lewat permandian kelahiran kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus. Keduanya merujuk kepada hal yang sama.
Tidak diragukan lagi bahwa Titus 3:5 merujuk kepada pembaptisan air, yang diakui pula bahkan oleh John Calvin dan Martin Luther. Efesus 2:8-9 juga membahas pembaptisan air; hanya saja, Efesus 2:8-9 menyebut hal ini sebagai “iman” karena dengan menerima baptisan, seseorang menyerahkan diri ke dalam iman; pembaptisan adalah bagaimana seseorang bergabung ke dalam iman, seperti yang Yesus telah jelaskan di Markus 16:15 dan Matius 28:19: “Beritakanlah Injil kepada segala makhluk... baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Pembaptisan juga disebut sebagai “iman” pada Galatia 3.
Kita melihat bahwa menerima pembaptisan sama halnya dengan menerima “iman” di dalam Kristus Yesus. Untuk memastikan lebih lanjut bahwa Efesus 2:8-9 membahas keselamatan lewat pembaptisan, mari memperluas perbandingannya:
Efesus 2:8-9- “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Titus 3:5- “...Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.”
1 Petrus 3:20-21- “...ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan...”
Hal ini menunjukkan bahwa Efesus 2:8-9 merujuk kepada kasih karunia pembaptisan. Efesus 2:8-9 tidak berbicara tentang pembenaran terus menerus atas orang-orang yang telah dibaptis, tetapi bagaimana orang-orang pertama kalinya dibawa keluar dari dosa asal dan diberikan karunia pembenaran. Tiada pekerjaan yang orang dapat lakukan yang bisa menggantikan pembaptisan air dan karunia yang ia berikan: pembenaran pertama dan penghapusan dosa asal. Tetapi sekalinya seseorang bergabung ke dalam Gereja lewat pembaptisan (yang adalah pekerjaan Allah), perbuatannya dan pekerjaannya memang menjadi bagian dari proses pembenaran, dan menentukan apakah ia menjaga pembenaran tersebut. Hal ini diperjelas dengan banyaknya ayat-ayat (misal. Yakobus 2:24) yang kita telah bahas. Maka, argumen Protestan dari Efesus 2:8-9 adalah salah satu yang tidak tepat dalam konteks Kitab Suci.
Konteks Efesus 2:8-9 dan Titus 3:5 sama adanya: ayat-ayat tersebut merujuk kepada keselamatan yang terjadi lewat Pembaptisan. Orang-orang Protestan telah menyalahgunakan Efesus 2:8-9, dan berpikir bahwa ayat ini membuktikan ajaran sesat mereka akan keselamatan melalui iman saja.
Pembaptisan bukanlah pekerjaan kebenaran yang kita telah lakukan; pembaptisan adalah sakramen yang diinstitusikan oleh Yesus, yang mencurahkan Darah-Nya yang menyelamatkan dan penyucian oleh Roh Kudus.
BAGAIMANA DENGAN PERNYATAAN BAHWA SESEORANG DIBENARKAN LEWAT IMAN DAN BUKAN KARENA IA MELAKUKAN HUKUM TAURAT (ROMA 3:28)?
Orang-orang Protestan gemar mengutip Roma 3:28 dan ayat-ayat yang mirip.
Martin Luther berpikir bahwa ayat ini mengajarkan pembenaran melalui iman saja, bukan lewat kelakuan manusia atau perbuatan. Hal ini tidak benar sama sekali. Bahkan kegagalan untuk mengerti arti “melakukan hukum Taurat” adalah salah satu kesalahpahaman Protestan terbesar.
Seperti yang kita telah lihat, Yakobus berkata pada ayat Yakobus 2:24 bahwa seorang manusia dibenarkan lewat perbuatan dan bukan lewat iman saja. Yang dimaksud Roma 3:28 dan seluruh Perjanjian Baru dengan “melakukan hukum Taurat” adalah hukum-hukum Perjanjian Lama. “Hukum Taurat” berarti perbuatan-perbuatan dalam Hukum Lama. Hal ini tidak berarti seluruh pekerjaan dan perbuatan manusia. Paulus menulis kepada orang-orang yang terpaku pada dan beranggapan bahwa sistem Hukum Lama, dengan penyunatan, hukum tentang makanan bersih dan haram, korban ritual, dsb. tidak boleh tidak diikuti.
Konteks kitab Roma, tetapi juga khususnya Galatia 2:14 membuktikan bahwa apa yang dirujuk di sini adalah “hukum Taurat” di dalam Roma 3:28 dan ayat-ayat yang serupa. Perhatikan bahwa kata-kata “melakukan hukum Taurat” digunakan, dan hal ini merujuk khususnya kepada Hukum Lama (Hukum Perjanjian Lama), dan bukan semua pekerjaan atau perbuatan.
Perhatikan bahwa kata-kata “melakukan Hukum Taurat” jelas-jelas digunakan Paulus untuk orang-orang yang hidup “secara Yahudi” – yang mematuhi Hukum Lama, penyunatan, dst. Kata-kata ini tidak merujuk kepada semua pekerjaan dan perbuatan manusia. Hal ini jelas lewat di sepanjang kitab Galatia. Berikut contoh yang lain:
Seperti yang kita lihat lagi di sini, jelas bahwa sewaktu St. Paulus berbicara tentang “hukum Taurat”, dan bagaimana seseorang dapat dibenarkan lewat hal tersebut, ia berbicara tentang pekerjaan-pekerjaan Hukum Lama: penyunatan, dst. Ia tidak berbicara tentang semua pekerjaan! Orang-orang yang jujur tidak akan menggugat fakta ini. Ia hanya menunjukkan kepada mereka bahwa iman/agama/Gereja Yesus Kristus memiliki kekuatan sendiri. Ia berkata bahwa seseorang tidak harus mematuhi Hukum Lama dan sistemnya untuk memperoleh keselamatan yang datang dari Yesus Kristus. Berikut sebuah contoh lain:
Kita melihat lagi bahwa “hukum Taurat” merujuk kepada Hukum Lama: mematuhi penyunatan, dst. Tidak seorang pun dibenarkan oleh Hukum Lama. Kita juga melihat bahwa Paulus berbicara tentang Hukum Lama di Roma 3:28 (sewaktu ia menggunakan “melakukan hukum Taurat”), jika kita lihat baik-baik konteks Roma 3 dan 4.
Kita melihat bahwa ayat paling pertama di Roma 3 membahas penyunatan di Perjanjian Lama. St. Paulus menggarisbawahi kepada orang-orang Yahudi dan semua orang lain bahwa mereka tidak perlu mematuhi seluruh hukum ini untuk keselamatan, ataupun untuk bergabung ke dalam iman sejati kepada Allah yang telah diadakan oleh sang Juru Selamat, Yesus Kristus.
Filipi 3 adalah sebuah contoh lain yang membuktikan poin tentang apa yang dimaksudkan Kitab Suci dengan “hukum Taurat” dan “melakukan hukum Taurat” dan bekerja dalam hukum Taurat. Di Filipi 3, St. Paulus menjelaskan bahwa ia dulu adalah seorang Yahudi {Ibrani} yang mematuhi hukum Yahudi. Di dalam konteks yang persis ini ia berbicara tentang orang yang memiliki pembenaran/kebenaran yang bukan lewat kepatuhan terhadap hukum, tetapi lewat iman akan Yesus. Dalam kata lain, pernyataannya tentang pembenaran yang bukanlah lewat kepatuhan terhadap hukum memiliki arti bahwa pembenaran tidak datang dengan mematuhi Hukum Lama:
Jelas sekali bahwa sewaktu ia berbicara tentang kebenaran atau pembenaran yang adalah lewat iman – yang bukanlah karena menaati hukum Taurat – ia tidak mengajarkan pembenaran lewat iman saja. Tetapi, di sini ia menggarisbawahi bahwa hukum Yahudi tidak membenarkan dan tidak diperlukan untuk keselamatan.
Kita telah melihat banyak sekali ayat-ayat yang membuktikan bahwa perbuatan-perbuatan dan pekerjaan manusia adalah bagian yang menentukan apakah seseorang memiliki pembenaran dan keselamatan. Tentunya lewat “melakukan Hukum Taurat”, maksud Paulus adalah seseorang tidak diselamatkan lewat melakukan Hukum Lama tetapi lewat kepercayaan akan Yesus Kristus.
KASUS ABRAHAM MEMBANTAH TEOLOGI PROTESTAN -
KASUS INI MEMBUKTIKAN BAHWA PEMBENARAN BUKANLAH TINDAKAN SEKALI UNTUK SEUMUR HIDUP, MELAINKAN SESUATU YANG BERTAMBAH DAN DIJAGA MELALUI KETAATAN
Kitab Suci berkata bahwa Abraham (yang namanya diubah dari Abram) dibenarkan di dalam Kejadian 15:6 karena ia percaya apa yang dikatakan Allah tentang jumlah keturunannya.
Harus dikedepankan bahwa di dalam teologi Katolik, pembenaran yang diberikan di dalam Perjanjian Lama lebih rendah daripada di dalam Perjanjian Baru, di mana seseorang dipungut sebagai anak Allah. Bagaimanapun, poin-poin berikut tentang pembenaran Abraham di dalam Perjanjian Lama, yaitu hal yang disebutkan berulang kali di dalam Perjanjian Baru, cukup untuk kembali menghancurleburkan posisi Protestan tentang Pembenaran.
Abraham dibenarkan di dalam Kejadian 15:6. Jika, seperti yang dikatakan para Protestan, pembenaran bukanlah suatu proses, melainkan suatu kejadian yang berlangsung satu kali di mana Allah menerapkan pembenaran kepada seseorang sebagai hasil dari iman saja, maka Abraham tidak mungkin dapat dibenarkan sebelum ataupun sesudah Kejadian 15:6. Hal ini sangat sederhana. Tetapi, Kitab Suci mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan sebelum dan sesudah Kejadian 15:6.
Maka, Abraham dibenarkan oleh iman di dalam Kejadian 12, tiga bab (dan kemungkinan bertahun-tahun) sebelum ia percaya kepada Allah (tentang jumlah keturunan yang akan dimilikinya) di dalam Kejadian 15:6, pada waktu di mana ia dibenarkan kembali. Jika seseorang berpikir bahwa kepercayaan Abraham ini di dalam Kejadian 12 tidak membenarkannya, harus ditunjukkan bahwa keseluruhan dari Ibrani 11 berkenaan dengan iman yang membenarkan. Maka, tidak terdapat keraguan bahwa Ibrani 11:8 mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan oleh iman di dalam Kejadian 12.
Maka, untuk membuat hal ini sesederhana mungkin, Kitab Suci mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan tiga kali, dalam waktu yang berbeda:
1) Di dalam Kejadian 12:1-4 (lihat Ibrani 11:8 – “Karena iman Abraham taat...”)
2) Di dalam Kejadian 15:6 (lihat Kejadian 15:6 – “percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”)
3) Di dalam Kejadian 22:10 (lihat Yakobus 2:21 – “...Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya”)
Hal ini membuktikan bahwa pembenaran bukanlah suatu hal yang terjadi sekali untuk seumur hidup, seperti yang dikatakan para Protestan, melainkan suatu proses. Hal ini menunjukkan bahwa pembenaran adalah suatu proses yang DIKUATKAN DAN DIPERBESAR DENGAN CARA TERUS PERCAYA DAN OLEH KETAATAN YANG DILAKUKAN BERULANG KALI. Kenyataannya, hanya di dalam Kejadian 22-lah, setelah Abraham dengan mulia mempersembahkan putranya sebagai kurban yang menunjukkan ketaatannya kepada perintah Allah, bahwa Allah “bersumpah” untuk memberkati keturunan-keturunan Abraham (Kejadian 22:16-17). Tindakan Abraham yang taat memeteraikan imannya dan memperbesar/menguatkan/mempertahankan pembenarannya.
Sangatlah penting untuk mengerti hal ini tentang proses pembenaran Abraham. Dengan mengerti hal ini, seseorang mendapatkan kunci untuk mengerti suatu poin lain, yang telah membingungkan banyak orang. Poin tersebut berhubungan dengan alasan bahwa Kitab Suci terkesan menekankan, di satu tempat, kenyataan bahwa Abraham tidak dibenarkan oleh perbuatan (Roma 4), sedangkan di tempat lain, Kitab Suci menyatakan dan menekankan bahwa Abraham dibenarkan oleh perbuatan (Yakobus 2:21-24). Ajaran Kitab Suci tentang pembenaran Abraham, serta poin-poin yang telah kami buat tentang apa yang dimaksudkan Kitab Suci dengan “pekerjaan-pekerjaan Hukum Lama,” menunjukkan jawaban yang sederhana terhadap permasalahan ini.
Di dalam Roma 3 dan 4, St. Paulus menulis kepada orang-orang tentang pekerjaan Hukum Lama. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, ia berbicara kepada orang-orang yang percaya atau yang cemas bahwa keselamatan bergantung kepada sistem penyunatan di dalam Perjanjian Lama, dsb. Untuk membuktikan kepada orang-orang ini bahwa pembenaran tidak secara mutlak bergantung kepada Hukum Lama, penyunatan, dsb. – yaitu hal yang begitu melekat kepada banyak orang – Paulus memberikan contoh bagaimana Abraham dibenarkan oleh imannya di dalam Kejadian 15:6, yang berlangsung sebelum ia disunat di dalam Kejadian 17:
Maka, maksud St. Paulus adalah bahwa jika Allah dapat membenarkan Abraham oleh iman sebelum penyunatan (seperti yang ditunjukkan contoh ini), Allah dapat membenarkan anda, jika anda tunduk kepada iman akan Yesus dan menyingkirkan penyunatan, dsb. Inilah maksud yang persis dari St. Paulus. Hal tersebut harus dimengerti sewaktu seseorang membaca bab ini. Maksud St. Paulus bukanlah bahwa jika anda tunduk kepada Yesus dan iman akan Yesus, tidak satu pun dari tindakan manusiawi anda, perbuatan atau dosa akan memengaruhi pembenaran anda!
Maka, sewaktu Paulus mengatakan hal berikut di dalam Roma 4:1-4...
...ia jelas berbicara di dalam konteks perbandingan antara sistem perbuatan di dalam Perjanjian Lama dengan kekuatan yang dimiliki Allah untuk membenarkan orang-orang yang menerima iman kepada-Nya di luar sistem perbuatan dari Perjanjian Lama. Inilah subjek dan konteks yang persis dari masalah ini. St. Paulus tidak mengajarkan bahwa pembenaran melalui iman di dalam Kristus terpisahkan dari segala perbuatan dan pekerjaan manusia.
Tetapi, di dalam Yakobus 2, subjek dan konteksnya berbeda. Yakobus 2 berhubungan dengan pengajaran kepada umat Kristiani bahwa iman akan Kristus saja tidak cukup. Ajaran tersebut berhubungan dengan hidup Kristiani dan hidup pada umumnya, dan bukan tentang pengajaran bahwa sistem Perjanjian Lama tidak mengikat. Seseorang dapat berkata secara benar bahwa di dalam Yakobus 2, subjeknya adalah permasalahan yang sedang kita diskusikan, yaitu ide Protestan bahwa manusia dibenarkan oleh imannya di dalam Yesus saja. Dan ide tersebut dicela sebagai suatu ide yang sama sekali salah.
Maka, kita dapat melihat bagaimana para Protestan telah begitu salah mengerti ayat-ayat Kitab Suci ini. Dengan melakukan hal tersebut, mereka telah membangun suatu agama sesat dan Injil yang sesat, yang sama sekali bertentangan dengan seluruh pesan Kita Suci.
Gereja Katolik telah tetap bersetia terhadap ajaran Kitab Suci tentang pembenaran karena Gereja Katolik adalah Gereja yang satu dan sejati. Untuk dapat diselamatkan, seseorang perlu menjadi anggota Gereja ini.
Dengan fakta-fakta ini, kita bisa melihat kesalahan tragis jutaan orang Protestan. Hal ini telah menggiring mereka kepada kekeliruan pembenaran lewat iman saja dan keselamatan kekal abadi – ide yang bertentangan seratus delapan puluh derajat dengan seluruh Kitab Suci, perlunya menghindari dosa, perumpamaan Yesus, dst.
Tidakkah ironis bahwa surat St. Petrus, Paus Gereja Katolik pertama, mengutuk para Protestan yang memutarbalikkan surat-surat St. Paulus menuju kebinasaan mereka sendiri akibat penolakan mereka untuk tunduk terhadap Kepausan?
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...