^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Melawan Yahudi - Diskursus I Santo Yohanes Krisostomus
Diskursus Melawan Yahudi
(DISCOURS CONTRE LES JUIFS – ADVERSUS IUDAEOS)
Diskursus Pertama
1. Saya pada hari ini bertekad menyelesaikan yang masih harus saya bahas sehubungan perkara yang baru-baru ini saya dedahkan kepada anda, dan menghadirkan semakin banyak bukti bahwa Allah itu tak terselami. Sebab, pada hari Minggu lalu, perkara ini sudah saya bahas panjang lebar, dengan mengangkat kesaksian Yesaya, Daud dan Paulus. Siapa gerangan akan bercerita tentang kelahiran-Nya (Yesaya, LIII, 8.)?, seru yang pertama. Yang kedua bersyukur kepada-Nya karena diri-Nya tak terselami. Akan kupuji Engkau, sebab diri-Mu yang mengagumkan itu telah Kauperlihatkan dengan dahsyat: agunglah karya-karya-Mu. (Ps. CXXXVIII, 14.) Dan juga: Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. (Ibid., 6.) Adapun Paulus, tak diarahkan pencariannya itu untuk menyelidiki hakikat Allah sendiri, namun hanya untuk menyelidiki Penyelenggaraan-Nya. Dan karena Paulus baru memahami satu saja aspek Penyelenggaraan-Nya yang telah diperlihatkan-Nya itu dengan memanggil bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan melihat-Nya bagaikan lautan raya nan luas, Paulus pun berseru: O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (Rom. XI, 33).
Bukti-bukti ini pada kenyataannya cukup memuaskan. Namun saya tidak puas membahas para nabi saja, takkan saya batasi diri saya dengan para Rasul saja. Saya sudah mendaki sampai ke langit, dan sudah saya perlihatkan anda laskar malaikat, yang berkata: Kemuliaan kepada Allah di tempat yang Mahatinggi, dan damai di bumi kepada orang yang berkenan kepada-Nya! (Lukas II, 14) Sudah anda dengar seruan para serafim yang masih berada dalam ketakjuban dan ketakutan: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya! (Yesaya VI, 3.) Pada seruan mereka itu saya padukan pula para kerub yang membuat pekikan: Terberkatilah kemulian-Nya di tempat kediaman-Nya. (Yehezkiel III, 12) Lantas di bumi, tiga saksi, dan di langit tiga saksi; mereka telah menerangkan betapa tak terselaminya kemuliaan Allah. Terlebih, penjelasan mereka ini menyediakan bukti yang sedemikian gemilangnya, dan sorak-sorainya begitu riuh; panggungnya memanas dan para hadirinnya terbakar dengan semangat. Adapun saya, saya mengucap syukur, bukan karena orang menyoraki diri saya, namun karena Tuhanku dimuliakan. Sebab, sorak-sorai dan puji-pujian itu memperlihatkan cinta dari hati anda kepada Allah. Para hamba yang tulus mengabdi majikan mereka merasakan kasih sayang yang begitu hangat kepada orang yang mereka dengar memuji sang majikan itu; seperti itu jugalah yang telah anda lakukan: semangat sorak-sorai anda yang membara itu telah memperlihatkan besar cinta kasih anda kepada Allah sang Maha Guru. Maka saya pada hari ini bertekad pula bertempur dalam pertarungan yang sama. Sebab, jikalau para musuh kebenaran tidak kenyang menghujat sang Penyedia kebaikan umat manusia, betapa kita harus lebih terbakar lagi dengan gairah tak terpadamkan untuk menyiarkan pujian kepada Allah semesta alam.
Namun apa daya? Ada penyakit lain, penyakit terparah yang bisa dibayangkan, penyakit yang memerlukan semua obat yang kita punya: penyakit itu harus kita obati dengan ajaran-ajaran kita. Penyakit ini adalah yang sedang merundung tubuh Gereja sendiri. Menyembuhkannya haruslah menjadi perhatian kita yang terutama. Yang pertama-tama harus dirawat adalah keluarga kita, orang asing harus menanti untuk kemudian.
Tetapi apakah gerangan penyakit ini? Pesta-pesta selenggaraan orang-orang Yahudi celaka ini akan segera tiba; pesta-pesta berkelanjutan dan tiada henti: sangkakala, tabernakel, puasa, dan banyak dari orang-orang yang selembaga dengan kita, yang berkata diri mereka sepemikiran dengan kita, mereka menghadiri pesta-pesta itu. Yang satu datang untuk menonton pesta-pesta tersebut, yang lain malah mengambil bagian di dalamnya, dan menunaikan puasa Yahudi. Dari adat bejat inilah, saya hendak membebaskan Gereja sekarang. Sebab diskursus-diskursus melawan kaum Anomean sesungguhnya dapat disampaikan di waktu lain, dan anda juga tidak akan menderita karena penundaan itu. Namun saudara-saudara kita telah terjangkiti malapetaka Yahudi. Kalau kita tidak memberi mereka obat-obatannya sekarang, menjelang pesta-pesta Yahudi itu, dan menjelang masa akan segera diselenggarakannya pesta-pesta tersebut, patut ditakuti akan adanya beberapa orang berkebiasaan buruk dan sangat kurang pengetahuan, yang turut serta dalam kefasikan-kefasikan Yahudi, dan ketika itu terjadi, akan berguna apa diskursus-diskursus kita ini? Sebab kalau mereka tidak diwanti-wanti sejak hari ini, mereka akan berpuasa dengan Yahudi, dan ketika dosa telah diperbuat, akan sia-sia kita datang membawa obat. Oleh sebab itulah saya bergegas pergi ke garis depan. Para tabib bertindak seperti itu; penyakit-penyakit paling mendesak dan terperihlah yang mereka serang pertama-tama. Selain itu, ada keterkaitan sempurna antara kedua kontroversi yang sedang kita kobarkan ini. Ada hubungan antara kefasikan kaum Anomean dengan kefasikan orang Yahudi: lantas ada juga hubungan antara pertarungan-pertarungan kita sebelumnya dengan yang hadir pada hari ini. Kaum Anomean pada hari ini terbentur batu sandungan yang sama dengan yang mememarkan orang Yahudi. Tuduhan apakah yang dilontarkan Yahudi kepada Yesus Kristus? Mereka menuduh-Nya berkata bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri, dengan demikian menjadikan diri-Nya setara dengan Allah. (Yohanes, V, 18). Kaum Anomean pun mencela-Nya berbuat demikian juga, atau yang mereka lakukan bukanlah mencela, namun menghapus kata-kata serta makna Kitab Suci, kalau bukan dengan tangan, setidak-tidaknya dengan pikiran dan keinginan mereka.
2. Dan janganlah anda terkejut karena saya menyebut Yahudi celaka. Mereka bahwasanya memang celaka dan patut dikeluhkan, mereka-merekalah itu yang telah menepis begitu banyak kebaikan yang sudah datang dari Surga dalam genggaman tangan mereka, dan yang telah menolak kebaikan-kebaikan itu dalam ketegartengkukan teramat durjana. Mentari kebenaran di waktu fajar telah terbit di hadapan mereka, namun mereka telah menepis sinar-sinar-Nya dan mereka terduduk dalam kegelapan. Sebaliknya, kita yang dahulu ditimang dalam kegelapan, telah menarik terang untuk mendatangi kita, dan kita sudah terbebas dari gelap kesalahan. Mereka dahulu adalah cabang yang tumbuh dari akar suci, dan mereka telah dipatahkan (Roma XI, 16, 17); namun kita yang dahulu tak berpegang pada akarnya, telah menghasilkan buah-buah kesalehan. Dahulu merekalah yang mengenal para nabi sejak awal mulanya, dan mereka telah menyalibkan Dia yang dulu diwartakan para nabi; kita, yang dahulu tidak mendengar nubuat-nubuat suci, kita telah menyembah Dia yang dulu diberitakan oleh para nabi. Mereka itu celaka, karena telah didatangkan kebaikan-kebaikan kepada mereka, namun mereka menepisnya, sedangkan orang-orang lain bersukacita atas kebaikan-kebaikan itu dan menarik kebaikan-kebaikan tersebut datang kepada mereka. Yahudi yang sama itulah, yang dahulu kala dipanggil untuk diangkat sebagai anak-anak, mereka sudah turun segolongan dengan keluarga anjing-anjing; namun kita yang dahulu kala adalah anjing-anjing, kita mampu, dengan pertolongan rahmat Allah, meninggalkan irasionalitas kita mula-mula, dan terangkat dalam martabat menjadi anak-anak. Mau saya buktikan dari Kitab Sucikah? Tidak baik mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anak anjing (Matius XV, 26), ujar Kristus kepada perempuan Kanaan. Di sini, Yahudilah yang disebut anak-anak, dan sebutan anjing diberikan kepada mereka yang terlahir dari bangsa-bangsa. Namun lihatlah bagaimana tatanan ini sudah terjungkir balik, bagaimana mereka telah menjadi anjing, dan kita anak-anak. Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, karena kitalah orang-orang bersunat yang sebenarnya. (Filipi III, 2, 3.) Anda lihat, Santo Paulus memberi sebutan anjing-anjing kepada mereka yang dalam Injil disebut sebagai anak-anak. Bersediakah anda melihat sebutan anak-anak yang dianugerahkan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, ternodakan dahulu kala dengan cercaan anjing-anjing? Dengarkanlah: Tetapi semua orang yang menerima-Nya, dia berkata, diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah. Tiada yang lebih nahas daripada orang-orang Yahudi itu, mereka yang dalam segala keadaan berlari menuju kebinasaan. Ketika mereka dulu diharuskan menjaga Hukum Lama, mereka menginjak-injaknya, dan sekarang, ketika Hukum itu sudah berakhir, mereka dengan sebegitu menggebu-gebu menjaganya. Tiada yang patut dikasihani daripada bangsa yang senantiasa menyulut murka Allah, bukan hanya dengan pelanggaran mereka, namun juga dengan menaati Hukum Lama. Itulah sebabnya ada perkataan: Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus (Kisah Para Rasul VII, 51), bukan hanya karena melanggar hukum, namun juga karena terlambat menaatinya.
Keras kepala! Tiada yang lebih benar daripada sebutan ini, sebab mereka tidak mau memikul kuk yang dipasang oleh Yesus Kristus, meskipun kuk-Nya itu manis, dan tiada padanya yang berat atau menyusahkan. Belajarlah dari Aku, Dia berkata bahwasanya, sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati, dan pikullah kuk yang Kupasang padamu, sebab kuk yang Kupasang itu manis dan beban-Ku ringan. (Matius XI, 29, 30.) Namun akibat kepala keras, mereka telah menolak memikulnya; dan tidak hanya tidak mau memikulnya, mereka justru memecahkan dan mematahkannya. Sebab, ada perkataan sebab dari dahulu kala engkau telah mematahkan kukmu, telah memutuskan tali pengikatmu. (Yeremia II, 20; V, 5; dan Mazmur II, 3.) Dan yang berkata demikian bukanlah Santo Paulus, sebab sang Nabilah yang mengeluarkan jerit kesakitan itu; dengan istilah-istilah kuk serta tali pengikat, maksudnya adalah simbol otoritas. Namun Yahudi telah menolak kedudukan rajani milik Kristus, ketika mereka dulu berkata: Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar. (Yohanes, XIX, 15.) Dengan perkataan itu, hai bangsa Yahudi, engkau telah mematahkan kuk yang sah, engkau telah memutuskan tali pengikat yang datang dari Allah; engkau telah mengucilkan dirimu sendiri dari kerajaan Surga, dan telah kautundukkan dirimu kepada kuasa insani. Pertimbangkanlah hai saudara-saudaraku, betapa persisnya cara sang Nabi memperdengarkan ketidaksabaran Yahudi dalam menahan hasrat. Bahwasanya dia tidak berkata: engkau telah menolak kuk, namun: engkau telah mematahkan kuk; itu adalah kemaksiatan khas binatang terbakar nafsu, mengamuk dan memberontak terhadap segala macam perintah.
Namun, dari manakah datangnya kekeraskepalaan mereka itu? Dari kerakusan dan kemabukan. Siapa yang telah berkata demikian? Musa sendiri. Lalu menjadi gemuklah Yesyurun (Israel), dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun. (Ulangan XXXII, 15). Binatang-binatang tak berakal, yang telah menjadi tambun karena makanan berlimpah-ruah, menjadi lebih pemberontak dan tidak menurut: mereka tidak mau memikul kuk, mengarungi cobaan, ataupun menuruti tangan kusirnya; seperti itu jugalah bangsa Yahudi, mabuk dan terlampau tambun, bergegas menjerumuskan diri ke dalam kejahatan ekstrem, dia menendang ke belakang, dia tidak mau menerima kuk yang dipasang Yesus Kristus, tidak mau juga dia dengan jinak menarik pedati ajaran-Nya. Itu jugalah yang telah diperdengarkan oleh seorang nabi lain, seraya berkata: Sebab Israel degil seperti lembu yang degil. (Hosea IV, 16). Nabi lain memberi mereka sebutan: Anak lembu yang tidak terlatih. (Yeremia XXXI, 18.) Namun meski binatang-binatang ini tidak baik untuk dipekerjakan, mereka baik untuk dibawa ke pembantaian. Yang serupa itu telah tiba bagi Yahudi; sudah tidak layak dipekerjakan, mereka baiknya dibawa ke pembantaian. Itulah sebabnya Yesus Kristus sendiri telah berkata: Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku. (Lukas XIX, 27). Karena itulah, hai Yahudi, engkau dulu harus berpuasa, ketika kemabukan dulu sedang mendorongmu masuk lubang jurang segala kemalangan, ketika kerakusan dulu sedang menuntunmu kepada kefasikan, dan bukan sekarang; sebab sekarang, puasamu sudah terlambat dan keji. Siapa gerangan yang mengucapkan perkataan ini? Yesaya sendiri, yang berseru dengan suara lantang: Puasamu ini tidak berkenan kepada-Ku, firman Tuhan, mengapa? Sebab, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi, dan kamu mengacungkan tinju kepada para hambamu. (Yesaya LVIII, 4, 5.) Kalau ketika engkau memukul kawan-kawanmu dengan perbudakan, keji sudah lantas puasamu, lalu setelah engkau membunuh sang Guru, puasamu berkenankah? Adakah kemungkinannya, dan besarkah?
Haruslah mereka yang berpuasa hening, sesal hatinya, rendah hatinya, tidak mabuk dengan amarah; namun engkau memukul kawan-kawanmu dengan malapetaka? Dahulu kala, bangsa Yahudi berpuasa untuk berbantah dan berkelahi; sekarang, untuk berserah diri kepada persundalan dan percabulan ekstrem, dengan menari telanjang kaki di tempat-tempat umum. Memang benar bahwa dalihnya mereka berpuasa, namun perbuatannya adalah aksi orang mabuk. Dengarkanlah cara berpuasa yang difirmankan sang Nabi: Adakanlah puasa yang kudus, ujarnya. Tidak dikatakannya: Jadikanlah puasa bahan tontonan; maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua (Yoel, I, 14) Namun mereka, mereka itu menghimpun para pelacur, ke dalam sinagoga mereka masukkan panggung sandiwara lengkap dengan para aktor; sebab sinagoga dengan panggung sandiwara, tidak ada bedanya. Saya tahu benar bahwa akan ada beberapa yang menuduh saya berkata-kata lancang; namun saya sendiri juga akan menuduh lancang mereka yang tidak mau berpikir seperti saya sehubungan hal itu; kalau tuduhannya datang dari saya seorang, biarlah saya dihukum, saya sepakat; namun kalau saya ini hanya mengulangi perkataan Nabi, hendaknya orang percaya pernyataan saya.
3. Saya tahu bahwa banyak orang menghormati Yahudi, dan mengira ritus-ritus mereka itu terhormat, bahkan di hari ini sekalipun; itulah sebabnya saya mau cepat-cepat memberantas opini berbahaya itu. Sudah saya katakan bahwa sinagoga tak menawarkan hal apa pun yang menjadikannya lebih berkenan daripada panggung sandiwara, dan soal itu, saya andalkan Nabi yang bersaksi demikian: Yahudi tidak lebih patut dipercayai daripada para nabi. Lalu memang apa yang dikatakan sang Nabi? Tetapi dahimu adalah dahi perempuan sundal, engkau tidak mengenal malu. (Yeremia III, 3.) Tempat berdiamnya perempuan sundal adalah tempat perzinaan; namun tidak lengkap kalau hanya dikata bahwa sinagoga adalah tempat perzinaan dan panggung sandiwara; sinagoga juga adalah sarang penyamun dan suaka binatang buas. Sebab ada perkataan: Rumahmu bagi-Ku telah menjadi sarang dubuk (Yeremia VII, 11), bukan semata-mata binatang buas, namun binatang najis. Dan masih ada lagi: Aku telah meninggalkan rumah-Ku, Aku telah meninggalkan warisan-Ku. (Idem, XII, 7.) Namun ketika ditinggal Allah, harapan keselamatan apakah yang tersisa? Ketika Allah meninggalkan suatu tempat, tempat itu menjadi kediaman iblis. Sesungguhnya, mereka benar-benar menyatakan bahwa mereka juga menyembah Allah benar; namun, jangan sampai Allah berkenan kita mengatakannya! Tak ada orang Yahudi yang menyembah Allah. Yang menyatakan demikian adalah Putra Allah sendiri. Sebab, ujar-Nya, jika kamu mengenal Bapa-Ku, tentunya kamu juga mengenal Aku, tetapi baik Aku maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. (Yohanes, VIII, 19.) Adakah saya mampu menyajikan kesaksian yang lebih tepercaya daripada itu?
Lantas jika mereka tidak mengenal Bapa, jika mereka telah menyalibkan Putra dan telah menolak pertolongan Roh, siapa gerangan berani menyangkal bahwa sinagoga adalah kediaman roh-roh jahat? Allah tidak disembah di tempat itu, sama sekali tidak! Namun sinagoga sekarang adalah bait penyembahan berhala; tetapi beberapa orang menghampiri tempat-tempat itu seolah-olah itu tempat suci.
Dan dasar perkataan saya itu bukanlah spekulasi sederhana, namun diajarkan oleh pengalaman sendiri. Tiga hari lalu (percayalah saya, saya tidak sedang berbohong), saya melihat seorang pria busuk dan bodoh, mengaku-ngaku Kristen, sebab tidak pernah ada orang Kristen tulus berbuat yang saya lihat dia lakukan. Saya benar-benar melihat dia mendesak seorang perempuan lajang, lurus dan terhormat, untuk masuk sinagoga. Lelaki itu sedang terlibat dalam proses hukum, dan membujuk perempuan itu supaya mengambil sumpah untuk membantu kasusnya. Mendekati tempat perempuan itu ditarik tanpa sepersetujuannya, si perempuan meminta tolong, dan melawan kekerasan durjana itu dengan marah, karena dia tidak diperbolehkan masuk tempat semacam itu, dia yang telah mengambil bagian dalam misteri-misteri ilahi. Terbakar semangat, saya bergegas menolongnya, dan saya lawan kejahatan jahanam yang telah menimpanya itu, dan saya menyingkirkan si perempuan dari genggaman tangan laki-laki kurang ajar itu. Lalu saya bertanya kepada si pelaku kekerasan, apabila dia orang Kristen, dan dia mengakuinya. Kemudian, saya mendesaknya keras-keras, memarahi dia atas kebodohan serta perilaku dungunya. Saya sampai-sampai berkata kepadanya, bahwa hatinya tidak lebih tinggi dari hati keledai, sebab mengaku-ngaku penyembah Yesus Kristus, dia justru menarik seseorang ke sarang Yahudi yang telah menyalibkan Yesus Kristus ... saya bertanya kepada laki-laki itu, apa alasannya dia ingin mendesak perempuan itu masuk perhimpunan orang Yahudi, dan bukan ke dalam gereja. Jawabnya kepada saya, banyak orang telah meyakinkannya bahwa sumpah yang diambil di tempat itu lebih dahsyat daripada sumpah lainnya. Jawaban seperti itu membangkitkan rasa perih dan amarah dalam diri saya, dan pada akhirnya membuat saya tertawa. Melihat tipu daya iblis itu, saya mengeluh karena ia punya kuasa meyakinkan manusia tentang hal-hal semacam itu. Kemudian, memikirkan kebodohan orang-orang yang membiarkan diri terjebak oleh jerat-jerat semacam itu, saya terbakar amarah. Lalu, mempertimbangkan janggal dan bodohnya opini seperti itu, saya mulai tertawa.
Kejadian-kejadian semacam itu tak menimbulkan rasa marah atau iba pada diri anda, seperti yang pastinya timbul terhadap pelaku atau korbannya, dan cerita yang baru saja anda dengar dari saya itu, saya gunakan untuk memberi anda teguran ini. Waktu anda melihat salah seorang saudara anda jatuh dalam kesalahan-kesalahan serupa, anda percaya bahwa itu adalah kemalangan yang tidak ada urusannya dengan diri anda dan anda juga sama sekali tidak berkepentingan. Anda pun beralasan untuk menjawab teguran yang diberikan kepada anda, dengan berkata: Apa urusannya denganku? Ada kesamaan apa, orang itu dengan aku? Kata-kata itu meniupkan kebencian mematikan terhadap manusia dan kekejaman setan. Berkata apa anda ini? Anda manusia, anggota keluarga manusia, anggota badan besar yang dikepalai Yesus Kristus. Lantas anda lalu berani berkata bahwa tidak ada kesamaannya, anda dengan para anggota lain dari tubuh yang sama! Bukankah Yesus Kristus kepala Gereja? Dan bukankah kepala itu tentu saja mempersatukan semua anggotanya? Bukankah kepala itu pusat berhimpunnya mereka semua bersama-sama? Kalau tidak ada persamaan antara anda dengan orang yang bersama anda merupakan anggota tubuh yang sama, lantas tidak ada persamaan antara anda dengan saudara anda, kepala anda bukanlah Yesus Kristus. Yahudi menakut-nakuti anda seperti anak kecil, dan anda tidak menyadari hal itu. Anda kenali topeng-topeng itu, momok konyol yang digunakan oleh alan-alan istana untuk menakut-nakuti anak kecil; mereka pada kenyataannya sama sekali tidak menakutkan, tak bisa anda tidak tertawa ketika melihat dampak yang ditimbulkannya pada khayalan anak-anak: seperti itulah! Momok yang digunakan oleh Yahudi demi menakut-nakuti orang Kristen lemah, sama sekali tiada lebih seriusnya; dan teror yang mereka munculkan juga sama hampa serta konyolnya. Alih-alih menimbulkan rasa takut kepada anda, Yudaisme lebih patut membuat anda tertawa atau marah, agama mereka bersama dengan para pengikut sekte yang patut dibenci itu; orang-orang tua renta yang sudah dihukum oleh putusan-putusan keadilan Allah.
4. Tidak demikian adanya dengan Gereja-Gereja kita; gereja-gereja kita sungguh benar mengerikan dan sarat ketakutan suci. Tempat kediaman Allah yang menitahkan kehidupan dan kematian, adalah tempat mengerikan. (Matius, X, 28.) Di situlah anda mendengar wejangan-wejangan pembawa keselamatan tentang hukuman-hukuman abadi, tentang lautan api, tentang ulat dengan gigitan berbisa, tentang tali pengikat yang tak terputuskan, tentang kegelapan yang di luar. (Ibid., XXII, 13.) Yahudi tidak tahu apa-apa tentang hal-hal itu, gagasan terhalus tentang masa depan itu bahkan belum tebersit pada angan-angan mereka; mereka hidup hanya demi perut mereka, yang mereka dambakan hanyalah hal-hal di masa kini, tiada yang membuat mereka lebih luhur dari babi dan kambing, karena mereka itu gasang dan rakus. Yang mereka tahu hanyalah satu hal: memenuhi perut mereka dan mabuk-mabukan, berkelahi demi para penari dan saling melukai satu sama lain memperkarakan kereta kuda. Kudus dan mengerikankah tempat yang mereka anggap suci itu? Siapa gerangan mau berkata demikian? … Tidak seperti itu, tidak, tidak demikian adanya. Sebab tempat penginapan lebih tidak terhormat daripada istana para raja, dan sinagoga masih lebih tidak terhormat lagi daripada tempat penginapan mana pun. Sinagoga adalah tempat menginapnya para penyamun, orang jangak dan bahkan roh-roh jahat; seperti itu jugalah adanya dengan jiwa Yahudi. Demikianlah yang akan saya upayakan untuk buktikan kepada anda pada akhir diskursus ini. Maka saya hendak mendorong anda agar terutama mengingat bagian dari ajaran saya ini. Sebab, tujuan kita berbicara sekarang ini bukanlah untuk pamer atau mendapat sorak-sorai, namun untuk menyembuhkan jiwa-jiwa anda. Masih bisa berkata apakah anda soal pembenaran anda, kalau ketika sudah dirawat begitu banyak tabib, ada dari anda sekalian yang masih saja sakit?
Para Rasul dulu berjumlah dua belas, dan mereka menarik semua orang datang kepada Injil. Kebanyakan orang di kota sekarang menganut agama Kristen, dan dari antara mereka, masih ada beberapa yang terkena penyakit Yudaisme. Mau berdalih apa, kita ini yang masih sehat? Tentu saja, mereka yang terkena wabah itu sangat besar kesalahannya, namun kita sendiri bukannya tak bercela, kalau meninggalkan mereka dalam penyakit yang mereka idap. Rawatan yang kita berikan pasti akan menyembuhkan mereka, seandainya saja mereka masih bisa kita rawat. Itulah sebabnya anda masing-masing harus menjaga saudara anda supaya jangan bergaul dengan Yahudi; demikianlah nasihat yang saya berikan kepada anda untuk lakukan … jangan anda sisihkan apa-apa demi merenggut saudara anda dari pukat iblis dan membebaskan saudara anda itu dari segala pergaulan dengan para pembunuh Yesus Kristus. Katakan kepada saya, kalau seandainya di tempat umum, anda melihat seseorang yang dijatuhi hukuman secara adil dan dibawa untuk disiksa, dan anda punya kuasa untuk melepaskan orang itu dari tangan algojonya, bukankah anda akan berbuat segala sesuatu untuk membebaskannya? Sekarang, anda melihat saudara anda diseret dengan tidak adil dan kejam, bukan oleh algojo, namun oleh Iblis, menuju lubang jurang kebinasaan, dan anda memutuskan tidak akan menawarkan upaya anda kepadanya demi membebaskan saudara anda itu dari belenggu kejahatan? Sungguh kelalaian yang tak patut diampuni! – Tetapi saudara saya itu lebih kuat dari saya, kata anda. – Perlihatkanlah saudara anda kepada saya, lebih baik saya berserah nyawa daripada membiarkan pendosa itu mendekati ambang pintu sinagoga, kalau dia tetap tegar dalam pikiran-pikiran yang sama. Anda sudah memilih keduniawian, menghambalah anda bersama dunia; sebab dunia dan anak-anaknya adalah hamba, seturut perkataan sang Rasul. (Galatia, IV, 25). Anda berpuasa dengan Yahudi: baiklah! Lantas lepaskanlah pula alas kaki anda bersama Yahudi, pergilah telanjang kaki dengan tempat umum dan berpartisipasilah dalam perbuatan-perbuatan mesum serta kekonyolan mereka. Namun anda takkan berani, anda akan malu, muka anda akan memerah! Apa kata anda? Anda malu dengan perbuatan-perbuatan mereka tetapi anda tidak malu dengan kefasikan mereka! Jangan harap Allah mengampuni anda karena anda Kristen setengah-setengah. Percayalah dengan saya, lebih baik saya berkorban nyawa, daripada lalai dan membiarkan salah satu dari anda menderita penyakit ini, seandainya saya melihat itu terjadi; namun kalau itu tidak saya ketahui, lantas Allah tidak akan menganggap saya bersalah karena melalaikan hal yang tidak saya ketahui.
Hendaknya anda masing-masing merenung dan janganlah anda percaya bahwa tanggung jawab bersama dan solidaritas manusia ini adalah perkara enteng. Tidak perhatiankah anda kepada kata-kata yang sering diucapkan oleh diakon dengan suara lantang dalam misteri-misteri: Kenalilah satu sama lain; perhatikan, diakon menugaskan anda supaya menyelidiki baik-baik para saudara anda. Ikutilah nasihat ini sehubungan kaum Yudaiser. Ketika anda mengenal ada orang yang meyudaisasi, hentikan dia, cela dia, supaya anda sendiri jangan mengambil bagian dalam bahaya itu. Di medan perang, ketika tersingkap bahwa di antara para tentara, ada yang berpihak pada bangsa Barbar, dan yang sepemikiran dengan bangsa Persia, lantas yang mendapat hukuman mati bukanlah satu orang itu saja, namun juga semua orang yang tahu tentang fakta itu dan tidak mengungkapkannya kepada jenderal. Karena anda adalah serdadu Yesus Kristus, periksalah baik-baik dan selidikilah apabila ada orang asing yang telah bercampur dengan anda, dan singkapkan orang itu, bukan karena anda ingin mendatangkan maut kepadanya, bukan supaya dia dihukum dan disiksa, namun supaya kta bisa membebaskannya dari kesalahan dan kefasikan, dan menjadikannya milik kita seutuh-utuhnya. Kalau anda tak mau melakukannya dan anda menyembunyikannya secara sengaja, ketahuilah bahwasanya, bahwa diri anda akan beroleh hukuman yang sama dengan orang itu. Santo Paulus juga (Roma I, 32), tidak hanya menyerahkan orang-orang pelaku kejahatan kepada hukuman dan siksaan, namun juga mereka yang menyetujuinya. Dan sang Nabi (Mazmur XLIX, 18) menyerahkan para perampok dan juga kaki tangan mereka kepada hukuman yang sama, dan itu sungguh benar. Sebab, orang yang tahu seseorang yang berbuat jahat, dan menyembunyikan serta menutup-nutupi perihal itu, memberi dukungan kepada kejahatannya, dan menempatkan orang tersebut dalam keadaan untuk berbuat jahat dengan lebih aman.
5. Namun kita harus kembali membahas penyakit-penyakit kita. Lantas berpikirlah ketika anda hendak berpuasa: anda mau berpuasa dengan mereka yang dulu berseru: Salibkan Dia, salibkan Dia (Lukas, XXIII, 21.); dengan mereka yang dulu berkata: Biarlah darah-Nya ditanggungkan kepada kami dan anak-anak kami. (Matius XXVII, 23, 25.) Seandainya seseorang telah dihukum karena berkhianat terhadap negara, beranikah anda mendekati dan bercakap-cakap dengan orang itu? Saya kira tidak. Lantas, bukankah absurd, begitu berhati-hatinya menjauhi orang-orang yang menjahati manusia, namun bersekutu dengan mereka yang telah menghina Allah sendiri? Anda menyembah Sang Tersalib, dan anda pergi merayakan pesta-pesta dengan mereka yang telah memasang-Nya pada kayu salib! Ini bukan hanya kegilaan, namun kegilaan tingkat tertinggi.
Namun karena masih ada beberapa orang yang mengira bahwa sinagoga adalah tempat suci, perlu disampaikan beberapa patah kata untuk menepis gagasan keliru ini. Sebab mengapakah anda menghormati tempat yang seharusnya dibenci, diperkejikan dan patut dijauhi? Hukum Lama, ujar mereka, disimpan di sana, dan juga kitab-kitab nubuat. Memang apa dampaknya itu? Apa! Cukupkah ada kitab-kitab suci di suatu tempat, untuk menjadikan tempat itu suci pula? Sama sekali tidak. Adapun saya, saya jauh lebih membenci sinagoga. Sinagoga mempunyai para nabi, namun mereka tidak percaya para nabi. Sinagoga mengenal kitab-kitab suci, namun tidak menerima kesaksian kitab-kitab itu. Bukankah itu penghinaan sampai batas terakhir? Katakan kepada saya, seandainya anda melihat orang terhormat, tersohor, mulia, dituntun ke kabaret atau sarang penyamun, dan di sana, orang itu dihina, digocoh dan harus menderita penghinaan-penghinaan terberat, maukah anda mengagumi penginapan atau kedai minuman itu karena orang agung, orang mulia itu telah masuk ke dalam sana dan dicerca serta dihina? Saya kira tidak; dan itu akan menjadi sebab utama anda membenci tempat tersebut dan menjauhinya. Gunakan pemikiran yang sama terhadap sinagoga. Yahudi telah membawa para nabi dan Musa ke sinagoga, namun bukan untuk menghormati mereka, melainkan justru untuk menghina serta mencaci-maki mereka. Yahudi berkata bahwa orang-orang kudus itu tidak mengenal Yesus Kristus, dan bahwa mereka tidak pernah berbicara tentang kedatangan-Nya, adakah penghinaan yang bisa mereka buat lebih besar lagi? Mereka berani-beraninya menjadikan orang-orang agung itu sebagai kaki tangan kefasikan mereka! Lantas haruslah mereka dibenci, mereka dan sinagoga mereka, atas alasan utama bahwa mereka telah menghina para nabi suci.
Namun hendak berbicara apakah saya ini tentang kitab-kitab dan tempat-tempat mereka? Pada zaman persekusi, para algojo memegang jasad para martir dalam genggaman tangan mereka. Jasad itu mereka koyak dan mereka dera; lantas apakah tangan mereka menjadi suci karena telah menyiksa jasad para kudus? Sama sekali tidak! Tangan mereka yang telah menjamah jasad para kudus tetap bernoda, karena tangan mereka itu telah menjamah jasad orang kudus demi menganiaya mereka; dan orang-orang yang menyimpan karya tulis para kudus demi menghina mereka, sama seperti para algojo melecehkan jasad para martir, akan patut dihormati! Sungguh absurd! Kalau jasad yang disimpan demi menghina orang kudusnya, tidak hanya tidak menguduskan orang yang menyimpannya, namun justru memperkental noda pada diri mereka, kitab-kitab yang dibaca tanpa iman akan jauh lebih tidak berguna lagi bagi para membacanya. Tiada yang lebih baik menyingkap kefasikan Yahudi, selain menyimpan kitab-kitab suci seperti yang mereka lakukan, dengan cara pandang mereka itu. Kebersalahan mereka akan lebih tidak besar dari yang mereka punya sekarang, seandainya mereka dahulu tidak punya para nabi; kefasikan mereka akan lebih ringan, seandainya mereka dulu tidak membaca kitab-kitab suci; sekarang, Yahudi sama sekali tidak bisa berharap diampuni karena mereka memiliki para pembawa pesan kebenaran, namun mereka tergerak melawan para pembawa pesan itu dan melawan kebenaran, dengan penuh rasa permusuhan. Kalau Yahudi menyimpan para nabi hanya demi memperlakukan mereka sebagai seteru, jelas adanya bahwa keadaan ini memperparah kebersalahan mereka. Lantas saya nasihati anda supaya menjauhi pertemuan Yahudi dan menjaga jarak anda sejauh mungkin. Dengan pergi ke pertemuan mereka, anda menjadi penyebab skandal besar bagi para saudara anda. Pada saat itu juga, anda memberi kesempatan bagi Yahudi untuk tenggelam dalam kecongkakan gila. Sebab, dengan melihat diri anda, para penyembah Yesus Kristus yang telah disalibkan oleh Yahudi, mencari-cari upacara-upacara para Yahudi yang sama itu dan menghormati upacara-upacara tersebut, bagaimanakah orang-orang Kristen lemah tidak menjadi yakin bahwa yang dilakukan Yahudi dalam pertemuan-pertemuan mereka itu baik sekali, sedangkan misteri-misteri kita sama sekali tidak bernilai apa-apa, karena anda menghormati serta merayakan upacara-upacara Yahudi, dan bergegas untuk bercengkerama bersama mereka yang merupakan seteru bebuyutan misteri-misteri kita? Ada perkataan, Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai “pengetahuan”, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? (1 Korintus, VIII, 10). Adapun saya, saya beri tahu anda: Barang siapa melihat anda, anda yang mempunyai pengetahuan, pergi ke sinagoga dan menonton sangkakala, tidak akan terpautkah hati nurani orang lemah itu untuk mengagumi upacara-upacara Yahudi? Barang siapa tersandung tidak hanya menderita hukuman atas tersandungnya dirinya sendiri, namun dia juga dihukum karena telah menyandung orang-orang lain akibat teladannya. Demikian pula, barang siapa tetap teguh dalam tanggung jawabnya, tidak hanya dimahkotai karena semangat pribadinya, namun juga dipuji karena dialah yang paling membakar gairah orang lain untuk meneladaninya. Maka jauhilah perkumpulan-perkumpulan maupun tempat-tempat pertemuan Yahudi, dan hendaknya tidak seorang pun menghaturkan hormat kepada sinagoga karena kitab-kitab yang mereka simpan: itu justru merupakan alasan tambahan untuk membenci dan menjauhi sinagoga, karena, kalau mereka menyimpan karya tulis para nabi suci, itu dilakukan Yahudi untuk menghina mereka dengan tidak memercayai perkataan mereka; sebab karya-karya tulis yang sama itu hanyalah menyingkap terang-benderang kefasikan sinagoga.
6. Dan agar anda tahu bahwa kitab-kitab suci tidak menguduskan tempat kitab-kitab itu disimpan, namun intensi mereka yang berkumpul di sana menista dan mengotori kitab-kitab itu, akan saya ceritakan anda sebuah kisah kuno. Sesudah Ptolemaius Filadelfus membuat koleksi buku-buku seluruh negerinya, ia mendapat kabar bahwa di kalangan Yahudi, ada kitab-kitab yang membahas Allah dan memuat asas-asas terbaik dalam bidang moral dan politik. Lantas dia datangkanlah orang-orang dari Yudea yang dia tugaskan untuk menerjemahkan kitab-kitab yang disimpannya dalam Serapeum, karena Ptolemaius adalah orang pagan … Lalu memangnya ada apa? Kuil Serapis lantas menjadi sucikah, karena memuat kitab-kitab suci? Tentu saja tidak! Kitab-kitab itu memiliki kekudusan sendiri yang tidak diteruskan kepada tempat kitab-kitab itu berada, akibat kejahatan orang-orang yang berhimpun di sana. Demikian juga adanya dengan sinagoga. Kalaupun di sinagoga tidak ada berhalanya, tetap saja roh-roh jahat menghuninya. Ini saya katakan tentang sinagoga yang ada di sini, serta yang ada di Dafne: di sinagoga itulah terdapat jendela alam bawah Neraka terngeri yang disebut Matrone. Saya pernah mendengar banyak umat beriman naik ke tempat itu dan tidur di dekatnya. Namun, janganlah Allah berkenan diri saya pernah menyebut mereka umat beriman! Di mata saya, santuarium Matrone dan Apolo sama najisnya. Dan kalau ada orang yang menegur saya berkata lancang, saya sendiri akan menegur kebodohan orang itu. Tempat tinggal roh-roh jahat masakan bukan tempat kefasikan, meski tidak ada arca yang dibangun di sana? Tempat berhimpunnya para pembunuh Yesus Kristus, tempat salib dihancurkan, tempat Allah dihujat, tempat Bapa tak dikenal, tempat Putra dihina, tempat rahmat Roh Kudus ditolak; lebih jauh lagi, tempat berkunjungnya orang-orang yang lebih buruk dari setan, bukankah itu tempat yang sebegitu luar biasa berbahayanya untuk dikunjungi? Dalam kuil-kuil berhala, setidak-tidaknya kefasikannya itu tersingkap dan kasatmata, dan tidak dapat dengan mudah menarik atau memperdayai orang, asalkan orang itu punya kecerdasan dan akal sehat; namun Yahudi, dengan berkata bahwa mereka menyembah Allah dan membenci berhala-berhala, bahwa mereka mempunyai para nabi dan menghormati mereka, Yahudi menjajakan umpan yang lebih mengecoh kepada orang lugu, dan dengan pukat mereka menjerat orang-orang sederhana dan bodoh yang tidak waspada. Kefasikan mereka sama dengan kefasikan orang pagan, namun tipu daya mereka menjadikan diri mereka lebih berbahaya. Di kalangan mereka juga berdiri mezbah penipuan tersembunyi, yang di atasnya mereka bukannya membakar domba dan anak lembu, namun jiwa manusia. Pada akhirnya, kalau anda punya rasa hormat takhayul kepada ibadat mereka, ada persamaan apakah anda dengan kami? Sebab, seandainya Yudaisme itu terhormat dan kudus, lantas Kekristenan itu sesat; kalau Kekristenan itu benar, seperti memang begitu adanya, Yudaisme hanyalah tipu muslihat hina. Saya tidak sedang berbicara tentang Kitab Suci, jangan sampai Allah berkenan! Sebab Kitab Sucilah yang membimbing saya sampai kepada Yesus Kristus, ibarat kata dituntun dengan tangan, namun yang sedang saya bicarakan adalah kefasikan Yahudi dan kegilaan mereka saat ini. Selebihnya, sudah tiba waktunya untuk membuktikan bagi anda, bahwa roh jahat tinggal dalam sinagoga, tidak hanya dalam sinagoga saja, namun juga dalam jiwa-jiwa Yahudi. Sebab, ada tertulis bahwa apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini. (Matius, XII, 43-45; Lukas, XI, 24-26.)
Anda lihat bahwa roh jahat menghuni jiwa-jiwa Yahudi, dan bahwa mereka di hari ini lebih buruk dari mereka dahulu kala; janganlah heran dengan hal ini. Sebab dahulu kala, mereka hanya berbuat fasik terhadap para nabi saja; namun di hari ini, perbuatan fasik mereka itu dilakukan terhadap sang Guru para nabi sendiri, yang kepada-Nya mereka luncurkan penghinaan-penghinaan mereka. Dan katakan kepada saya, dengan para pengikut setan inikah, dengan orang-orang yang dirasuki begitu banyak roh jahat inikah, dengan mereka yang hidup dengan membunuh dan membantai inikah, anda hendak berkumpul, dan anda tidak takut melakukannya? Bahkan, bertegur sapa dan bercakap-cakap saja diperbolehkankah, dengan mereka? Atau bukankah kita justru harus memunggungi mereka seperti pengidap sakit kusta, ibarat wabah yang menjangkiti umat manusia? Kejahatan macam apakah yang tak dinikmati Yahudi? Bukankah karya-karya tulis para nabi sarat tuduhan-tuduhan yang diluncurkan kepada Yahudi? Tragedi bersimbah darah manakah, kefasikan macam apakah yang tidak digerhanai oleh pembunuhan-pembunuhan yang mereka lakukan? Yahudi telah menumbalkan putra-putri mereka kepada roh jahat (Mazmur, CV, 37.); hukum alam telah mereka abaikan; telah mereka lupakan rasa sakit bersalin; telah mereka injak-injak segala perhatian yang patut didapatkan anak-anak; telah mereka jungkir balikkan segala landasan-landasan hukum kekerabatan mereka; mereka telah menjadi lebih biadab daripada segala macam binatang; sebab, binatang-binatang sering berkorban nyawa dan sampai tidak mengindahkan keberlangsungan hidup mereka sendiri demi melindungi anak-anak mereka. Namun Yahudi, tanpa kebutuhan apa-apa, menggunakan tangan mereka sendiri untuk menumbalkan anak-anak yang mereka lahirkan, guna menghormati para seteru hidup kita, roh-roh jahat pembawa bala. Lebih terkejut dengan apa kita: kefasikan mereka, kekejaman mereka, atau ketidakmanusiawian mereka? Karena mereka menumbalkan anak-anak mereka ataukah karena mereka menumbalkan anak-anak mereka kepada roh jahat? Namun dengan persundalan mereka, bukankah mereka sudah melampaui kegasangan penjahat? Dengarkanlah perkataan sang Nabi tentang kebobrokan mereka: Mereka seperti kuda-kuda jantan yang gemuk dan penuh nafsu, masing-masing meringkik menginginkan istri sesamanya. (Yeremia, V, 8.) Tidak dikatakannya: Masing-masing menginginkan istri sesamanya; namun diungkapkannya penuh tenaga, dengan jeritan binatang, kegilaan dari persundalan telah menjadi bimbingan mereka.
7. Masih harus berkata apa lagi, saya ini? Saya mau berbicara tentang penjarahan yang mereka lakukankah? Tentang ketamakan merekakah? Tentang orang miskin yang mereka perdayaikah? Tentang perampokan-perampokan yang mereka perbuatkah? Tentang cabaret dan tempat-tempat keji lain yang mereka dirikankah? Tetapi, satu hari penuh saja tidak akan cukup untuk mengisahkannya. Namun demikian, ujar beberapa orang, ada sesuatu yang besar dan megah pada pesta-pesta mereka. – Maka dengarkanlah para nabi, atau justru, dengarkanlah, betapa dengan bertenaganya Allah sendiri menolak mereka: Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu. (Amos, V, 21.) Allah membenci perayaan-perayaan itu, dan anda mau mengambil bagian di dalamnya? Dan Dia tidak berkata: pesta ini atau pesta itu, namun semuanya sama rata. Dibenci-Nya juga ibadat yang mereka persembahkan dengan gendang, dengan kecapi, dan dengan alat musik lainnya: maukah anda melihat buktinya? Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, ujar-Nya (Ibid., V, 23.), lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Allah berkata: Jauhkanlah dari pada-Ku, dan anda, anda mau berlari mendengar sangkakala-sangkakala? Tetapi, kurban-kurban serta persembahan-persembahan mereka tidak kejikah? Jangan lagi bawa persembahan yang sia-sia. Dupamu itu hal keji bagi-Ku. (Yesaya, I, 13). Bau dupa dipandang dengan keji, namun tempat dibakarnya dupa tidak keji? Dan kapankah dipandang kejinya? Dipandang keji sebelum mereka melakukan kejahatan utama mereka, sebelum mereka membunuh Guru mereka, sebelum kayu salib, sebelum membunuh Allah; sekarang, tidak lebih beratkah? – Namun adakah yang lebih harum daripada asap dupa? – Ya, namun yang dilihat oleh Allah bukanlah persembahan-persembahan lahiriahnya, namun intensi orang-orang yang mempersembahkannya. Dengan demikianlah Ia menilai persembahan-persembahan. Dahulu Ia memandang Habel, dan pada saat itu juga, Ia memandang persembahan-persembahan Habel dengan gembira. Dilihat-Nya pula Kain, namun ditolak-Nya kurban-kurban Kain. Tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya, demikianlah perkataannya. (Kejadian, IV, 5.) Dahulu, Nuh mempersembahkan kurban biri-biri kepada Allah, beserta anak lembu dan burung-burung; dan Kitab Suci berkata: Tuhan mencium persembahan yang harum itu (Kejadian, VIII, 21), maksudnya, Ia berkenan kepada yang dipersembahkan kepada-Nya: sebab Allah tidak punya lubang hidung, Ketuhanan tak berwujud. Yang naik dari sana adalah harum dan asap dari persembahan bakaran, dan tiada yang baunya lebih busuk dari jasad yang dibakar; namun untuk memberi tahu anda apabila Allah berkenan atau menolak persembahan bakaran, bergantung hanya pada intensi orang-orang yang mempersembahkannya, Kitab Suci menyebut harum bau dan asap kurban bakaran itu, sedangkan asap dupa disebutnya keji, sebab intensi mereka yang mempersembahkan dupa itu busuk dan tercela.
Selain kurban, alat musik, perayaan-perayaan dan asap rerempahan, Allah juga memandang tempat ibadat mereka keji, akibat orang-orang yang masuk ke dalamnya. Ini dibuktikan-Nya terutama dengan menyerahkan bait suci mereka kepada kaum Barbar pada suatu hari, dan pada akhirnya, dengan memorak-porandakannya sampai ke landasan-landasannya. Bahkan, sebelum penghancuran bait suci, Allah mewartakan melalui mulut Nabi: Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait Tuhan, bait Tuhan, bait Tuhan. (Yeremia, VII, 4.) Maka bukan tempat ibadat yang menguduskan orang-orang yang berkumpul di sana; namun mereka yang berkumpul di sanalah yang menyucikan tempat ibadat itu, jikalau orang-orang itu kudus. Apabila bait suci itu tidak berguna apa-apa, ketika para kerub, ketika tabut perjanjian didapati di sana, akan lebih tidak berguna lagi bait suci itu sesudah lambang-lambang mulianya dihancurkan, ketika kejijikan terhadap Allah telah menjadi ekstrem, ketika berita dan sebab kebencian yang lebih besar ditambahkan kepada yang lainnya. Betapa gila nan bodohnya, ketika orang-orang telah menjadi tua renta dan ditinggalkan Allah; ketika mereka telah mengecewakan Tuhan, karena menjadikan mereka kawan-kawannya untuk merayakan pesta-pesta! Katakan kepada saya, apabila seseorang membunuh salah seorang putra anda, setujukah anda berjumpa dengan orang itu, mendengarkannya dan menyampaikan perkataan kepada orang itu? Takkan anda jauhikah orang itu, seperti roh jahat, seperti Iblis sendiri? Telah mereka renggut nyawa Putra Tuhan anda, dan anda berani-beraninya bersekutu dengan mereka? Yesus Kristus yang telah mereka bunuh telah mengangkat anda sekalian, sampai menjadikan anda semua saudara-saudara-Nya serta ahli waris bersama diri-Nya, namun anda menghina-Nya sampai menghormati dan mengabdi para pembunuhnya serta para penyalib-Nya, dengan berpartisipasi dalam pesta-pesta mereka; sampai berlari ke pertemuan-pertemuan keji mereka, sampai masuk ke ruang depan najis mereka dan berpartisipasi di meja roh-roh jahat, sebab deisida (pembunuhan Allah) yang mereka lakukan membuat saya menyebut puasa Yahudi demikian. Sebab, bagaimanakah mereka yang berseteru melawan Allah bukan roh jahat?
Kepada roh jahat, anda meminta kesehatan? Namun ketika Yesus Kristus mengizinkan mereka masuk ke dalam babi-babi, mereka segera bergegas jatuh ke dalam lautan; namun mereka hendak menyisihkan badan manusia! (Matius, VIII, 31 dan seterusnya.) Semoga Allah berkenan mereka tidak menjadi pembunuh! Semoga Allah berkenan mereka tidak menyiapkan perangkap! Merekalah yang telah membuat bapa pertama kita terdepak keluar Firdaus, merekalah yang telah membuat manusia kehilangan warisan Surga dengan segenap usaha mereka, dan mereka hendak menyembuhkan badan? Sungguh konyol dongeng ini! Roh jahat tahu cara menyiapkan perangkap dan mencelakakan orang, namun tidak tahu caranya menyembuhkan. Katakan kepada saya, mereka tak menyisihkan jiwa, namun mereka bersedia menyisihkan raga? Mereka berusaha sekeras mungkin menghilangkan kerajaan Surga dari kita, yang menjadi panggilan Allah untuk kita, dan mereka bersedia berusaha membebaskan kita dari penyakit-penyakit kita? … Bersediakah anda menyembuhkan raga demi membinasakan jiwa? Negosiasi yang anda buat itu tidak baik: anda memurkakan Allah sang pencipta raga, dan anda memohon kesembuhan dari dia yang mempersiapkan jerat-jerat bagi anda? Namun orang pemercaya takhayul, akan dengan mudah menggiring anda dengan ilmu medis yang sama ini untuk menyembah ilah-ilah orang pagan. Orang pagan sering menyembuhkan banyak pengidap penyakit dengan ilmu mereka, dan mengembalikan kesembuhan bagi orang sakit. Lalu apa? Haruskah karena itu kita berpartisipasi dalam penyembahan berhala? Hendaknya Allah tak berkenan! Dengarkanlah perkataan Musa kepada Yahudi: Apabila seorang nabi atau seorang pemimpi bangkit di antaramu, dan dia memberimu suatu tanda atau mukjizat, dan tanda atau mukjizat yang ia ramalkan kepadamu itu terjadi, dengan mengatakan, Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak engkau kenal, dan mari kita beribadah kepadanya, maka janganlah mendengarkan perkataan nabi itu atau mimpi pemimpi itu. (Ulangan, XIII, 1, 2.) Yang dia maksud adalah sebagai berikut: Jika muncul seorang nabi dan dia membuat mukjizat, atau membangkitkan orang mati, atau menahirkan pengidap kusta, atau dalam membuat mukjizat itu, ia mengundang anda berbuat fasik, janganlah anda membiarkan diri diyakinkan demi terlaksananya mukjizat itu. Mengapa? Sebab Tuhan, Allahmu , sedang mengujimu untuk mengetahui, apakah kamu mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (Ibid., V, 3.) Roh jahat pasti tidak mendatangkan kesembuhan. Apabila terkadang, dengan seizin Allah, mereka, seperti manusia sendiri, sanggup menyembuhkan orang, izin itu diberikan kepada mereka untuk menguji anda, bukan karena Allah tidak tahu apa pun yang sedang terjadi, namun agar anda belajar menghalau semua roh jahat, bahkan yang menyembuhkan sekalipun.
Namun, apa yang saya maksudkan dengan kesembuhan raga? Seandainya ada orang yang mengancam anda dengan Neraka, demi membuat anda menyangkal Yesus Kristus, anda tidak boleh setuju melakukannya. Seandainnya ada orang menjanjikan anda kerajaan, demi membuat anda menyangkal Putra Tunggal Allah, tolaklah orang itu, bencilah orang itu, jadilah anda murid Paulus, dan buktikan diri anda setia kepada perkataannya, kepada jeritan yang diserukan oleh jiwa berbahagia nan agung itu: Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Roma, VIII, 38, 39.) Baik para malaikat, atau pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau makhluk lain yang mana pun juga tidak akan dapat memisahkan Paulus dari kasih Yesus Kristus, dan anda, kesembuhan badan membuat anda menyangkal Dia? Pengampunan apa yang lantas bisa anda harapkan? Tentu saja, Yesus Kristus haruslah lebih menakutkan daripada Neraka bagi kita, dan lebih didambakan daripada kerajaan; dan ketika kita jatuh sakit, lebih baik kita tetap tinggal dalam kerapuhan kita, daripada jatuh dalam kefasikan, demi terbebas dari penyakit itu. Ketika roh jahat sudah menyembuhkan kita, itu pastinya akan lebih membahayakan, daripada berfaedah untuk kita. Sesungguhnya, kesembuhan itu berguna bagi badan, yang tidak lama kemudian harus mati seutuh-utuhnya dan membusuk, namun demikian merusak jiwa yang tak kenal maut. Demikian pula, sering kali para pedagang budak menghadirkan permen, kue, permainan kecil, atau benda-benda serupa kepada anak-anak, untuk menarik mereka dengan umpan tersebut, dan melenyapkan kemerdekaan dan bahkan hidup sendiri dari mereka. Seperti itu jugalah roh-roh jahat menjanjikan kesembuhan untuk anggota badan, demi melenyapkan seutuh-utuhnya kesehatan dari jiwa untuk selama-lamanya. Kita, wahai umat terkasih, harus menolak janji-janji semacam itu dan di atas segala sesuatu harus mencari pelestarian diri kita dari kefasikan. Tak mampukah Ayub dahulu kala menyerah kepada bujukan-bujukan istrinya supaya menghujat Allah dan membebaskan diri dari cobaan yang dulu menindasnya? Maka, istri Ayub berkata kepadanya, Kutukilah Allahmu dan matilah. (Ayub, II, 9.) Namun Ayub lebih suka menderita, dirongrong dan menahan luka ngeri yang meliputi sekujur tubuhnya, daripada menghujat Allah demi membebaskan diri dari kemalangan-kemalangan yang sedang menimpanya. Tirulah Ayub; anda sedang menderita, roh jahat menawarkan pertolongan demi meloloskan diri anda dari cobaan yang sedang anda lalui, jangan biarkan diri anda terbujuk, dan seturut teladan orang bajik yang tak mampu dibujuk istrinya untuk menghina Allah, tolaklah rayuan-rayuan menyesatkan dari Iblis; tanggunglah penyakit badaniah itu dengan sabar, alih-alih kehilangan iman dan keselamatan jiwa anda. Allah tidak meninggalkan anda, Dia ingin semakin memurnikan kebajikan anda dengan mangkuk penderitaan. Pikullah penderitaan itu dengan tekun, supaya anda boleh mendengar perkataan ini: Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu? (Ayub, XL, 3.)
8. Saya masih bisa membahas dengan lebih panjang lebar lagi soal perkara ini, namun supaya ingatan anda tidak kewalahan, saya akan berhenti di sini, dengan menyampaikan perkataan Musa kepada anda: Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu. (Ulangan, XXX, 19.) Apabila ada dari anda, entah hadir atau tidak, pergi untuk menonton sangkakala-sangkakala Yahudi, atau hadir di sinagoga, atau naik ke bait Matrone, atau berpartisipasi dalam puasa, atau ambil bagian dalam Sabat, atau merayakan ritus Yahudi lain, entah kecil atau besar, hendaknya orang itu mengetahui bahwa saya tidak bersalah atas kebinasaannya, dan bahwa darahnya tidak akan ditanggungkan atas diri saya. Ajaran-ajaran ini akan diingatkan kepada diri kita, kepada anda dan saya, pada hari Tuhan kita Yesus Kristus, dan kalau anda patuh, ajaran-ajaran ini akan menjadi alasan anda bisa percaya diri pada hari mengerikan itu, namun jika anda tidak mau mendengar atau kalau anda menyembunyikan beberapa orang yang bersalah, ajaran-ajaran ini akan bersaksi terhadap anda bagaikan penuduh yang menggebu-gebu; Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu. (Kisah Para Rasul, XX, 27.), namun saya sudah menyerahkan uang kepada bankir. Andalah yang sekarang bertanggung jawab memperbesar jumlah yang sudah ditempatkan, demi keselamatan saudara-saudara anda, dari faedah yang telah anda tuai dengan mendengarkan. – Namun sulit dan memalukan, kalau harus menyingkap mereka yang berbuat kesalahan-kesalahan semacam itu? – Tentunya sulit dan memalukan kalau anda diam saja. Sebab, diamnya diri anda itulah sebab kebinasaan bagi anda yang terus diam dan mereka yang dilindungi akibat diamnya diri anda. Betapa jauh lebih berkenannya, tertimpa kebencian manusia, para rekan kehambaan kita, demi keselamatan mereka, daripada mengecewakan Allah, Guru kita, dan menjatuhkan murka-Nya atas kita ini? Murka manusia tidak bisa membahayakan anda; murkanya cepat atau lambat akan berubah menjadi rasa berterima kasih atas faedah yang telah anda hadirkan baginya; sedangkan kalau anda bungkam soal kekacauan hidup saudara anda, demi membantu dirinya dan membahayakannya, Allah akan membuat anda menderita hukuman terakhir. Bungkamnya diri anda akan mendatangkan permusuhan dengan Allah, dan pada saat itu juga membahayakan saudara anda; sedangkan menyingkap saudara anda itu dan mengungkapkannya, akan membuat diri anda menggembirakan Allah, dan anda akan memenangkan orang yang anda jadikan sahabat itu kepada kebenaran serta membuatnya paham kebaikan yang anda berikan kepadanya seiring berjalannya waktu.
Lantas jangan berpikir bahwa anda sedang membantu para saudara anda, kalau ketika anda melihat mereka pergi berbuat sesuatu yang tak pantas, anda tidak memarahi mereka dengan lebih tajam lagi. Kalau anda kehilangan mantel anda, yang anda anggap sebagai musuh anda bukan hanya pencurinya, namun juga orang yang mengenal si pencuri dan tidak mengungkapkannya. Ibu kita bersama bukan hanya kehilangan sehelai mantel saja, namun seorang anak; Iblis telah menculiknya dan sekarang menahannya dalam Yudaisme; anda kenal pencurinya, anda kenal penculiknya; anda lihat diri saya menyalakan sabda pengajaran bagai pelita, berlinang air mata, mencari ke mana-mana, dan anda terus diam saja? Anda tidak mau mengungkapkannya? Mau berharap mendapat pengampunan macam apa, anda ini? Bagaimanakah Gereja tidak menghitung anda sebagai salah seorang musuh terbesarnya, dan tak anda pandangkah Gereja sebagai seteru dan wabah penyakit? Namun jangan sampai Allah berkenan ada dari mereka yang mendengar nasihat ini pernah berbuat salah dengan mengkhianati seorang saudara, yang deminya Yesus Kristus telah wafat! Yesus Kristus telah menumpahkan darah-Nya demi dia; dan anda, anda tak punya hati untuk bertutur kata sedikit demi Dia? Jangan sampai seperti itu, jangan, saya mohon kepada anda; namun keluarlah cepat-cepat dari sini, pergilah anda dengan penuh semangat berburu jiwa-jiwa, dan hendaknya anda masing-masing membawa orang sakit kepada saya. Namun jangan sampai Allah berkenan jumlah orang sakitnya sama dengan pendengar saya di sini. Pergilah anda berdua-dua atau bertiga-tiga, bersepuluh atau berdua puluh demi membawa satu orang, supaya di hari itu, melihat tangkapan yang ada dalam pukat, saya bisa menyajikan anda santapan berlimpah-ruah. Sebab, jika saya melihat nasihat yang saya berikan kepada anda hari ini dilaksanakan, saya akan berusaha dengan lebih bersemangat untuk menyembuhkan orang-orang ini, dan akan timbul faedah yang lebih besar lagi baik bagi anda maupun bagi mereka. Maka janganlah anda lalaikan nasihat ini; namun hendaknya perempuan mencari perempuan, dan laki-laki mencari laki-laki, hendaknya para hamba mencari hamba, dan orang merdeka mencari orang merdeka, biarlah anak-anak mencari anak-anak; dan biarlah semua orang, singkat kata, berupaya sekuat tenaga berburu mereka yang mengidap penyakit-penyakit ini, supaya anda boleh hadir di pertemuan yang akan datang disambut sorak-sorai kami, dan agar sebelum datangnya puji-pujian kami, dari Allah anda beroleh imbalan besar, tak terlukiskan dan melampaui banyak karya kebajikan. Semoga Allah berkenan agar kita semua berhasil melakukannya demi rahmat dan kasih kepada manusia milik Yesus Kristus. Dialah sang perantara dan yang empunya kemuliaan bersama dengan Bapa dan Roh Kudus juga, sekarang dan selama-lamanya, untuk sepanjang segala abad. Amin.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Prancis berikut.
Œuvres complètes de Saint Jean Chrysostome [Karya Lengkap Santo Yohanes Krisostomus], diterjemahkan pertama kalinya ke dalam bahasa Prancis dengan bimbingan M. Jeannin, T. II, Arras, Victor Brunet, Libraire-Éditeur, Louis Guérin, Imprimeur-Éditeur, 1864, hal. 279-290.
St Aloysius Gonzaga doakanlah kami. Bantulah kami maju dalam mengutamakan kerendahan hati setiap hari. 🙏
Kita 3 bulanBaca lebih lanjut...Pengamatan menarik. Lebih relevan lagi karena banyak dari materi kami membahas bidah-bidah & kemurtadan Vatikan II, yang melibatkan orang-orang yang mengaku Katolik, padahal sebenarnya tidak, karena banyak dari mereka telah...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Berarti anda tidak paham ttg arti katholik, jadi anda belajar yg tekun lagi spy cerdas dlm komen
Orang kudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Anda bahkan tidak percaya bahwa Yesus mendirikan Gereja Katolik, dan anda menyebut diri Katolik. Sungguh sebuah aib. Yesus jelas-jelas mendirikan Gereja di atas Santo Petrus (Mat. 16:18-19), yakni Gereja Katolik,...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Membaca artikel-artikel di Website ini, aku ingat satu ayat di Kitab Amsal. "Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati."...
St. Paul 5 bulanBaca lebih lanjut...Saya katolik, tetapi hanya perkataan Yesus yang saya hormati, yaitu tentang cinta kasih. Yesus tidak mendirikan gereja katolik. Anda paham arti cinta kasih? Cinta kasih tidak memandang. Tuhan meminta kita...
Kapten.80 6 bulanBaca lebih lanjut...Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 7 bulanBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 8 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 8 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 8 bulanBaca lebih lanjut...