Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Paus Leo XIII: “Tiada tanggung jawab yang lebih ditekankan secara mendesak oleh Kristus dan para Rasul-Nya, baik melalui prinsip maupun teladan daripada tanggung jawab untuk berdoa dan memohon kepada Yang Mahakuasa. Para Bapa dan Doktor di kemudian hari telah mengajarkan bahwa perkara ini menyangkut kebutuhan yang sedemikian besarnya, sehingga jika manusia lalai untuk melaksanakannya, sia-sia mereka mengharapkan kehidupan kekal. Setiap orang yang berdoa menemukan pintu yang terbuka … mintalah, carilah, ketuklah (Mt. 7:7).” (Fidentem piumque animum #2)
Paus Pius XI (1937): “Tiada yang dapat membutakan orang terhadap harta yang ditimbun dalam Perjanjian Lama, selain ketidaktahuan dan kecongkakan.” (Mit brennender sorge #15)
St. Petrus Kanisius (abad ke-16): “Mengejutkan adanya bahwa orang Kristen tidak merasa luar biasa malu, mereka yang mencemari diri mereka sendiri dengan hawa nafsu yang kotor di hadapan Allah dan para malaikat-Nya, meskipun mereka telah mengonsekrasikan badan dan anggota mereka dalam Pembaptisan sebagai bait yang murni bagi Roh Kudus, dan bagi Kristus Tuhan kita.”
“Ingatlah hal itu dan jadilah malu, pertimbangkanlah dalam hati, hai orang-orang pemberontak! Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan ....” (Yesaya 46:8-10)
St. Robertus Bellarminus: “ … para musuh kita … miskin dalam argumen, dan kaya akan fitnah ….” (De Iustificatione, Buku I, Bab 3.)
St. Ignatius dari Antiokhia (106): “Namun lihatlah orang-orang yang punya gagasan-gagasan sesat tentang rahmat Yesus Kristus dan telah mendatangi kita, dan lihatlah betapa bertentangan diri mereka dengan benak Allah … Mereka bahkan pantang Ekaristi dan pantang berdoa publik, sebab mereka tidak mau mengakui bahwa Ekaristi adalah tubuh yang sama dari Tuhan kita Yesus Kristus, yang dagingnya menderita demi dosa-dosa kita, dan yang dibangkitkan kembali oleh Bapa kebaikan-Nya.” (Surat kepada Jemaat di Smirna)
St. Fransiskus Xaverius (1543): “ … saya bahwasanya berduka lara ketika memikirkan bahwa roh-roh jahat, alih-alih Allah, disembah oleh orang-orang pagan yang buta ini, dan saya meminta agar mereka lalu mendengarkan saya. Lalu, dengan suara lantang saya mengulangi Syahadat Para Rasul dan Sepuluh Perintah Allah. Setelahnya, saya memberi mereka dalam bahasa mereka sendiri, suatu penjelasan singkat, dan memberi tahu mereka apa itu Firdaus dan apa itu Neraka, dan juga siapa saja yang masuk Surga untuk bergabung dalam persahabatan orang-orang terberkati, dan siapa saja yang akan dikirim ke Neraka untuk mendapat siksaan-siksaan kekal. Mendengar hal-hal ini, mereka semua bangkit dan berdiri yang satu dengan yang lainnya untuk merangkul saya, dan mengaku bahwa Allah orang Kristen adalah Allah benar, dan hukum-hukum-Nya begitu bersahabat dengan akal.”
Paus Pius XI (1937): “Karena Kristus … telah menuntaskan karya Penebusan, dan dengan menghancurkan kerajaan dosa, berjasa meraih rahmat bagi kita untuk menjadi anak-anak Allah, sejak hari itu tiada nama lain di bawah Surga yang telah diberikan kepada manusia, yang olehnya kita harus diselamatkan (Kisah Para Rasul 4:12).”
St. Louis de Montfort (1710): “Maka bagian utama devosi [sejati kepada Maria] ini adalah berserah seutuhnya kepada Bunda kita, supaya melaluinya, kita menjadi kepunyaan Yesus seutuhnya. Harus kita berikan kepadanya (1) raga kita, bersama segala indra dan anggotanya; (2) jiwa kita, bersama segala kekuatannya; (3) harta lahiriah kepunyaan kita, entah di masa kini atau yang akan datang; (4) harta batiniah dan rohaniah yang kita punya, yakni jasa-jasa serta kebajikan-kebajikan kita, dan juga perbuatan-perbuatan baik kita, di masa lalu, sekarang dan di masa depan … terlebih, kita harus melakukannya, tanpa mengklaim atau mengharapkan pahala lain atas persembahan dan pelayanan kita, selain kehormatan sebagai kepunyaan Yesus Kristus melalui Maria dan dalam Maria ....” (Devosi Sejati kepada Maria #121)
“Agustinus berkata bahwa perempuan itu [Hawa] tidak mungkin percaya kata-kata ular, seandainya dia belum menyerah dalam cinta akan kekuatannya sendiri, dan dalam kecongkakan diri yang gegabah.” (St. Thomas Aquinas, Summa Theologiae, Bagian I, Pertanyaan 94, Artikel 4, Jawaban kepada Penolakan 1)
St. Gregorius Nazianzus: “ … kedengkian yang mematikan tiada beristirahat, iri hati yang menghancurkan segala sesuatu, entah secara terbuka atau tersembunyi. Kuasalah yang membawakan saya awal mula masalah-masalah saya.”
Tentang transformasi luar biasa di Meksiko, menyusul penampakan Bunda Maria dari Guadalupe: “Sembilan juta pembaptisan yang terjadi antara penampakan Bunda Maria dari Guadalupe dan kematian Juan Diego serta Uskup Zumarraga di tahun 1548 menciptakan komunitas-komunitas Kristiani besar di seluruh bagian besar Meksiko Tengah … Gereja-gereja dihiasi oleh para seniman Indian dengan fresko dan arca-arca – sebuah dunia yang direnggut dari kengerian-kengerian yang dahulunya mereka lukiskan dan pahat pada zaman Penyihir Kolibri [dewa satanik bangsa Aztek].” (Carroll, A History of Christendom [Sejarah Kekristenan], Vol. 4, hal. 625)
Markus 4:16-17: “Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.”
St. Agustinus (415): “Barang siapa sudi berkata bahwa bayi-bayi yang meninggalkan hidup ini tanpa mengambil bagian di dalam Sakramen [Pembaptisan] sekalipun, akan dijadikan hidup dalam Kristus, sungguh-sungguh menentang khotbah sang Rasul dan mengutuk segenap Gereja ....”
2 Petrus 3:10 – “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.”
Paus Pelagius II, surat (1) Quod ad dilectionem, 585: “Bagaimanapun, barang siapa mengusulkan, atau percaya, maupun sedemikian gegabahnya sehingga mengajarkan hal yang bertentangan dengan iman ini, hendaknya ia mengetahui bahwa ia dikutuk dan dianatemakan seturut pendapat dari para Bapa yang sama … Maka pertimbangkanlah kenyataan bahwa barang siapa belum berada dalam damai dan kesatuan Gereja, tak dapat memiliki Tuhan.” (Denzinger 246)
St. Alfonsus (sekitar tahun 1755): “Tuhan telah berjanji bahwa Ia akan mengabulkan siapa pun yang berdoa kepada-nya: Omnis enim qui petit, accipit. Tetapi Ia tidak mendengarkan doa-doa orang yang angkuh; Santo Yakobus berkata bahwa Ia melawan mereka, sedangkan Ia penuh kemurahan hati kepada orang-orang yang rendah hati; humilibus autem dat gratiam … Santo Agustinus meminta khazanah kerendahan hati dari Allah: Domine, concede mihi thesaurum humilitatis … Santa Teresa sendiri mengajarkan kita bahwa pertolongan-pertolongan terbesar yang diterimanya dari Allah, diterimanya sewaktu dalam doa, ia berdiri dengan kerendahan hati yang teramat mendalam di hadapan-Nya.”
Paus Gregorius XVI, Mirari Vos, 15 Agustus 1832: “Itulah pula tujuan yang sama yang hendak dicapai oleh kaum Waldens, Beghards, dan para pengikut Wycliffe serta para putra Belial lainnya yang sejenis, mereka yang adalah sampah dan aib umat manusia. Dan itulah sebabnya, mereka sepatutnya dijatuhi anatema yang begitu seringnya mereka dapatkan dari Takhta Apostolik.”
St. Louis De Montfort (1710): “St. Bonaventura berkata di dalam ‘Buku Mazmur’-nya bahwa barang siapa mengabaikan Bunda Maria akan meninggal di dalam dosa-dosanya dan akan menjadi terkutuk. Lantas, bila hukuman untuk mengabaikan dirinya demikian adanya, akan seperti apakah hukuman yang dipersiapkan bagi mereka yang sesungguhnya membuat orang-orang berpaling dari devosi mereka?” (Rahasia Rosario, Mawar ke-9)
Paus Pius XI (1931): “Santa Perawan Maria adalah Bunda Allah; maka dari itu, ia jauh lebih mulia dari semua malaikat, bahkan para Serafim dan Kerubim sekalipun. Dialah Bunda Allah; oleh sebab itulah ia teramat murni dan teramat suci, sehingga setelah Allah, tiada kemurnian lebih besar yang dapat dibayangkan.” (Lux Veritatis #42)
^