| Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
| Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
St. Aloysius Gonzaga (sekitar tahun 1585): “Kurangnya perhatian yang layak dalam doa batin adalah alasan beberapa orang memiliki semangat begitu redup dalam melayani Allah dan memberikan ruang sebegitu leluasa kepada hasrat diri mereka.”
Yesus berkata: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku” (Yohanes 14:1).
St. Yohanes Eudes (abad XVII): “Sebab tak terhitung jumlahnya dari antara mereka yang tidak akan menyerahkan diri kepada kekacauan begitu banyak, seandainya saja mereka tahu bahwa mereka telah menjalin sebuah kontrak dengan Allah. Melalui kontrak ini, mereka telah berjanji agar tidak menyerahkan diri kepada suatu dosa pun, agar mereka menjaga kesetiaan tak terganggu gugat kepada sang Raja ilahi. Seandainya saja mereka tahu bahwa dengan melanggar janji ini, mereka kehilangan rahmat pemberian Allah kepada mereka dalam pembaptisan, serta hak yang dahulu telah mereka peroleh untuk mewarisi kehidupan kekal, dan kembali menjadi anak-anak serta hamba-hamba iblis.”
Paus Paulus III, Konsili Trente, Sesi 5: “ … iman Katolik kita, yang ‘tanpanya mustahil adanya untuk berkenan kepada Allah’ [Ibrani 11:6].” (Denzinger 787)
St. Alfonsus (sekitar tahun 1745): “Semakin dalam jiwa terjatuh ke dalam dosa, semakin dirinya terbelenggu oleh kuasa-kuasa Neraka ….”
Paus St. Gregorius VII: “Barang siapa tidak angkat suara melawan orang-orang fasik karena mempertimbangkan jabatannya, orang itu sepakat dengan mereka; dan barang siapa tidak mengenyahkan hal-hal yang seharusnya dibuang, ia melakukan hal-hal tersebut.”
St. Yohanes Eudes (abad XVII): “Teladan buruk adalah batu sandungan besar pada jalan menuju kebajikan. Teladan buruk adalah racun yang menjangkiti darah kehidupan bermasyarakat, dan menyebabkan ribuan jiwa binasa setiap harinya.”
St. Yohanes Krisostomus (387): “Apa yang mungkin lebih buruk dari Nerala? Namun tiada yang lebih berfaedah dari rasa takut akan Neraka! Sebab takut akan Neraka memperolehkan kita mahkota kerajaan.”
St. Bonifasius, 747 M: Setiap uskup hendaknya “menginstruksikan umat … melarang ritus-ritus pagan, tilikan, ramalan, tenung, azimat, jampi-jampi, dan segala … kemaksiatan.”
Paus Eugenius IV, Konsili Basel, Sesi 19, 7 September 1434:
“Di samping itu, Kami percaya bahwa dengan pertolongan Allah, persemakmuran Kristiani akan memperoleh suatu faedah yang lain; sebab sekalinya persatuan ini terbentuk, terdapat harapan bahwa begitu banyak pengikut sekte Mahomet [Muhammad] yang keji akan berkonversi kepada iman Katolik.”
St. Petrus Kanisius: “Dosa (seturut kesaksian St. Agustinus) adalah kehendak untuk mempertahankan atau mendapat yang dilarang oleh Keadilan, dan yang mampu tidak dilakukan manusia.” (Summa Doctrinae Christianae)
St. Yohanes Krisostomus (sekitar tahun 386): “Sebab seandainya kebenaran tidak terpapar kontradiksi di tengah-tengah manusia, kebajikan tidak akan mendapat peneguhan yang layak. Namun pertandingan yang diperkenankan, membuat jelas terang kebenaran, bagi jiwa yang bertekun.”
Paus St. Gregorius VII: “Sebab anda tahu bahwa kemuliaan dan kenikmatan hampa dunia ini berubah-ubah dan menyesatkan. Anda tahu bahwa segala daging setiap harinya bergegas menuju penghabisannya dan bahwa kepastian maut tidak menyayangkan yang mau ataupun yang tak mau. Anda tahu bahwa para raja sama halnya kaum papa akan menjadi debu dan abu dan bahwa kita semua akan datang untuk diselidiki secara ketat pada Pengadilan yang akan datang ....”
St. Gregorius dari Nazianzus (sekitar tahun 380): “Saya sendiri kadang kala sudah memanggil nama Kristus, dan baru-baru menuturkan nama agung itu, roh-roh jahat tercerai-berai dan tunggang-langgang melarikan diri dengan gaduhnya, nyaring-nyaring memekikkan kuasa dan daya Allah yang Kekal.”
“Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.’ Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’ Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi. Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita ….” (Lukas 24:36-53)
“ … menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: ‘Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya.” (Matius 28 :1-6)
“Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: ‘Salam, hai Raja orang Yahudi!’ Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.” (Matius 27:27-30)
“Mereka menerima Yesus. Sambil memikul salib-Nya pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: ‘Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.’ Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: ‘Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.’ Jawab Pilatus: ‘Apa yang kutulis, tetap tertulis.’” (Yohanes 19:16-22)
St. Katarina dari Siena kepada Beato Raimundus dari Kapua: “Aku sudah melihat rasa sakit di Neraka dan Api Penyucian, [yang] sebegitu besarnya sehingga tiada lidah manusia yang mampu menyatakannya. Aku juga sudah melihat kegembiraan di Surga dan kemuliaan Allah Mempelaiku; hanya dengan memikirkan itu saja, jiwaku penuh kebencian terhadap segala sesuatu di muka bumi.”
St. Anselmus, Doktor Gereja, Prosologion, Bab 1: “Sebab aku tidak ingin paham agar bisa percaya, namun aku percaya agar bisa paham. Sebab hal ini kupercayai juga: yakni ‘jika aku tak percaya, aku takkan bisa paham.”
^