^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Kata Kitab Suci tentang Penghormatan kepada Santo-Santa
Gereja Katolik mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah: yakni Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putra dan Roh Kudus, tiga pribadi ilahi dalam satu Allah. Yesus Kristus adalah pribadi kedua Allah Tritunggal Mahakudus, Allah benar dan manusia benar. Hanya Allah sendirilah yang disembah dan dipuja. Penyembahan atau pemujaan ini hanya diberikan kepada Allah saja, dan disebut sebagai latria.
Orang-orang Katolik hanya menyembah Allah Tritunggal Mahakudus
Santo-santa di Surga tidak disembah, namun dihormati sebagai orang-orang kudus milik Allah di Surga. Penghormatan, bukan penyembahan, yang diberikan kepada santo-santa, disebut dulia.
Penghormatan dulia diberikan kepada para kudus, seperti St. Ludovikus IX; St. Yohana dari Ark; dan St. Fransiskus Xaverius.
Penghormatan yang diberikan kepada yang terutama dari semua orang kudus, ditujukan kepada Bunda Allah, dan disebut hiperdulia. Hiperdulia juga adalah penghormatan, bukan penyembahan atau pemujaan. Karena ini sekarang sudah dibuat jelas, lantas akan kita tengok ajaran Kitab Suci soal doa dan penghormatan kepada santo-santa, bagaimana para kudus menjadi perantara bagi Allah, relikui-relikui para kudus, dan lain-lain. Ada banyak hal dalam Kitab Suci pada perkara ini yang mungkin belum anda ketahui.
Penghormatan istimewa hiperdulia diberikan hanya kepada Bunda Allah yang kudus, Santa Perawan Maria.
Pertama-tama, harus kita pertimbangkan ajaran Kitab Suci tentang bagaimana para kudus menjadi perantara kepada Allah.
KITAB SUCI MENGAJARKAN BAHWA MANUSIA MENJADI PERANTARA KEPADA ALLAH –
MUSA MEMILIKI KEKUATAN PERANTARAAN YANG LUAR BIASA KEPADA ALLAH
Perantaraan Musa kepada Allah begitu kuasanya, sehingga Allah sampai meminta Musa supaya membiarkan-Nya menghancurkan bangsa Israel. Janganlah hal ini diartikan bahwa Allah yang Mahakuasa bisa atau pernah ditaklukkan oleh manusia, namun justru Allah dengan kuasa digerakkan dan dipengaruhi oleh hubungan erat manusia ini dengan diri-Nya. Musa memohon kepada-Nya agar Ia tidak menghancurkan mereka, dan Allah berbelas kasih karena Musa. Seperti yang kita lihat, tidak semua manusia setara di hadapan Allah. Tidak semua manusia punya kekuatan perantaraan yang sama kepada-Nya. Perantaraan luar biasa para kudus sangatlah kuat dan efektif.
Musa memiliki kekuatan perantaraan yang besar kepada Allah.
ABRAHAM MEMILIKI KEKUATAN PERANTARAAN YANG LUAR BIASA DENGAN ALLAH
Satu contoh yang lain tentang hal ini bisa kita lihat dalam kasus Abraham:
Walaupun kota Sodom akhirnya pun dihancurkan oleh Allah, Abraham dapat menggerakan hati-Nya untuk mengurangi jumlah orang benar yang harus ditemui-Nya di dalam kota itu.
KITAB SUCI BERKATA BAHWA DOA MANUSIA DAPAT MENYEBABKAN ALLAH MENERIMA ORANG-ORANG YANG AKAN DIA TOLAK KALAU TIDAK DIDOAKAN ORANG ITU
Contoh selanjutnya yang akan kita ulas adalah ayat Kitab Suci yang berkata bahwa doa orang bisa menyebabkan Allah menerima orang-orang yang tidak akan diterima-Nya kalau tidak didoakan orang itu.
Tuhan menerima doa dan permintaan Ayub. Perantaraan dan doa-doa para kudus beroleh karunia dan berkat yang tidak selalu akan diberikan Allah, tanpa perantaraan dan doa-doa mereka itu. Allah berfirman bahwa Dia hanya akan memberikan karunia ini kepada Elifas jika Ayub meminta doa untuknya.
ALLAH HANYA AKAN MEMBERIKAN KEMENANGAN KEPADA BANGSA ISRAEL JIKA MUSA (SEORANG MANUSIA) MENGANGKAT TANGANNYA
Contoh lain perantaraan para kudus dijumpai di Keluaran 17. Kita membaca bahwa Israel bertempur melawan bangsa Amalek. Allah menyanggupkan bangsa Israel beroleh kemenangan selama Musa mengangkat tangannya. Namun, kalau Musa membiarkan tangannya turun, lantas bangsa Amalek akan menaklukkan bangsa Israel.
Ini contoh lain yang prima, bagaimana Allah terkadang hanya memberikan hal-hal tertentu melalui perantaraan para kudus.
PERNYATAAN TUHAN TENTANG PERANTARAAN MUSA DAN SAMUEL
Allah berkata bahwa sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Nya, Ia akan tetap menolak bangsa ini. Ini benar-benar menggugah pikiran. Bangsa yang dideskripsikan dalam ayat ini betul-betul jahat, sehingga perantaraan para hamba Allah yang agung saja, yaitu Musa dan Samuel, tidak bisa meredakan murka Allah terhadap bangsa tersebut. Namun, perkataan ini memperlihatkan kepada kita bahwa perantaraan para hamba Allah yang luar biasa, seperti Musa dan Samuel, itu – yang sudah mengumpulkan budi atau pengaruh istimewa dengan-Nya – berdampak pada cara Allah berurusan dan memandang suatu bangsa, sekalipun tidak ada bedanya pada kasus yang satu ini akibat begitu jahatnya bangsa tersebut. Perantaraan para kudus membantu menentukan perbuatan Allah untuk orang-orang serta yang dilakukan-Nya kepada mereka, seperti yang kita lihat pada contoh-contoh di atas.
BAGAIMANA DENGAN 1 TIMOTIUS 2:5 - YESUS PENGANTARA SATU-SATUNYA?
Sebelum kita membahas lebih banyak bukti dari Kitab Suci soal penghormatan kepada santo-santa, harus kita pertimbangkan suatu bantahan. Salah satu bantahan utama yang diajukan orang-orang non-Katolik melawan doa kepada para kudus, bersumber dari 1 Timotius 2:5.
Yesus adalah perantara esa antara Allah dengan manusia, kata mereka, lantas, anda tidak bisa menyertakan para kudus atau berdoa kepada mereka. Ada banyak alasan bantahan ini salah. Fakta bahwa Yesus adalah perantara yang esa, tidak berarti bahwa orang lain tidak melakukan perantaraan sebagai bagian dari perantaraan esa milik Kristus. Contohnya, di Yohanes 10:16, Yesus berkata bahwa Ialah satu-satunya gembala, tetapi Dia menunjuk Petrus agar menggembalakan domba-domba-Nya di Yohanes 21:15-17. Efesus 4:11 mengajarkan bahwa ada banyak imam dan gembala. Intinya, para sub-gembala lainnya ini bekerja di bawah dan dengan institusi sang gembala tunggal, Yesus.
Uskup dan imam di dalam Gereja juga adalah gembala di bawah institusi penggembalaan Kristus.
Contoh lain adalah bahwa Yesus mengajarkan bahwa Ialah sang hakim agung. Ini kita baca di Yohanes 9:39 dan di berbagai ayat lain. Namun, beberapa manusia hamba Allah juga bertindak atas nama-Nya sebagai hakim-hakim di Surga, dan bahkan menghakimi para malaikat. Ini kita baca di 1 Korintus 6:2, Matius 19:28, dan di berbagai ayat lain. Ya, Yesuslah perantara esa, karena seorang perantara adalah yang mempersatukan manusia dengan Allah. Yesus seorang diri melakukan hal ini dengan Sengsara dan Wafat-Nya. Hal ini kita baca di 2 Korintus 5:18. Namun itu tidak berarti bahwa dalam perantaraan esa milik Kristus, tidak ada orang lain yang ikut serta dalam perantaraan-Nya. Bahkan, itu diajarkan dengan jelas dalam Alkitab.
JIKA ANDA TIDAK DAPAT BERDOA KEPADA SANTO-SANTA, ANDA TIDAK DAPAT MEMINTA ORANG LAIN UNTUK MENDOAKAN ANDA. TANDA TITIK
Seandainya perantaraan esa milik Yesus tidak menyertakan doa-doa kepada santo-santa, lantas artinya orang tidak diperkenankan meminta sesama manusia untuk mendoakan dirinya. Tidak ada jalan untuk berkelit dari logika argumen ini. Sebab, ketika anda meminta sesama manusia untuk mendoakan anda, alih-alih langsung datang kepada Yesus, anda sedang meminta orang lain untuk berlaku sebagai perantara kepada Yesus demi anda. Itulah yang dilakukan orang Katolik ketika berdoa kepada para kudus. Lantas, kalau doa kepada para kudus dilarang karena perantaraan esa milik Yesus, maka meminta doa kepada orang lain tentu saja dilarang juga.
Bukan hanya kebanyakan orang Protestan saja yang menerima konsep meminta orang lain untuk mendoakan mereka – dengan demikian menentang bantahan mereka soal doa kepada santo-santa – tetapi, di dalam Perjanjian Baru, St. Paulus sendiri berulang kali meminta doa dari orang-orang lain.
Paulus juga memberi tahu orang-orang lain bahwa ia mendoakan mereka.
Paulus bahkan berkata bahwa doa orang lain mendatangkan karunia untuk dirinya.
KITAB SUCI MENGAJARKAN BAHWA PENDERITAAN PAULUS MENJADI PERANTARA UNTUK MEMENANGKAN RAHMAT BAGI ORANG-ORANG
Ayat ini mungkin mengejutkan para non-Katolik yang kurang akrab. Paulus berkata bahwa ia menggenapkan, untuk jemaat, hal-hal yang kurang pada penderitaan Kristus. Namun penderitaan Kristus itu kan sempurna dan tak terhingga nilainya, lantas apa toh maksud ayat ini? Yang dimaksudkan St. Paulus adalah masih ada banyak penderitaan yang kurang dan diperlukan bagi para anggota jemaat/Gereja untuk mengerjakan keselamatan mereka, yang sudah dimungkinkan terjadi dengan pengorbanan Kristus.
St. Paulus sedang mengajarkan bahwa kurban yang dibuatnya serta penderitaan yang dilaluinya, selain doa-doanya, bisa menjadi perantaraan kepada Allah sehingga Allah memberikan rahmat kepada orang lain untuk bertobat atau tetap setia. Orang-orang itu tetap harus bekerja sama dengan rahmat tersebut, namun usaha, doa serta pengorbanan para anggota jemaat/Gereja bisa membantu tercurahnya rahmat itu. Ini semua menegaskan ajaran Katolik tentang persekutuan para kudus, dan membantah salah paham orang Protestan tentang 1 Timotius 2:5.
KEBENARAN INI BERPANGKAL PADA KESATUAN TUBUH KRISTUS YANG TETAP ADA SETELAH WAFAT-NYA
Fakta bahwa manusia bisa meminta doa dari manusia lain, dan bahwa para kudus di Surga dapat menjawab doa dan membuat perantaraan, berpangkal pada ajaran Kitab Suci tentang kesatuan Tubuh Kristus. Ada kesatuan antara para anggota Gereja Yesus. Kesatuan ini tidak berhenti ketika para anggota sejatinya mati.
Persekutuan dengan anggota Gereja tidak terputuskan oleh meninggalnya mereka. Para kudus yang telah meninggal pun tidak terpisahkan dari Tubuh Kristus di Bumi maupun di Surga.
St. Paulus berkata di Roma 8:38 dan selanjutnya bahwa kematian ataupun kehidupan tidak memisahkan seseorang dari cinta kasih Kristus. Kematian juga tidak memisahkan orang beriman sejati yang tinggal bersama di dalam Tubuh Kristus, entah di Bumi maupun di Surga.
KITAB SUCI BERKATA BAHWA DOA SEORANG YANG BENAR SANGAT BESAR KUASANYA
Walaupun para anggota sejati Gereja dapat saling membantu satu sama lain dengan doa, namun doa dan perantaraan orang-orang kudus punya kekuatan istimewa yang sangat kuasa. Itulah yang kita lihat pada kasus Musa dan Abraham. Oleh sebab itu kita membaca:
Inilah alasan doa kepada santo-santa – yang bertujuan memanggil mereka supaya mendoakan kita di hadirat Allah – sangatlah mujarab.
KITAB SUCI JUGA MENGAJARKAN BAHWA ORANG-ORANG KUDUS YANG TELAH MENINGGAL MENJADI PENGANTARA
Di dalam Matius 17, kita melihat bahwa Yesus, ketika berubah rupa di depan ketiga rasul-Nya, tampak dengan Musa dan Elia.
Ini menunjukkan bahwa santo-santa, sekalipun sudah meninggal, tertarik dengan hal-hal di Dunia dan siap menjadi perantara untuk kita. Sebab, roh-roh orang-orang yang benar yang telah dijadikan sempurna, seperti sebutan Ibrani 12 bagi para kudus, berada di antara awan para saksi bersama para malaikat di Surga yang membantu kita.
SETELAH MENINGGAL, NABI SAMUEL TAMPAK KEPADA RAJA SAUL
Pada 1 Samuel 28 (1 Raja-raja 28 di dalam Alkitab Katolik Douay-Rheims), kita melihat sebuah contoh jelas tentang orang kudus yang sudah meninggal, tampak kepada seorang manusia. Ia adalah Nabi Samuel, yang sudah mati untuk sekian lama. Dia tampak ke Raja Saul, dan memarahinya akibat ketidaktaatannya kepada Allah.
Harap diingat, Samuel sudah meninggal untuk beberapa lama.
KITAB WAHYU (ATAU APOKALIPS) MENUNJUKKAN KEPADA KITA BAGAIMANA DOA SANTO-SANTA MENJADI PERANTARA DI DALAM SURGA DI HADAPAN ALTAR (MEZBAH) ALLAH
Kitab Wahyu atau Apokalips juga memberi sekelumit fakta soal bagaimana para kudus dan doa mereka menjadi perantara untuk manusia.
Kita melihat sebuah contoh lain di Wahyu bab 5.
DI WAHYU BAB 6 KITA MELIHAT ORANG-ORANG KUDUS YANG TELAH MATI MEMINTA ALLAH UNTUK BERTINDAK ATAS DUNIA
Pada bab 6 kitab Wahyu, kita melihat santo-santa yang telah mati karena dimartir demi iman sejati akan Yesus, meminta Allah membalaskan darah mereka.
Harap perhatikan bahwa jiwa-jiwa para martir yang telah meninggal berseru dari bawah mezbah (altar).
Sejak zaman kuno, Gereja Katolik menempatkan relikui-relikui para martir di bawah altar. Fakta bahwa suara-suara mereka datang dari bawah altar – tepat di tempat terletaknya relikui-relikui mereka di gereja-gereja Katolik – merupakan penegasan menarik dari Kitab Suci terhadap praktik Katolik.
SETELAH MENINGGALNYA SEORANG IMAM BESAR, IA TERLIHAT MENJADI PENGANTARA UNTUK BANGSA YAHUDI
Contoh berikut berasal dari 2 Makabe bab 15. Ini adalah kitab yang dihapus oleh orang-orang Protestan dari Kitab Suci sewaktu mereka pecah dari Gereja Katolik. Komentar-komentar yang diberikan pada bagian Api Penyucian (dalam buku ini) menunjukkan bahwa kitab Makabe merupakan bagian Perjanjian Lama sejati. Ini terbukti dari fakta bahwa Perjanjian Baru mengutip Septuaginta, yang mencakup kitab Makabe serta kitab-kitab lain yang ditolak orang-orang Protestan.
Ayat berikut bercerita soal penampakan Onias, seorang imam agung yang telah meninggal.
Ayat yang menarik ini (yang dicabut dari Kitab Suci Protestan) menceritakan penglihatan tentang imam besar Onias. Setelah kematiannya, ia terlihat menadahkan tangannya dan mendoakan orang-orang Yahudi. Onias juga menghadirkan nabi Yeremia yang sudah meninggal, yang memberikan sebilah pedang keemasan kepada Yudas Makabe. Yudas Makabe bukan si pengkhianat dalam Perjanjian Baru, Yudas Iskariot. Oleh karena itu, ayat ini adalah sebuah bukti jelas perantaraan santo-santa yang telah meninggal dan kemujaraban doa-doa mereka.
MUSA DAN SAMUEL SUDAH MATI SEWAKTU ALLAH MENUNJUKKAN BAHWA MEREKA DAPAT MENJADI PERANTARA
Saya sebelumnya mengutip ayat berikut untuk menunjukkan bahwa manusia dapat menjadi perantara bagi Allah.
Allah berkata bahwa sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Nya, Ia tetap akan menolak bangsa ini. Ini menunjukkan betapa Allah mempertimbangkan kekuatan perantaraan para kudus, walaupun itu tidak akan menggerakan-Nya pada kasus yang satu ini. Ayat ini dikutip kembali di sini, karena harus ditunjukkan bahwa Musa dan Samuel sudah mati pada masa Yeremia. Maka Yeremia 15:1 juga menghadirkan ajaran Kitab Suci tentang perantaraan para pria kudus.
MALAIKAT PENTING ADANYA DAN SERING DILIBATKAN DI DALAM RENCANA ALLAH
Untuk semakin memperkuat ajaran Kitab Suci tentang perantaraan santo-santa, kita harus mempertimbangkan ajaran Kitab Suci tentang perantaraan para malaikat.
Di sepanjang Kitab Suci kita dapat melihat bahwa Allah menggunakan malaikat-malaikat-Nya. Terdapat belasan ayat yang kita bisa kutip. Allah menggunakan mereka untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya, untuk memberikan perintah-perintah-Nya, untuk melaksanakan keadilan-Nya, dan sebagai jawaban bagi doa-doa.
ALLAH MENJAWAB DOA-DOA MELALUI PARA MALAIKAT-NYA
Allah menjawab doa-doa dengan mengutus para malaikat-Nya. Hal ini jelas.
PARA MALAIKAT JUGA DIBERI PERMOHONAN, PERMINTAAN, DAN DOA
Komunikasi dan perantaraan para malaikat atas nama Allah begitu seringnya terjadi, begitu alamiah, begitu berkelindan dengan rencana Allah, seperti terlihat dari belasan ayat, bahwa para malaikat tidak hanya diutus oleh Allah, namun juga diberi permohonan dan permintaan dari manusia. Para malaikat diminta; mereka dimohon oleh umat Allah, agar memberi jawaban dan pertolongan dalam kebutuhan jasmani dan rohani mereka.
Di sini kita melihat bahwa Gideon menyampaikan pertanyaan kepada malaikat. Di dalam kitab Hosea, kita melihat bahwa Yakub mengajukan permohonan kepada seorang malaikat. Permohonan adalah permintaan dalam kerendahan hati; sebuah doa. Beberapa terjemahan berkata bahwa Yakub memohon kepadanya. Memohon berarti berdoa.
Lantas Kitab Suci mengajarkan bahwa para malaikat tidak hanya menyebarkan pesan-pesan Allah, melaksanakan keadilan-Nya, diutus sebagai jawaban atas doa-doa, namun juga dipintakan doa. Ini tentunya bukan karena malaikat adalah Allah, namun karena malaikat adalah hamba adikodrati dan kuasa milik Yang Mahatinggi, yang mempunyai hubungan erat dengan Dia di Surga. Berikut ayat lain yang terkait:
Kita melihat bahwa malaikat mendengar doa tersebut dan menjawabnya. Usai fakta-fakta dan ayat-ayat ini dipertimbangkan, beberapa orang non-Katolik mungkin berkata: OK, anda sudah menunjukkan Kitab Suci mengajarkan bahwa para malaikat menjawab doa-doa, dan mungkin dapat dipanjatkan doa. Tetapi rujukan-rujukannya ini adalah kepada para malaikat, bukan santo-santa. Sebagai jawabannya, saya akan meminta agar mereka mempertimbangkan perkataan Yesus berikut:
YESUS BERKATA BAHWA SANTO-SANTA AKAN SEPERTI PARA MALAIKAT ALLAH
Yesus mengajarkan bahwa para santo-santa milik Allah di Surga, hidup seperti para malaikat. Yang Yesus katakan di sini berlaku bukan hanya setelah Kebangkitan Akhir, namun berlaku kepada para kudus di Surga sekarang. Sebab, pada bab yang sama, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan berbicara soal para orang benar: Abraham, Isakh dan Yakub, sebagai orang hidup (Matius 22:32). Versi ayat ini dalam Injil Lukas bahkan menuangkan kebenaran tersebut secara lebih jelas.
Lantas para santo-santa di Surga sama seperti malaikat-malaikat. Apakah para malaikat melaksanakan keadilan Allah? Ya. Apakah para malaikat menjawab doa-doa, atas nama Allah, yang lalu disampaikan ke Surga? Ya. Apakah para malaikat menerima permohonan dan doa? Ya. Maka, para santo-santa milik Yesus melakukan semua hal itu.
Para malaikat sering dipanjatkan doa. Kitab Lukas berkata bahwa para kudus sama seperti para malaikat. Oleh karena itu, kita dapat memanjatkan doa kepada santo-santa.
Sekarang, karena kita sudah melihat hubungan antara para malaikat dan santo-santa, kita perlu mempertimbangkan beberapa hal lain soal perkara ini. Perantaraan para malaikat atas nama Allah itu luar biasa kuasa dan mujarabnya. Para malaikat menyampaikan pesan Yang Mahakuasa dengan sebegitu akuratnya, sehingga di banyak ayat, tidak sepenuhnya jelas apabila yang berbicara itu malaikatnya ataukah Allah. Dalam beberapa deskripsi alkitabiah, kedua-duanya istilahnya bagaikan menjadi satu, karena malaikat mengabdi penuh kepada Yang Mahakuasa. Berikut tiga contoh saja:
PARA MALAIKAT DI SURGA (DAN KARENA ITU SANTO-SANTA JUGA) TERLIBAT ERAT DALAM KESELAMATAN MANUSIA DI BAWAH YESUS KRISTUS
Kita melihat kepentingan yang Yesus sematkan pada kesaksian malaikat (dan karena itu pada kesaksian santo-santa) di ayat berikut.
Di samping pengakuan-Nya di depan Bapa-Nya (Mat 10:32), Yesus menganggap bahwa pengakuan-Nya di depan para malaikat luar biasa signifikan.
Yesus juga mengindikasikan bahwa para malaikat terlibat erat, dan prihatin atas pertobatan serta keselamatan umat manusia. Coba lihat yang Dia katakan di sini:
Pernyataan Yesus ini menyiratkan bahwa para malaikat memiliki hubungan, atau pengaruh atas keselamatan para manusia. Mereka bersukacita sewaktu seorang manusia bertobat, karena mereka mendambakan keselamatan orang itu dan perantaraan mereka membantu pertobatannya kepada Allah. Mereka bersorak-sorai karena orang itu; mereka menolong orang itu; mereka mendoakannya. Itulah alasan orang Katolik memandang perantaraan para kudus sebegitu pentingnya, demikian juga doa-doa kepada mereka. Santo-Santa di Surga itu seperti para malaikat Allah. Ketika orang berdoa kepada mereka, para kudus itu kemudian berdoa kepada Allah, yang secara umum mengaruniakan rahmat-Nya atas nama mereka, oleh karena hubungan dekat mereka dengan Dia.
KITAB SUCI MENGAJARKAN BAHWA PARA MALAIKAT HADIR DALAM PERKUMPULAN PARA ORANG BERIMAN, DAN BAHWA KEHADIRAN MEREKA PATUT DIHORMATI
Ayat ini bersangkutan dengan tutup kepala yang harus dikenakan perempuan pada ibadat. Ujar ayat ini, perempuan harus memakai tanda wibawa ini oleh karena para malaikat. Coba dipikirkan. Ayat ini bisa saja berkata bahwa perempuan harus mengenakan tutup kepala oleh karena Allah. Namun ujarannya berkata oleh karena para malaikat, suatu petunjuk bahwa para malaikat patut dihormati. Yang notabene, di Gereja Katolik tradisional, perempuan menutup kepala mereka waktu Misa. Tradisi itu bersumber dari asas alkitabiah ini.
Di dalam Gereja Katolik tradisional, wanita harus mengenakan tutup kepala sesuai Kitab Suci, seperti yang dilakukan Martir Inggris, Margaret Clitherow.
KITAB SUCI MENGATAKAN BAHWA SANTO YOHANES PEMBAPTIS ADALAH MALAIKAT TUHAN
Untuk melengkapi poin dan perbandingan antara para malaikat dan santo-santa, kita harus mencatat bahwa Yesus menggambarkan St. Yohanes Pembaptis sebagai malaikat yang telah dinubuatkan untuk menyiapkan jalan-Nya.
Yohanes Pembaptis digambarkan sebagai malaikat Allah [aggelon di dalam bahasa Yunani] karena baik para malaikat maupun santo-santa bertindak sebagai utusan-utusan Allah. Mereka adalah jalan bagi perintah-Nya, rahmat-Nya, dan jawaban dari Surga untuk doa-doa.
IBRANI 12: ORANG KRISTIANI DATANG DI HADAPAN “ROH ORANG-ORANG BENAR YANG TELAH MENJADI SEMPURNA” (SANTO-SANTA DI SURGA)
Sekarang kita harus beralih ke Ibrani bab 12. Ini bab sangat penting tentang topik ini. Di Ibrani 12, kita melihat sebuah gambaran Gereja Yesus Kristus dan kemegahan surgawinya. Harap diperhatikan, bahwa ketika orang Kristen datang di ke depan gambaran surgawi Gereja, dia datang ke hadapan roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna (para santo santa). Coba saya ulangi: dia datang ke hadapan roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna: para kudus di Surga. Orang Kristen diberi peringatan soal kedatangan di hadapan semua hal berikut ini:
Roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, yaitu para kudus, ada di Surga. Kita melihat bahwa mereka dengan gamblang diikutsertakan dalam gambaran orang-orang yang akan didatangi orang Kristen dalam citra Gereja surgawi. Ini semakin memperkuat fakta bahwa doa-doa kepada para kudus dan juga perantaraan mereka didasari pada Alkitab dan luar biasa besar nilainya. Ini dikarenakan kemuliaan Allah bertambah, dan bukan berkurang, oleh sebab para kudus-Nya.
ALLAH DIMULIAKAN OLEH PARA KUDUS-NYA
Para kudus tidak mengurangi kemuliaan Allah; malah sebaliknya, mereka memperbesar kemuliaan-Nya. Mereka menyoroti hal-hal besar dan mengagumkan yang Allah perbuat pada mereka yang mengabdi diri-Nya. Mereka yang paling dekat dengan sang Raja dapat beroleh pertolongan-pertolongan yang tidak selalu diberikan kepada mereka yang lebih jauh dari Dia, persis seperti pada hierarki, keluarga, perusahaan, atau tim lainnya, dsb. Ini adalah pandangan yang benar dan Katolik tentang Surga.
PANDANGAN KATOLIK TENTANG SURGA, YANG MENGAKUI PERANTARAAN DAN TEMPAT YANG LAYAK BAGI SANTO-SANTA, MEMBERI KEMULIAAN PENUH KEPADA YESUS – PANDANGAN ORANG PROTESTAN MENGURANGI KEMULIAAN DARI DIA
Sebagai analogi, pandangan Katolik tentang Surga adalah seperti istana megah milik seorang Raja, yang di dalamnya terdapat belasan tingkat pelayan dan ajudan. Mereka mendampingi Sri Raja dan membaktikan segala sesuatu kepada Dia. Mereka adalah sahabat-sahabat sejati-Nya, di samping mengabdi kepada-Nya. Sukacita mereka, kehidupan mereka sebagai abdi, dan teladan mereka yang luar biasa membuat para pengunjung terkagum-kagum.
Semua hamba Sri Raja memiliki keindahan mereka masing-masing. Ini sudah diberikan kepada mereka sebagai hasil tempat kehormatan mereka di dalam istana. Sri Raja telah mengaruniakan sedikit kemuliaan milik-Nya sendiri kepada setiap orang yang ada bersama Dia, meski yang mereka miliki itu secara tak terhingga lebih kecil dari kemuliaan yang Dia punya. Kemuliaan pribadi mereka turut serta memperbesar kemuliaan seluruh istananya. Kemuliaan begitu besar milik para abdi Raja serta sahabat-Nya membuat orang terpana. Seperti apakah kemuliaan unik milik Sri Raja sendiri, Dia yang dilayani semua individu ini?
Seiring dengan orang melihat lebih banyak bagian istana, dan semakin mereka mendekat dengan Sri Raja, kemuliaan sahabat-sahabat-Nya serta para hamba-Nya pun bertambah. Sama seperti pada penciptaan sendiri, pengaturan rancangan Allah yang hidup begitu memikat ketika dipandang – dengan pemandangan-pemandangan yang sedemikian beragamnya, seperti gunung dengan puncak berselimut salju sampai aliran-aliran sungai dan hutan rimba hijau serta hutan kayu yang indah – demikian pula, di Surga ada berbagai macam bangsa tak terhitung; masing-masing punya cerita yang berbeda-beda, menghadapi cobaan yang berbeda-beda, berkorban dengan cara yang berbeda-beda, memiliki talenta yang berbeda-beda, semuanya dibaktikan dan digunakan demi Allah sampai seutuh-utuhnya, dan berpuncak pada kebahagiaan sempurna di dalam Surga. Keberagaman mengagumkan ini – tatanan brilian bala tentara Surga ini – menginspirasi orang untuk semakin cinta dan kagum kepada Yang Mahakuasa. Inilah pandangan Katolik tentang Surga dan hierarki surgawi. Tentunya jelas bahwa kemuliaan para kudus tidak mengurangi kemuliaan Allah, namun memperbesar yang Dia punya. Seperti kata Maria:
Pandangan Protestan jauh berbeda: seumpama istana yang hanya diisi oleh sang Raja. Di dalam istana ini tampak seperti tidak ada orang lain yang hadir. Raja mana yang lebih mulia? Gambaran Surga mana yang benar? Yang mana yang berdasarkan Kitab Suci? Jawabannya adalah bahwa Kitab Suci mengajarkan pandangan Katolik, yaitu persekutuan orang-orang kudus.
Jiwa Maria memuliakan Tuhan. Para santo-santa tidak mengurangi kemegahan Tuhan, melainkan memperbesarnya.
KITAB SUCI MENGAJARKAN PANDANGAN KATOLIK TENTANG SURGA, YESUS DAN TENTANG PARA KUDUS – KITAB SUCI TIDAK MENGAJARKAN PANDANGAN PROTESTAN
Ayat ini sangat mencolok, karena tidak hanya menunjukkan betapa dahsyat kuasa pengadilan dan prapengetahuan Allah; namun juga karena menunjukkan betapa mencengangkannya jumlah pelayan Allah, sehingga gambaran ini menjadi semakin memukau.
Allah datang dengan pelayan-pelayan-Nya, dan dimuliakan oleh mereka, yakni oleh malaikat-malaikat-Nya dan santo-santa-Nya.
Seperti yang kita lihat, pandangan Katolik jelas merupakan pandangan yang benar dan alkitabiah tentang sang Raja Surga serta tatanan hierarki surgawi-Nya.
KITAB SUCI MENGAJARKAN BAHWA SANTO-SANTA ADALAH CONTOH UNTUK DITELADANI
Sudah kami tentukan bahwa doa kepada santo-santa diajarkan dalam Kitab Suci. Dalam mempertimbangkan kesetiaan mereka yang besar kepada Kristus, Kitab Suci juga mengajarkan bahwa para kudus itu perlu ditiru dan dihormati.
Mengapa?
Orang Kristen sejati sebetulnya tidak mengikut seorang pun. Namun, makna ayat ini adalah orang Kristen sejati menghormati para kudus dan berusaha meneladani mereka dalam kehidupan spiritual mereka serta kesetiaan mereka yang luar biasa kepada Injil.
KITAB SUCI MENGAJARKAN BAHWA ALLAH MENYELAMATKAN 276 ORANG DEMI ST PAULUS
Santo-santa adalah teladan untuk ditiru karena para santo-santa agung beroleh begitu banyak rahmat serta pertolongan dari Kristus, sehingga dengan rahmat Yesus Kristus, perantaraan santo-santa bisa betul-betul membantu menyelamatkan nyawa serta jiwa. Sebagai contoh, di Kisah Para Rasul bab 27 kita membaca bahwa Paulus sedang berada di sebuah kapal menuju Italia. Berembuslah sebuah badai besar yang mengancam kapal itu dan membinasakan semua orang yang ada padanya.
Seorang malaikat berkata kepadanya bahwa semua orang yang ada bersama Paulus akan diselamatkan karena Allah telah memberikan mereka semua kepadanya. Coba dipikirkan. Ini menunjukkan betapa besar kuasa perantaraan para kudus. Secara keseluruhan, Allah menyelamatkan 276 orang demi Paulus.
KITAB SUCI MENGAJARKAN BAHWA SANTO-SANTA HARUS DIPERHATIKAN SEBAGAI TELADAN
INILAH ALASAN GEREJA KATOLIK MENGANONISASI SANTO-SANTA
Inilah alasan Gereja Katolik menganonisasi santo-santa dan meninggikan mereka agar menjadi teladan dan bahan penghormatan bagi kita. Bahkan, itu saja dilakukan Kitab Suci– yaitu memperhatikan mereka sebagai contoh – bersama-sama para pentolan iman dalam Perjanjian Lama.
Kita didorong untuk meniru teladan para kudus, seperti St. Blandina yang menolak untuk menyembah berhala sehingga disiksa sampai mati, ataupun seperti St. Martinus yang menyerahkan hartanya untuk membantu orang-orang miskin.
Ibrani bab 11 menambahkan sebuah daftar rinci teladan iman Perjanjian Lama serta perbuatan-perbuatan mereka, supaya mereka dikagumi dan diteladani. Para kudus ini dideskripsikan pada Ibrani 12:1 sebagai saksi, bagaikan awan.
KATA KITAB SUCI TENTANG RELIKUI-RELIKUI SANTO-SANTA
Kitab Suci juga mengajarkan bahwa relikui-relikui santo-santa saja sampai dihormati dan bisa mendatangkan mukjizat. Pertama-tama, di Matius 9:20-22, kita melihat bahwa seorang wanita yang menyentuh pakaian Yesus sembuh dari pendarahan.
SAPUTANGAN DAN KAIN PAULUS BERMUKJIZAT
Paulus tidak hanya diberi kuasa-kuasa mukjizat, namun saputangan serta kain yang dijamahnya itu berdaya guna mendatangkan mukjizat-mukjizat. Hal yang serupa kita lihat pada St. Petrus. Di Kisah Para Rasul 9, St. Petrus membangkitkan orang mati. Di Kisah Para Rasul 5:15, kita membaca bahwa bayangan St. Petrus sendiri saja dianggap berdaya guna menghasilkan mukjizat kesembuhan.
JUBAH ELIA MENGHADIRKAN MUKJIZAT PEMBELAHAN SUNGAI YORDAN
Di Perjanjian Lama, kita melihat ajaran Kitab Suci tentang relikui-relikui para kudus. Di 2 Raja-raja 2 (4 Raja-raja 2 pada Kitab Suci Katolik Douay-Rheims), kita melihat bahwa jubah nabi Elia mendatangkan mukjizat pembelahan Sungai Yordan.
TULANG-BELULANG NABI ELISA MEMBANGKITKAN ORANG MATI
Salah satu contoh lain tentang relikui bermukjizat ditemukan pada 2 Raja-raja 13:21 (4 Raja-raja 13:21 di dalam Kitab Suci Douay-Rheims). Kita membaca bahwa tulang-belulang nabi Elisa sebegitu kuasanya, sehingga menghidupkan orang mati.
Tulang-belulang para kudus merupakan relikui-relikui yang paling umum digunakan orang Katolik.
Relikui Katolik - kaki dari St. Teresa dari Avila
Sama sekali bukan penyembahan berhala atau takhayul, kita melihat bahwa relikui-relikui Katolik berpangkal pada ajaran dan praktik Alkitab.
KATA KITAB SUCI TENTANG PENGHORMATAN KEPADA GAMBAR DAN PATUNG
Ada banyak orang Protestan yang menolak penggunaan patung dan gambar santo-santa. Mereka berpikir bahwa patung dan/atau gambar para kudus itu penyembahan berhala dan dikutuk dalam Kitab Suci. Namun, persis seperti yang sudah kita lihat tentang posisi mereka soal relikui-relikui para kudus, posisi mereka tidak benar juga pada perkara ini. Salah satu ayat utama yang gemar mereka kutip adalah Ulangan 5:8.
Mereka berkata bahwa ayat ini mengecam pembuatan atau penggunaan gambar. Tetapi argumen ini dibantah berbagai alasan. Pertama, jika seseorang mengambil ayat ini sendirian dan seperti yang mereka mengerti, hal ini akan melarang dibuatnya gambar apa pun di bumi. “Atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.”
Ini artinya, tidak ada orang yang boleh membuat atau memiliki gambar binatang; karena gambar semacam itu menyerupai sesuatu di bumi. Namun hampir semua orang Protestan akan menolak pemahaman ayat itu secara demikian, meskipun seperti itulah yang dikatakannya. Kebanyakan orang Protestan tidak hanya menerima gambar, seperti yang menyerupai binatang, namun mereka juga menerima gambar serta patung yang menyerupai manusia. Mereka membawa gambar anggota keluarga mereka. Itu berlawanan dengan tafsir mereka atas perkataan Ulangan 5:8.
Terlebih, ada banyak orang Protestan yang sama ini tidak bermasalah bahkan dengan pembuatan patung yang menyerupai para pemimpin militer tersohor atau tokoh-tokoh lainnya. Terkecuali sedikit orang yang memang menolak patung-patung, pada dasarnya mereka semua menerima dan menggunakan gambar/patung seperti koin. Pada koin di saku mereka, ada gambar yang menyerupai manusia. Menurut pemahaman mereka tentang Ulangan 5:8, mereka lantas melakukan penyembahan berhala dan melanggar perintah Allah dengan menyimpan koin-koin semacam itu dan/atau dengan menggunakan koin-koin tersebut. Inti perkaranya di sini, adalah pemahaman mereka tentang ayat itu sama sekali tidak benar. Itulah alasan mereka harus sangat selektif dalam menerapkan Ulangan 5:8 serta ayat-ayat serupa.
Lantas, apakah ayat tersebut benar-benar melarang dibuatnya semua gambar/patung? Sama sekali tidak, seperti yang kita akan lihat. Hal ini ditunjukan oleh konteks ayat tersebut – khususnya, pada ayat selanjutnya.
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya. Itulah kuncinya. Itulah yang dilarang Allah. Dia melarang pembuatan patung-patung atau gambar-gambar untuk disembah atau untuk menyembah ciptaan seperti binatang, dsb., suatu hal yang sering menjadi dosa orang-orang Yahudi.
Umat Katolik tidak menyembah patung-patung atau gambar-gambar. Berkata sebaliknya sama saja berdusta. Yang disembah orang Katolik hanya Allah saja. Gambar dan patung berguna sebagai pengingat akan orang kudus serta perbuatan-perbuatan suci yang mereka lambangkan. Namun masih ada lagi.
ALLAH SECARA KHUSUS MEMERINTAHKAN DIBUATNYA PATUNG-PATUNG RELIGIUS
Di dalam Kitab Suci, Allah secara khusus memerintahkan agar patung-patung dibuat demi tujuan keagamaan. Ayat berikut seharusnya menghancurkan, untuk sekali dan selama-lamanya, gagasan keliru bahwa Kitab Suci mengutuk penggunaan patung-patung dan gambar-gambar religius.
Allah secara khusus memerintahkan dibuatnya patung kerub. Kerub adalah malaikat. Betapa salahnya ide bahwa membuat patung atau gambar-gambar adalah perbuatan terlarang. Gagasan semacam itu adalah misrepresentasi total ajaran Kitab Suci, yang melarang perbuatan itu dengan rujukan kepada penyembahan ciptaan. Ada ayat-ayat lain di Alkitab yang kita dapati merujuk pada firman Allah supaya membuat patung-patung demi tujuan religius, yaitu: Keluaran 26:1; 1 Raja-raja 6 atau 3 Raja-raja 6 di dalam Kitab Suci Katolik Douay-Rheims; dan 1 Raja-raja 7:25-36 atau 3 Raja-raja 7:25-36 di dalam Kitab Suci Katolik Douay-Rheims.
Allah tidak melarang manusia untuk membuat patung ataupun gambar untuk tujuan ibadat sebab Ia pun memerintahkan bangsa Israel untuk membuat patung malaikat di atas Tabut Perjanjian, yang digunakan untuk tujuan ibadat.
ALLAH MEMERINTAHKAN BANGSA ISRAEL UNTUK MENGGUNAKAN GAMBAR SEEKOR ULAR TEDUNG
Kita juga melihat bahwa Allah berfirman agar gambar-gambar digunakan untuk menyembuhkan orang-orang – gambar-gambar yang kalau dipikir untuk pertama kalinya, mungkin mengejutkan orang atau membuat mereka memikirkan yang lebih buruk lagi. Allah berfirman kepada Musa supaya membuat seekor ular agar dilihat para umat sehingga mereka disembuhkan.
ORANG-ORANG PROTESTAN YANG MENGUTUK PENGGUNAAN PATUNG-PATUNG DAN GAMBAR-GAMBAR MEMILIKI PANDANGAN (IKONOKLAS) YANG SAMA DENGAN ORANG-ORANG MUSLIM
Orang-orang non-Katolik yang menganggap penggunaan patung-patung atau gambar-gambar religius sebagai penyembahan berhala, tidak hanya mengutuk ayat-ayat Kitab Suci yang sudah kita bahas, namun juga memiliki pandangan yang sama dengan orang-orang Muslim. Orang-orang Muslim memperkejikan patung-patung dan gambar-gambar semacam itu. Bahkan, pada abad ke-8, Kaisar Leo III menjadi kecewa karena terjadinya beberapa kekalahan militer yang dialami orang Kristen di tangan Muslimin. Kaisar itu menyimpulkan secara salah, bahwa itu diakibatkan oleh kegusaran Allah terhadap penggunaan patung-patung serta gambar-gambar di gereja-gereja Kristen. Gambar-gambar itu dahulu sudah digunakan di seluruh Gereja Kristen (Katolik) sejak hari-hari terawal. Gambar-gambar dan patung-patung ini digunakan untuk mengangkat pikiran kepada Allah, mengingatkan kita akan Dia, Bunda-Nya yang kudus serta para hamba-Nya di Surga. Itulah sebabnya Allah memerintahkan gambar-gambar dan/atau patung-patung itu dibuat di bait suci. Namun Kaisar Leo III melangsungkan sebuah kampanye agar gambar-gambar ini dihancurkan dan disingkirkan dari gereja-gereja Kristen.
Para Paus melawan ajaran bidah ini, ajaran yang dikenal dengan nama ikonoklasme. Ikonoklasme, yang berarti menghancurkan gambar, yang adalah bidah yang dipercayai banyak orang Protestan kini. Ajaran tersebut ditolak dan dikutuk oleh Gereja Katolik sebagai bidah pada Konsili Nicea II di tahun 787 Masehi. Konsili Katolik awal ini – yang juga dikenal sebagai konsili ekumenis ketujuh –adalah konsili Katolik terakhir yang diterima oleh kaum “Ortodoks” Timur, orang-orang Anglikan, dan beberapa orang Protestan.
PENOLAKAN PROTESTAN BAHWA UMAT KATOLIK MENYEMBAH PATUNG-PATUNG DAN GAMBAR-GAMBAR, KARENA KADANG KALA UMAT KATOLIK BERLUTUT ATAU MENUNDUK DI HADAPAN PATUNG-PATUNG/GAMBAR-GAMBAR, DIBANTAH OLEH KITAB SUCI
Salah satu gagasan keliru lainnya yang harus ditanggapi, adalah gagasan bahwa umat Katolik menyembah patung, sebab mereka terkadang berlutut atau menunduk di hadapan patung ketika sedang berdoa. Penolakan ini salah dan dibantah Kitab Suci.
Postur tubuh berlutut – atau bahkan bersujud di tanah – tidak selalu berarti menyembah. Pada beberapa konteks religius tertentu dan dalam agama-agama sesat, memang maknanya menyembah; namun, menunduk, berlutut, atau bahkan bersujud bisa saja semata-mata merupakan tanda penghormatan, postur kerendahan hati.
Orang-orang yang sudah menyempatkan diri membaca Perjanjian Lama tahu bahwa bersujud di depan seseorang tidak selalu berarti menyembah mereka. Di dalam Perjanjian Lama, kita membaca bahwa orang-orang kudus bersujud di depan manusia lain, bukan sebagai tanda penyembahan atau adorasi, namun sebagai tanda penghormatan dan kerendahan hati. Misalnya:
Yakub sujud sampai ke tanah tujuh kali di depan Esau, saudaranya. Ini dilakukan Yakub sebagai tanda kerendahan hati. Yakub ini sama dengan yang dikatakan Yesus di Lukas 13:28: “apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah ....” Ia bukanlah seorang penyembah berhala, tentunya.
Soal Abraham, kita membaca hal yang mirip di Kejadian 23:12.
Lot sujud dengan mukanya sampai ke tanah untuk menghormati para malaikat yang tiba.
Terdapat banyak ayat-ayat lain yang mirip di dalam kitab-kitab Raja-raja dan Samuel.
Ada ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa manusia sujud, dsb. di depan orang-orang lain, bukan untuk menyembah, namun hanya sebagai tanda kerendahan hati dan rasa hormat, yakni Kejadian 43:26, Rut 2:8-10, dan sebagainya. Ini cukup untuk membantah pernyataan keliru, bahwa umat Katolik menyembah patung-patung sewaktu mereka berlutut atau menunduk untuk mengambil postur kerendahan hati dan menghormat, ketika sedang memanggil sosok surgawi yang dilambangkan oleh patung atau gambar.
BUKTINYA TIDAK TERBANTAHKAN BAHWA BERDOA KEPADA SANTO-SANTA ADA DI KITAB SUCI
Sudah kita lihat secara sangat rinci, bahwa Alkitab mengajarkan persekutuan para kudus. Sudah kita lihat bahwa berdoa kepada santo-santa itu alkitabiah. Sudah kita lihat bahwa Yesus mengajarkan, bahwa para kudus di Surga serupa para malaikat. Sudah kita lihat bahwa para kudus yang telah meninggal serta doa-doa mereka menjadi perantara bagi manusia. Sudah kita lihat bahwa relikui-relikui serta patung-patung bukanlah berhala, namun didasari Alkitab. Tak satu pun dari ini semua berarti orang tidak bisa berdoa secara langsung kepada Yesus.
Penggunaan patung santo-santa di dalam ibadat tidaklah dilarang oleh Kitab Suci. Para Katolik menghormati St. Yosef, pelindung Bunda Maria dan Yesus, dengan membuat patungnya dan berdoa di depan patung tersebut.
Orang Katolik sejati berdoa secara langsung kepada Yesus setiap hari, namun berdoa kepada para kudus dan mengandalkan perantaraan mereka sungguh luar biasa efektif, kuasa dan sering kali menghadirkan rahmat-rahmat dari Yesus yang kalau tidak, cenderung tidak dikaruniakan-Nya.
Penghormatan dan doa kepada santo-santa, seperti St. Antonius dari Padua, memudahkan kita untuk mendapatkan rahmat dari Yesus: rahmat yang mungkin tidak akan Ia limpahkan jika kita tidak berdoa lewat perantaraan orang kudus-Nya.
Ini terutama penting dan perlu dalam kasus orang kudus teragung, Bunda Yesus, Santa Perawan Maria, yang dia pilih sebagai bejana bagi-Nya untuk datang ke Bumi. Penghormatan dan perantaraan para kudus sudah diakui sejak awal oleh Gereja Kristen, oleh para bapa Gereja.
PARA KUDUS KATOLIK MENYEBARKAN INJIL KEPADA SELURUH DUNIA
Mukjizat-mukjizat, upaya misionaris, dan riwayat hidup para santo-santa merupakan beberapa terpenting dalam penyebaran Injil ke seluruh dunia. Segala jati diri serta perbuatan yang sudah dilakukan para kudus Katolik itu ada berkat rahmat Yesus Kristus. Dengan bekerja sama dengan rahmat-Nya, mereka secara spiritual menaklukkan dunia demi Kristus, dunia yang sayangnya sedang jatuh ke dalam kemurtadan dan meninggalkan pusaka Kristen Katolik yang dahulu mendefinisikannya.
St. Patrisius membawa Injil ke Irlandia.
Santo Patrisius, orang kudus Katolik, adalah yang membawa iman Yesus kepada Irlandia. Santo Bonifasius, orang kudu Katolik, adalah yang membawa Injil ke Jerman. Santo Agustinus dari Kantuaria (Cantebury), orang kudus Katolik, adalah yang membawa Injil kepada bangsa Angli, kepada Inggris.
St. Fransiskus Xaverius membawa Injil ke Indonesia lewat kepulauan Maluku. Ia juga mengonversikan banyak orang yang berada di dalam kesesatan Hinduisme dan Buddhisme di negara-negara seperti India dan Jepang.
Santo Fransiskus Xaverius, orang kudus Katolik, adalah yang membawa Injil kepada banyak negeri-negeri Asia dan Timur Jauh. Di abad ke-16 dan ke-16, orang-orang kudus serta misionaris Katolik, terutama Yesuit, adalah yang pastinya membawa Injil kepada Amerika Utara dan Selatan.
St. Yohanes de Brébeuf membawa Injil dan mengonversikan orang-orang Amerika Utara dan yang menyembah berhala, ke dalam terang Yesus Kristus oleh Gereja Katolik. Ia pun disiksa dan dibunuh secara kejam oleh para Indian yang barbar.
Banyak dari negeri-negeri ini dihuni orang-orang barbar dan pagan. Mereka sering kali menyiksa dan membunuh orang asing dan yang mereka anggap musuh. Dalam membawa Injil kepada orang-orang ini, para kudus sering kali melalui rintangan-rintangan mencengangkan dan menghadapi perjuangan-perjuangan luar biasa. Mereka dengan sangat cermat mempelajari bahasa-bahasa, adat-adat serta budaya-budaya pelik demi mengajarkan orang-orang ini tentang Yesus Kristus dan membimbing mereka kepada iman-Nya. Terkadang, mereka disiksa secara barbar.
St. Ansgarius mengonversikan para penyembah berhala negara Denmark ke dalam iman akan Yesus Kristus oleh Gereja Katolik.
Kadang kala, mereka harus berperjalanan melalui kondisi-kondisi yang nyaris tak bisa dipercaya, menderita dalam suhu di bawah nol tanpa ada cukup pakaian atau harus tidur dalam salju yang tebal dikelilingi padang belantara.
YESUS MEMPREDIKSIKAN TRADISI MUKJIZAT BERKELANJUTAN YANG SUDAH TERLIHAT DARI RIWAYAT HIDUP SANTO-SANTA
Pertobatan bangsa-bangsa pagan juga dipercepat oleh mukjizat-mukjizat yang dihadirkan Yesus kepada para kudus-Nya. Ada tradisi mukjizat berkelanjutan dalam riwayat hidup para kudus Katolik yang terentang sampai awal mula Gereja Katolik. Realitas ini, yang menarik dibaca dalam riwayat hidup para kudus, sudah diprediksikan oleh Yesus.
Persekutuan para kudus itu alkitabiah. Berdoa dan memberi penghormatan kepada para kudus tidak mengurangi kemuliaan Allah. Malah sebaliknya, justru menginspirasi kita supaya memusatkan seluruh hidup kita dengan lebih penuh semangat kepada Kristus serta melakukan kehendak-Nya, seperti yang dulu mereka lakukan. Di sepanjang sejarahnya, Gereja Katolik telah setia kepada ajaran Yesus dan Kitab Suci tentang para malaikat dan santo-santa. Ini dikarenakan Gereja Katolik adalah satu-satunya Gereja sejati Yesus Kristus.
Artikel-Artikel Terkait
St Aloysius Gonzaga doakanlah kami. Bantulah kami maju dalam mengutamakan kerendahan hati setiap hari. 🙏
Kita 2 bulanBaca lebih lanjut...Pengamatan menarik. Lebih relevan lagi karena banyak dari materi kami membahas bidah-bidah & kemurtadan Vatikan II, yang melibatkan orang-orang yang mengaku Katolik, padahal sebenarnya tidak, karena banyak dari mereka telah...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Berarti anda tidak paham ttg arti katholik, jadi anda belajar yg tekun lagi spy cerdas dlm komen
Orang kudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Anda bahkan tidak percaya bahwa Yesus mendirikan Gereja Katolik, dan anda menyebut diri Katolik. Sungguh sebuah aib. Yesus jelas-jelas mendirikan Gereja di atas Santo Petrus (Mat. 16:18-19), yakni Gereja Katolik,...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Membaca artikel-artikel di Website ini, aku ingat satu ayat di Kitab Amsal. "Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati."...
St. Paul 4 bulanBaca lebih lanjut...Saya katolik, tetapi hanya perkataan Yesus yang saya hormati, yaitu tentang cinta kasih. Yesus tidak mendirikan gereja katolik. Anda paham arti cinta kasih? Cinta kasih tidak memandang. Tuhan meminta kita...
Kapten.80 4 bulanBaca lebih lanjut...Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 5 bulanBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...