^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ketidaktahuan yang Tidak Teratasi Menjadi Suatu Bidah yang Menghancurkan, Melenyapkan Perlunya Iman Katolik di Seluruh Dunia
Bidah bahwa para non-Katolik dapat diselamatkan oleh “ketidaktahuan yang tidak teratasi” tidak benar-benar menjadi suatu masalah sebelum tahun 1800, karena Tradisi Katolik bahwa tidak seorang pun dapat diselamatkan yang tidak mengenal Injil sangat jelas dan dipertahankan oleh kebanyakan orang. Tetapi, berkat modernisme yang bertumbuh pada tahun 1850-an, serta para liberal yang memanfaatkan pernyataan-pernyataan yang lemah dari Pius IX, teori yang sesat tentang keselamatan bagi orang yang berada di dalam ketidaktahuan yang tidak teratasi hampir meledak dan menjadi kepercayaan banyak imam di dalam pertengahan sampai akhir abad ke-19 dan pada awal sampai pertengahan abad ke-20. Hal ini telah berpuncak di dalam situasi kita pada hari ini di mana hampir 100% orang-orang yang mengaku diri "Katolik" (dan bahkan "Katolik tradisional”) percaya bahwa para Yahudi, Buddhis, Muslim, Hindu, Protestan, dst. dapat diselamatkan. Kita dapat menunjuk ide yang sesat tentang keselamatan bagi orang-orang yang “ketidaktahuannya tidak teratasi” sebagai sumber dari kesalahan ini, tetapi kita akan membahas hal ini jauh lebih banyak kemudian.
Bidah dan modernisme begitu merajalela bahkan pada waktu Konsili Vatikan I di tahun 1870, sehingga St. Antonius Maria Claret, satu-satunya santo yang dikanonisasikan yang menghadiri Konsili tersebut, terkena stroke akibat bidah yang disebarluaskan. Tidak satu pun dari bidah ini, tentunya, diizinkan oleh Allah untuk diikutsertakan di dalam dekret-dekret Vatikan I.
Faktanya adalah bahwa semua budaya itu satanik dan berada di bawah kuasa Setan sampai mereka diinjili. Ini adalah ajaran yang tidak pernah berubah dari Tradisi dan Kitab Suci.
Romo Francisco de Vitoria, O.P., seorang teolog Dominikan yang terkenal dari abad ke-16, menyimpulkan ajaran tradisional Gereja Katolik tentang topik ini dengan sangat baik. Berikut bagaimana ia menguraikannya:
Semua orang yang meninggal di dalam budaya-budaya yang tidak pernah diinjili masuk Neraka untuk dosa-dosa terhadap hukum alam dan dosa-dosa lain yang mereka lakukan – yang mana kehendak buruk dan kegagalan untuk bekerja sama dengan rahmat Tuhan adalah alasannya. Ia tidak mewahyukan Injil kepada mereka. Konsili Vatikan I mendefinisikan secara infalibel, berdasarkan Roma 1, bahwa Allah yang sejati dapat dikenal dengan pasti lewat hal-hal yang telah diciptakan, dan oleh terang alami dari akal budi manusia.[2]
Semua orang dapat mengetahui dengan kepastian bahwa terdapat suatu hal rohani yang mengatasi segala sesuatu, Yang adalah Allah Yang Sejati dan Pencipta bumi dan segala yang dikandungnya. Semua orang mengetahui bahwa Allah bukanlah sesuatu yang telah mereka pahat dari kayu atau giok atau batu. Mereka tahu bahwa Allah bukanlah pohon yang mereka sembah atau sungai yang mereka puja atau batu atau ular atau katak pohon suci. Mereka mengetahui bahwa hal-hal tersebut bukanlah sang Pencipta dari alam semesta. Setiap orang itu mengetahui bahwa ia menyembah ciptaan dan bukan sang Pencipta. Mereka, seperti dikatakan St. Paulus di dalam ayat 20, tidak dapat berdalih. St. Agustinus menjelaskan hal ini dengan baik sehubungan dengan orang-orang yang meninggal di dalam ketidaktahuan akan Iman dan tanpa pembaptisan.
Dan jika seseorang menerima kenyataan tersebut, jika ia cukup jujur secara intelektual untuk nengatakan “Allah, potongan kayu ini pasti bukanlah engkau, tunjukkanlah diri-Mu kepadaku”, maka Allah akan mengutus seorang malaikat, jika diperlukan, sebagaimana ia mengutus seorang malaikat kepada Kornelius di dalam Kisah Para Rasul bab 10; dan Ia akan lalu meneruskannya dengan seorang misioner yang akan membawa kabar baik dan Sakramen Pembaptisan.
Sebagai orang Katolik, tentunya, kita tidak percaya seperti sang bidah John Calvin, yang percaya akan suatu predestinasi yang menurutnya tidak peduli apa pun yang seseorang lakukan, ia telah ditakdirkan untuk Surga atau Neraka. Hal tersebut adalah suatu bidah yang jahat. Tetapi, sebagai orang Katolik, kita percaya akan pengertian predestinasi yang sejati yang diungkapkan oleh Roma 8, Kisah Para Rasul 13 dan para bapa dan orang kudus yang telah dikutip. Pengertian predestinasi yang sejati ini secara sederhana berarti bahwa pengetahuan Allah yang terlebih dahulu sejak dari segala keabadian memastikan bahwa semua orang yang berkehendak baik dan tulus akan dibawa kepada Iman Katolik dan mengetahui apa yang mereka harus ketahui – dan semua orang yang tidak akan dibawa kepada Iman Katolik dan tidak mengetahui apa yang mereka secara sederhana harus ketahui tidak merupakan bagian dari orang-orang terpilih.
Catatan Kaki:
[1] De Indis et de Iure Belli Relectiones, ed. E. Nys, terjemahan J.P. Bates (The Classics of International Law), Washington, 1917, hal. 142. Dikutip oleh Francis A. Sullivan, Salvation Outside the Church? {Keselamatan di Luar Gereja?}, Eugene, OR: Wipf and Stock Publishers, 1992, hal. 70.
[2] Denzinger 1806.
[3] Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-bapa Gereja Perdana}, Vol. 3:1997.
[4] Denzinger 2195; Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Volume 3 (1903-1939), hal. 274.
[5] Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-bapa Gereja Perdana}, Vol. 3:1946.
[6] Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-bapa Gereja Perdana}, Vol. 3:2047.
Artikel-Artikel Terkait
Di bagian mana pun dari Rosario itu, jika ada gambar Yohanes Paulus II, hendaknya Rosario tersebut tidak digunakan dan dibuang saja. Kelihatannya, gambar Yohanes Paulus II sering ditampilkan pada hiasan...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Pada bagian mananya dari Rosario yg ada gambar YP-II nya ?
Agustinus Rinus 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – seseorang dapat berdoa Rosario dengan jari jika belum/tidak ada Rosario yang layak/dapat digunakan. Misalnya, jika Rosario yang ada di rumah bergambar Yohanes Paulus II (Rosario semacam itu seharusnya...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Bagaimana cara berdoa rosario dengan jari
Vito 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – video kami yang satu ini membahas hal tersebut: Vatikan II Adalah Agama Baru (Bukti Visual) https://vatikankatolik.id/vatikan-ii-agama-baru/ “Dialog antaragama” dan “doa lintas agama” tidak diizinkan untuk umat Katolik. Hal...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Bruder dialog antar agama dan doa lintas agama apakah katolik
Vito Kumaheri 3 bulanBaca lebih lanjut...Saya harap video 'Jews Are Not Israel Or The Chosen People' dapat diterjemahkan untuk melawan pandangan sesat itu. Sangat mengherankan bagi saya untuk melihat penyembahan Yahudi dan negara Israel menyebar...
Inori 3 bulanBaca lebih lanjut...Pandangan semacam itu adalah bidah. Orang-orang Protestan itu perlu diberitahukan agar berkonversi dan memeluk iman Katolik (boleh dibagikan link situs kami). Pandangan mereka tentang orang-orang Yahudi berlawanan dengan ajaran Perjanjian...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Entahlah Bruder Saya heran dengan protestan khususnya kharismatik yang terlihat terlalu mengagung-agungkan bangsa Yahudi membuat seolah olah bangsa Yahudi diatas segala galanya
Joshua 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – jawabannya adalah tidak. Gereja Katolik telah mengajarkan secara dogmatis bahwa setelah Injil dipermaklumkan, ketaatan terhadap ritus-ritus & upacara-upacara Perjanjian Lama merupakan dosa (seturut surat bulla Cantate Domino dari...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...