^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Is Feeneyism Catholic? [Apakah Feeneyisme Katolik?], oleh Romo François Laisney (SSPX)
Buku Romo François Laisney yang diterbitkan pada tahun 2001 ini adalah penipuan besar. Terdapat ketidakjujuran yang mengejutkan dan mencengangkan di dalam buku ini yang akan diekspos di dalam bagian “Kebohongan”.
Bidah:
KEBOHONGAN:
Argumen Romo Laisney di sini adalah bahwa Konsili Trente menggunakan istilah yang sama yang digunakan oleh St. Thomas Aquinas (ex ipso voto) sewaktu mendefinisikan perlunya pembaptisan. Maka, menurutnya, Konsili Trente menganut ajaran St. Thomas tentang pembaptisan keinginan. Masalahnya untuk Romo Laisney, bagaimanapun, adalah Konsili Trente sama sekali tidak menggunakan istilah “ex ipso voto” sehubungan dengan pembaptisan ataupun pembenaran (dan, sepengetahuan saya, istilah itu sama sekali tidak digunakan)! Istilah yang digunakan di dalam Sesi 6, Bab 4 (teks yang Laisney percayai secara salah mendukung pandangannya) bukanlah ex ipso voto, melainkan “aut eius voto”. Juga, istilah yang digunakan di dalam Sesi 7, Kanon 4 (yang Laisney juga percayai secara salah mendukung pandangannya) juga bukan ex ipso voto, melainkan “aut eorum voto”. Apakah fakta bahwa ia mengatribusikan suatu istilah kepada Trente yang tidak ditemukan di dalam Trente, sama sekali berarti kepadanya? Tampaknya tidak.
Sebagaimana istilah-istilah tersebut digunakan di dalam konteksnya masing-masing, isilah-istilah yang digunakan Trente tidak mendukung pembaptisan keinginan, seperti yang ditunjukkan di dalam bagian-bagian tentang ajaran Trente dalam dokumen ini. Tetapi ini adalah suatu contoh lain bagaimana Romo Laisney merasa bahwa ia dapat semata-mata menambahkan istilah-istilah kepada Trente sekehendak dirinya. Ia tetap buta terhadap fakta bahwa adalah suatu dosa berat untuk untuk mengatribusikan hal-hal, dalam sepengetahuan seseorang, kepada dokumen-dokumen infalibel yang secara pasti tidak ada di dalam dokumen-dokumen tersebut. Pengetahuan Laisney akan bahasa Latin dan keakrabannya dengan topik ini sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat berdalih bahwa ia melakukan kesalahan tanpa dosa.
Di dalam kebohongan terakhir yang kami singkapkan, Romo Laisney mengklaim bahwa istilah yang digunakan oleh Trente adalah ex ipso voto. Di sini ia memutuskan untuk berkata bahwa Trente menggunakan ungkapan “re aut voto (dalam tindakan atau dalam kehendak”) dalam Sesi 6, Bab 4 dan Sesi 7, Kanon 4. Yang mana yang benar, Romo Laisney?
Istilah mana yang benar: “re aut voto” atau “ex ipso voto”? Saya kira jawabannya adalah: yang mana pun, yang penting menguntungkan Romo Laisney. Masalahnya untuk Romo Laisney – dan ini tampak sebagai suatu masalah yang konsisten – adalah bahwa Trente tidak menggunakan istilah “re aut voto” di dalam satu pun dari teks-teks tersebut! Romo Laisney telah kembali menambahkan kata-kata kepada suatu dokumen yang infalibel dan secara sengaja merepresentasikan ajaran dokumen tersebut secara salah.
Pertama-tama, adalah suatu hal yang ironis bahwa Romo Laisney menggunakan istilah “secara tidak terpisahkan dihubungkan”, karena Paus Santo Leo Agunglah yang mendefinisikan bahwa penyucian seorang pendosa secara tidak terpisahkan berhubungan dengan pembaptisan air!
Jadi sewaktu Romo Laisney menyoraki betapa pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah berhubungan secara tidak terpisahkan kepada dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan, ia sebenarnya menggunakan gaya bahasa yang sama yang digunakan oleh Paus St. Leo, tetapi dengan makna yang sepenuhnya berlawanan. Ia menyatakan bahwa ide bahwa Roh Penyucian dapat dipisahkan dari air pembaptisan “secara tidak terpisahkan dihubungan” dengan dogma Katolik; sedangkan Paus St. Leo mendefinisikan secara dogmatis bahwa Roh Penyucian secara tidak terpisahkan berhubungan dengan pembaptisan air.
Di samping hal ini, apa lagi yang dapat dikatakan tentang pernyataan, “Doktrin pembaptisan darah dan pembaptisan keinginan secara tidak terpisahkan dihubungkan oleh Gereja kepada dogma di luar Gereja tidak terdapat keselamatan”? Satu-satunya hal yang dapat saya pikirkan adalah, “Masakan iya?” Itukah mengapa di dalam setidaknya tujuh pernyataan ex cathedra tentang “dogma di luar Gereja tidak terdapat keselamatan”, “doktrin pembaptisan keinginan/darah” tidak disebutkan satu kali pun? Itukah mengapa di dalam semua konsili dalam sejarah Gereja, tidak sekali pun salah satu dari istilah tersebut disebutkan? Itukah mengapa di dalam semua konsili dalam sejarah Gereja, tidak terdapat satu pun sebutan akan salah satu pun dari istilah tersebut? Ya, “doktrin” pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah memiliki hubungan yang sedemikian tidak terpisahkannya kepada dogma Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan sehingga tidak seorang pun dari banyak Paus yang telah mendefinisikan dogma ini peduli untuk menyebutkan istilah-istilah tersebut. Pernyataan Romo Laisney hanyalah suatu kebohongan lain.
Dalam kata lain, menurut Romo Laisney, tidak seorang santo atau Paus pun dalam sejarah Gereja menyangkal keberadaan pembaptisan keinginan! Ini adalah kebohongan yang sama yang diucapkan oleh Romo Rulleau di dalam bukunya. Lalu pertanyaan saya adalah: apakah para pria ini memiliki hati nurani? Romo Laisney mengetahui bahwa St. Gregorius dari Nazianzus secara khusus menyangkal konsep pembaptisan keinginan (Lihat “Pembaptisan Darah dan Pembaptisan Keinginan – Tradisi Sesat Buatan Manusia”), yang membuat pernyataannya suatu kebohongan yang lain. Dan kita mengetahui fakta bahwa Romo Laisney mengetahui hal ini, sebab teks dari St. Gregorius dikutip dalam halaman 64-65 dari bukunya!
KONTRADIKSI:
Romo Laisney membenarkan kepercayaannya akan pembaptisan keinginan secara eksklusif tentang ajaran para santo. Atas dasar otoritas inilah ia mencoba membenarkan untuk mengikat orang lain kepada pembaptisan keinginan.
Maka, jika Romo Laisney logis, ia harus mengajarkan bahwa para Katolik wajib percaya bahwa pembaptisan yang dilakukan oleh para bidah tidak valid, sebab St. Siprianus mengajarkan hal ini di dalam dokumen yang sama di mana ia mengajarkan pembaptisan darah. Tetapi tidak, Romo Laisney tidak mengajarkan hal ini dan oleh karena itu menentang rangkaian alasannya. Kenyataannya, penolakan Siprianus terhadap validitas pembaptisan yang dilakukan oleh para bidah bukanlah satu-satunya kesalahan yang dibuatnya di dalam dokmen yang telah disebutkan di atas. Ia juga mengajarkan bahwa pembaptisan darah adalah sebuah sakramen,[8] suatu posisi yang telah ditentang secara universal oleh semua pembela modern pembaptisan keinginan, termasuk Laisney sendiri.[9]
Tetapi, layaknya seseorang yang luar biasa munafiknya, Romo Laisney tidak mendogmakan pernyataan St. Bernardus yang salah di atas, melainkan hanya teks-teks dari St. Bernardus yang digemarinya: teks-teks yang sedikit yang membahas tentang pembaptisan keinginan. Dan Laisney memotong dari kutipan tersebut bagian di mana St. Bernardus mengakui bahwa ia mungkin melakukan kesalahan (lihat bagian tentang St. Bernardus dalam dokumen ini untuk pembahasan lengkapnya). Demikian pula, sewaktu Romo Laisney yang luar biasa tidak jujur ini mengutip St. Alfonsus, ia tidak mengikutsertakan rujukan yang salah dari St. Alfonsus kepada Sesi 14, Bab 4 sebab ia tahu bahwa St. Alfonsus sama sekali salah tentang poin ini.[11] Terlebih lagi, sewaktu ia mengutip St. Robertus Bellarminus tentang Gereja, Laisney tidak mengikutsertakan perkataan St. Robertus Bellarminus bahwa para katekuman bukanlah bagian dari Gereja![12]
Seperti yang telah saya katakan, saat saya mempelajari kutipan dari para santo dan teolog yang dikemukakan Laisney sebagai “teks bukti” untuk pembaptisan keinginan, saya telah menemukan bahwa di dalam hampir setiap kejadian, santo atau teolog yang sama membuat suatu kesalahan yang siginifikan di dalam dokumen yang sama. Contohnya:
Di sini, Cornelius a Lapide membuat suatu kesalahan besar. Ia mengatakan bahwa Konsili Trente “secara terang-terangan” menjelaskan Yohanes 3:5 dalam Sesi 7, Kanon 4 untuk mendukung ide pembaptisan keinginan. Tetapi, Sesi 7, Kanon 4 sama sekali tidak menyebutkan Yohanes 3:5. Yohanes 3:5 bahkan tidak disebutkan sama sekali di dalam seluruh dekret tentang Sakramen-Sakramen secara Umum, maka tentunya Sesi 7, Kanon 4 tidak menjelaskan Yohanes 3:5 “secara terang-terangan” untuk mendukung pembaptisan keinginan.
Tetapi, kejadian ini sangatlah berguna untuk diskusi ini untuk alasan ini. Jika Lapide membuat suatu kesalahan besar tentang ajaran Trente tentang Yohanes 3:5 (kenyataannya, pernyataan Lapide jauh dari benar), maka jelas bahwa ia dapat melakukan kesalahan-kesalahan lain. Untuk mengutip teks-teks semacam itu seakan-akan teks-teks itu “menegaskan”[14] hal yang disebut-sebut sebagai pembaptisan keinginan, seperti yang dilakukan Laisney, adalah hal yang konyol. Pernyataan Lapide bahkan jauh dari apa yang ia coba utarakan; tetapi, menurut Serikat St. Pius X, kita harus setuju terhadap setiap kalimatnya sebagai suatu ungkapan dogma yang infalibel.
Saya percaya bahwa terdapat suatu alasan bahwa Allah membiarkan para santo dan teolog ini untuk melakukan kesalahan berulang kali dan tentang berbagai topik sewaktu mereka menjelaskan pembaptisan keinginan: untuk membuat orang tahu bahwa mereka tidak infalibel. Romo Laisney dan SSPX tentunya tidak mengerti pesan ini. Mereka terus melakukan upaya mereka yang satanik untuk mencela orang-orang yang mengerti Yohanes 3:5 “sebagaimana yang tertulis” (Trente, Sesi 6, Bab 4) dan bahwa Sakramen Pembaptisan dibutuhkan untuk keselamatan (Trente, Sesi 7, Kanon 5 tentang Sakramen Pembaptisan).
KONTRADIKSI-KONTRADIKSI YANG MENAKJUBKAN
Di samping kontradiksi-kontrakdiksi yang telah disingkapkan, terdapat kontradiksi-kontradiksi lain yang harus dipertimbangkan di dalam buku SSPX Is Feeneyism Catholic? [Apakah Feeneyisme Katolik?] Fakta bahwa Romo Laisney, yang mengaku sebagai “imam Katolik tradisional” dapat berbohong tentang Konsili Florence seperti yang dilakukannya itu, membuatnya tidak mengejutkan sewaktu kami menemukannya menentang dirinya sendiri di mana-mana.
Pernyataan ini amat benar, pernyataan ini didasari dogma yang didefinisikan secara khidmat (lihatlah bagian “Bayi-Bayi Tidak Dapat Diselamatkan Tanpa Pembaptisan֨”). Tetapi, lihatlah hal berikut:
Perlukah saya berkata lebih banyak untuk membuktikan bahwa Romo Laisney adalah seorang pembohong yang luar biasa munafiknya, yang menentang dirinya sendiri secara terang-terangan hanya dalam jarak beberapa halaman? Halaman 22 dari bukunya mengatakan bahwa bayi-bayi “tidak memiliki kemungkinan apa pun yang lain” untuk diselamatkan kecuali lewat pembaptisan air. Halaman 77 mengajarkan dengan amat jelas bahwa “pembaptisan darah” berlaku bagi bayi-bayi. Jadi apa gunanya pernyataannya di halaman 22?! Tetapi hal ini memburuk sewaktu kita mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh Laisney tentang definisi dari Konsili Florence yang menyataan bahwa tidak seorang bayi pun dapat dibenarkan tanpa Sakramen Pembaptisan.
Terdapat beberapa hal yang penting tentang perlakuan Romo Laisney terhadap definisi dogmatis ini. Pertama-tama adalah fakta bahwa Romo Laisney khusus mencatat bahwa Florence hanya menyebutkan anak-anak dalam teks ini. Ia menyimpulkan bahwa walaupun tidak terdapat obat yang lain bagi anak-anak selain Sakramen Pembaptisan, terdapat suatu obat lain untuk dosa asal bagi orang dewasa (pembaptisan keinginan). Ia mencoba memperkuat posisi ini dengan menunjukkan bahwa teks di atas dari Florence adalah kutipan dari St. Thomas Aquinas, yang (di dalam dokumen yang dikutip) lalu mengajarkan bahwa terdapat suatu obat lain bagi orang dewasa. Masalahnya untuk Romo Laisney adalah bahwa Konsili Florence tidak mengikutsertakan paragraf St. Thomas tentang adanya suatu obat lain bagi orang dewasa (Summa Theologica, Bagian III, Penolakan 68, Jawaban 3), melainkan menghentikan kutipan darinya setelah berkata bahwa tidak ada obat lain bagi anak-anak.
Hal ini seharusnya membuat Romo Laisney berpikir. Mengapa Roh Kudus hanya mengizinkan Paus Eugenius IV dan Konsili Florence untuk mengikutsertakan teks St. Thomas tentang anak-anak, dan bukan ajarannya di dalam paragraf yang persis berikutnya tentang pembaptisan keinginan? Mengapakah Allah tidak mengizinkan Konsili itu untuk lalu berlanjut dengan kutipan dalam satu paragraf pendek yang beriktnya, yang akan membuat jelas untuk selama-lamanya bahwa pembaptisan keinginan adalah suatu ajaran Gereja? Jelas bahwa Roh Kudus menginginkan ajaran St. Thomas tentang Sakramen Pembaptisan sebagai satu-satunya obat untuk bayi-bayi di dalam Konsili itu, dan bahwa Ia tidak menginginkan ajaran St. Thomas bahwa pembaptisan keinginan adalah suatu obat lain bagi orang dewasa di dalam Konsili itu. Inilah mengapa satu paragraf muncul dan yang lain tidak.
Tetapi, apa yang sebenarnya tampak di dalam Konsili Florence dan apa yang tidak tidaklah penting bagi Romo Laisney, karena sewaktu ia menemukan bahwa sesuatu tidak berada di dalam sebuah Konsili yang ia hendaki untuk ada di dalamnya, ia sendiri semata-mata tambahkan. Dalam kasus ini, Romo Laisney memutuskan untuk membuat definisinya sendiri dengan menambahkan paragraf dari St. Thomas yang secara spefisik tidak diikutsertakan oleh Florence. Saya mengutipnya kembali:
Maaf, Romo Laisney, tetapi Konsili Florence tidak menyebutkan pembaptisan keinginan, dan tidak mengizinkan penundaan bagi para katekumen untuk alasan-alasan yang diberikan oleh St. Thomas. Dan Konsili Florence secara amat pasti tidak mengajarkan bahwa pembaptisan keinginan adalah “suatu obat lain” bagi katekumen dewasa. Pikiran-pikiran dari St. Thomas ini tidak diikutsertakan di dalam Konsili itu, tetapi karena anda begitu amat menginginkannya, anda tidak dapat menahan diri anda untuk menambahkannya di dalamnya. Maka, dengan tidak jujur, anda melaporkan ajaran Gereja tentang Pembaptisan, seperti yang anda klaim, tetapi anda berbohong tentang isi dari pernyataan-pernyataan Magisterial tertinggi, karena anda tidak mengendalikan bias dan obsesi anda dalam pencarian anda untuk membuktikan bahwa orang-orang dapat diselamatkan tanpa pembaptisan. Apa yang malah didefinisikan oleh Florence, kenyataannya, menolak segala kemungkinan keselamatan tanpa pembaptisan air.
Jadi, marilah meninjau kembali kontradiksi yang mencengangkan dari Romo Laisney tentang bilamana seorang bayi dapat diselamatkan tanpa Sakramen Pembaptisan. Jika Romo Laisney secara khusus berbohong bahwa Florence mengajarkan bahwa terdapat suatu obat lain bagi orang dewasa, berdasarkan (walaupun secara tidak logis) fakta bahwa Florence memang mengajarkan bahwa tidak terdapat suatu obat lain pun bagi bayi-bayi, maka setidaknya seseorang akan berharap bahwa Romo Laisney akan konsisten dengan fakta bahwa tidak terdapat obat lain bagi bayi-bayi selain Sakramen Pembaptisan, kan? Dalam kata lain, sama sekali tidak mungkin bahwa Romo Laisney, jika ia jujur, dapat mengajarkan bahwa terdapat suatu obat lain bagi bayi-bayi selain Sakramen Pembaptisan. Lagipula, fakta ini (bahwa bayi-bayi tidak memiliki obat lain selain Sakramen tersebut) adalah dasar yang melandasi kebohongannya (bahwa terdapat suatu obat lain bagi orang dewasa). Tetapi tidak ! Romo Laisney bahkan tidak percaya bahwa bayi-bayi tidak memiliki obat lain, tetapi sebaliknya, ia percaya bahwa bayi-bayi dapat diselamatkan tanpa Sakramen Pembaptisan, menurut halaman 77 dari bukunya.
Hal ini membuktikan bahwa penekanan Romo Laisney (pada halaman 47-48 dari bukunya) bahwa Florence mendefinisikan bahwa untuk anak-anak “tidak terdapat obat lain” selain Sakramen Pembaptisan dibuat untuk satu alasan spesifik tertentu. Penekanan ini dibuat dalam harapan untuk dapat membuktikan bahwa terdapat suatu obat lain bagi orang dewasa – pembaptisan keinginan. Satu-satu alasana bahwa ia menekankan poin ini adalah karena ia berpikir poin ini mendukung pembaptisan keinginan. Seluruh diskusinya tentang bagaimana orang-orang Katolik harus bersetia kepada definisi Florence adalah suatu penipuan dan kepalsuan. Dengarkan orang yang munafik ini menjelaskan bagaimana tidak seorang pun dapat menyangkal teks Florence tentang tiadanya obat lain bagi anak-anak selain pembaptisan, yang disangkalnya sendiri di dalam bukunya!
Tindakan Romo Laisney adalah tindakan seekor ular, ular yang sama yang bertanggung jawab atas penipuan yang menjijikkan di dalam bukunya. Romo Laisney dikutuk oleh kata-katanya sendiri. Ia menentang apa yang diakuinya mengikat dirinya, dan yang dengan susah payah ditekankan olehnya. Tetapi, susah payah yang ditempuhnya untuk menekankan dogma ini – bahwa bayi-bayi tidak memiliki obat lain selain pembaptisan air – tidak diambilnya dengan semangat kesetiaan terhadap ajaran Gereja, melainkan hanya dalam upaya yang sia-sia untuk mencoba membuktikan doktrin sesat pembaptisan keinginan.
Dan ironisnya, walaupun Laisney mengklaim posisi sesatnya sebagai ajaran Tradisi, Tradisi sendirilah yang menunjukkan bahwa pembaptisan air adalah satu-satunya pertolongan (yakni, satu-satunya obat) untuk keselamatan bagi semua orang, bahkan bagi orang dewasa yang menginginkannya.
Seseorang dapat terus mengekspos buku-buku dari Serikat St. Pius X, tetapi apa yang telah ditunjukkan sampai saat ini seharusnya cukup untuk menetapkan bahwa mereka tidak menjunjung ajaran Gereja, untuk merangkumnya secara baik-baik. Tidak seorang pun boleh memberikan sepeser pun atau bantuan finansial kepada Serikat yang bidah ini ataupun St. Benedict Center atau seorang imam atau kelompok mana pun yang tidak menjunjung ajaran Gereja tentang dibutuhkannya Pembaptisan secara mutlak dan dibutuhkannya Iman Katolik secara mutlak untuk keselamatan, yang sayangnya, termasuk hampir semua imam pada masa kini. Seseorang yang bersikeras mendukung imam semacam itu, setelah orang itu sadar akan posisinya yang bidah, akan ikut serta dalam bidahnya dan menempatkan dirinya sendiri dalam jalan menuju Neraka.
Terlebih lagi, sehubungan dengan pernyataan dogmatis dari St. Leo Agung yang menentang konsep-konsep pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah, ajaran Konsili Florence tentang Yohanes 3:5, dan ajaran Konsili Trente bahwa Sakramen Pembaptisan dibutuhkan untuk keselamatan (Sesi 7, Kanon 5), tidak seorang pun bahkan dapat mendukung seorang imam yang percaya akan teori pembaptisan keinginan yang eksplisit (bahkan jika imam itu mungkin beritikad baik sampai waktu ajaran Gereja ditunjukkan kepadanya). Kewajiban pertama dari semua orang Katolik adalah untuk menjunjung iman. Seseorang tidak dapat mengompromikan satu pun poin tentang iman dengan mendukung seorang imam yang tidak percaya akan iman secara utuh dan penuh.
Sayangnya, Serikat St. Pius X bukanlah satu-satunya dari antara para “tradisionalis” bidah. Adalah suatu fakta bahwa hampir semua imam di dunia pada masa kini, termasuk setiap imam “tradisional”, menyangkal perlunya pembaptisan untuk keselamatan, dan percaya bahwa orang-orang yang meninggal sebagai non-Katolik dapat memperoleh keselamatan. Kurangnya iman ini dijelaskan oleh fakta bahwa kita hidup pada hari-hari terakhir dunia ini, waktu Kemurtadan Besar yang diprediksikan di dalam Kitab Suci.
Kembali ke Rangkuman Serikat Santo Pius X
Catatan kaki:
[1] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 47.
[2] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 48.
[3] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 52.
[4] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 38.
[5] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 38.
[6] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 85-86.
[7] Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 81.
[8] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 59.
[9] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 9.
[10] Bernardus dari Clairvaux, Lettres [Surat-Surat], T. 2, hal. 333 ; Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 68.
[11] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 77.
[12] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 76.
[13] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 34.
[14] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 34.
[15] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 22.
[16] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 77.
[17] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 47.
[18] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 47.
[19] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 48.
[20] Denzinger 696; Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 542.
[21] Romo François Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 48.
[22] Romo Jacques Dupuis, S.J. dan Romo Josef Neuner, S.J., The Christian Faith {Iman Kristiani}, Edisi Direvisi dan Diperbesar Keenam, Staten Island, NY: Alba House, 1996, hal. 540.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...