Fransiskus Menyetujui Serikat Sipil “Gay” (Bukti Lebih Lanjut untuk Sedevakantisme)

Transkrip berbahasa Indonesia:

“Seperti yang pandemi coronavirus yang tragis ini telah ajarkan kepada kita, kita telah gagal untuk menjaga bumi, rumah dan taman kita. Kita telah mencemarinya, kita telah menghancurkannya... Inilah seorang pria yang menangis bersama kemanusiaan, yang tertawa bersama kemanusiaan...

Ini adalah cuplikan dari Francesco, sebuah dokumenter yang menampilkan wawancara-wawancara dengan Sri Paus, di mana ia menanggapi isu-isu seperti migrasi, rasisme, pandemi, perubahan iklim, dan situasi orang-orang gay. Sewaktu sang sutradara bertanya kepadanya jikalau orang-orang gay dapat membawa anak-anak mereka ke gereja, ia menanggapinya dengan berkata demikian:

‘Orang-orang homoseksual memiliki suatu hak untuk berada dalam sebuah keluarga. Mereka adalah anak-anak Allah dan memiliki hak untuk berkeluarga. Tidak seorang pun boleh diusir atau dijadikan menderita oleh karenanya. Apa yang harus kita lakukan adalah menciptakan sebuah hukum serikat sipil. Dengan demikian, mereka diberi cakupan hukum’.

Paus Fransiskus mengemukakan bahwa ia telah menanggapi masalah ini di masa lalu. Ia merujuk kepada masa-masanya sebagai Uskup Agung Buenos Aires, sewaktu ia menentang persetujuan terhadap sebuah hukum yang mengizinkan pernikahan sesama jenis. Tetapi, ia memang mendukung untuk memberikan perlindungan hukum kepada hak-hak pasangan sesama jenis dalam hal-hal lain, yang dapat mencakup hak waris dan jangkauan perawatan medis. Usulan Paus Fransiskus bukanlah untuk menyebut  kohabitasi pasangan sesama jenis sebagai pernikahan Katolik, melainkan untuk menghormati keputusan-keputusan pribadi dan menunjukkan bahwa semua orang memiliki martabat yang sama.

‘Kita harus mendampingi orang-orang, seperti yang akan dilakukan Yesus. Sewaktu orang semacam ini datang ke hadapan Yesus, Ia tidak akan pernah menjawab, ‘Enyahlah, karena engkau seorang homoseksual!’, tidak’.

Dokumenter ini disutradarai oleh Evgeny Afineevsky, orang Rusia, yang telah mendalami keadaan orang-orang gay di beberapa filmnya”.