^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ensiklik Etsi Multa Luctuosa - Paus Pius IX, 1873 - Penindasan Gereja di Italia, Swiss, Jerman
ETSI MULTA LUCTUOSA
SURAT ENSIKLIK DARI BAPA SUCI KITA PAUS PIUS IX
KEPADA SEMUA PATRIARK, PRIMAT, USKUP AGUNG, USKUP, DAN KEPADA SEMUA ORDINARIS LAINNYA
DALAM RAHMAT DAN PERSEKUTUAN DENGAN TAKHTA APOSTOLIK
Roma, 21 November 1873
PIUS IX, PAUS.
Saudara-Saudara yang Terhormat.
Salam dan Berkat apostolik.
“Walaupun sejak dari permulaan masa Kepausan Kami yang panjang, Kami harus menanggung duka lara yang tak terhitung jumlahnya serta kepedihan yang getir, yang ditimbulkan oleh berbagai sebab yang telah sering Kami dedahkan di dalam surat-surat Ensiklik Kami, beban penderitaan Kami menjadi sedemikian beratnya pada tahun-tahun terakhir ini sehingga Kami hampir akan diremukkan oleh beban tersebut seandainya Kami tidak ditopang oleh Kerahiman ilahi. Juga, baru-baru ini, hal-hal itu pun telah mencapai titik yang sedemikian rupa sehingga maut tampaknya lebih diidamkan daripada hidup yang begitu seringnya diterpa oleh prahara, dan terkadang, Kami terpaksa berteriak dengan mata yang terangkat ke Surga: ‘Akan menjadi lebih baik bagi Kami untuk mati daripada menyaksikan kematian para Kudus.’[1] Memang benar bahwa sejak Allah mengizinkan kota yang mulia ini, ibu kota kita, disergap oleh para serdadu dan tunduk kepada kuasa para pembenci hukum, yang memusuhi agama dan yang menyetarakan hal-hal ilahi dengan hal-hal manusiawi, tiada suatu hari pun yang berlalu tanpa menimbulkan luka baru di hati Kami yang telah ditembus oleh berbagai macam penghinaan dan penganiayaan. Keluhan dan ratapan dari kaum rohaniwan dan rohaniwati pun juga bergema di telinga Kami, mereka yang diusir dari rumah mereka dan setelah segalanya dirampas dari diri mereka, mereka pun dicerai-beraikan dengan perlakuan seakan-akan mereka adalah musuh. Perlakuan yang mereka alami itu pula adalah perlakuan yang sering dilaksanakan di tempat-tempat di mana berkuasa salah satu dari fraksi semacam itu, yang tujuannya adalah untuk mengubrak-abrikkan tatanan masyarakat. Sebab seperti yang dinyatakan oleh Antonius Agung, seturut kesaksian Atanasius, Iblis, memang benar, membenci semua umat Kristiani; tetapi, yang sama sekali tidak dapat ditolerir olehnya adalah para rohaniwan dan perawan milik Yesus Kristus. Kami baru-baru ini bahkan melihat apa yang sebelumnya tidak pernah Kami duga akan terjadi: Kami melihat Universitas Gregorian Kami dihapuskan dan dipertiadakan. Universitas ini, yang, seturut kesaksian dari seorang penulis kuno, yang membahas tentang sekolah Romawi untuk bangsa Anglo-Saxon, telah didirikan agar para imam muda datang ke sana dari daerah-daerah yang jauh demi mempelajari doktrin dan iman Katolik, dan dengan demikian, mereka dapat menjaga gereja-gereja mereka dari ajaran yang bidah atau yang berlawanan dengan kesatuan Katolik serta dapat kembali ke negeri-negeri mereka setelah mereka diteguhkan dalam iman yang sejati. Dengan demikian, mereka merampas sedikit demi sedikit dari diri Kami, dengan suatu muslihat yang durhaka, segala sarana dan segala alat yang membantu diri Kami untuk memimpin dan memerintah Gereja. Itulah sebabnya, terlihat jelas kepalsuan dari pernyataan yang lancang ini, bahwa di dalam kota Kami ini yang dirampas dari kuasa Kami, kebebasan dari Sri Paus Roma dalam hal pelaksanaan pelayanan rohaninya dan dalam segala tindakan yang berkenaan dengan hubungan-hubungannya dengan dunia Katolik sama sekali tidak dikurangi. Sebaliknya, semakin hari, terlihat dengan semakin jelas bahwa Kami dahulu berbicara dengan kebenaran dan kelurusan yang penuh, setiap kalinya Kami mencela penistaan yang dilakukan dengan merampas kuasa Kami, sebagai tindakan yang terutama bertujuan untuk menghancurkan kekuatan dan daya dari Keutamaan Kepausan sendiri, dan bahkan, seandainya hal ini mungkin terjadi, untuk sepenuhnya melenyapkan agama Katolik.
Tetapi, kejahatan-kejahatan yang diderita oleh kota Kami dan segenap negeri Italia bukanlah hal yang membuat diri Kami bertekad untuk menulis kepada anda sekalian. Di samping itu, Kami mungkin akan telah memendam kegelisahan hati Kami dalam kesedihan yang hening, seandainya kemurahan ilahi berkenan menyanggupkan Kami untuk melembutkan duka lara yang kejam yang diderita oleh begitu banyak dari Saudara-Saudara Kami yang terhormat di negeri-negeri lain, bersama dengan para imam dan umat mereka.
Memang benar, Saudara-Saudara yang Terhormat, anda pun tidak mengabaikan peristiwa yang terjadi di beberapa kanton [wilayah] dari Federasi Helvetika [Swiss]. Beberapa kanton ini telah mengubrak-abrikkan segala aturan dan memperlemah dasar-dasar dari konstitusi Gereja Yesus Kristus sendiri. Para dalangnya yang terutama bukanlah kaum heterodoks (beberapa dari antara mereka bahkan telah menolak kejahatan-kejahatan ini), melainkan para anggota dari sekte-sekte yang telah mengambil kuasa di mana-mana. Mereka bukan hanya menyebabkan kanton-kanton tersebut melawan prinsip-prinsip keadilan dan akal budi, tetapi juga terhadap kepercayaan yang diberikan secara publik, sebab seturut undang-undang dari Konfederasi tersebut, kebebasan beragama harus senantiasa dijamin secara penuh kepada umat Katolik. Melalui alokusi kami yang bertanggal 23 Desember dari tahun lalu, Kami telah meratapi penganiayaan yang dilakukan terhadap agama oleh para pemerintah dari kanton-kanton tersebut, ‘dengan menentukan dogma-dogma iman Katolik, atau dengan mendukung para pemurtad, atau dengan melarang pelaksanaan kuasa keuskupan.’ Tetapi, keluhan-keluhan yang benar, yang berkenaan dengan perintah Kami terhadap Majelis Federal melalui duta Kami sama sekali tidak diacuhkan, dan permohonan-permohonan yang diajukan oleh para umat Katolik dari segala kelas dan yang sering diulangi oleh Keuskupan Swiss pun tidak mendapatkan perhatian yang lebih baik. Bahkan, berbagai ketidakadilan yang pertama-tama terjadi pun diikuti oleh berbagai ketidakadilan yang baru dan yang lebih parah.
Sebab, setelah Saudara Kami yang Terhormat, Gaspard, uskup Hebron dan Vikaris Apostolik Jenewa diusir dengan kekerasan, pengusiran yang menimbulkan korban yang cantik dan mulia tetapi yang memalukan dan keji bagi mereka yang memerintahkan dan melaksanakannya, pemerintahan Jenewa telah mempermaklumkan pada tanggal 23 Maret dan 27 Agustus tahun ini dua undang-undang yang sepenuhnya sejalan dengan rancangan yang telah diterbitkan pada bulan Oktober dari tahun sebelumnya dan yang telah Kami kutuk di dalam alokusi yang baru saja Kami sebutkan. Sayangnya, pemerintahan ini merenggut untuk dirinya sendiri hak untuk mereformasi konstitusi Gereja Katolik di dalam kanton ini, dan untuk mengubahnya menjadi suatu bentuk yang demokratis, yang menundukkan uskup kepada otoritas sipil, baik dalam pelaksanaan yurisdiksi dan administrasi yang dimilikinya sendiri, maupun dalam hal delegasi kuasanya; yang melarang uskup untuk berdomisili di kanton tersebut; yang menentukan jumlah paroki dan batasan-batasan dari paroki-paroki tersebut; yang mengajukan bentuk dan persyaratan untuk pemilihan pastor paroki serta para vikaris, kasus-kasus dan cara pencabutan dan penskorsan mereka; yang menganugerahkan kepada orang awam hak untuk menunjuk para pastor paroki dan vikaris; yang bahkan menyerahkan kepada orang awam yang sama pelaksanaan temporal untuk hal ibadat; pendek kata, orang awam seolah-olah dijadikan seperti pengawas, sebagai kepala atas hal-hal gerejawi. Di samping itu, undang-undang tersebut telah menetapkan, tanpa seizin pemerintahan (izin yang akan senantiasa dapat dibatalkan) bahwa para pastor paroki dan para vikaris tidak akan dapat melaksanakan fungsi ataupun menerima jabatan-jabatan yang lebih tinggi daripada yang akan telah dianugerahkan kepada mereka melalui pemilihan yang dilakukan oleh rakyat. Pada akhirnya, undang-undang itu juga mewajibkan para pastor paroki dan para vikaris untuk mengambil sumpah kepada otoritas sipil, suatu sumpah yang ketentuan-ketentuannya sungguh tergolong sebagai suatu kemurtadan. Maka, tiada seorang pun yang tidak dapat melihat bahwa undang-undang semacam itu batal dan sama sekali tidak valid, sebab pembuat hukum awam atau kaum heterodoks sama sekali tidak memiliki kuasa untuk membuat undang-undang semacam itu. Dan ketidakvalidan serta batalnya undang-undang itu juga disebabkan oleh hal-hal yang mereka tetapkan dengan demikian dan yang berlawanan dengan dogma-dogma dari iman Katolik serta disiplin Gereja yang disetujui oleh Konsili Trente dan konstitusi-konstitusi Kepausan, sedemikian rupa sehingga undang-undang itu harus Kami cela dan kutuk secara mutlak.
Itulah sebabnya, atas dasar tanggung jawab dari jabatan Kami dan dengan otoritas apostolik Kami, Kami menolak undang-undang tersebut secara khidmat dan Kami mengutuknya; dan mendeklarasikan pada waktu yang bersamaan bahwa sumpah yang diwajibkan oleh undang-undang tersebut sepenuhnya adalah penistaan; di samping itu, semua orang yang telah dipilih seturut ketentuan-ketentuan dari undang-undang tersebut atau dengan cara yang serupa melalui pemilihan oleh rakyat dan peneguhan oleh otoritas sipil, baik di dalam pemerintahan Jenewa atau di tempat lainnya, yang berani mengambil tanggung jawab pelayanan gerejawi, Kami mendeklarasikan bahwa mereka secara ipso facto terkena ekskomunikasi mayor yang dikhususkan bagi Takhta Suci ini serta hukuman-hukuman kanonik lainnya; maka dari itu, para umat beriman akan harus menghindari mereka, seturut peringatan ilahi, sebagai orang asing dan para perampok yang hanya datang untuk mencuri, membunuh, dan menyesatkan kawanan domba Tuhan.[2]
Hal-hal yang baru saja Kami ingatkan menyedihkan dan memilukan adanya, tetapi sudah terjadi hal-hal yang bahkan lebih memilukan di dalam lima dari ketujuh kanton yang menyusun dioses Basel, yakni: Solothurn, Bern, Basel-Negeri, Aargau, dan Thurgau. Di sana pula, telah dibuat undang-undang sehubungan pemilihan dan pencabutan para pastor paroki dan vikaris, yang mengubrak-abrikkan pemerintahan Gereja dan konstitusi ilahi, dan yang menundukkan pelayanan gerejawi kepada dominasi sekuler dan sepenuhnya skismatis. Itulah sebabnya, Kami menolak dan mengutuk undang-undang ini, yakni, undang-undang yang telah dibuat oleh pemerintahan Solothurn pada tanggal 23 Desember tahun 1872, dan Kami menghendaki agar undang-undang tersebut selamanya dianggap sebagai ditolak dan dikutuk. Sayangnya, setelah Saudara Kami yang Terhormat, Eugenius, uskup Basel, menolak dengan kegeraman yang adil dan keteguhan apostolik beberapa pasal yang diajukan kepadanya, pasal-pasal yang telah dipilih di dalam suatu konsili penyamun atau suatu konferensi diosesan (demikianlah sebutan mereka) di mana terduduk lima delegasi dari kanton-kanton yang telah disebutkan di atas, ia [Eugenius] oleh karena itu dirampas dari keuskupannya, diusir dari istananya dan dengan kekerasan dienyahkan ke dalam pengasingan. Bagaimanapun, ia memiliki suatu alasan yang sepenuhnya bersifat mendesak untuk menolak pasal-pasal ini, sebab pasal-pasal ini menyerang otoritas keuskupan, mengubrak-abrikkan pemerintahan hierarkis, dan secara terbuka mendukung bidah. Sejak saat itu, tiada suatu tipu daya maupun penganiayaan pun yang tidak dilakukan di dalam kelima kanton tersebut demi menyeret para umat dan imam ke dalam skisma. Di waktu yang bersamaan, sewaktu para imam sama sekali dilarang untuk berhubungan dengan sang gembala yang diasingkan, kapitel Basel diberi perintah untuk melakukan pemilihan untuk seorang vikaris kapituler atau seorang administrator, seakan-akan takhta keuskupan sungguh-sungguh kosong; tetapi sang kapitel dengan berani berprotes secara publik untuk menolak gagasan serangan yang sedemikian tercelanya itu. Bagaimanapun, melalui keputusan dan dekret dari para magistrat sipil Bern, enam puluh sembilan pastor paroki Jura diperintahkan untuk tidak lagi menunaikan tanggung jawab pelayanan mereka, dan lalu untuk mengundurkan diri dari fungsi-fungsi mereka, dan hal itu hanya disebabkan oleh karena mereka telah secara publik menyatakan bahwa mereka tidak mengakui uskup dan gembala yang lain selain Saudara Kami yang Terhormat, Eugenius, dan mereka tidak ingin memisahkan diri, untuk alasan apa pun, secara memalukan dari kesatuan Gereja. Oleh karena itu, seluruh wilayah itu, yang telah senantiasa menjaga iman Katolik dan yang dahulunya tergabung kepada kanton Bern, dengan syarat dan klausul bahwa wilayah itu akan selalu menjaga utuh pelaksanaan agamanya, kehilangan pertemuan-pertemuan paroki, hari-hari raya pembaptisan, pernikahan dan penguburan. Dan hal itu terjadi kendati protes, tuntutan-tuntutan, dan keluhan-keluhan dari banyak umat beriman, yang dikecam oleh ketidakadilan yang terbesar ini: mereka diberikan alternatif untuk menerima para pastor yang bidah dan skismatis yang diberdayakan oleh otoritas politik, atau untuk kehilangan segala pertolongan dan pelayanan imamat.
Juga, Kami memuji Allah yang mencurahkan rahmat yang sama. Dengan rahmat ini, Ia dahulu membangkitkan dan meneguhkan para martir, dan di kala ini, Ia menopang dan menguatkan kelompok pilihan ini dari kawanan domba Katolik yang dengan jantan lekat dengan uskup mereka, sewaktu Ia mendirikan tembok untuk rumah Israel agar mereka tidak menjadi lemah dalam pertarungan pada harinya Tuhan.[3] Tanpa peduli rasa takut, mereka mengikuti jejak langkah kepala para martir, Yesus Kristus, sewaktu mereka menghadapi buasnya serigala dengan kelembutan anak domba, dan bertarung demi iman mereka dengan ketabahan dan sukacita.
Seturut teladan ketabahan yang mulia dari para umat beriman Swiss ini, para imam dan umat di Jerman mengikuti teladan yang mulia dari para uskup mereka dengan semangat yang tidak kalah terpujinya. Memang, para uskup mereka ini telah menjadi panutan yang disaksikan oleh dunia, oleh para malaikat dan manusia yang melihat mereka. Bersenjatakan perisai kebenaran Katolik dan helm keselamatan, mereka bertarung di mana-mana dalam pertempuran Tuhan. Ya, dari segala penjuru, orang-orang terutama mengagumi kebajikan mereka dengan memberikan puji-pujian yang besar setiap harinya penganiayaan yang kejam tersulut melawan diri mereka di dalam kekaisaran Jerman dan terutama di Prusia.
Setelah Gereja Katolik menderita banyak ketidakadilan yang parah pada tahun lalu, pemerintahan Prusia, melalui undang-undang yang amat keras dan fasik, yang sama sekali berlawanan dengan tindak-tanduknya yang terdahulu, telah sepenuhnya menundukkan institusi dan pendidikan para imam kepada otoritas awam, sedemikian rupa sehingga otoritas awam itu pun ditugaskan untuk mencari tahu dan memutuskan bagaimana para imam harus diberikan pengajaran dan pembentukan dalam kehidupan imamat dan pastoral. Selebihnya, pemerintahan Prusia sampai mengatribusikan kepada otoritas awam yang sama hak untuk mengalokasikan tanggung jawab serta benefice gerejawi, dan bahkan untuk merampas tanggung jawab serta benefice dari para pastor. Di samping itu, demi mengubrak-abrikkan secara lebih penuh dan lebih cepat pemerintahan gerejawi dan tatanan kepatuhan hierarkis yang telah diinstitusikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus sendiri, undang-undang yang sama ini menetapkan beberapa batasan sehingga para uskup tidak mampu, melalui kecaman-kecaman dan penalti-penalti kanonik, memenuhi kebutuhan, seturut keadaan, baik dalam hal keselamatan jiwa-jiwa, kemurnian doktrin dalam sekolahan Katolik, maupun kepatuhan yang wajib diberikan kepada mereka oleh para imam. Memang benar, akibat undang-undang ini, para uskup hanya diizinkan untuk bertindak seturut keinginan otoritas sipil serta seturut peraturan yang ditetapkan oleh otoritas itu sendiri. Pada akhirnya, untuk menggenapi penindasan total terhadap Gereja Katolik, telah didirikan suatu mahkamah kerajaan untuk perkara-perkara gerejawi, di mana para uskup dan pastor yang suci dapat dibawa ke pengadilan baik oleh orang-orang yang tunduk kepada mereka maupun oleh para magistrat publik, sedemikian rupa sehingga mereka dianggap sebagai terdakwa dan dapat dikekang dalam pelaksanaan tanggung jawab spiritual mereka.
Dengan demikian, Gereja Kristus yang teramat kudus yang dahulunya telah dijanjikan oleh para pangeran yang berdaulat kebebasan agama penuh yang diperlukan, melalui janji-janji yang khidmat dan yang diulang-ulangi, dan melalui traktat-traktat yang berkala, sekarang ia menangis di tempat-tempat ini di mana segala haknya dilucuti dan di mana ia menjadi korban serangan-serangan para musuh yang mengancamnya dengan kehancuran yang terakhir; sebab undang-undang yang baru ini bertujuan untuk membuat Gereja tidak lagi dapat berada sejak saat ini.
Maka, tidaklah mengejutkan bahwa ketenteraman agamawi yang kuno telah mengalami guncangan yang parah di dalam kekaisaran itu oleh karena undang-undang semacam itu, dan pada waktu yang bersamaan, oleh karena tindak-tindak lainnya dari rencana-rencana pemerintahan Prusia yang melawan Gereja. Sebab, jika umat Katolik dianggap melakukan tindak kriminal apabila mereka tidak tunduk kepada undang-undang ini, yang tidak dapat mereka terima dengan hati nurani yang baik, para rasul Yesus Kristus serta para martir haruslah dituduh atas alasan yang sama dan dengan cara yang sama, mereka yang lebih ingin menderita siksaan-siksaan yang terkejam dan bahkan maut sendiri daripada mengkhianati tanggung jawab mereka sendiri dan melanggar hukum-hukum dari agama mereka yang suci dengan menaati perintah-perintah yang fasik dari para pangeran penganiaya. Tentunya, Saudara-Saudara yang Terhormat, seandainya tiada suatu undang-undang lain pun selain undang-undang kuasa sipil, dan seandainya undang-undang ini merupakan hukum yang tertinggi yang tidak dilampaui oleh hukum lain pun, sehingga harus diakui dan sehingga pelanggaran terhadap undang-undang itu adalah tindak yang terlarang; seandainya, di kemudian hari, undang-undang sipil yang sama ini merupakan hukum tertinggi untuk hati nurani, seturut klaim yang absurd dan fasik dari orang-orang tertentu, para martir pertama dan orang-orang yang telah meneladani mereka sebaliknya hanya akan berhak dicela dan tidak dihormati maupun dipuji sewaktu mereka menumpahkan darah mereka demi iman akan Kristus dan demi kebebasan Gereja; bahkan, akan menjadi hal yang berlawanan dengan undang-undang dan kehendak para pangeran untuk menyebarluaskan dan menumbuhkembangkan iman Kristiani, pendek kata, untuk mendirikan Gereja. Bagaimanapun, iman mengajarkan dan akal budi manusiawi membuktikan bahwa terdapat dua tatanan atas hal-hal dan bahwa ada dua kuasa di atas bumi yang harus dibedakan: kuasa yang satu bersifat kodrati, yang bertanggung jawab untuk menjaga ketenteraman masyarakat manusia dan perkara-perkara sekuler; kuasa yang lain, yang asal-muasalnya bersifat adikodrati, dan yang mengepalai kota Allah, yakni, Gereja Yesus Kristus, dan yang diinstitusikan oleh Allah demi kedamaian jiwa-jiwa serta keselamatan kekal mereka. Walaupun demikian, tanggung jawab dari kekuatan yang berganda ini telah dengan penuh hikmat ditata sedemikian rupa sehingga manusia dapat mempersembahkan kepada Allah apa yang wajib diberikan kepada Allah, dan kepada Kaisar, demi Allah, apa yang wajib diberikan kepada Kaisar; memang benar, jikalau Kaisar agung adanya, sebabnya adalah bahwa ia lebih rendah daripada Surga, sebab Kaisar bergantung kepada Ia yang kepada-Nya Surga dan segenap ciptaan bergantung.[4] Tetapi, Gereja tentunya tidak pernah menyimpang dari asas ilahi ini, sebab ialah yang di segala tempat dan di segala saat berjuang untuk meresapkan kepatuhan ke dalam benak para umatnya yang wajib mereka berikan tanpa diganggu gugat kepada para pangeran dan kepada hukum-hukum sekuler dari para pangeran. Bersama dengan sang Rasul, Gereja telah selalu mengajarkan bahwa para pangeran demikian adanya bukan karena bahwa tujuan mereka adalah untuk menakuti orang-orang yang berbuat baik, melainkan untuk menakuti mereka yang berbuat jahat; dan Gereja memerintahkan agar para umat beriman tunduk bukan hanya oleh karena rasa takut akan murka pangeran, dan karena pangeranlah yang menyandang pedang demi menghajar orang yang berbuat jahat, tetapi juga oleh karena hati nurani dan karena, dalam tanggung jawabnya, pangeran adalah wakil Allah.[5] Tetapi, rasa takut terhadap para pangeran itu tidak pernah dianjurkan oleh Gereja demi perbuatan-perbuatan yang buruk, dan Gereja telah senantiasa menghalau rasa takut itu dari segala sesuatu yang berkenaan dengan ketaatan terhadap hukum ilahi, sebab Gereja ingat akan ajaran Santo Petrus kepada para umat beriman: Hendaknya tidak seorang pun dari antara kalian menderita sebagai pembunuh, atau perampok, atau pemfitnah, atau orang yang iri dengki oleh karena kepunyaan orang lain; tetapi jika ia dibuat menderita karena dirinya orang Kristen, hendaknya ia tidak malu, dan hendaknya ia memuliakan Allah oleh karena namanya itu.[6]
Menimbang keadaan-keadaan yang sedang terjadi, Saudara-Saudara yang terhormat, anda sekalian akan dapat dengan mudah memahami betapa besarnya dukacita yang memenuhi hati Kami, sewaktu baru-baru ini, di dalam sepucuk surat yang dikirimkan kepada Kami oleh Kaisar Jerman sendiri, Kami membaca suatu tuduhan yang kejam dan tak terduga terhadap sebuah pihak, yang ujarnya merupakan umat Katolik yang tunduk kepadanya, tetapi juga terhadap para imam Katolik di Jerman dan terhadap para uskup. Dan apakah sebab dari tuduhan ini? Sebabnya adalah bahwa mereka ini, yang tidak takut akan penjara maupun cobaan, dan karena mereka pun tidak menganggap nyawa mereka lebih berharga daripada diri mereka sendiri,[7] menolak untuk taat kepada undang-undang yang telah Kami sebutkan. Mereka menolaknya dengan kegigihan yang sama dengan yang mereka pertunjukkan sebelum undang-undang ini diberlakukan, sewaktu mereka berprotes untuk mencela segenap ketidakadilan dari undang-undang ini, yang mereka ungkapkan melalui permohonan-permohonan yang memelas. Demikianlah prasasti yang memperlihatkan daya dan ketangguhan mereka yang mereka tujukan kepada pangeran, kepada para menterinya dan kepada Majelis tertinggi dari kerajaan itu. Dan mereka pun disoraki oleh segenap dunia Katolik, dan bahkan oleh beberapa tokoh dari kaum heterodoks. Itulah sebabnya mereka pada saat ini dituduh melakukan tindak pengkhianatan, seolah-olah mereka setuju dan bersekongkol bersama orang-orang yang berupaya untuk mengganggu segenap tatanan masyarakat manusia, dan tuduhan itu dijatuhkan atas diri mereka kendati begitu banyaknya bukti yang jelas yang memperlihatkan kesetiaan mereka yang tak tergoyahkan kepada pangeran, dan semangat mereka yang membara terhadap kepentingan-kepentingan tanah air mereka.
Di samping itu, Kami sendiri dipintakan agar Kami menasihati para umat Katolik ini dan para gembala mereka untuk menaati undang-undang tersebut. Seandainya Kami sendiri melakukannya, hal itu akan setara dengan penindasan dan pencerai-beraian kawanan dogma Yesus Kristus. Tetapi, dengan mengandalkan pertolongan Allah, Kami percaya bahwa setelah Paduka Kaisar yang Amat Tenteram memahami dan menimbang keadaan-keadaan ini dengan lebih baik, ia akan mengenyahkan kecurigaan yang sedemikian luar biasanya dan tak beralasan ini, yang dibayangkan terhadap para rakyatnya yang paling setia, sehingga segera, ia tidak lagi akan membiarkan martabat mereka dijadikan sasaran serangan-serangan yang sedemikian memalukannya ataupun membiarkan penganiayaan yang tak pantas mereka terima ini terus berkepanjangan. Selebihnya, Kami akan telah mengabaikan surat ini sama sekali seandainya, tanpa sepengetahuan diri Kami dan dengan amat tak terduga, surat ini tidak diterbitkan di dalam surat kabar resmi di Berlin, pada waktu yang bersamaan di mana diterbitkan pula sepucuk surat yang telah Kami tulis, di mana Kami menuntut keadilan dari Paduka Kaisar yang Amat Tenteram untuk membantu Gereja Katolik di Prusia.
Seluruh penganiayaan yang baru saja Kami sebutkan terlihat bagi semua orang. Juga, sewaktu kaum senobit dan para perawan yang dibaktikan kepada Allah dirampas dari kebebasan yang dimiliki oleh segenap rakyat dan diusir dengan kebrutalan yang tidak manusiawi; sewaktu sekolah-sekolah negeri yang mengajar orang muda Katolik semakin hari semakin direnggut dari pengawasan dan kewaspadaan Gereja yang berfaedah; sewaktu novisiat-novisiat yang didirikan untuk membangkitkan kesalehan, dan sewaktu seminari-seminari sendiri ditutup; sewaktu kebebasan untuk mewartakan injil dilarang; sewaktu, di beberapa bagian tertentu dari kerajaan itu, orang dilarang untuk memberikan elemen-elemen pengajaran agamawi dalam bahasa ibu; sewaktu para pastor paroki yang telah ditempatkan oleh para uskup dicabut dari paroki mereka; sewaktu para uskup sendiri tidak lagi diberikan penghasilan; sewaktu mereka dikenakan denda dan diancam dengan kurungan penjara; sewaktu umat Katolik dianiaya dengan berbagai jenis penindasan, bagaimanakah Kami sanggup memendam dalam hati Kami segala sesuatu yang terpampang kepada Kami dan tidak memperjuangkan agama Yesus Kristus dan kebenaran?
Tetapi ketidakadilan yang dideritakan kepada Gereja Katolik tidak berhenti sampai di situ, sebab di samping itu, pemerintahan Prusia dan pemerintahan-pemerintahan lainnya dari Kekaisaran Jerman secara terbuka memberikan perlindungan kepada para bidah yang baru yang menyebut diri mereka sendiri Katolik Lama. Penyalahgunaan istilah ini akan menjadi konyol adanya jika sebaliknya tidak ditangisi dengan air mata yang bercucuran oleh karena kesalahan-kesalahan yang mengerikan yang ditimbun oleh sekte ini terhadap prinsip-prinsip agung dari iman Katolik, oleh karena berbagai penistaan yang disebarluaskan dalam pelaksanaan hal-hal ilahi dan penyelenggaraan sakramen, oleh karena skandal-skandal yang mencengangkan, dan pada akhirnya, oleh karena binasanya begitu banyak jiwa yang telah ditebus oleh darah Yesus Kristus.
Tetapi upaya yang dilakukan dan tujuan yang hendak dicapai oleh para putra kebinasaan ini adalah apa yang terlihat jelas dari beberapa karya tulis mereka, tetapi terutama dari karya tulis yang lancang dan fasik yang telah diterbitkan beberapa waktu lalu oleh seseorang yang mereka baru-baru ini jadikan sebagai pseudo-uskup untuk diri mereka sendiri. Sewaktu mereka menyerang dan menggulingkan kuasa yurisdiksi sejati yang dimiliki oleh Sri Paus dan para uskup penerus para rasul; sewaktu mereka memindahtangankan kuasa tersebut kepada umat, atau, seperti yang mereka katakan, kepada komunitas, mereka menolak dan memerangi Magisterium yang infalibel yang dimiliki oleh Sri Paus Roma serta Gereja Pengajar. Mereka bertindak melawan Roh Kudus yang telah dijanjikan oleh Yesus Kristus agar senantiasa berada bersama Gereja, Para putra kebinasaan ini menyatakan dengan kelancangan yang luar biasa bahwa Sri Paus Roma, dan bersamanya, semua uskup, imam, dan para umat yang bersekutu dengannya berkat kesatuan iman dan persekutuan, telah jatuh ke dalam bidah, sewaktu mereka telah menyetujui dan mengakui definisi-definisi dari Konsili Ekumenis Vatikan. Itulah sebabnya mereka sampai menyangkal indefektibilitas Gereja sendiri, dan mereka melontarkan penghujatan bahwa Gereja telah binasa di seluruh dunia; dan oleh karena itu, bahwa kepalanya yang kelihatan dan para uskup telah gagal. Itulah sebabnya, mereka menyimpulkan bahwa mereka bertanggung jawab untuk memulihkan keuskupan yang legitim di dalam pribadi pseudo-uskup mereka, yang tidak masuk melalui pintu kandang, melainkan melalui pintu yang lain, seperti seorang perampok dan seorang pencuri, yang menjatuhkan atas kepalanya sendiri kutukan dari Yesus Kristus.
Bagaimanapun, orang-orang yang malang ini, yang memperlemah fondasi-fondasi dari agama Katolik, yang menyerang segenap karakter dan propertinya, yang mengajukan kesalahan-kesalahan yang begitu banyak dan begitu memalukan, atau yang sebaliknya telah mengambil kesalahan-kesalahan tersebut dari kaum bidah yang lama dan yang telah mengumpulkan kesalahan-kesalahan itu untuk mengajarkannya kepada orang-orang, mereka ini tidak malu untuk menyebut diri mereka sendiri Katolik dan Katolik Lama, walaupun oleh karena doktrin mereka, inovasi mereka, dan jumlah mereka, mereka menolak sejauh mungkin karakter yang berganda itu: yang lama dan yang Katolik. Tentunya, dengan lebih benar Gereja bangkit melawan mereka daripada dahulu kala sewaktu Agustinus bangkit melawan kaum Donatis. Gereja ini, yang telah didirikan oleh Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup di atas batu karang, yang melawannya pintu-pintu gerbang Neraka tidak akan pernah berjaya dan yang kepadanya, Ia yang telah diberikan segenap kuasa di dalam Surga dan di atas bumi telah berkata bahwa Ia akan senantiasa ada bersamanya sampai akhir zaman. ‘Gereja berseru kepada Mempelainya yang abadi: Mengapakah aku tidak mengenal siapa saja orang-orang yang yang menggerutu terhadap daku sambil menjauhkan diri dari diriku? Mengapakah orang-orang yang telah binasa menyatakan bahwa aku telah binasa? Katakanlah kepadaku betapa singkatnya hari-hariku: betapa lamakah aku masih harus berada di dalam abad ini? Katakanlah kepadaku tentang hal itu, sebab mereka berkata: Ia dahulu ada, dan sekarang ia tiada lagi; sebab mereka berkata: Nas itu pun telah digenapi, semua bangsa telah percaya; tetapi di semua bangsa, Gereja telah menjadi murtad dan ia telah binasa, dan Ia pun mengatakannya kepada Gereja, dan suara-Nya tidaklah sia-sia belaka. Tetapi apakah yang dikatakan-Nya kepada Gereja? Lihatlah, ujar-Nya, Aku akan berada bersamamu sampai akhir zaman. Tergerak oleh kata-kata kalian dan opini-opini kalian yang keliru, Gereja meminta kepada Allah agar Ia memberi pertanda akan singkatnya hari-harinya; dan ia menyaksikan bahwa Tuhan telah berkata: Lihatlah, Aku akan berada bersamamu sampai akhir zaman. Di sini kalian tentunya akan berkata: Tetapi Ia mengatakan hal itu tentang diri kami. Kami ada dan kami akan senantiasa ada sampai akhir zaman. Lantas, selidikilah Yesus Kristus sendiri. Ia berkata: Dan injil ini akan dikhotbahkan kepada segenap alam semesta, sebagai kesaksian terhadap semua bangsa dan lalu, datanglah kesudahannya. Maka, sampai akhir zaman Gereja akan ada di dalam semua bangsa. Hendaknya para bidah binasa, hendaknya mereka binasa dengan berhenti menjadi diri mereka sendiri, dan hendaknya di kemudian hari mereka menemukan diri mereka sendiri, agar mereka tidak lagi menjadi diri mereka pada saat ini.”[8]
Tetapi, karena orang-orang ini telah sedemikian terjerumusnya dan karena mereka telah berjalan dengan kelancangan yang lebih besar dalam jalan dosa serta kebinasaan, seperti yang biasanya terjadi kepada sekte-sekte bidah akibat penghakiman Allah yang adil, mereka juga telah menginginkan untuk membuat suatu hierarki untuk diri mereka sendiri. Maka, mereka telah memilih dan menetapkan untuk diri mereka sendiri seorang pseudo-uskup, seorang pemurtad notorius dari agama Katolik, Joseph Hubert Reinkens; lalu, untuk memastikan agar tiada suatu hal pun yang kurang dari kekurangajaran mereka, mereka pun meminta agar ia dikonsekrasikan oleh kaum Jansenis dari Utrecht, kaum yang mereka sendiri, sebelum mereka meninggalkan Gereja, anggap sebagai kaum bidah dan skismatis, sama seperti yang dilakukan oleh semua orang Katolik lainnya. Bagaimanapun, Joseph Hubert ini berani menyatakan dirinya sendiri sebagai uskup, dan, hal yang sangat mencengangkan, adalah bahwa seturut dekret publik, ia diakui sebagai uskup Katolik oleh Paduka Kaisar Jerman yang Amat Tenteram, yang mengajukan agar ia harus mengambil kedudukan uskup yang sejati dan bahwa ia harus dipatuhi oleh semua orang yang tunduk kepadanya. Tetapi, asas-asas yang paling mendasar dari doktrin Katolik menetapkan bahwa tidak seorang pun boleh dipandang sebagai uskup yang legitim jika orang itu tidak bersatu dalam persekutuan iman dan kasih dengan batu karang yang di atasnya Gereja Kristus telah didirikan; jika ia tidak terhubung dengan Gembala yang tertinggi yang kepadanya telah dipercayakan tanggung jawab untuk menggembalakan segenap domba Yesus Kristus, jika ia tidak bersatu dengan sang penguat persaudaraan yang ada di dalam dunia. Dan memang benar, ‘kepada Petruslah Tuhan telah berkata, kepadanya seorang dirilah, sehingga Ia mendirikan kesatuan melalui satu orang saja.’[9] Kepada Petruslah kedaulatan ilahi telah menganugerahkan bagian kekuasaan-Nya yang besar dan mengagumkan ini, dan jika Ia telah menghendaki agar kepada-kepala yang lain memiliki hal yang dimiliki bersama dengannya, Ia hanya pernah memberikan melalui dirinya [Petrus] hal yang tidak ditolak-Nya untuk diberikan kepada yang lain.’[10] Itulah sebabnya Takhta Apostolik inilah, di mana Petrus hidup, memerintah dan memberikan kebenaran iman kepada orang-orang yang memintanya,[11] yang merupakan sumber segenap hak atas semua anggota persekutuan yang sejati,[12] dan adalah suatu hal yang pasti bahwa ‘bagi gereja-gereja yang tersebar di seluruh dunia, Takhta ini layaknya sebuah kepala bagi anggota-anggotanya, sehingga barangsiapa memisahkan diri darinya, orang itu menjadi terasing dari agama Kristiani, karena ia berhenti berada dalam tubuh yang sama.’[13]
Itulah sebabnya, sewaktu Martir suci Santo Siprianus berbicara tentang sang pseudo-uskup skismatis Novatianus, ia bahkan menolak untuk menyebut Novatianus sebagai Kristen karena ia telah terpisah dan terpenggal dari Gereja Yesus Kristus. ‘Barangsiapa,’ ujarnya, ‘dan siapa pun orang itu, ia bukan orang Kristen jika ia tidak berada di dalam Gereja Yesus Kristus. Walaupun ia berbangga diri dan walaupun ia dengan angkuhnya menyanjung pengetahuan filsafatnya dan kefasihannya, barangsiapa tidak menjaga kasih persaudaraan dan kesatuan gerejawi telah kehilangan apa yang dahulu dimilikinya. Sebagaimana oleh karena Kristus hanya ada satu Gereja yang terbagi menjadi beberapa anggota di seluruh dunia, demikian pula, hanya ada satu keuskupan yang tersebar melalui kemajemukan uskup yang lain, yang oleh keharmonisan tergabung dengan uskup yang terutama dari segala uskup. Bagaimanapun, setelah Allah mewariskan tradisi-Nya dan menciptakan kesatuan Gereja Katolik yang terhimpun dan terhubung dari segala tempat, ia (pengikut Donatus) berjuang untuk menciptakan suatu Gereja yang manusiawi. Tetapi barangsiapa tidak menaati kesatuan pikiran maupun persatuan kedamaian, dan barangsiapa memisahkan diri dari hubungan dengan Gereja dan dari dewan imam, orang itu tidak dapat memiliki kuasa maupun kehormatan uskup, sebab ia tidak hendak menaati kesatuan maupun damai keuskupan.’[14]
Maka dari itu, Kami, yang, walaupun Kami tidak pantas, telah ditempatkan di atas Takhta Petrus yang tertinggi ini demi menjaga iman Katolik, demi mempertahankan dan membela kesatuan Gereja universal, dengan mengikuti teladan dari para pendahulu Kami dan peraturan-peraturan dari hukum-hukum suci, atas dasar kuasa yang telah diberikan kepada Kami dari Surga, Kami tidak hanya mendeklarasikan bahwa pemilihan Joseph Hubert Reinkens yang telah disebutkan itu dilakukan secara bertentangan dengan hukum-hukum kanonik, tidak licit, batal dan sama sekali tidak valid, dan bahwa konsekrasinya adalah penistaan, Kami tidak hanya menolak dan membenci konsekrasinya, tetapi atas dasar otoritas Allah yang Mahakuasa, Kami mengekskomunikasikan dan menganatemakan Joseph Hubert yang sama ini, dan bersamanya, semua orang yang telah memberanikan diri untuk memilihnya, semua orang yang telah mengulurkan tangan untuk melakukan konsekrasinya yang nista, semua orang yang telah membantu dalam hal itu dan yang bersekutu dengan kelompoknya, memberikan kepadanya bantuan, dukungan, pertolongan, atau pemufakatan. Kami mendeklarasikan, mencanangkan, dan memandatkan bahwa mereka terpisah dari persekutuan Gereja, dan bahwa mereka harus terhitung sebagai bagian dari kalangan yang dengannya, sang Rasul telah melarang semua umat Kristani untuk berdagang dan bertemu, kalangan yang sama ini, ia pula telah memerintahkan kepada umat Kristiani agar bahkan tidak memberikan salam kepadanya.[15]
Atas dasar semua fakta ini, yang telah Kami bahas karena Kami lebih ingin meratapinya daripada menceritakannya, anda sekalian telah mendapatkan bukti yang cukup, Saudara-Saudara yang Terhormat, betapa menyedihkannya dan betapa berbahayanya situasi umat Katolik di negeri-negeri Eropa yang telah Kami sebutkan. Tetapi, hal-hal dan zaman ini pun tidak lebih tenang di Amerika, di mana beberapa negeri sedemikian memusuhi umat Katolik sehingga para pemerintah mereka tampaknya menyangkal, melalui tindakan-tindakan mereka, iman Katolik yang mereka akui. Sejak beberapa tahun lamanya, memang benar, telah bangkit suatu perang yang mengerikan terhadap Gereja, institusi-institusinya, dan hak-hak dari Takhta Suci ini. Seandainya Kami menelaah keadaan ini, tentunya akan banyak hal yang harus dikatakan; tetapi, oleh karena parahnya peristiwa-peristiwa ini, hal-hal ini pun hanya dapat dicermati secara singkat dan Kami akan membahas hal-hal tersebut secara lebih panjang pada kesempatan yang lain.
Beberapa dari antara anda, Saudara-Saudara yang Terhormat, mungkin akan terkejut saat anda melihat peperangan yang tersebar sampai tempat yang sedemikian jauhnya di zaman kita ini, peperangan yang telah dinyatakan terhadap Gereja Katolik. Tetapi, barangsiapa mengenali ciri-ciri, hasrat-hasrat, dan rencana-rencana dari sekte-sekte ini – sekte-sekte yang menyebut diri mereka sendiri Masonik atau dengan nama yang lain – dan membandingkan hal-hal tersebut yang dimiliki oleh sekte-sekte ini dengan ciri-ciri, sistem, dan jangkauan dari konspirasi ini yang menyerang Gereja dari segala penjuru, orang itu tidak akan ragu untuk sesaat pun bahwa malapetaka yang terjadi pada saat ini berhubungan dengan muslihat-muslihat dan siasat-siasat dari sekte-sekte ini. Sebab dalam sekte-sekte inilah sinagoga Setan berhimpun dan memperoleh tenaganya, mempersenjatai para pasukannya, mengibarkan bendera-benderanya, dan bergabung dalam pertempuran untuk melawan Gereja Yesus Kristus. Sejak permulaan, para pendahulu Kami, sebagai penjaga Israel yang waspada, telah mengadukan sekte-sekte yang keji ini kepada para Raja dan rakyat; lalu, mereka telah dengan gencar menjatuhkan kutukan-kutukan mereka atas sekte-sekte tersebut. Kami sendiri pun tidak gagal untuk menunaikan tanggung jawab itu. Dan hendaknya Allah berkenan agar para Gembala tertinggi dari Gereja telah didengarkan dengan lebih baik oleh orang-orang yang akan telah dapat menghalau wabah yang sedemikian berbahayanya itu! Tetapi sekte itu, yang menyisipkan diri melalui celah-celah yang berliku-liku, dan yang dengan gencarnya berusaha keras untuk menyesatkan banyak orang dengan muslihat-muslihat yang durhaka, telah sampai kepada titik di mana ia melompat keluar dari liangnya dan memperlihatkan dirinya secara terbuka seolah-olah dari sejak saat ini ia memiliki segenap daya dan kuasa. Karena jumlah orang yang disesatkan telah menjadi sedemikian besarnya, serikat-serikat yang mematikan ini berpikir bahwa cita-cita mereka telah tercapai, dan bahwa mereka akan segera menggapai tujuan yang telah mereka hendaki dan yang belum sempat mereka raih. Karena mereka akhirnya telah memperoleh apa yang telah mereka dambakan sejak lama, yakni, untuk menjadi kepala pemerintahan di beberapa tempat, mereka telah sampai dengan lancang mengumpulkan kekuatan mereka dan segala sarana yang dapat mereka peroleh dari otoritas, demi membelenggu Gereja Allah di dalam perbudakan yang teramat kejam, demi mengubrak-abrikkan landasan-landasan di atas mana Gereja bertumpu, dan untuk mengubah karakter-karakter ilahi yang membuatnya bercahaya dengan terang yang memukau. Apa lagi yang mereka inginkan? Apa yang mereka inginkan, setelah mereka mengguncangkan Gereja dengan serangan yang bertubi-tubi, setelah mereka membuat Gereja lunglai dan jatuh, adalah untuk melenyapkan Gereja, seandainya hal itu mungkin terjadi, dari muka bumi. Menimbang keadaan-keadaan yang demikian, Saudara-Saudara yang Terhormat, berikanlah segenap perhatian anda untuk melindungi para umat yang dipercayakan kepada perhatian anda dari jerat-jerat dan wabah sekte-sekte tersebut, dan untuk merampas dari kesesatan orang-orang yang, akibat nasib buruk mereka, telah mendaftarkan nama mereka di dalam daftar sekte-sekte tersebut. Tetapi, yang terutama, untuk orang-orang yang menjadi korban muslihat itu atau yang hendak menyebarkannya, buatlah mereka mengetahui kesalahan mereka dan perangilah kesalahan mereka itu, mereka yang tidak takut untuk menyatakan bahwa tujuan serikat-serikat yang gelap itu hanyalah untuk memberikan faedah kepada masyarakat dan memajukan kebaikan bersama. Sering-seringlah anda mendedahkan kepada mereka dan perlihatkanlah di hadapan mata mereka konstitusi-konstitusi Kepausan yang membahas wabah ini, dan ajarkanlah mereka bahwa konstitusi-konstitusi ini tidak hanya mengutuk serikat-serikat Masonik yang didirikan di Eropa, tetapi juga yang ada di Amerika dan di semua negara di dunia.
Selebihnya, Saudara-Saudara yang Terhormat, karena kita hidup di zaman yang memberikan begitu banyak derita kepada diri kita, dan yang dengan demikian, juga memberikan kepada kita kesempatan untuk membuat jasa yang besar, marilah kita terutama memastikan, sebagai laskar Kristus yang baik, agar kita tidak kehilangan semangat; sebaliknya, di tengah-tengah badai yang mengombang-ambingkan diri kita, kita harus dengan teguh mengharapkan ketenteraman di masa depan dan ketenangan yang amat penuh untuk Gereja. Marilah kita pula bangkit dan membangkitkan bersama diri kita para imam dan umat beriman, dalam kepercayaan kepada pertolongan ilahi sembari mencari semangat kita di dalam komentar yang mulia dari Krisostomus ini. Ia berkata: Dari segala penjuru, gelombang meninggi, badai berkecamuk, tetapi kita tidak takut tenggelam, sebab kita berdiri di atas batu karang itu. Biarkan lautan mengamuk, ia tidak akan pernah dapat menghancurkan batu karang itu, biarkan gelombang menerpa; ia tidak dapat menelan biduk Yesus. Tiada suatu hal pun yang lebih kuasa daripada Gereja. Gereja lebih kuasa daripada Langit sendiri. Langit dan bumi akan berlalu, ujar Yesus Kristus, tetapi perkataan-Ku tidak akan lenyap. Perkataan yang mana? Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan pintu-pintu gerbang Neraka tidak akan berjaya melawannya. Jika kalian tidak percaya akan perkataan itu, percayalah akan perbuatan-perbuatan-Nya. Betapa banyaknya penzalim yang telah mencoba menindas Gereja! Betapa banyaknya kayu api, tungku, taring binatang buas, pedang besi! Dan mereka sama sekali tidak berdaya! Di manakah para musuh itu? Mereka telah menjadi bungkam dan dilupakan. Dan Gereja, di manakah dia? Ia bersinar dengan cahaya yang lebih terang daripada matahari. Karya-karya yang hendak dicapai oleh orang-orang itu mati sudah. Sedangkan karya-karya yang telah dikuduskan oleh Gereja tidak kenal maut. Bagaimanapun, jika umat Kristiani, sewaktu jumlah mereka begitu sedikit, tidak dapat ditaklukkan, bagaimanakah anda akan dapat menaklukkan mereka sewaktu seluruh dunia dipenuhi dengan agama mereka? Langit dan bumi akan berlalu; tetapi perkataan-Ku tidak akan lenyap.[16] Itulah sebabnya, janganlah kita membiarkan diri tergerak oleh suatu bahaya pun dan janganlah kita ragu untuk sesaat pun, tetapi hendaknya kita bertekun dalam doa, dan berjuang untuk memperoleh rahmat yang dapat kita peroleh melalui upaya-upaya kita demi menenangkan murka ilahi yang tersulut oleh kejahatan-kejahatan umat manusia; agar Allah pada akhirnya bangkit dalam kerahiman-Nya, agar Ia berfirman kepada angin dan agar ia menghadirkan ketenteraman.
Sementara itu, Saudara-Saudara yang Terhormat, sebagai kesaksian dari niat baik Kami yang istimewa, Kami menganugerahkan dari lubuk hati Kami berkat apostolik kepada diri anda sekalian dan kepada segenap umat yang dipercayakan kepada perhatian anda masing-masing.
Diberikan di Roma, di Gereja Santo Petrus, pada tanggal 21 November, tahun Tuhan MDCCCLXXIII, tahun kedua puluh delapan dari masa Kepausan Kami.
PIUS IX, PAUS.”
Catatan kaki:
Surat ensiklik Etsi multa luctuosa diterjemahkan dari sumber berbahasa Prancis:
Archives diplomatiques 1875, Vol. III, Juli, Agustus, September 1875, Paris, Librairie diplomatique d’Amyot, Éditeur, hal. 55-69.
Catatan kaki diperoleh dari:
The Irish Ecclesiastical Record, Vol. X., Dublin, William B. Kelly, Grafton-Street, Imprimatur tanggal 1 Oktober 1873, oleh Paulus Cardinalis Cullen, hal. 127-138.
[1] I Machab. iii. 59.
[2] Ioan. x., 5, 10.
[3] Ezech. xiii. 5.
[4] Tertull. apolog. cap. 30.
[5] Rom. xiii., 3. seqq.
[6] I Petr. iv., 14, 15.
[7] Act. xx., 24.
[8] August. in. Psalm. 101 enarrat. 2 num 8, 9.
[9] Pacianus ad Sympron. ep. 3 n. II. Cyprian. de unitat. Eccles. Optat. contra Parmen. lib. 7. n. 3. Siricius, ep. 5, ad Episcopos Afr. Innoc. I, epp. ad. Victric. ad. conc. Carthag. et Milev.
[10] Leo M. serm. 3. in sua assumpt. Optat. lib. 2, n. 2.
[11] Petr. Chrys. Ep. ad Eutich.
[12] Concil. Aquil. inter. epp. Ambros. ep. II num. 4. Hieron. epp. 14 et 16 ad Damas.
[13] Bonif. I, ep. ad Episcopos Thesal.
[14] Cyprian. contra Novatian. ep. 52 ad Antonium.
[15] II Ioan. v. 10.
[16] Hom, ante exil, n. 1 et 2.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...