Benediktus XVI memuji PBB dan dialog antaragama; ia berkata bahwa orang-orang yang berkomitmen kepada kepercayaan-kepercayaan dari agama-agama sesat berkehendak baik

Baca lebih lanjut Bidah-Bidah Terkini Benediktus XVI

Benediktus XVI, Sambutan kepada Duta Besar Amerika Serikat yang baru, 29 Februari 2008: “Teladan Negara anda dalam hal menyatukan orang-orang yang berkehendak baik, terlepas ras, kebangsaan atau kepercayaan, di dalam suatu visi bersama dan pengejaran yang berdisiplin terhadap kebaikan bersama telah menyemangati banyak negara yang lebih muda dalam upaya-upaya mereka untuk menciptakan tatanan sosial yang harmonis, bebas dan adil. Pada hari ini, tugas untuk merekonsiliasikan kesatuan dan kebhinnekaan, demi membangun suatu visi bersama dan menghimpun energi moral untuk mencapainya, telah menjadi suatu prioritas yang mendesak bagi segenap keluarga manusia…

“… Resolusi dari masalah-masalah ini serta masalah-masalah yang serupa menuntut kepercayaan akan, dan komitmen terhadap, karya dari badan-badan internasional seperti Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang oleh karena sifat dari badan-badan tersebut, mampu memajukan dialog dan pengertian yang sungguh, merekonsiliasikan pandangan-pandangan yang berbeda, dan mengembangkan kebijakan-kebijakan serta strategi-strategi multilateral yang mampu memenuhi tantangan-tantangan yang beragam dari dunia kita yang kompleks dan yang dengan cepat mengalami perubahan.

“Saya tidak dapat gagal untuk mencatat dengan rasa syukur kepentingan yang telah diatribusikan oleh Amerika Serikat terhadap dialog antaragama dan antarbudaya sebagai suatu kekuatan yang positif untuk menjaga perdamaian. Takhta Suci yakin akan potensi spiritual yang besar yang dilambangkan oleh dialog semacam itu…” (L’ Osservatore Romano, 5 Maret 2008, hal. 4.)

Pertama-tama, Benediktus XVI berkata bahwa terdapat orang-orang yang menganut agama-agama sesat yang “berkehendak baik” – suatu bidah. Kedua, ia berbicara tentang merekonsiliasikan kesatuan dan kebhinnekaan dalam konteks kepercayaan-kepercayaan yang berbeda-beda. Ini adalah indiferentisme religius. Ketiga, ia menuntut semua orang untuk memiliki “kepercayaan” dan “komitmen terhadap” PBB – bidah. PBB mempromosikan aborsi, kontrasepsi, dan pengendalian populasi. Keempat, ia mendeskripsikan dialog antaragama sebagai “kekuatan yang positif untuk menjaga perdamaian” yang memiliki “potensi spiritual yang besar” – bidah.

Bidah-Bidah Terkini Benediktus XVI