Benediktus XVI menyatakan para Anglikan sebagai “umat beriman”, seorang pemimpin skismatis sebagai hamba Allah yang setia, dsb. (2012)

Baca lebih lanjut Bidah-Bidah Terkini Benediktus XVI

Homili Benediktus XVI 10 Maret 2012 pada perayaan Ibadat Senja bersama “Primat” Anglikan, Rowan Williams, dan para “biarawan” dari Camaldolli:
“Saya senang dapat bergabung di dalam acara ini bersama Paduka Rahmat Dr. Rowan Williams, Uskup Aung Canterbury… Biara Camaldolese Romawi ini telah dikembangkan bersama Canterbury dan Persekutuan Anglikan, terutama sejak Konsili Vatikan II, hubungan yang sekarang dipandang sebagai tradisional. Pada hari ini, untuk ketiga harinya, Uskup Roma bertemu bersama Uskup Agung Canterbury di dalam rumah Santo Gregorius Agung. Dan pantas adanya bahwa hal itu terjadi demikian, sebab dari Biara inilah Paus Gregorius memilih Agustinus dan keempat puluh biarawannya dan mengutus mereka untuk membawa Injil kepada orang-orang Inggris, sekitar 1.400 tahun lalu. Kehadiran yang konstan dari para biarawan di tempat ini, di sepanjang kurun waktu yang demikian panjangnya, dengan sendirinya sudah menjadi suatu kesaksian akan kesetiaan Allah kepada Gereja-Nya, suatu hal yang dengan gembira dapat kami umumkan kepada seluruh dunia. Kami berharap bahwa tanda akan kehadiran kami di sini di hadapan altar suci, di mana Gregorius sendiri menyelenggarakan kurban Ekaristi, bukan hanya akan tetap menjadi suatu peringatan akan pertemuan persaudaraan kita, tetapi juga sebagai suatu stimulus bagi semua umat beriman – baik Katolik maupun Anglikan – yang menyemangati mereka, sewaktu mereka mengunjungi makam-makam yang mulia dari para Rasul dan Martir kudus di Roma, untuk memperbarui komitmen mereka untuk berdoa senantiasa…”[1]

Pertama-tama, Benediktus XVI menuturkan suatu bidah raksasa dengan mengidentifikasikan orang-orang Anglikan secara jelas sebagai bagian dari Gereja. Ia melakukannya dengan menyebut orang-orang Anglikan sebagai “umat beriman” (suatu istilah yang digunakan oleh para anggota dari Gereja yang sejati) dan dengan mengatakan bahwa “Uskup Agung” Anglikan itu (seorang bidah dan skismatis) membantu mengumumkan dan melambangkan “kesetiaan Allah kepada Gereja-Nya”.

Kedua, seperti yang selalu dilakukannya, Benediktus XVI menyebut Rowan Williams, orang awam Anglikan itu sebagai seorang “Uskup Agung”. Ini adalah penghujatan. Menurut ajaran tradisional dari Gereja Katolik, Williams bukanlah seorang uskup. Posisi ini secara eksplisit ditetapkan oleh Paus Leo XIII di dalam surat bulla kepausannya yang infalibel Apostolicae Curae, 13 September 1896. Paus Leo XIII membuat jelas bahwa orang-orang Anglikan dan Gereja Anglikan (Rowan Williams mengaku diri sebagai kepalanya) tidak memiliki penahbisan suci yang valid. Maka, Benediktus XVI terus-menerus mengejek ajaran Paus Leo XIII dan ajaran berabad-abad tentang Gereja Katolik dan invaliditas dari penahbisan Anglikan.

Orang-orang yang telah membaca informasi di situs internet kami (dan di dalam buku kami) juga mengetahui bahwa elemen-elemen dari ritus tradisional Penahbisan yang dihapuskan oleh orang-orang Anglikan adalah elemen-elemen yang sama yang dihapuskan oleh Paulus VI dari ritus penahbisan tradisional  sewaktu ia mempermaklumkan ritus penahbisan baru pada tanggal 30 Juni 1968. Tindakan tersebut membuat ritus baru Paulus VI tidak valid pula.

Telegram Benediktus XVI, 17 Maret 2012, yang mengungkapkan belasungkawanya akibat kematian “Paus” Shenouda III, Patriark “Ortodoks” Koptik dari Aleksandria:
“Saat saya mengetahui berita yang menyedihkan tentang berpulangnya kepada Allah Bapa kita bersama, Paduka Suci Shenouda III, Patriark dari Aleksandria dan Takhta St. Markus, saya hendak mengungkapkan kepada para anggota Sinode Suci, kepada para imam dan kepada para umat beriman dari segenap Patriarkat belasungkawa saya yang tulus dan rasa haru persaudaraan saya. Saya mengingat dengan penuh rasa syukur komitmennya terhadap kesatuan Kristiani, kunjungannya yang berkesan kepada Pendahulu saya, Paus Paulus VI dan bagaimana mereka menandatangani Deklarasi Gabungan tentang Iman di dalam Penjelmaan Putra Allah, pada tanggal 10 Mei 1873 di Roma, serta pertemuannya dengan Paus Yohanes Paulus II pada Yubileum Agung Penjelmaan, 24 Februari 2000 di Kairo. Saya dapat berkata bahwa segenap Gereja Katolik turut berdukacita bersama para Ortodoks Koptik, dan saya berdoa dengan sungguh, meminta kepada Ia yang adalah Kebangkitan dan hidup untuk menyambut ke dalam rumah-Nya hamba-Nya yang setia. Semoga Allah segala kerahiman menerimanya di dalam sukacita, damai, dan terang-Nya.

Benediktus PP. XVI”[2]

Benediktus XVI menyatakan bahwa pemimpin gereja “Ortodoks” Shenouda III telah menjadi bapa spiritualnya. Ia bahkan merujuk kepadanya sebagai “Paduka Suci”. Benediktus XVI lalu menyatakan bahwa sang pemimpin skismatis itu adalah pemimpin yang legitim dari Gereja sejati di Aleksandria, “Takhta St. Markus.” Benediktus XVI juga berkata bahwa sinode skismatis itu adalah “Sinode Suci” dan bahwa para skismatis adalah “umat beriman”. Benediktus XVI mengakhiri telegramnya yang bidah dan skismatis dengan menyatakan bahwa pemimpin non-Katolik skismatis yang telah meninggal itu adalah seorang “hamba yang setia” yang pantas masuk Surga. Benediktus XVI membuat pernyataan yang hina ini tentang Shenouda walaupun fakta bahwa Shenouda bukan hanya menolak iman Katolik tetapi memimpin suatu kelompok skismatis secara penuh. Ini adalah penyangkalan total terhadap dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Jika anda percaya bahwa Benediktus XVI adalah seorang Katolik, anda dapat berencana untuk melewatkan keabadian di dalam api bersamanya.

Bidah-Bidah Terkini Benediktus XVI

[1] L’ Osservatore Romano, 14 Maret 2012, hal. 3-4. Versi Bahasa Inggris.

[2] L’ Osservatore Romano, 21 Maret 2012, hal. 1. Versi Bahasa Inggris.