^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Pesta Nama Tersuci Santa Perawan Maria & Kemenangan di Wina (Austria)
Pesta: 12 September
“Sungguh pantas bagi kita untuk membahas keagungan dari pesta Nama Santa Perawan Maria, sebab pesta ini bukan hanya dirayakan sejak lama di beberapa tempat, tetapi juga karena Paus Inosensius XI telah memerintahkan melalui sebuah Dekret pada tanggal 20 November 1683 agar pesta ini dirayakan secara universal di seluruh Gereja demi peringatan dan syukur atas kejayaan yang istimewa yang dimenangkan oleh orang-orang Kristen dengan mulia terhadap orang-orang Turki, oleh bantuan yang khusus yang diatribusikan kepada Santa Perawan Maria, sewaktu orang-orang kafir ini terpaksa meninggalkan pengepungan mereka dari kota Wina di Austria pada tahun 1683.
Paus Inosensius XI menetapkan tanggal 12 September sebagai Pesta Nama Tersuci Santa Perawan Maria
Karena kemenangan yang besar ini adalah alasan utama ditetapkannya pesta yang kita bahas ini, sangatlah pantas untuk menguraikan keadaan-keadaannya secara singkat. Kita cukup tahu bahwa orang-orang Turki selalu memiliki kebencian yang besar terhadap orang-orang Kristen oleh karena perbedaan agama mereka dengan agama kita. Pertentangan ini telah sering melahirkan peperangan yang bersimbahkan darah antara umat beriman dan Kesultanan Utsmaniyah, dan kita telah selalu menerima bantuan yang khusus dari Surga untuk menghalau musuh itu..
Kota Wina, ibu kota dari Austria, yang biasanya merupakan tempat di mana Kaisar Romawi Suci bertakhta, telah dikepung oleh orang-orang Turki dan Tartar pada tahun 1683 ... Orang-orang kafir ini mengerahkan seluruh sumber daya mereka untuk menghimpun serdadu yang begitu banyak ini; mereka juga berharap bahwa dengan demikian, mereka dapat menguasai kota itu sepenuhnya, yang menurut mereka, adalah kunci dari Kekaisaran Romawi Suci. Rencana mereka yang selanjutnya adalah untuk menyebabkan ketakutan dengan senjata mereka terhadap seluruh Provinsi Jerman dan untuk menaklukan jantung dari Kekristenan”.[1]
“Sang wazir agung, Kara Mustafa, bergerak maju menuju Austria, mengepalai para serdadu yang besar jumlahnya. Adipati Lorraine, yang mengepalai tentara Kaisar, melarikan diri pada saat orang-orang Turki itu mendekat, pertama ke pulau Schut, lalu ke dinding kota Wina. Tentara Kesultanan Utsmaniyah berpura-pura mengepung kota Rab, tetapi mereka lalu dengan cepat meninggalkannya, dan bergerak maju untuk menyerang ibu kota Austria itu, di mana berita kedatangan mereka menyebabkan kegelisahan yang besar. Sang Kaisar dan penghuni istananya, bersama para bangsawan utama, segera meninggalkan tempat itu, dan melarikan diri ke Lintz” ...[2]
Kara Mustafa dan Yanisari [Serdadu] Turki
“Pada tanggal 14 Juli, serdadu Turki membuka parit-parit mereka di sekeliling kota Wina. Serdadu mereka berjumlah 150.000 orang, di samping bala bantuan dari Hongaria, Transilvania, dan Tartar. Kemegahan perang dan kemewahan dunia timur bercampur aduk di dalam perkemahan mereka yang luas, di mana emas dan bebatuan berharga ditampilkan di tengah-tengah lesung, meriam, dan segala senjata perang yang mengerikan.”[3]
“Sewaktu peristiwa ini berlangsung di Wina, orang-orang berdoa secara publik di Roma, di Prancis, dan di seluruh dunia Kristiani, demi kesejahteraan dari tentara sang Kaisar dan semua orang yang memberi bantuan kepadanya. Orang-orang terutama berdoa kepada sang Perawan suci demi memperoleh suatu perlindungan khusus dalam peristiwa yang begitu mendesak ini. Harapan dan penantian para umat beriman ini tidak sia-sia. Doa yang begitu banyak dipanjatkan dengan kepercayaan yang begitu sempurna untuk perkara yang begitu benar ini di hadapan sang Pelindung yang begitu kuasa. Doa-doa itu pun dikabulkan dan berbuahkan hasil. Sebab sewaktu keadaannya tampak menguntungkan bagi pihak pengepung, dan kota Wina kehilangan segalanya dan hampir menyerah, tampaklah pertolongan dari Surga yang tepat waktu. Raja Polandia, Yohanes Sobieski, hadir bersama tentaranya yang agung dan terpilih. Para tentaranya bergerak maju atas perintahnya yang baik itu, dan siap menumpahkan darah mereka atau memperjuangkan kebebasan bagi orang-orang Kristiani yang terperangkap di dalam kota Wina”.[4]
“Pada musim panas tahun 1683, Sobieski berada di tempat kediaman favoritnya di Willanow, di dekat Warsawa, sewaktu duta besar apostolik Pallavicini, dan duta besar Kaisar, Wilcrek, datang menemuinya dan memberikan permohonan yang singkat namun penuh perasaan ini: ‘Ya Raja, datanglah untuk menyelamatkan kota Wina dan Kekristenan!’
Setia kepada semboyannya: ‘Cor Mariae, spes mea’ [Hati Maria, harapanku], sang raja pertama-tama pergi mengunjungi Częstochowa, untuk memohon pertolongan Maria. Di sana, saat ia mendekati altar suci, ia menerima pemberkatan khidmat untuk perjalanannya. Bapa Provinsial, Crechourer, yang memberkatinya, memberikan kepada sang raja, atas nama komunitasnya, sebuah lempengan emas berbentuk perisai dengan gambar Santa Perawan Maria dan sebuah pedang, yang dihiasi batu-batu berharga.
Yohanes Sobieski menerima lambang Perlindungan ilahi ini dengan penuh sukacita, dan mendekapnya di dadanya; lalu, sambil menghunus pedang dari sarungnya, ia memberikan lempengan itu kepada para biarawan sambil berkata: ‘Besi cukup untuk mengalahkan musuh; biarkanlah emas dan berlian tetap dimiliki sang Perawan Suci’ ...[5]
“Pada tanggal 31 Agustus, ia bertemu dengan Adipati Lorraine di Ollerbrun, di mana, walaupun tentara mereka bersama tidak lebih dari 50.000 orang, mereka berencana untuk menyerang tentara sang wazir dan membebaskan kota itu. Mereka menyeberangi sungai Danube pada tanggal 10 September; dan karena para musuh mereka lalai untuk menjaga jalan setapak yang harus mereka lewati, mereka dengan mudah memenangkan pegunungan Kahlenberg [Austria], yang berada di atas seluruh negeri itu, dan di mana mereka beristirahat untuk malam itu...”[6]
Serdadu Polandia
“Pergerakan mereka itu berhasil, dan keberhasilan mereka membuat Sobieski paham bahwa ia harus berhadapan dengan seorang musuh yang tidak berpengalaman, atau terlalu penuh dengan kecongkakan. Tentara Kristiani berkemah di atas pegunungan itu pada tanggal 11 September, dan jenderal mereka memberi mereka istirahat selama satu hari penuh, agar mereka menjadi lebih bugar untuk beraksi pada hari berikutnya. Mereka mulai bergerak pada subuh hari dari sisi Kahlenberg. Pos-pos yang dijaga oleh orang-orang Turki itu dijaga oleh banyak orang; tetapi, walaupun mereka memiliki kelebihan yang satu ini, mereka diusir dari pos-pos tersebut, dan pada pukul dua belas siang, Sobieski menguasai seluruh tempat tinggi, dan bersama pasukan Hussar-nya, bersiap untuk menyerang tempat kediaman sang wazir agung.
Sewaktu para tentara Kristiani maju dengan berani, Mustafa, yang mengolok-olok serangan mereka, sedang meminum kopi di kemahnya bersama kedua putranya serta orang Tartar. Ia hanya mengutus 12.000 orang untuk menyerang Kahlenberg, dan menolak untuk memberikan bantuan untuk kudanya, walaupun seluruh pasukan kesultanan meminta bantuan itu kepadanya. Tetapi, segera setelah sang jenderal Turki itu, yang dibutakan oleh kepercayaan yang bodoh, melihat bendera Sobieski begitu dekat dengan dirinya, kecongkakannya berubah menjadi ketakutan; dan, gemetar serta panik, ia kehilangan kekuatan dan melarikan diri. Pasukan Jerman pertama-tama memasuki perkemahan itu, karena letak merekalah yang terdekat dengan perkemahan tersebut. Sang raja mencapainya pada sore hari, dan sebelum malam hari tiba, tidak seorang pun orang Turki terlihat di sana.[7]
Sobieski di Wina
“Kemenangan Sobieski itu adalah kemenangan penuh. Para yanisari [tentara Turki] yang telah mengepung kota Wina, diusir dari parit-parit mereka ... Raja Polandia itu melewatkan malam hari di kaki sebuah pohon, dan berbaring di atas pelana kudanya dan bukan di atas bantal. Kekayaan besar ditemukan di dalam kemah orang Turki ... Kemuliaan yang diperoleh dari kemenangan melawan 200.000 orang tentara hanya mengorbankan 600 tentara dan tiga atasan. Kemenangan yang begitu besar ini, yang dicapai dengan begitu mudah, diatribusikan oleh para penulis kepada campur tangan khusus dari Surga. Pada hari setelah pertempuran itu, Sobieski mengirimkan bendera Kekaisaran Utsmaniyah kepada Sri Paus sebagai suatu piala kemenangan. Sewaktu Sobieski memasuki Wina, ia langsung menghadap ke altar dan bersyukur kepada Allah Yang Mahakuasa, dan turut menyanyikan Te Deum, dengan wajahnya yang tersungkur di tanah”.[8]
“Demikianlah Raja Sobieski menulis kepada Paus Inosensius XI ‘Venimus, vidimus, Deus vicit’ [Kami datang, kami memandang, Allah menang] ... Ia juga mengirimkan beberapa tanda kemenangan yang diperoleh dari orang-orang Turki kepada basilika di Częstochowa ... sebuah lukisan tua yang ditemukan di dalam reruntuhan desa Wiscknau. Di sana kita melihat Bunda Maria dari Loreto, dengan mahkota diangkat oleh dua malaikat; di dalam tangan mereka terdapat sebuah kertas yang tergulung, di mana ada tertulis ‘In hac imagine Mariae vinces, Joannes’ . ‘In hac imagine Mariae victor erit Joannes’.[9]
“Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Maria atas kemenangan istimewa ini, Paus Inosensius XI menetapkan pesta Nama Suci Maria, yang dirayakan oleh Gereja setiap tahun pada hari Minggu dalam oktaf Kelahiran Santa Perawan Maria. Kemenangan besar ini menghentikan politik penyerbuan dari Islamisme, yang telah mengancam seluruh Eropa dan yang sejak saat itu dipukul mundur dan dijaga agar tetap berada di dalam perbatasannya”.[10]
Catatan kaki:
[1] Romo François Giry, Les Vies des Saints [Riwayat Hidup Santo-Santa], T. II, Paris, 1719, hal. 981.
[2] M. Ross, A History of Poland [Sejarah Polandia], Newcastle upon Cyne, Pattison and Ross, 1835, hal. 348.
[3] M. Ross, A History of Poland [Sejarah Polandia], Newcastle upon Cyne, Pattison and Ross, 1835, hal. 349.
[4] Romo François Giry, Les Vies des Saints [Riwayat Hidup Santo-Santa], T. II, Paris, 1719, hal. 982.
[5] Compte Rendu du congrès Marial du 18 au 21 Août 1902 à Fribourg en Suisse [Catatan Tertulis dari Kongres Maria dari tanggal 18 sampai 21 Agustus 1902 di Fribourg, Swiss], Blois, C. Migault et Cie, 1903, hal. 525.
[6] M. Ross, A History of Poland [Sejarah Polandia], Newcastle upon Cyne, Pattison and Ross, 1835, hal. 349-350.
[7] The History of Poland [Sejarah Polandia], London, Birchin-Lane, Cornhill, London, 1795, hal. 195.
[8] M. Ross, A History of Poland [Sejarah Polandia], Newcastle upon Cyne, Pattison and Ross, 1835, hal. 351.
[9] Compte Rendu du congrès Marial du 18 au 21 Août 1902 à Fribourg en Suisse [Catatan Tertulis dari Kongres Maria dari tanggal 18 sampai 21 Agustus 1902 di Fribourg, Swiss], Blois, C. Migault et Cie, 1903, hal. 526.
[10] Compte Rendu du congrès Marial du 18 au 21 Août 1902 à Fribourg en Suisse [Catatan Tertulis dari Kongres Maria dari tanggal 18 sampai 21 Agustus 1902 di Fribourg, Swiss], Blois, C. Migault et Cie, 1903, hal. 527.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...