^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Santa Katarina dari Aleksandria
Dari Abad ke-4
Pesta perayaan: 25 November
Perawan dan Martir, Pelindung anak perempuan muda dan filsuf
“Perawan yang mulia ini, yang begitu terkenal di kalangan orang Yunani dengan nama Æcatherie dan yang dipercayai oleh Kardinal Baronius sebagai wanita Amazon Kristen yang disebut oleh Eusebius dari Kaisarea sebagai Æchate, dan yang ia amat puji untuk keteguhan dan kesuciannya, terlahir di Aleksandria dari sebuah keluarga bangsawan yang terkenal, yang disebut oleh sejarahwan Symeon Metaphrastes sebagai anggota kerajaan.
Pembaptisan
Pierre de Natalibus menceritakan bahwa sebelum pembaptisannya, sang santa mendapatkan suatu mimpi misterius, di mana Bunda Maria yang memegang kanak-kanak Yesus Kristus di lengannya, menunjukkanya kepada kanak-kanak Yesus agar Ia menerimanya sebagai salah satu abdi-Nya, dan
“sang anak [Yesus], sebaliknya, menolaknya dan memalingkan kepala-Nya ke lain arah untuk tidak melihatnya, dan berkata bahwa alasannya adalah bahwa anak itu [Katarina] belum terlahir kembali di dalam mata air Pembaptisan.”
Ketika ia terbangun, ia merenungkan apa yang masih harus dilakukannya untuk menyenangkan sang Juru Selamat yang terkasih itu, ia lalu bertekad untuk tidak menunda untuk menerima sakramen tersebut, dan lalu benar-benar menerimanya. Setelah ia melakukannya, Yesus Kristus lalu muncul kembali kepadanya dan bertindak dengan begitu baik kepadanya, sampai mengambilnya sebagai seorang tunangan-Nya, di hadapan Bunda-Nya yang amat kudus serta roh-roh ilahi; Ia mengenakan di jarinya sebuah cincin bermukjizat, yang ditemukannya di jarinya sewaktu ia terbangun yang membuatnya mengakui kenyataan dari pertunangan ilahi tersebut.
Masa muda, penganiayaan Kaisar terhadap orang Kristiani
Katarina begitu pintar, sehingga ia melewatkan masa mudanya dengan mempelajari filosofi dan teologi; yang begitu mudah untuknya, sehingga pada waktu itu ia begitu sukses dalam studinya di Aleksandria, di mana para pria terpelajar mendirikan sekolah-sekolah suci untuk mengajari orang-orang Kristiani. Tidak peduli fakta bahwa ia adalah seorang perempuan, ia dapat membela kebenaran tentang agama kita melawan para sofis yang begitu lihai. Pada waktu itu, sekitar tahun 307, Maximinus II, dari Dacia dan keponakan dari Maximianus Galerius, menantu dari Diocletian, berbagi kekaisaran dengan Konstantinus Agung dan Licinius; dan, karena Mesir adalah bagian dari distriknya, ia sering tinggal di Aleksandria, yang merupakan ibukota dari provinsi tersebut. Ia adalah seorang pangeran yang kejam dan barbar, yang mewarisi dari Diocletian dan Galerius kebencian tanpa belas kasih yang sama terhadap para Kristiani. Ia memerintahkan diterbitkannya sebuah dekret agar semua orang yang tunduk kepadanya mempersembahkan kurban kepada dewa-dewi, dan menghukum dengan siksaan besar serta hukuman mati semua orang yang menolak untuk patuh. Ia sendiri ingin memberikan sebuah contoh yang jelas akan kejahatan tersebut, dengan membuat kurban yang paling terkenal di Aleksandria. Kota itu lalu dipenuhi kerbau dan domba jantan yang dibawa orang untuk dipersembahkan di atas altar. Kuil-kuil dan tempat umum pun tidak cukup untuk perayaan semacam itu. Udara di kota dipenuhi asap dari kurban bakaran dari sejumlah banyak orang.
Di dalam pesta yang musyrik tersebut, Katarina berupaya untuk meneguhkan para Kristiani, untuk membuat mereka melihat dengan jelas bahwa orakel tersebut, yang begitu penuh dengan paganisme, hanyalah ilusi belaka; bahwa hal-hal yang disebut-sebut dewa-dewi hanyalah manusia belaka yang menjadi terkenal akibat kejahatan yang begitu banyak; bahwa iblis, musuh dari kebenaran, adalah sebab dari takhayul tersebut, dan bahwa mereka tidak boleh mematuhi perintah dari Kaisar itu, jika mereka tidak ingin menerima murka dan hukuman kekal dari Ia yang menciptakan langit dan bumi, Ia satu-satunya yang patut disembah. Kata-katanya, yang dipenuhi rahmat, meneguhkan dengan mantap jiwa-jiwa yang lemah yang tadinya digoyahkan oleh perayaan megah tersebut. Tetapi anak perempuan yang satu ini tidak tetap tinggal diam, karena ia melihat bahwa kota tersebut, yang dipenuhi darah kurban, dipenuhi pula oleh darah orang Kristiani, yang menolak untuk hadir pada kurban bakaran tersebut. Ia bertekad teguh untuk mendatangi sang Kaisar di tengah-tengah kuil Serapis di mana ia melakukan perayaan yang musyrik tersebut sepenuh hati, untuk memprotes kejahatan tersebut; Katarina pun meminta untuk berbicara kepadanya, dan, karena tingkah lakunya yang mengagumkan, kecantikannya yang luar biasa, dan keagungannya yang tampak di wajah serta seluruh tindakannya, tidak sulit baginya untuk didengarkan.
Penolakannya untuk menyembah dewa-dewi sesat
Katarina lalu berkata kepada sang pangeran dengan ketegasan yang luar biasa: “bahwa ia harus mengakui sendiri bahwa dewa-dewi yang banyak jumlahnya itu yang disembahnya adalah suatu kesalahan besar, sebab terang akal sehat menunjukkan kepada kita bahwa hanyalah mungkin terdapat satu Keberadaan dan satu pokok dari segala hal; tetapi, karena akal budinya tidak cukup tajam untuk mengerti kebenaran yang begitu jelas, ia harus mencari petunjuk dari para sarjana yang begitu ahli, mereka sendiri menyatakan dengan begitu jelas bahwa hanya terdapat satu Allah, dan telah menulis sebab dan asal dari dewa-dewi yang begitu banyak jumlahnya itu, seperti Diodorus dari Sisilia, Plutarkhos, dan lainnya; bahwa adalah suatu hal yang aneh bahwa sang pangeran itu menarik orang-orang dengan teladannya kepada pemujaan yang begitu keji, seorang pangeran yang sebaliknya, wajib, oleh jabatannya sebagai pemimpin negara, untuk mencegah orang-orang melakukan pemujaan keji semacam itu; dan Katarina memohonnya untuk memberhentikan kekacauan yang begitu besar tersebut dengan memberikan kepada Allah yang sejati penghormatan yang pantas diberikan kepada-Nya, agar Ia tidak menghukum dengan cara yang menyeramkan dan membunuh sang pangeran akibat muak dengan penghujatan-penghujatan.”
Tidak dapat diungkapkan, keterkejutan yang melanda sang kaisar tersebut saat ia mendengar kata-kata Katarina. Tetapi ia menahan diri karena ia tidak ingin menunjukkan emosinya, ia berkata kepada sang perawan [Katarina] bahwa keluhannya itu tidak akan membuatnya menghentikan kurban tersebut, tetapi ia akan mendengarkannya. Segera setelah ia kembali ke dalam istananya, ia menyuruh Katarina untuk datang menghadapnya, dan bertanya siapakah dirinya itu dan dari mana ia mendapatkan kelancangan untuk berbicara di tengah-tengah perkumpulan yang begitu agung dan terhormat. “Kelahiran saya”, jawab sang Santa, “cukup terkenal di Aleksandria ; nama saya Katarina; dan orang tua saya adalah salah satu bangsawan negara. Saya telah melewatkan seluruh waktu saya untuk mencari kebenaran, dan semakin banyak saya belajar, semakin saya mengakui kesia-siaan berhala yang anda sembah. Saya mempersembahkan seluruh kemuliaan dan kekayaan saya untuk menjadi orang Kristiani dan mempelai Yesus Kristus; dan satu-satunya keinginan saya, adalah agar anda mengakui-Nya pula, dengan seluruh kekaisaran anda, dan agar anda meninggalkan takhayul anda. Itulah yang membuat saya berbuat lancang dengan pergi ke kuil itu untuk menyampaikan keluhan saya yang amat rendah ini.” Ia lalu menambahkan beberapa alasan lain, untuk menunjukkan bahwa Yupiter, Mars, Merkurius, bukanlah dewa-dewa, melainkan raja-raja kuno yang sama seperti orang lain, yang kejahatannya membuat mereka terkenal di dunia. Sang Kaisar merasa tidak cukup pandai untuk membalasnya, ia berkata bahwa dirinya bukanlah seorang sarjana, ia tidak akan mencoba untuk menyelesaikan permasalahan tersebut; tetapi bahwa ia akan menghadirkan para filsuf yang terbijak di Negaranya, dan bahwa ia yakin bahwa ia akan membungkam mulut Katarina dan meyakinkannya bahwa ia telah melakukan penghujatan. Katarina setuju untuk berdiskusi dengan mereka, dan ia percaya akan tujuannya dan pertolongan luar biasa dari Surga. Lima puluh dari sofis yang paling kompeten dipanggil untuk berdebat dengan Katarina, dan untuk membuatnya kembali dari kesalahan-kesalahannya. Sofis pertama memiliki reputasi sebagai sofis terandal, ia berkata bahwa tidak perlu mengumpulkan orang yang begitu banyak untuk mengalahkan anak perempuan itu, dan bahwa muridnya yang paling rendah pun dapat melakukannya; tetapi bagaimanapun, mereka setuju untuk menyenangkan sang Kaisar, jika Katarina memang hendak hadir. Waktu pun disediakan, keangkuhan dan kepongahan menggerakkan individu-individu tersebut yang memandang diskusi tersebut sebagai suatu kemenangan pasti. Katarina, sebaliknya, mengetahui bahwa manusia tidak dapat melakukan hal apa pun tanpa pertolongan Allah, ia mencoba mendapatkan pertolongan itu dengan merendahkan dirinya sendiri di depan sang Raja ilahi dengan kurban puasanya, dengan doa-doanya, dan dengan air matanya. Saat pertarungan itu pun tiba; sang Kaisar memasuki ruangan dengan seluruh anggota istananya dan duduk di takhtanya. Ia menyembunyikan murka dan kemarahan yang memenuhi jiwanya. Katarina dibawa masuk, dan para sofis pun berada di sana, menunjukkan dengan gerak-gerik mereka, bagaimana mereka memandang rendah lawan debat mereka.
Debat dengan para sofis pagan kekaisaran
Segera setelah sang petugas menyuruh agar semua orang diam, Katarina, menujukkan sepatah kata kepada sang Kaisar, bahwa “adalah suatu hal yang mengejutkan bahwa Yang Mulia mewajibkannya untuk melakukan perdebatan yang sangat tidak setara, di mana ia diharuskan untuk beradu mulut sendirian dengan lima puluh orator dan filsuf, suatu hal yang ia terima bagaimanapun, tetapi ia meminta sang Kaisar agar, jika sang Allah benar yang disembahnya membuatnya menang, memeluk agamanya dan meninggalkan penyembahan iblis.” Hal ini tidak menyenangkan sang pangeran, dan ia berkata bahwa Katarina tidak berhak untuk menentukan persyaratan diskusi tersebut. Sang pemimpin sofis mulai berkata dan menghardik Katarina karena ia melawan otoritas yang begitu andal dari antara para penyair, orator, dan filsuf, dan mereka semua serempak menghormati Yupiter, Juno, Neptunus, Minerva, dan dewa-dewi lain. Ia membaca bacaan mereka dan menyimpulkan bahwa agamanya itu didukung dengan kesaksian yang amat asli, yang mengalahkan Kekristenan, yang sebelumnya tidak dikenal sama sekali.
Katarina mendengarkan kata-katanya dengan sabar, dan yakin akan kemenangannya, yang dipastikan oleh seorang malaikat utusan Allah. Sewaktu sang sofis selesai berbicara dan mendapatkan hormat dan kecintaan dari para pendengarnya, Katarina membuka pidatonya dengan penuh kefasihan, dan menunjukkan tiga hal: pertama, bahwa cerita dewa-dewi yang baru saja dibicarakan oleh sang sofis, hanyalah suatu dongeng belaka yang tidak boleh disetujui oleh seorang bijak mana pun; kedua, di dalam filosofi yang benar, seseorang harus mengakui satu Allah saja, pencipta dan pemimpin dari seluruh alam semesta; ketiga, Yesus Kristus, Allah benar dan manusia benar, harus diyakini tanpa prasangka terhadap kesatuan Allah, Ia yang telah datang untuk menebus dunia. Katarina menunjukkan hal pertama tersebut dengan menjelaskan cerita-cerita konyol yang dibuat oleh Homer, Orfeus, dan berbagai penyair dari dewa-dewi mereka, kejahatan yang keji yang mereka lakukan, bahwa dewa-dewi tersebu hanya berasal dari beberapa abad lalu, dan hal yang diakui beberapa dari mereka tentang dewa-dewi tersebut hanyalah pendapat dari rakyat jelata. Katarina menunjukkan hal keduanya oleh alasan-alasan demonstratif yang berasal dari buku-buku Socrates, Plato, dan Aristoteles, yang jelas menyimpulkan bahwa hanya mungkin terdapat satu pemimpin alam semesta, dan satu pokok dari segala pergerakan, dan satu keberadaan yang tidak terbatas yang tidak bergantung terhadap hal apa pun, yang diperlukan oleh segala hal. Dan pada akhirnya, ia menunjukkan hal ketiga oleh pemenuhan nubuat-nubuat Perjanjian Lama dan terutama oleh kesaksian para nabiah yang amat dihormati para pagan, yang telah mengumumkan dengan amat jelas waktu dan keadaan dari kedatangan sang Juru Selamat.
Pidatonya yang begitu kuat dan energik memenuhi perkumpulan tersebut dengan kekaguman dan keterkejutan; pemimpin dari para filsuf, yang pertama-tama membuka perdebatan tersebut begitu tersentuh olehnya, sehingga sewaktu Katarina bertanya jika ia memiliki balasan untuknya, ia mengakui bahwa ia telah kalah dan bahwa ia menyerahkan dirinya sendiri kepada kebenaran yang telah diumumkan oleh Roh Kudus oleh mulutnya.
Maximinus begitu murka, memerintahkan kepada para sofis lain untuk berbicara dan membantah semua yang telah dikatakan oleh sang Santa. Rahmat juga telah bekerja di dalam hati mereka, dan membuat mereka semua tunduk kepada apa yang telah dikatakannya kepada mereka. Mereka menjawab bahwa, “ketua mereka telah menyerah kepada doktrin Katarina, mereka tidak memiliki balasan apa pun; bahwa mereka menganggap Katarina sangat masuk akal, dan bahwa mereka mencoba mengalahkannya dengan ketidaktahuan.” Pada waktu yang sama, mereka berkata kepada sang perawan bahwa tiada suatu pertimbangan atau kekerasan apa pun yang akan membuat mereka meninggalkan doktrin tersebut, dan berterima kasih kepadanya atas rahmat yang telah diberikannya kepada mereka sehingga mereka dapat berjalan keluar dari kegelapan menuju terang, dari kesalahan menuju kebenaran, dan dari kematian menuju kehidupan, mereka memohonnya untuk menyelamatkan mereka dengan doa-doanya. Maximinus amat murka, dan menyuruh petugasnya untuk menangkap mereka, mengancam mereka jika mereka bersikeras di dalam kepercayaan tersebut, ia akan menghukum mereka dengan membakar mereka. Sang petugas menyuruh mereka untuk kembali kepada posisi mereka sebelumnya, tetapi, dengan sia-sia, dan ia pun melaksanakan perintah kejam dari sang pangeran.
Santa Katarina disiksa
Sang Kaisar yang begitu kejam, amat tertarik kepada Katarina, dan kebijaksanaan yang ditunjukannya di dalam perdebatan tersebut bahkan mengobarkan hasratnya itu dan mengilhaminya untuk memperistrinya, walaupun ia sudah menikah. Hastratnya membuatnya percaya bahwa Katarina akan menyerah dengan mudah kepada keinginan untuk memimpin. Ia tahu bahwa wanita itu ambisius dan mereka mudah tergoda oleh kedudukan ratu; tetapi ia pun salah dalam perkiraannya; Katarina mencibir ajakannya untuk berbuat cabul itu serta janji-janjinya. Ia berkata bahwa Kekristenan dan kesucian melekat kepadanya, bahwa ia telah berikrar bahwa ia tidak akan memiliki seorang mempelai pun kecuali Yesus Kristus dan ia lebih ingin hidup menderita bersama orang miskin daripada bertakhta dan meninggalkan sang Juru Selamatnya. Penolakan ini begitu menjengkelkan Maximinus sehingga ia memerintahkan agar sang perawan direntangkan di atas anak tangga di mana anggota badannya ditarik sampai terkilir parah, dan dicambuk sehingga badannya pun robek. Hukuman tersebut dilaksanakan selama dua jam dengan segala kekejaman yang dikehendakinya. Setelahnya, ia memerintahkan agar sang Santa dijatuhkan ke dalam parit yang dalam, dengan luka-luka tersebut yang tidak dirawat, dan dengan darah yang mengalir dari segala sisi, ia dibiarkan mati kelaparan.
Sewaktu Katarina berada di dalam parit itu, sang Kaisar yang amat kejam tersebut melakukan perjalanan ke ujung sungai Nil untuk melihat batas negara Mesir dan terutama kota Capone, yang merupakan benteng pertamanya. Pada waktu ini, Faustine, istrinya, melihat di dalam sebuah mimpi Santa Katarina, yang bersinar amat terang, yang membuatnya duduk di sampingnya, memberikannya sebuah mahkota di kepalanya dan berkata kepadanya: “Baginda, mempelaiku memberikan anda mahkota ini.” Penglihatan ini, serta kegaiban yang didengarnya tentang Katarina, membuatnya ingin berbicara dengannya. Ia meminta kepada Porfirius, salah satu kapten dari sang Kaisar, untuk melakukannya, dan ia pun pergi ke penjara bersamanya untuk bercakap-cakap dengan Katarina. Mereka menemukan bahwa Katarina telah sembuh dari segala lukanya dan kekerasan yang diderita oleh tubuhnya, dan ia terlihat amat segar bagaikan ia telah diberi makan daging yang amat lezat; serta Mempelainya pun telah mengunjunginya untuk memberinya makan, bukan makan daging, yang hanya menghasilkan kebusukan, melainkan dengan kehalusan surgawi yang memberikannya kesehatan dan hidup. Katarina berbicara kepada mereka dengan kekuatan dan urapan yang begitu kuat tentang perlunya seseorang untuk percaya akan Yesus Kristus untuk menghindari hukuman abadi dan untuk pantas mendapatkan kebahagiaan sejati, agar mereka menyerahkan diri mereka kepada hal-hal tersebut dan memohon mereka agar jangan sampai berpisah dari iman tersebut. Ia memperkirakan bahwa di dalam tiga hari, mereka akan dimartirkan dan meyakinkan mereka bahwa Allah akan menguatkan mereka dengan rahmat yang begitu kuat, sehingga mereka tidak akan tergoyahkan oleh siksaan.
Segera setelah Maximinus kembali, ia menyuruh agar Katarina dibawa menghadapnya, dan ia sangat terkejut melihatnya lebih sehat dan cantik daripada sebelumnya, dan ia menghukum mati para pengawalnya karena mengira mereka membangkang terhadap perintah yang diberikannya; Katarina telah disembuhkan oleh mukjizat dari Surga. Maximinus kembali mengajak Katarina untuk menjadi istrinya dan menawarkan takhta untuknya, memberikannya ranjang yang sama dengannya dan kekuatan yang sama dengannya; tetapi, sewaktu ia menolaknya sama sekali, Maximinus memerintahkan agar dibuat sebuah mesin yang terdiri dari tiga atau empat roda yang di semua sisinya dipasang pisau dari besi, di mana Katarina diperintahkan untuk diikat dan dipotong. Atas perintah tersebut, mesin itu dibuat, dan pada waktu itu, Katarina kembali dijebloskan ke dalam penjara. Setelah tiga hari, Maximinus membawa Katarina untuk menghadapnya, dan, tanpa berhasil menggoyahkan hatinya, ia mengikatnya ke roda tersebut. Alat yang menyeramkan itu menakutkan semua orang, tetapi seketika sewaktu bergerak, alat itu secara mukjizat hancur berkeping-keping, dan Katarina tidak terluka sama sekali; kepingan roda itu melayang ke segala arah dengan begitu kuat sehingga melukai dan membunuh beberapa orang; orang-orang yang melihat hal tersebut mengakui bahwa hal itu adalah campur tangan Allah Yang Mahakuasa, dan berseru bahwa Allah orang Kristiani itu agung.
Kemartirannya
Hal tersebut sangat membingungkan sang Kaisar, tetapi tidak melunakkan kebarbarannya; sebaliknya, istrinya yang telah datang untuk menunjukkan bahwa ia harus pada akhirnya mengakui, oleh mukjizat yang begitu banyak, bahwa agama Kristiani adalah satu-satunya yang harus dipeluknya, ia penggal kepalanya, dan ia pun melakukan hal yang sama kepada kapten Porfirius, yang menyerahkan dirinya untuk dihukum mati bersama dua ratus serdadunya, yang diinjilinya setelah ia berkonversi. Faustina dihukum mati pada tanggal 23 November dan Porfirius pada tanggal 24. Hukuman mati tersebut membuat permintaan sang Kaisar kepada Katarina semakin kuat untuk menjadi istrinya, karena walaupun istrinya itu sudah tiada, kelihatannya halangan utama untuk pernikahan tersebut menghilang. Ia lalu berkata kepadanya bahwa ia tidak lagi perlu menakuti bahwa seseorang yang lain akan berbagi bersamanya jabatan ratu dan baginda yang berkuasa; bahwa ia sendiri akan mendapatkan kasih sayangnya, dan akan menjadi penguasa dari segala harta kekayaannya; dan bahwa kebahagiaannya akan melebihi Ptolemaios dan Kleopatra, dan bahwa seorang putri mana pun tidak akan menjadi lebih bahagia darinya jika ia menjadi istrinya; dan bahwa jika ia menolak tawaran itu untuk harapan yang sia-sia akan kebahagiaan pada kehidupan yang akan datang, ia akan terlihat bodoh di depan semua orang, dan ia pastinya akan kehilangan semua rasa hormat atas kebijaksanaan yang telah diperolehnya.
Santa Katarina mendengar segala hal itu dengan jijik. Nada bicaranya serius dan muak, dan ia menjawab kepada sang Kaisar yang gila itu bahwa ia tidak pantas menikmati hidup yang ia miliki, karena, setelah begitu banyak mukjizat dari kekuatan Allah, ia tetap menolak untuk menyembah-Nya dan berkehendak untuk merenggut mempelai yang dibaktikan kepada-Nya. Murka Maximinus pun timbul, dan ia langsung memerintahkan agar Katarina diusir dari hadapannya dan dibawa ke tempat umum untuk dipenggal kepalanya. Di tengah jalan, Katarina meminta kepada Tuhan kita: pertama, agar Ia tidak mengizinkan tubuhnya yang perawan terlihat dan disentuh setelah kematiannya oleh para algojo; kedua, agar Ia menghentikan penganiayaan terhadap Gereja dan agar Ia mengusir dari dunia kegelapan dari penyembahan berhala, dan untuk menyinarinya dengan terang Injil. Kedua permohonan iu dikabulkan-Nya dan ia menerima jaminan tersebut oleh suatu suara dari Surga. Sewaktu kepalanya dipenggal, semua orang yang hadir pun menangis: wajahnya sendiri tersenyum bagaikan malaikat Serafim. Pada akhirnya, ia memberikan lehernya untuk dipenggal oleh algojo pada tanggal 25 November 307.
Gambaran
Santa Katarina digambarkan: 1) memegang suatu salib kecil dan sebuah roda; 2) berdiri, memegang sebuah palma: di dekatnya, roda siksaan yang hancur; 3) duduk dan memegang alat penyiksanya; 4) berpakaian gaun putih, memegang sebuah buku dan menerima kertas tulisan yang diberikannya oleh berbagai tokoh yang berlutut di depannya; 5) menyembah kanak-kanak Yesus; 6) dikuburkan oleh para malaikat; 7) berdiri memegang sebuah pedang.” [1]
Santa Katarina adalah salah satu dari Suara-Suara yang didengar oleh St. Jeanne d'Arc yang menasihatinya di dalam misinya untuk menyelamatkan Prancis dari orang-orang Inggris [2] serta pada proses pengadilannya.[3]
Catatan kaki:
[1] Mgr Paul Guérin, Les Petits Bollandistes – Vies des saints, Libraries-Éditeurs, Bloud et Barral, Paris, 1888, hal. 589-595.
[2] Philippe Hector Dunand, Histoire complète de Jeanne d'Arc, T. 3e, Édouard Privat, Librarie-Éditeur, Toulouse, 1899, hal. 100, 129, 152, 172.
[3] Ibid, hal. 101.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...