^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Uskup Ini Dimartir bersama Banyak Sekali Penduduk Lyon (Prancis) - Santo Ireneus
Santo Ireneus, Uskup Lyon (Lugdunum), Martir
Pesta: 28 Juni
Santo Ireneus terlahir sekitar tahun 120 M. Ia tergolong keturunan Yunani, dan kemungkinan besar berasal dari Asia Kecil (Asia Minor). Orang tuanya menganut agama Kristen, dan menyerahkannya untuk dibimbing oleh St. Polikarpus, Uskup Smirna. Di sekolahan yang sebegitu sucinya itulah St. Ireneus menimba ilmu agama, yang sejak saat itu menjadikannya salah satu mestika tercantik yang Gereja punya serta kengerian bagi kaum bidah.
St. Polikarpus menggarap pikiran serta hati St. Ireneus bersama-sama dengan pelajaran-pelajarannya serta teladan-teladannya, dan di sisinya, sang murid tak melalaikan suatu hal pun demi memetik faedah dari kehidupan bersama guru semacam itu. Penuh rasa hormat akan kebajikan-kebajikan sang guru yang mulia, ia memperhatikan setiap tindak-tanduknya, supaya bisa semakin baik mengikuti jejak langkahnya dan, istilahnya, mengenakan rohnya. St. Ireneus mendengarkan diskursus-diskursus St. Polikarpus dengan semangat yang luar biasa, dan ceramah-ceramahnya itu terbekas dalam-dalam pada lubuk hatinya, sehingga tak pernah dilupakannya bahkan pada masa tuanya, sebagaimana yang dinyatakannya kepada Florinus. St. Hieronimus berkata bahwa St. Ireneus juga adalah murid Papias, yang dahulu melihat para Rasul.
St. Polikarpus dahulu adalah guru St. Ireneus
Bidah-bidah dari tiga abad pertama hanyalah perpaduan hina dari dongeng, filsafat dan agama Kristiani. Demi melawan ajaran bidah pada masanya, St. Ireneus tekun mempelajari mitologi dan berbagai sistem filsafat yang umum di kalangan orang pagan. Pembelajarannya itu menyanggupkannya menguak setiap kesalahan pada zamannya, dan menyingkap sumber yang menjadi pangkal kesalahan-kesalahan itu. Oleh sebab itulah Tertulianus berkata ketika berbicara tentang St. Ireneus, bahwa tak ada orang yang melakukan lebih banyak penelitian demi mempelajari segala macam doktrin. St. Hieronimus sering merujuknya sebagai otoritas. Eusebius memuji keakuratannya. St. Epifanius berkata bahwa St. Ireneus adalah orang yang sangat terpelajar, sangat fasih dan dikaruniai segala anugerah Roh Kudus. Teodoretus memandangnya sebagai terang bangsa Galia barat.
Seturut laporan St. Gregorius dari Tours, St. Ireneus diutus oleh St. Polikarpus untuk mewartakan Injil kepada bangsa Galia, dan dipercaya bahwa ia didampingi oleh empat orang imam. Kebajikan-kebajikannya yang unggul membuatnya diangkat imam oleh St. Potinus, uskup Lyon (Lugdunum) yang pertama. Di tahun 177, Gereja tempat dia sebagai anggota, mengutusnya sebagai delegasi kepada Paus Eleuterus, untuk memohon kepada Sri Paus supaya tidak memotong gereja-gereja Timur dari persekutuannya, oleh sebab gereja-gereja Timur itu terus merayakan Paskah pada hari yang sama seperti orang Yahudi.
Peta Lugdunum (Lyon, di zaman ini) pada peta Prancis. Inilah kota St. Ireneus bertempat
Jumlah dan semangat orang-orang Kristen di Lyon membangkitkan murka kaum penyembah berhala. Terjadi banyak kericuhan pada perkara itu, dan timbullah kembali suatu penganiayaan bersimbah darah. St. Ireneus menjadi pucuk pimpinan garis depan para umat beriman pada masa-masa pencobaan ini. Namun dirinya bertahan hidup dan dipilih untuk menjadi penerus St. Potinus, yang telah menumpahkan darah demi Yesus Kristus. Berkat pengkhotbahannya, ujar St. Gregorius dari Tours, ia mengonversikan hampir seluruh negeri itu menganut iman Katolik. Menurut Eusebius, ia memerintah Gereja bangsa Galia, yakni provinsi-provinsi yang bertetangga dengan wilayah Narbona [Prancis Selatan]. Bangsa Galia lainnya baru dijangkau oleh Injil pada abad III, setelah kedatangan St. Dionisius dan rekan-rekannya.
Kaisar Komodus menjadi penerus Markus Aurelius, ayahnya, pada tahun 180 M. Meskipun pangeran itu sangat korup, ia memadamkan api penganiayaan, dan memberi damai kepada Gereja; namun damai itu terganggu oleh sekelompok bidah, terutama oleh kalangan Gnostik dan Valentinianus. St. Ireneus terutama melawan kaum Valentinianus ini, ketika ia menulis kelima bukunya melawan bidah.
Valentinus, kepala sekte Valentinianus, berpengetahuan cukup luas. Ia berkhotbah di Mesir, lalu di Roma, dan menuai banyak keberhasilan. Dalam karya Tertulianus, kita membaca bahwa kecongkakan dan iri dengkilah yang merupakan sebab kebinasaannya. Demi membalas dendam karena sebelumnya tak dinobatkan sebagai uskup Mesir, seperti keinginannya, ia mulai mengutarakan pendapat-pendapatnya melawan Gereja. Pertama-tama disebarkanlah bidahnya di pulau Siprus, dan dari situ, bidahnya melewati Italia dan negeri-negeri Galia.
Florinus dahulu adalah murid St. Polikarpus bersama St. Ireneus. Sejak itu ia menjadi imam Gereja Roma. Karena lancang mengutarakan beberapa penghujatan, antara lain, bahwa Allah pencipta dosa, ia diberhentikan dari jabatan imamat. St. Ireneus menulis sepucuk surat kepadanya, surat yang tak lagi kita punya, dan yang berjudul: Tentang kerajaan atau kesatuan Allah, dan bahwa Allah bukan pencipta dosa. Eusebius mengutip salah satu perikopnya; di situ, sang guru suci mendesak Florinus, dengan cara yang amat menyentuh hati, supaya memikirkan betapa besar rasa ngeri yang akan dirasa Polikarpus, guru mereka berdua, seandainya ia masih hidup, kalau ia mendengar kefasikan-kefasikan yang tak malu dituturkannya itu. Surat itu amat berkesan pada benak Florinus, dan menariknya dari kesalahan-kesalahannya; namun akibat wataknya yang congkak dan kacau, ia kembali meninggalkan iman, dan jatuh ke dalam bidah kaum Valentinianus. Pada kesempatan itulah St. Ireneus mengeluarkan karyanya, Ogdoas, atau bantahan terhadap delapan Eon utama, yang dianggap oleh Valentinus sebagai empunya penciptaan dan penataan dunia. Ia mengakhiri karyanya dengan kata-kata yang telah disimpan Eusebius untuk kita:
St. Ireneus sangat menekankan keakuratan dalam hal menyalin buku
Dari situlah kita melihat betapa para Bapa mementingkan keakuratan, sehubungan salinan buku-buku, dan betapa mereka pastinya ngeri akan kelancangan kaum bidah tertentu yang memalsukan karya tulis yang tiba pada genggaman tangan mereka.
Seorang imam Roma bernama Blastius, telah meretakkan damai Gereja, dengan merayakan Paskah pada hari keempat belas di bulan pertama. Sejak itu, pada skismanya ditambahkan bidah, dengan menyatakan bahwa praktik yang diikutinya itu merupakan asas Ilahi. Ia diberhentikan dari ordo imamat, dan untuk membantahnya, St. Ireneus mengarang risalahnya, Tentang Skisma.
Perselisihan pada perkara perayaan Paskah kembali muncul. Karena itu, Paus Viktor mengancam gereja-gereja Asia akan mengekskomunikasi mereka. St. Ireneus menulis kepada Sri Paus untuk membujuknya agar kekerasannya itu tak diteruskannya sampai terlalu jauh. Diajukannya kepada Sri Paus, dengan penuh tenaga namun juga penuh hormat, bahwa akibat keadaan-keadaan saat itu, Sri Paus dapat menolerir, setidak-tidaknya untuk beberapa waktu, perbedaan praktik terkait perkara ini. Ujarnya, seperti itu jugalah cara orang harus berpuasa pada pekan suci. Pihak satu berpikir hanya wajib berpuasa satu hari, yang lain dua, dan yang lain lagi lebih sering.
Gambar Paus Viktor. St. Ireneus menulis kepada Sri Paus agar tidak mengekskomunikasi gereja-gereja Timur akibat perbedaan disiplin perayaan Paskah
Kerasnya Paus Viktor menghalangi kalangan yang percaya akan perlunya upacara-upacara legal, sehingga tak menuai faedah dari praktik gereja-gereja Timur. Namun kelembutan St. Ireneus menyebabkan beberapa umat beriman tak terpapar godaan menghina Allah dengan kedegilan & ketidaktaatan mereka, sampai ditemukan waktu yang lebih tepat untuk menetapkan keseragaman sempurna pada perkara disiplin tersebut.
Damai yang dinikmati Gereja ini membolehkan St. Ireneus mengerahkan semangatnya dan menulis untuk membela kebenaran.
Namun di tahun 202, keluarlah maklumat Severus yang melawan orang-orang Kristen, dan bermulalah penganiayaan kelima: darah pada abdi Allah mengalir di seluruh kekaisaran Romawi. Terutama di Lyon, kekejaman orang pagannya luar biasa.
Pada masa pemerintahan Kaisar Romawi, Severus, St. Ireneus dimartir dalam penganiayaan terhadap umat Kristen di Lyon
Ado, dalam buku sejarahnya, menceritakan bahwa St. Ireneus menderita kemartiran bersama khalayak orang Kristen yang tak terhitung jumlahnya. Seturut epitaf kuno dengan rima Leonina, yang tertulis pada sebuah batu berangkal bermosaik di Lyon, dalam gereja yang menyandang nama St. Ireneus, orang-orang yang dimartir bersama dirinya berjumlah sembilan belas ribu. Ada tertulis dalam karya Gregorius dari Tours, bahwa St. Ireneus telah mengonversikan, dalam waktu singkat, hampir seluruh penduduk Lyon, yang kebanyakan terlibat dalam pertarungan-pertarungannya, sehingga mengalirlah sungai-sungai darah di jalanan.
Kemartiran St. Ireneus biasanya dikatakan terjadi pada tahun 202, waktu penganiayaan bermula. Beberapa penulis menyatakannya terjadi lebih kemudian, sampai tahun 208, waktu Severus melewati Lyon untuk pergi berperang di wilayah Britania.
Orang-orang Yunani menghormati St. Ireneus pada 23 Agustus, dan orang-orang Latin pada 28 Juni. Orang-orang Yunani berkata bahwa hayatnya diakhiri oleh pedang. Jasadnya dikuburkan oleh imam bernama Zakaria, dan ditempatkan di antara para martir suci Epipodius dan Aleksander. Relikui-relikuinya disimpan di Lyon dalam sebuah kapel bawah tanah dari gereja yang disebut gereja St. Ireneus, di atas gunung, dan dicerai-beraikan oleh kaum Huguenot (Hugenoti) di tahun 1562. Tengkoraknya ditemukan oleh seorang Katolik, yang mengambilnya dan menyimpannya di gereja primatial St. Yohanes, tempatnya pada hari ini.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berikut:
Abbé Jacquet, Vies des saints les plus populaires et les plus intéressants [Riwayat Hidup Santo-Santa Terpopuler dan Paling Menarik], Paris, Garnier Frères, Libraires-Éditeurs, 1875, hal. 494-497.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...