^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Pentingnya Keselamatan - Pertimbangan XII St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XII.
Tentang Pentingnya Keselamatan.
“Namun kami memohon kepadamu sekalian, saudara-saudara … agar kalian mengerjakan urusanmu.” – 1 Tesalonika iv. 10.
POIN PERTAMA.
Perkara keselamatan kekal tentunya merupakan perkara terpenting dari segala perkara; namun juga merupakan perkara yang paling diabaikan oleh orang-orang Kristen. Mereka sama sekali tidak menghindari rasa sakit dan mereka tidak menyia-nyiakan waktu demi mendapatkan posisi itu, atau agar mereka bisa memenangkan gugatan hukum itu; untuk mengakhiri pernikahan itu, berapa seringnya konsultasi, berapa banyaknya upaya yang ditempuh! Mereka tidak makan maupun tidur. Namun demikian, untuk mengamankan keselamatan kekal diri kita, apa yang kita lakukan? Bagaimanakah cara kita hidup? Kita tak berbuat apa-apa; bahwasanya kita berbuat segala sesuatu untuk menghilangkannya; dan orang-orang Kristen pada umumnya hidup seolah-olah kematian, pengadilan, Neraka, Surga dan akhirat bukanlah kebenaran-kebenaran iman, namun dongeng-dongeng puitis. Seandainya mereka kalah dalam gugatan hukum, atau mengalami gagal panen, akan seperti apa besar dukacita mereka! Dan usaha-usaha seperti apa yang mereka kerahkan untuk memperbaiki kerugian mereka! Kalau mereka kehilangan kuda atau anjing, seperti apa kerajinan diri mereka dalam mencarinya! Mereka kehilangan Rahmat Allah, dan mereka tidur dan berkelakar serta tertawa. Setiap orang malu kalau disebut lalai dalam perkara-perkara dunia; namun betapa banyaknya orang yang tidak malu kalau mengabaikan perkara akhirat, perkara yang menjadi tumpuan nasib semua orang! Mereka menyebut para kudus bijak karena mereka telah memperhatikan keselamatan mereka saja; walau bagaimanapun, diri mereka sendiri memperhatikan segala sesuatu di dunia ini selain jiwa-jiwa mereka. Namun adapun dirimu, saudaraku, ujar St. Paulus, kerjakanlah urusan keselamatan kekalmu; sebab ini merupakan urusanmu yang terpenting: “Namun kami memohon agar kalian mengerjakan urusanmu.” Maka marilah kita meyakini bahwa keselamatan kekal kita merupakan perkara yang terpenting bagi diri kita, perkara satu-satunya, dan perkara yang tak bisa diperbaiki kalau kita membuat satu kesalahan pun.
Ini adalah perkara terpenting. Ya, karena perkara ini adalah urusan jiwa, yang kalau binasa, binasa segalanya. “Jiwa-jiwa kita seharusnya menjadi lebih berharga bagi diri kita”, ujar St. Yohanes Krisostomus, “daripada segala barang dunia ini”. Untuk memahaminya, cukup adanya untuk tahu bahwa Allah sendiri telah menyerahkan Putra-Nya untuk wafat demi menyelamatkan jiwa-jiwa kita: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Putra-Nya yang Tunggal” (St. Yohanes iii. 16). Sabda yang kekal tidak menolak untuk menebus mereka dengan Darah-Nya sendiri: “Kalian telah ditebus dengan harga yang mahal” (1 Korintus vi. 20). Sehingga, catat seorang Bapa yang kudus, akan tampak seolah-olah manusia sama nilainya dengan Allah.” Maka Yesus Kristus berkata: “Apakah yang akan diberikan manusia sebagai ganti jiwanya?” (St. Matius xvi. 26). Jadi, kalau jiwa begitu besar nilainya, dengan barang-barang duniawi apa manusia akan menggantikannya kalau jiwanya itu binasa?
St. Filipus Neri dengan benar berkata bahwa orang itu gila, kalau ia tidak memerhatikan keselamatan jiwanya. Kalau di dunia ini ada manusia yang fana dan juga imortal, yang fana melihat yang imortal terpaku sepenuhnya pada hal-hal dunia ini (dalam memperoleh kehormatan, kekayaan dan hiburan-hiburan dunia) – mereka tentunya akan berkata kepada yang tidak fana itu: Oh betapa bodohnya kalian! Kalian bisa mendapat barang-barang yang kekal; dan yang kalian pikirkan hanyalah hal-hal yang celaka dan sementara ini, dan demi hal-hal ini kalian mengutuk diri kalian sendiri ke dalam kesakitan kekal di akhirat! Biarkan kami saja yang memikirkan kenikmatan-kenikmatan duniawi ini, sebab bagi kami segala-galanya akan berakhir pada kematian. Namun tidak, kita semua imortal; lantas, bagaimanakah begitu banyak orang binasa jiwanya demi kenikmatan-kenikmatan celaka dalam kehidupan ini? Salvianus berkata, bagaimanakah orang-orang Kristen percaya bahwa ada Pengadilan, Neraka dan Akhirat, namun hidup tanpa takut akan hal-hal itu? “Apakah alasan orang Kristen, kalau ia percaya akan yang akan datang, tidak menakuti hal yang sama itu juga?”
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Allahku, berapa banyaknya tahun yang telah Kauberikan kepadaku, supaya aku bisa mendapat keselamatan kekal? Engkau, ya Penebusku, telah menebus jiwaku dengan Darah-Mu, dan lalu menitipkannya bagikut supaya aku bisa mengerjakan keselamatannya; dan aku hanya telah bekerja untuk kehilangan jiwaku itu dengan menghina-Mu, Engkau yang telah begitu mencintaiku. Kubersyukur kepada-Mu karena masih memberiku waktu untuk memperbaiki kerugianku yang besar itu. Aku telah kehilangan jiwaku dan juga rahmat-Mu. Aku telah kehilangan jiwaku dan rahmat-Mu. Ya Tuhanku, kubertobat dan berduka dengan segenap hatiku. Ah, ampunilah diriku, sebab aku bertekad sejak hari ini dan ke depannya, kehilangan segala sesuatu, bahkan hidup sekalipun, daripada kehilangan persahabatan-Mu. Kucinta Kau di atas segala hal lainnya, dan aku bertekad akan senantiasa mencintai-Mu, ya Kebaikanku yang Terluhur, Engkau yang patut mendapat cinta kasih yang tak terhingga. Bantulah aku, ya Yesus, agar tekadku ini tidak menjadi seperti tekad-tekadku yang lalu, yang semuanya telah menjadi pengkhianatan terhadap diri-Mu. Biarkanlah aku mati saja daripada menghina-Mu kembali dan berhenti mencintai-Mu. Ya Maria, ya pengharapanku, selamatkanlah aku dengan memperolehkan bagiku ketekunan suci.
POIN KEDUA.
Perkara keselamatan kekal bukan hanya satu-satunya perkara yang terpenting, namun merupakan satu-satunya perkara yang kita punya dalam hidup ini: “Hanya ada satu hal yang diperlukan.” St. Bernardus menangisi kebodohan orang Kristen yang menyebutkan kebodohan anak-anak sebagai kebodohan, namun menyebut perkara-perkara duniawi mereka sebagai bisnis: “Urusan sepele kepunyaan anak-anak disebut mainan, sedangkan kepunyaan orang tua disebut bisnis.” Kebodohan-kebodohan usia dewasa hanyalah kebodohan yang lebih besar. “Apa gunanya bagi manusia”, Tuhan kita berkata, “kalau ia memperoleh seluruh dunia, dan menderita kebinasaan jiwanya sendiri?” (St. Matius xvi. 26) Jika anda menyelamatkan jiwa anda, saudaraku, tidak berarti apa-apa sekiranya di dunia ini anda miskin, menderita dan dibenci; kalau anda selamat, anda tidak akan lagi mengalami dukacita, namun akan Bahagia untuk selama-lamanya. Namun kalau jiwa anda binasa, akan berguna apa bagi anda di dalam Neraka, jika anda telah menikmati segala kesenangan dunia ini dan telah menjadi kaya dan dihormati? Kalau jiwa binasa, lantas kesenangan, penghormatan, kekayaan pun binasa – semuanya binasa.
Bagaimana anda akan menjawab Yesus Kristus pada hari pertanggungjawaban yang besar itu? Seandainya seorang raja mengutus dutanya pergi ke sebuah kota untuk mengurusi suatu bisnis yang penting, dan alih-alih melaksanakan urusan-urusan yang dipercayakan kepadanya, ia justru hanya menyibukkan diri dalam pesta, sandiwara dan festival-festival, dan karena itu bisnisnya gagal, pertanggungjawaban macam apa yang dapat diberikannya kepada majikannya ketika dirinya itu pulang? Namun ya Allahku, betapa lebih besarnya pertanggungjawaban yang harus dia berikan kepada Tuhan pada hari pengadilan, ia yang ketika dahulu ditempatkan di bumi ini bukan untuk bersenang-senang, bukan untuk menjadi kaya, bukan untuk mendapat kehormatan, namun untuk menyelamatkan jiwanya sendiri, justru mengurusi segala sesuatu kecuali jiwanya? Orang-orang duniawi hanya memikirkan masa kini, bukan masa depan. St. Filipus Neri pada suatu hari sedang bercakap-cakap di Roma dengan seorang pria muda yang besar bakatnya dan amat lekat dengan dunia, yang bernama Fransiskus Zazzera. St. Filipus berkata demikian kepadanya: “Putraku, engkau akan mendapat kekayaan besar, menjadi seorang pengacara yang baik, lalu seorang prelat, dan kemudian mungkin seorang kardinal, dan siapa tahu bahkan mungkin menjadi Paus: kemudian apa? kemudian apa? Fransiskus pulang ke rumah, dan karena memikirkan dua patah kata ini: Kemudian apa? Kemudian apa?, ia bahkan meninggalkan cita-cita duniawinya, dan masuk ke dalam Kongregasi St. Filipus untuk mulai melayani Allah saja.
Keselamatan kekal kita adalah perkara kita satu-satunya, sebab kita hanya punya satu jiwa. Benediktus XII sekali diminta seorang pangeran supaya setuju memberikannya pertolongan, yang tak dapat dikabulkannya tanpa berbuat dosa; Sri Paus menjawab kepada dutanya: Katakan kepada pangeran anda, bahwa seandainya saya punya dua jiwa, saya mungkin kehilangan yang satu untuk dirinya, dan menyimpan yang lain untuk diri saya sendiri; namun karena saya hanya punya satu saja, saya tidak bisa ataupun mau kehilangan jiwa saya itu. St. Fransiskus Xaverius berkata bahwa hanya ada satu kebaikan dan satu kejahatan di dunia: satu-satunya kebaikan adalah keselamatan diri kita, dan satu-satunya kejahatan adalah kebinasaan diri kita. St. Teresa dahulu sering mengulangi perkataan ini kepada para biarawatinya: “Saudari-saudariku, satu jiwa, satu akhirat.” Maksudnya adalah satu jiwa, yang seandainya binasa, segalanya binasa: satu akhirat; jiwa, sekali binasa, selamanya binasa. Karena itulah Daud berdoa: “Satu hal yang telah kuminta dari Tuhan, inilah yang akan kucari, agar aku boleh tinggal di rumah Tuhan” (Mazmur xxvi. 4). Tuhan, satu hal yang kuminta dari Engkau, selamatkanlah jiwaku, dan takkan kuminta apa-apa lagi.
“Dengan takut dan gemetar, kerjakanlah keselamatanmu” (Filipi ii. 12). Barang siapa tidak gemetar dan takut binasa jiwanya, orang itu tidak akan selamat; maka dari itu, kita harus berjuang dan melakukan kekerasan terhadap diri kita sendiri, kalau kita ingin selamat: “Kerajaan Surga menderita kekerasan, dan para pelaku kekerasan mencengkeramnya” (St. Matius xi. 12). Untuk memperoleh keselamatan, hidup kita di waktu ajal harus ditemukan selaras dengan hidup Yesus Kristus: “Ia sejak dahulu telah menetapkan untuk menjadi serupa dengan gambaran Putra-Nya” (Roma viii. 29). Maka kita harus berjuang, di satu sisi, untuk menghindari segala kesempatan berdosa, dan di sisi lain menggunakan segala cara yang diperlukan untuk memperoleh keselamatan. “Kerajaan itu tidak akan diberikan kepada pemalas”, ujar St. Bernardus; “namun kepada mereka yang berjuang dengan layak melayani Allah.” Semua orang akan ingin selamat tanpa mengalami kendala. Iblis, ujar St. Agustinus, bekerja keras dan tidak tidur, supaya dia bisa membuat diri kita mengalami kebinasaan jiwa; dan anda, kebahagiaan atau penderitaan kekal diri anda dipertaruhkan, namun anda lalu teledor! “Musuh berjaga-jaga, dan tertidurkah anda?”
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Allahku, kubersyukur kepada-Mu karena Engkau sekarang mengizinkan aku berada di kaki-Mu, dan bukan berada dalam Neraka, yang telah begitu seringnya patut kudapatkan. Namun apa gunanya hidup yang telah Kaujaga bagi diriku ini, seandainya aku terus hidup tanpa rahmat-Mu? Ah, semoga ini tidak pernah terjadi! Engkau telah kupunggungi; aku telah kehilangan Dikau, ya Kebaikanku yang Terluhur; kusesali hal itu dengan segenap hatiku; lebih baik aku telah mati seribu kali! Aku telah kehilangan Engkau; namun Nabi-Nu menyatakan bahwa Engkau adalah segala kebaikan dan Engkau mudah ditemukan oleh jiwa yang mencari-Mu: “Tuhan berbaik hati kepada jiwa yang mencari-Nya” (Ratapan iii. 25). Kalau sampai sekarang aku telah lari dari Engkau, ya Raja hatiku, sekarang Engkau kucari, dan hanya Engkau yang kucari. Kucinta Kau dengan segala rasa sayang hatiku. Terimalah aku; janganlah benci menjadikan diri-Mu sendiri dikasihi oleh hati yang pernah membenci-Mu. Ajarlah aku cara berkenan kepada-Mu, sebab dalam segalanya aku akan patuh. Ah, ya Yesusku, selamatkanlah jiwa ini, jiwa yang deminya engkau telah menyerahkan Darah-Mu dan Hidup-Mu; dan selamatkanlah aku, dengan memberiku rahmat supaya selalu mengasihi-Mu dalam hidup ini dan di kehidupan yang akan datang. Ini kuharapkan dengan jasa-jasa-Mu. Dan ini juga kuharapkan melalui perantaraanmu, ya Maria.
POIN KETIGA.
Perkara penting, perkara satu-satunya, perkara yang tak dapat diperbaiki. “Tiada kesalahan yang sebanding dengan kesalahan mengabaikan keselamatan kekal”, ujar St. Eusebius. Segala kesalahan lainnya bisa diobati: kalau orang kehilangan properti, ia bisa mendapatkannya kembali dengan cara lain; kalau ia kehilangan jabatan kehormatan, mungkin masih ada suatu cara untuk mendapatkannya kembali; sekiranya pun ia kehilangan nyawanya, jikalau ia selamat, segala-galanya menjadi baik. Namun bagi orang yang binasa, tidak ada obat baginya. Kita mati sekali saja; jiwa sekalinya binasa, selamanya binasa. “Sekali binasa, selalu binasa.” Tiada lagi yang dapat dilakukan selain menangis untuk selama-lamanya di dalam Neraka bersama makhluk-makhluk celaka itu, yang siksaan terbesarnya adalah merenungkan, bahwa bagi mereka, waktu mengobati penderitaan mereka sudah berlalu: “Musim panas sudah berlalu, dan kita tidak selamat” (Yeremia viii. 20). Tanyalah orang-orang bijak dari dunia ini, yang sekarang berada dalam lubang jurang api itu, tanyalah seperti apa pendapat mereka sekarang, dan apabila mereka puas karena telah mendulang kekayaan di kehidupan ini, ketika mereka sekarang dihukum dalam penjara yang abadi itu. Dengarlah bagaimana mereka menangis, dan berkata: “Demikianlah kami telah keliru.” Namun apa guna mengetahui kesalahan mereka ketika usai sudah segala waktu untuk mengobati pengutukan kekal mereka? Akan seperti apa sesal yang dirasa manusia di dunia ini, seandainya ia berkuasa memugar reruntuhan istananya dengan biaya kecil, dan kelak menyaksikannya rubuh, dan merenungkan kelalaiannya ketika ia tidak lagi bisa memugarnya!
Siksaan terbesar orang-orang mengutuk adalah memikirkan diri mereka telah membinasakan jiwa mereka, dan terkutuk akibat kesalahan mereka sendiri: “Kebinasaan adalah milikmu sendiri, hai Israel; pertolonganmu hanya ada dalam Aku” (Hosea xiii. 9). St. Teresa berkata, bahwa kalau orang, akibat kesalahannya sendiri, kehilangan sebuah jubah, cincin, atau lalai dalam perkara tersepele apa pun, tidak ada damai sejahtera dalam dirinya, ia tak bisa makan ataupun tidur. Ya Allahku, apakah yang akan dirasa sesosok jiwa binasa pada saat dirinya itu masuk Neraka, dan mendapati dirinya disekap dalam penjara penyiksa itu, merenungkan petaka yang dialaminya, dan melihat bahwa nasibnya tak bisa diperbaiki untuk selama-lamanya! Lantas aku binasa, akan seperti itu ia berkata; aku telah kehilangan Surga dan Allah; aku telah kehilangan segala-galanya untuk selama-lamanya: dan bagaimana? Akibat kesalahanku sendiri.
Namun beberapa orang akan berkata: Kalau aku memang melakukan dosa ini, mengapakah aku harus menjadi terkutuk? Aku mungkin masih bisa selamat. Saya menjawab: Namun anda mungkin akan terkutuk. Bahwasanya saya berkata kepada anda, bahwa anda kemungkinan besar akan terkutuk; sebab Kitab Suci mengancam dengan kutukan, semua pengkhianat tegar seperti diri anda pada saat ini: “Celakalah kalian, hai anak-anak pemurtad, demikianlah firman Tuhan” (Yesaya xxx. 1); “Celakalah mereka, sebab mereka telah menyimpang dari Aku” (Hosea vii. 13). Tidakkah anda setidak-tidaknya oleh dosa ini menempatkan keselamatan kekal anda dalam bahaya dan keraguan yang besar? Dan apakah ini perkara yang boleh dipertaruhkan? Ini bukan tentang rumah, vila, kantor; ini adalah perkara, ujar St. Kristostomus, kebinasaan dalam siksaan abadi dan kehilangan Firdaus yang kekal, “hukuman yang tiada berakhir, kehilangan sebuah kerajaan kekal”. Dan perkara yang bagi anda amat sangat penting ini, berani anda celakakan dengan bertumpu pada kata mungkin.
Anda berkata: Mungkin, siapa tahu, aku mungkin tidak terkutuk; aku berharap setelahnya Allah akan mengampuniku. Tetapi sementara itu? Sementara itu anda sudah mengutuk diri anda sendiri untuk masuk Neraka. Maukah anda melemparkan diri ke dalam sumur, sembari berkata: Mungkin, siapa tahu aku bisa lolos dari ajal? Dan lalu bagaimanakah anda bisa menggantungkan keselamatan anda pada harapan yang sebegitu rapuhnya? – pada kata-kata siapa tahu? Oh, betapa banyaknya orang yang telah binasa dengan harapan yang terkutuk ini! Tidak tahukah anda bahwa harapan orang yang tegar dalam dosa bukanlah harapan, melainkan delusi dan kegegabahan, yang tidak menggerakkan Allah kepada kerahiman, namun kepada murka yang lebih besar? Kalau anda sekarang berkata tidak dapat percaya diri anda bisa melawan godaan dan hasrat yang berjaya dalam diri anda, bagaimanakah anda akan melawan setelahnya, ketika tenaga anda alih-alih bertambah, justru akan berkurang akibat kebiasaan berdosa? Sebab di satu sisi, jiwa akan menjadi lebih dibutakan dan mengeras akibat niat jahatnya, dan di sisi lain, pertolongan Ilahi akan kurang. Apakah anda barangkali berharap bahwa Allah akan memperbanyak terang-Nya serta rahmat-rahmat-Nya setelah anda bertambah dalam dosa?
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Yesusku, ingatkanlah selalu pada ingatanku, ajal yang telah Kauderita demi aku, dan berilah aku percaya diri. Gemetar aku bahwa dalam kematian, Iblis akan membuatku putus asak arena melihat banyaknya pengkhianatan yang telah kulakukan terhadap diri-Mu. Berapa banyak janji yang telah kubuat supaya tidak pernah menghina-Mu lagi, dengan pertolongan terang yang Kauberikan kepadaku, dan lagi-lagi, aku memunggungi-Mu, dalam harapan akan diselamatkan! Karena diriku ini belum Kauhukum, maka telah begitu besarnya penghinaanku kepada-Mu. Karena Engkau telah memperlihatkan kerahiman yang begitu banyak kepadaku, maka aku telah membuat-Mu menjadi begitu murka. Ya Penebusku, berilah aku dukacita besar atas dosa-dosaku, sebelum kutinggalkan hidup ini. Kubertobat, ya Kebaikan Terluhur, karena telah menghina-Mu. Kuberjanji kepada-Mu ke depannya, lebih baik mati seribu kali daripada meninggalkan diri-Mu lagi; namun sementara itu, biarkanlah aku mendengar perkataan yang bahwasanya Kausampaikan kepada Magdalena, “Dosa-dosamu telah diampuni”, dan buatlah aku merasakan dukacita besar atas dosa-dosaku sebelum ajal menjemputku; kalau tidak, aku takut ajalku akan mengganggu dan tidak bahagia. Pada saat terakhir itu, ya Yesusku yang disalib, jangan menjadi kengerian bagiku: “Janganlah menjadi suatu kengerian bagiku, Engkaulah pengharapanku pada hari malapetaka” (Yeremia xvii. 17). Jika kumati sebelum menangisi dosa-dosaku, dan sebelum aku mencintai-Mu, Luka-Luka-Mu serta Darah-Mu justru akan menyebabkan kengerian dan bukan ketenteraman bagiku. Maka tak kuminta dari-Mu penghiburan serta berkat duniawi di sepanjang sisa hidupku; kumohon dari-Mu dukacita dan kasih. Dengarkanlah aku, ya Juru Selamatku yang terkasih, oleh cinta yang membuat-Mu mengorbankan diri-Mu demi aku di Kalvari. Ya Maria, ya Bundaku, perolehkanlah bagiku rahmat-rahmat ini, bersama dengan ketekunan suci sampai mati.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 80-88.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...