^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Pengadilan Khusus - Pertimbangan XXIV St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XXIV.
Tentang Pengadilan Khusus
“Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus ....” – 2 Korintus v. 10
POIN PERTAMA.
Marilah kita merenungkan jiwa yang menghadap Allah: jiwa itu dituduh, diperiksa dan dijatuhi putusan. Dan pertama-tama, sehubungan jiwa yang menghadap sang Hakim: para teolog umumnya berpendapat bahwa pengadilan khusus berlangsung pada saat yang sama manusia meninggal dunia; dan pada tempat yang sama itu, tempat berpisahnya jiwa dari raga, ia diadili oleh Yesus Kristus, Yesus yang tidak akan mengirim utusan, namun yang akan secara Pribadi datang mengadili perkara jiwa itu: “Pada saat yang tidak kalian sangka, Putra Manusia akan datang” (St. Lukas xii. 40). “Kepada orang benar Ia akan datang dalam kasih”, ujar St. Agustinus; “kepada orang fasik dalam kengerian”. Oh, betapa besar kengerian yang akan dirasakan orang, ketika ia melihat Penebusnya itu untuk pertama kalinya, dan melihat diri-Nya dalam murka-Nya! “Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya?” (Nahum i. 6). Merenungkan hal ini, Romo Louis da Ponte gemetar sedemikian rupa sehingga selnya pun gemetar. Ketika Venerabilis Romo Yuvenalis Ancina mendengar madah Dies irae dinyanyikan, terpikir ngeri yang akan dirasakan jiwa ketika menghadap takhta Pengadilan, dan karena itu bertekad meninggalkan dunia ini; tekad yang dilaksanakannya. Melihat murka sang Hakim akan menjadi pertanda pengutukan: “Kegeraman raja adalah bentara maut” (Amsal xvi. 14). St. Bernardus berkata bahwa jiwa akan lebih menderita di saat itu ketika melihat geramnya Yesus daripada berada dalam Neraka sendiri: “Ia akan lebih suka berada dalam Neraka”. Orang tahu bahwa para penjahat terkadang telah mengalami keringat dingin ketika dibawa menghadap seorang hakim di dunia ini. Piso merasakan kekalutan yang sedemikian rupa ketika menghadap senat sambil berpakaian seperti seorang penjahat, sehingga ia bunuh diri. Betapa besarnya duka seorang anak atau rakyat yang melihat orang tua atau pangerannya sungguh terhina! Oh, tetapi akan seberapa lebih besar rasa sakit yang dialami jiwa ketika melihat Yesus Kristus yang dibencinya itu ketika dahulu masih hidup. “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam” (St. Yohanes xix. 37). Anak domba yang dalam hidup dahulu begitu sabarnya, terlihat murka-Nya oleh jiwa pada saat itu, tanpa harapan sama sekali untuk menenangkan murka-Nya; jiwa itu lalu akan menyuruh pegunungan supaya runtuh menimpa dirinya, dan dengan demikian menyembunyikannya dari amarah Anak Domba yang murka: “Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap murka Anak Domba itu” (Wahyu vi. 16). Dalam berbicara tentang pengadilan, St. Lukas berkata: “Pada waktu itu mereka akan melihat Putra Manusia” (xxi. 27). Oh, betapa besar siksaan yang akan dialami pendosa ketika melihat sang Hakim dalam rupa manusia! Sebab melihat diri-Nya itu yang dahulu mati sebagai manusia demi keselamatannya akan menjadi amukan yang lebih besar baginya bersama kedurhakaannya. Ketika sang Juru Selamat naik ke Surga, para malaikat berkata kepada murid-murid-Nya: “Yesus ini, yang telah terangkat ke Surga meninggalkan kalian, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kalian melihat diri-Nya naik ke Surga” (Kisah Para Rasul i. 11).[1] Sang Hakim lalu akan datang bersama dengan luka-luka yang disandang-Nya ketika Ia dahulu meninggalkan bumi: “Besar sukacita yang dialami orang-orang yang melihatnya, besar rasa negeri yang dialami mereka yang menantikannya”, ujar Kepala Biara Rupert. Luka-luka itu akan menghibur orang benar, dan membuat ngeri orang fasik. Ketika Yusuf berkata kepada para saudaranya, “Aku ini Yusuf, yang telah kalian jual”, Kitab Suci berkata bahwa mereka diam ketakutan, dan tidak mampu bicara: “Saudara-saudaranya tidak mampu menjawabnya, karena mereka luar biasa ketakutan” (Kejadian xiv. 3). Lantas, bagaimanakah si pendosa akan menjawab Yesus Kristus? Akankah ia berani meminta belas kasih, kalau ia harus pertama-tama memberi pertanggungjawaban atas penyalahgunaannya terhadap belas kasih di masa lalu? “Dengan wajah seperti apakah”, ujar Eusebius Emissenus, “engkau akan meminta belas kasih, kalau engkau harus pertama-tama dihakimi akibat membenci kerahiman?” Lantas apakah yang akan dilakukannya, ujar St. Agustinus? Ke manakah ia akan pergi berlari ketika ia melihat Hakim yang murka ada di atas, Neraka terbuka di bawah, dosa-dosanya menuduh dirinya di salah satu sisinya, dan di sisi lain iblis bersiap diri melaksanakan hukuman, dan dalam dirinya sendiri ada sesal nurani? “Di atas dirinya akan berdiri Hakim yang geram, di bawah ada Neraka yang mengerikan, di sisi kanannya ada dosa-dosanya yang menuduh dirinya, di sisi kirinya, iblis yang akan menyeretnya ke tempat penyiksaan, dalam dirinya hati nurani yang terbakar: tertekan seperti itu, ke manakah si pendosa akan pergi berlari?”
DOA DAN DAMBAAN.
Ya Yesusku, Engkau akan selalu kusebut Yesus; nama-Mu menghiburku, menyemangatiku, mengingatkan aku bahwa Engkaulah Juru Selamatku, yang telah wafat demi keselamatanku. Lihatlah aku sujud di kaki-Mu. Kuakui bahwa diriku telah pantas mendapat Neraka, sama seringnya seperti aku telah menghina-Mu dengan dosa berat. Tak pantas kudapat ampun; namun Engkau telah wafat untuk mendapatkan ampun bagiku. Recordare, Jesu pie, quod sum cause tuae viae. Maka bergegaslah ya Yesusku, untuk mengampuni aku sebelum Engkau datang mengadiliku. Ketika tiba saat itu, takkan lagi kusanggup memohon belas kasih; namun sekarang aku bisa memintanya dan berharap mendapatkannya. Bilur-bilur-Mu nanti akan memenuhiku dengan rasa ngeri; namun sekarang memberi aku rasa kepercayaan. Ya Penebusku yang terkasih, kuberduka di atas segala kejahatan lain karena telah menghina kebaikan-Mu yang tak terhingga. Kubertekad menerima setiap rasa sakit dan kerugian daripada kehilangan rahmat-Mu. Kucinta-Kau dengan segenap hatiku. Kasihanilah aku: “Kasihanilah aku, seturut kerahiman-Mu yang besar”. Ya Maria, Bunda yang berbelas kasih, Pembela para pendosa, perolehkanlah aku dukacita yang besar atas dosa-dosaku, serta pengampunan dan ketekunan dalam cinta kasih Ilahi. Kucinta kau, ya Ratuku, dan kaulah andalanku.
POIN KEDUA.
Coba renungkan tuduhannya dan pemeriksaannya: “Pengadilan bersidang dan kitab-kitab dibuka” (Daniel vii. 10). Akan ada dua kitab; kitab Injil dan kitab nurani. Dalam kitab Injil akan dibacakan hal-hal yang seharusnya telah dilakukan terdakwa itu, dan dalam kitab nurani akan dibacakan hal-hal yang telah dilakukannya. Dalam neraca keadilan ilahi, takkan ditimbang kekayaan, jabatan maupun kebangsawanan, namun hanya perbuatan-perbuatan saja: “Tuanku ditimbang dengan neraca”, ujar Daniel kepada Raja Belsyazar, “dan didapati terlalu ringan” (Daniel v. 27). “Bukanlah emas maupun kekayaannya, namun hanya Sri Raja saja yang ditimbang”, ujar Romo Alvarez. Lalu akan datang para penuduh; yang pertama-tama Iblis. St. Agustinus berkata: “Iblis akan berdiri di hadapan pengadilan Kristus, dan akan mendaraskan kata-kata pengakuan anda. Ia akan menuduh kita di muka kita sendiri dengan segala sesuatu yang telah kita perbuat, hari dan jam saat kita berdosa.”[2] “Ia akan mendaraskan kata-kata pengakuanmu”, yakni, ia akan membawa janji-janji kita sendiri, yang kemudian telah gagal kita tepati, dan ia akan menuduh kita dengan semua dosa kita, menunjuk hari dan jam saat kita telah melakukan dosa-dosa itu. Lalu ia akan berkata kepada sang Hakim, seturut St. Siprianus: “Aku tidak menanggung pukulan dan deraan untuk hal-hal ini.” Tuhan, tak kuderita apa-apa karena si terdakwa ini; namun ia telah meninggalkan Engkau, yang telah wafat demi menyelamatkannya, dan membuat dirinya sebagai budakku; karena itu ia milikku. Para malaikat pelindung juga akan menjadi penuduh, seturut Origenes: “Tiap-tiap malaikat akan memberi kesaksian tentang banyaknya tahun dirinya bekerja untuk orang itu; namun ia membenci setiap peringatannya”.[3] Sehingga “semua sahabatnya akan membenci dia” (Ratapan i. 2). Dinding yang dahulu menyelubungi si pendosa akan menuduh dirinya: “Sebab batu berseru-seru dari tembok” (Habakuk ii. 11). Hati nuraninya sendiri akan menuduh dirinya: “suara hati mereka turut bersaksi pada hari Allah akan mengadili” (Roma ii. 15). Dosa-dosanya sendiri, ujar St. Bernardus, akan berbicara dan berkata: “Engkau telah menciptakan kami, kami adalah buah kerjamu; kami takkan meninggalkanmu”.[4] Lalu akan bermula pemeriksaannya.
Tuhan berkata: “Pada waktu itu Aku akan menggeledah Yerusalem dengan memakai obor” (Zefanya i. 12). “Obor itu”, ujar Mendozza, “menembus setiap sudut” rumah. Dan Kornelius à Lapide menjelaskan perkataan ini, “dengan obor”, dengan berkata bahwa Allah nanti akan menempatkan di hadapan terdakwa teladan-teladan para kudus, dan segala terang dan ilham yang telah diberikan-Nya kepadanya di sepanjang hidup, dan juga semua tahun yang telah diberi kepadanya untuk berbuat baik: “Dia telah memanggil suatu perkumpulan melawan aku” (Ratapan i. 15). Demikianlah ia nanti akan harus memberi pertanggungjawaban atas setiap lirikan mata: “Engkau akan dituntut untuk memberi sebuah pertanggungjawaban, bahkan bagi setiap lirikan mata”, ujar St. Anselmus. “Ia akan menahirkan para putra Lewi” (Maleakhi iii). 3. Seperti emas yang dimurnikan dengan memisahkannya dari kotoran, demikian juga perbuatan-perbuatan baik kita akan disarng, pengakuan-pengakuan dosa kita, komuni-komuni kita, dll.: “Ketika Aku mengambil waktu, Aku akan mengadili keadilan” (Mazmur lxxiv. 3). Pendek kata, St. Petrus memberi tahu kita, bahwa dalam pengadilan itu, orang benar hampir-hampir tidak selamat: “Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”(1 St. Petrus iv. 18). Kalau kita akan harus memberi jawaban untuk setiap perkataan yang sia-sia, pertanggungjawaban seperti apakah yang akan harus kita beri atas begitu banyaknya pikiran jahat yang dahulu kita setujui! Atas begitu banyaknya kata yang tidak senonoh! “Kalau pertanggungjawaban akan diminta untuk perkataan yang sia-sia, akan seperti apa yang diminta untuk perkataan najis!” ujar St. Gregorius. Tuhan secara khusus berkata (tentang para pendosa yang berbuat skandal, yang telah merampok jiwa-jiwa dari pada-Nya): “Aku akan mendatangi mereka seperti beruang yang kehilangan anak” (Hosea xiii. 8). Sang Hakim akan berbicara tentang perbuatan-perbuatan secara demikian: “Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya” (Amsal xxxi. 31). Balaslah dia seturut perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya.
DOA DAN DAMBAAN.
Ah, Yesusku, seandainya Engkau sekarang membalas aku seturut perbuatan-perbuatan yang telah kulakukan, Neraka akan menjadi bagianku! Ya Allah, betapa sering diriku telah menulis putusan pengutukan diriku dalam tempat penyiksaan itu! Kepadamu kuhaturkan syukur atas kesabaran-Mu untuk sejak lama menanggung diriku. Ya Allah, seandainya diriku pada saat ini akan tampak di hadapan pengadilan-Mu, pertanggungjawaban seperti apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu tentang hidupku? Ya Tuhan, tunggulah aku sedikit saja lebih lama; jangan mengadili diriku dulu. Sekiranya Engkau sekarang mengadili aku, akan menjadi seperti apa nasibku? Tunggulah aku; karena Engkau telah sampai saat ini memperlihatkan diriku begitu banyak kerahiman, karuniakanlah aku satu kali lagi: berilah aku dukacita yang besar atas dosa-dosaku. Kubertobat, ya Kebaikanku yang Terluhur, karena telah begitu seringnya membenci Engkau. Kucinta Kau di atas segala sesuatu. Bapa yang Kekal, ampunilah aku demi cinta Yesus Kristus; dan dengan jasa-jasa-nya, karuniakanlah aku ketekunan suci. Ya Yesusku, kuharapkan segalanya dengan darah-Mu. Ya Maria yang teramat suci, engkaulah andalanku. “Ya pembela kami, tataplah kami dengan matamu yang penuh belas kasih.” Lihatlah duka deritaku, dan kasihanilah aku.
POIN KETIGA.
Sebagai kesimpulan, untuk mendapat keselamatan kekal, jiwa harus pada pengadilan terakhir ditemukan telah menjalani hidup yang sesuai dengan hidup Yesus Kristus: “ yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Roma viii. 29). Inilah yang membuat Ayub gemetar: “Apakah dayaku, kalau Allah bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?” (Ayub xxxi. 14). Filipus II menghardik seorang hamba yang telah berdusta kepadanya, dengan berkata: “Lalu seperti itukah engkau telah memperdayai aku?” Orang yang celaka itu pulang ke rumahnya, dan mati berduka. Akan berbuat apa si pendosa? Apa dayanya menjawab Yesus Kristus, Hakimnya? Ia, seperti pria dalam Injil yang datang ke pesta tanpa pakaian pesta, akan tetap diam tanpa tahu harus menjawab apa: “Tetapi orang itu diam saja” (St. Matius xxii. 12). Dosa-dosanya sendiri akan menutup mulutnya: “Segala pelanggaran akan menghentikan mulutnya” (Mazmur cvi. 42). St. Basilius berkata bahwa si pendosa nanti bahkan akan lebih tersiksa oleh rasa malu daripada oleh api Neraka sendiri: “Rasa malunya akan lebih ngeri daripada api”.
Lihatlah, pada akhirnya, sang Hakim akan menuturkan putusan-Nya: “Enyahlah daripada-Ku, hai orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal”. Oh, betapa mengerikannya seruan guntur dari putusan itu! “Betapa ngerinya gaung dari guntur yang bergemuruh itu!” ujar Kartusian. St. Anselmus berkata: “Barang siapa tidak gemetar mendengar guntur tidaklah tertidur, namun mati”. Dan Eusebius mengimbuhkan, bahwa akan sedemikian besarnya rasa ngeri para pendosa ketika mendengar putusan mereka diwartakan, sehingga jikalau mungkin, mereka akan mati kembali: “Rasa ngeri yang kian besarnya akan menguasai orang fasik ketika mereka kelak melihat sang Hakim memberi putusan-Nya, sehingga seandainya mereka tiada fana, mereka akan mati kembali”. Nantinya tidak akan ada waktu lagi untuk berdoa, ujar St. Thomas dari Villanova; takkan lagi ada perantara yang dapat diandalkan: “Tiada tempat untuk berdoa: tiada yang sedia menjadi perantara, tiada sahabat, tiada bapa”. Lantas, kepada siapakah mereka akan berlari? Mungkinkah kepada Allah, yang telah sedemikian mereka benci? “Siapakah yang akan membebaskanmu? Allahkah, Dia yang telah kaubenci?”[5] Kepada para Kudus, kepada Maria? Tidak, sebab nanti, “bintang-bintang (yakni, para pembela mereka yang kudus itu) akan berjatuhan dari langit; dan bulan (yakni Maria) tidak akan memberi sinarnya” (St. Matius xxiv. 29). St. Agustinus berkata: “Maria akan berlari dari gerbang Firdaus”.[6]
Ya Allah, seru St. Thomas dari Villanova, betapa besarnya ketidakacuhan kita ketika mendengar warta pengadilan itu! Seakan-akan putusan hukumannya tak bisa menyentuh diri kita, atau seolah-olah kita tidak akan diadili: “Sayang sekali, betapa tenteramnya kita berbicara dan mendengar tentang hal-hal ini! Seolah-olah putusan ini takkan memengaruhi kita, atau seolah-olah hari itu tidak akan pernah datang”.[7] Dan betapa gilanya, imbuh santo yang sama itu, kalau orang beristirahat dengan tenteram dalam perkara yang sedemikian gentingnya itu! Janganlah berkata, hai saudaraku, wanti-wanti St. Agustinus kepada anda, Ah, Allah tentunya tidak akan mengirim aku masuk Neraka! Janganlah berkata demikian, ujar santo itu; sebab orang Yahudi juga dahulu tidak dapat meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka akan dimusnahkan; begitu banyak orang terkutuk tidak mau percaya bahwa mereka akan dikirim masuk Neraka; namun hukumannya kelak tetap datang: “Kesudahan datang, kesudahan datang … Sekarang dengan segera Aku akan mencurahkan amarah-Ku dan akan menghakimi engkau” (Yehezkiel vii. 6, 8).[8] Dan seperti itu jugalah, ujar Santo Agustinus, hal itu akan terjadi kepada anda: “Hari pengadilan akan datang, dan anda akan menemukan ancaman Allah benar”. Sekarang, kitalah yang bertanggung jawab memilih putusan bagi diri kita sendiri. “Sekarang kita berkuasa atas putusan yang akan kita punya”, ujar St. Eligius. Lalu apakah yang harus kita lakukan? Bereskanlah pertanggungjawaban kita sebelum pengadilan: “Sebelum tampil di depan pengadilan periksalah dirimu dahulu” (Sirakh xviii. 19). St. Bonaventura berkata, bahwa demi menghindari kegagalan, para pedagang terus-menerus melihat dan membereskan pertanggungjawaban mereka. “Sang Hakim mungkin ditenangkan sebelum pengadilan, namun tidak demikian ketika pengadilan berlangsung”, ujar St. Agustinus. Maka marilah kita bersama St. Bernardus berkata kepada Tuhan: “Kuingin menghadirkan diriku sendiri, di hadirat-Mu, telah dihakimi dan bukan untuk dihakimi”. Ya Hakimku, kuingin Engkau adili dan hukum dalam hidup, sekarang ketika masih merupakan saat belas kasih, dan ketika Engkau masih bisa mengampuni aku; sebab setelah kematian, saatnya itu adalah saat keadilan.
DOA DAN DAMBAAN.
Ya Allahku, kalau Engkau tak kutenangkan sekarang, takkan lagi ada waktu untuk menenangkan-Mu. Namun bagaimanakah caraku menenangkan-Mu, diriku ini yang begitu seringnya membenci persahabatan-Mu demi kenikmatan-kenikmatan hina dan celaka? Telah kubayar cinta kasih-Mu yang luar biasa besar dengan kedurhakaan. Silih macam apa yang akan dapat dibuat seorang makhluk dengan pantas atas penghinaan-penghinaan yang telah dibuat terhadap Penciptanya? Ah, Tuhanku, kubersyukur kepada-Mu karena telah Kauberikanku dalam kerahiman-Mu sarana untuk menenangkan dan berbuat silih bagi keadilan-Mu. Kupersembahkan kepada-Mu Darah dan wafat Yesus, Putra-Mu; dan lihatlah, aku sudah melihat keadilan-Mu ditenangkan, dan silih dibuat dengan amat berlimpah-limpah. Demi itu pula, pertobatanku juga diperlukan. Benar, ya Allahku, kubertobat dengan segenap hati atas segala penghinaan yang telah kubuat kepada-Mu. Maka adililah aku sekarang, ya Penebusku. Kubenci segala kekecewaan yang telah kutimbulkan kepada-Mu di atas segala kejahatan. Kucinta Kau di atas segala hal dengan segenap hatiku; dan kuberniat selalu mencintai-Mu, dan lebih ingin mati daripada menghina-Mu lagi. Engkau telah berjanji akan mengampuni siapa saja yang bertobat; ah, lantas adililah aku sekarang, dan lepaskanlah aku dari dosa-dosaku. Kuterima hukuman yang pantas kudapat; namun pulihkanlah aku kepada rahmat-Mu dan jagalah rahmat-Mu itu dalam diriku sampai kumati. Demikianlah harapanku. Ya Maria, ya Bundaku, kuberterima kasih kepadamu atas banyaknya kerahiman yang telah kaudapatkan bagiku; ah, teruslah engkau melindungi aku sampai kesudahannya.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 170-177.
Tanda * tertera pada kutipan yang tidak bisa ditemukan penulisnya atau yang tidak bisa ditemukan perikop rujukannya oleh Penyunting.
[1] Catatan penerjemah: rujukan teks bahasa Inggrisnya mengacu kepada ayat 2, namun rujukan ini tidak benar.
[2] *St. Agustinus, Serm. iii. Ad Frat
[3] *Origenes, Hom. 66.
[4] St. Bernardus, Med. Piis. c. ii. 5.
[5] *St. Basilius, Orat. iv. de poenitent.
[6] *St. Agustinus, Serm. iii. Ad Frat.
[7] St. Thomas dari Villanova, Conc. i. de judicio (qui est Dom. i. Adv.).
[8] Catatan penerjemah: rujukan dalam versi bahasa Inggrisnya hanya mengacu kepada ayat 6, namun kenyataannya, kata-kata yang bermula dengan “ Sekarang dengan segera Aku ....” ada pada ayat 8.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...