^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Potret Manusia yang Baru Saja Beralih ke Dunia Lain - Pertimbangan I St. Alfonsus
PERTIMBANGAN I.
Potret Manusia yang Baru Saja Beralih ke Dunia Lain.
“Engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu.” Kejadian iii. 19.
POIN PERTAMA.
Renungkanlah, anda adalah debu, dan anda akan kembali menjadi debu. Akan tiba hari saat anda akan mati, dan membusuk dalam kubur, di mana belatung akan menjadi selimut anda (Yesaya xiv. 11). Nasib yang sama ini menantikan semua orang, yang tinggi, yang rendah, baik pangeran maupun petani. Segera setelah jiwa meninggalkan raga, bersama embusan napas yang terakhir ia akan masuk alam baka, dan badannya akan kembali menjadi debu. “Engkau akan mengambil roh mereka, dan mereka akan kembali menjadi debu” (Mazmur ciii. 29). Bayangkanlah pada benak anda orang yang baru saja meninggal dunia. Lihatlah jasadnya terbaring di ranjang, kepalanya bertopang pada dadanya, rambutnya kusut dan bermandikan keringat maut, matanya cekung, pipinya berelung, wajahnya keabu-abuan, warna lidah dan bibirnya seperti timah, badannya dingin dan berat. Orang yang melihatnya menjadi pucat dan gemetar. Ada berapa banyak orang yang ketika melihat orang tua atau sahabat yang meninggal, mengubah hidup mereka dan meninggalkan dunia ini! Namun masih lebih ngeri kalau kita menyaksikan badan yang mulai membusuk. Belum berlalu 24 jam usai kematian anak muda itu, bau busuknya sudah dapat tercium. Jendela kamar harus dibuka, dan dupa harus dibakar, dan orang harus bergegas memindahkan jasadnya ke gereja dan menguburkannya, supaya seluruh rumahnya itu tidak terjangkiti penyakit. Seorang penulis berkata, “Dan kalau jasad itu adalah milik salah seorang yang ternama atau kaya di dunia, bau busuknya justru akan lebih tak tertahankan.”
Lihatlah sekarang, seperti apa nasib orang kaya itu, penikmat dunia itu. Dahulu dipuja-puja dan digemari masyarakat, namun sekarang menjadi ngeri dan keji bagi semua orang yang melihatnya. Saudara-saudara sedarahnya bergegas mengambil orang itu dari rumahnya, dan membayar orang supaya membopong orang itu, agar dapat ditutup dalam peti dan dicampakkan ke dalam liang kubur.
Dahulu dia menjadi bahan percakapan orang oleh karena bakat, keluwesan, budi baik, dan kecerdikannya; namun segera setelah ia mati, ia menjadi terlupakan. “Kenangan mereka telah binasa dengan sebuah suara” (Mazmur ix. 7). Ketika mendengar kabar kematiannya, beberapa orang berkata bahwa dia dahulu menjadi kehormatan bagi keluarganya; orang lain berkata dia dahulu menjadi tulang punggung keluarganya; orang lain berduka karena mendiang itu dahulu memberi bantuan kepada mereka; namun beberapa orang menjadi gembira karena kematiannya membawa keuntungan bagi mereka. Namun tidak lama setelahnya, tidak akan ada lagi yang menyebut namanya; dan bahkan para sahabat terdekatnya pun tidak ingin mendengar namanya disebutkan, agar kesedihan tidak lagi merundung diri mereka. Dan ketika orang berkunjung untuk berbelasungkawa, bahan pembicaraannya adalah hal-hal yang lain; dan seandainya orang kebetulan menyebut nama pihak mendiang, saudara-saudara sedarahnya akan berseru: “Demi ampun, jangan sebut namanya di depan saya.”
Renungkanlah, perbuatan yang telah anda lakukan ketika sahabat dan saudara sedarah anda mati, hal itu jugalah yang akan dilakukan orang lain kepada diri anda. Orang hidup berdiri di atas panggung untuk berkuasa atas kekayaan dan tempat milik orang yang sudah mati, dan nama orang yang sudah mati itu pun jarang-jarang disebutkan atau tidak disebutkan sama sekali. Pertama-tama saudara sedarahnya berduka selama beberapa hari; namun mereka segera terhibur, karena mendapat harta yang jatuh pada genggaman tangan mereka, sehingga singkat waktu, mereka akan bersukacita karena anda sudah mati, dan di dalam kamar yang sama itu, tempat anda mengembuskan roh anda dan telah dihakimi Yesus Kristus, mereka akan menari-nari, makan makanan, bermain-main, dan tertawa seperti sebelumnya. Dan jiwa anda, akan ada di mana jiwa anda?
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Yesus, ya Penebusku, aku kembali bersyukur kepada-Mu karena Engkau belum mengambil daku dari hidup ini ketika aku masih menjadi musuh-Mu. Sudah ada berapa tahun yang berlalu, sejak aku pantas berada dalam Neraka! Seandainya aku mati pada hari semacam itu, atau pada malam tertentu, akan seperti apa nasibku untuk selama-lamanya? Ya Allahku, aku kembali bersyukur kepada-Mu. Maut kuterima sebagai silih atas dosa-dosaku, dan maut kuterima dengan cara yang dapat berkenan kepada-Mu supaya Kauberikan kepadaku; namun karena Engkau telah menanti-nanti diriku sampai sekarang, oh, tunggulah sebentar lagi. “Maka biarkanlah aku meratapi dukacitaku sedikit” (Ayub x. 20). Berikanlah daku waktu untuk menangisi pelanggaran-pelanggaran diriku terhadap Engkau, sebelum Engkau datang menghakimi aku.
Takkan lagi kumelawan panggilan-panggilan-Mu. Siapa tahu, mungkin kata-kata yang baru saja kubaca ini adalah panggilan-Mu yang terakhir bagiku? Kuakui bahwa aku tak pantas dikasihani: Engkau sudah begitu seringnya mengampuni aku, dan aku telah kembali mendurhakai-Mu. “Hati yang remuk dan rendah, ya Allah, tak Kaubenci” (Mazmur iv. 19). Ya Tuhan, karena Engkau tak bisa membenci hati yang rendah dan bertobat, lihatlah si pengkhianat yang merendahkan hati dan bertobat, yang telah berlindung kepada-Mu. “Janganlah Kauusir diriku dari wajah-Mu” (Mazmur l. 13). Engkau telah berkata: “Ia yang datang kepada-Ku takkan Kuusir” (St. Yohanes vi. 37). Memang benar bahwa aku telah menghina Engkau lebih dari orang lain, sebab aku telah diberkati dengan terang dan rahmat yang lebih dari yang diberi kepada orang lain; namun Darah yang telah Kautumpahkan demi aku memberiku keberanian, dan mengaruniakan ampun bagiku kalau aku bertobat. Benar, ya Kebaikanku yang Terluhur, aku bertobat dengan segenap jiwaku karena telah menghina Engkau. Ampunilah aku, dan berikanlah aku rahmat untuk mengasihi-Mu ke depannya. Sudah cukup lama aku menghina Engkau. Dan sisa hidupku, ya Yesus-Ku, takkan kuhabiskan untuk menghina Engkau; akan kuhabiskan sepenuhnya untuk menangisi kekecewaan yang telah kutimbulkan bagi Engkau, dan untuk mengasihi-Mu dengan segenap hati-Ku, ya Allah, yang patut dikasihi dengan cinta yang tak terhingga. Ya Maria, ya pengharapanku, doakanlah aku kepada Yesus.
POIN KEDUA.
Namun agar anda bisa melihat lebih jelas jati diri anda, wahai jiwa orang Kristen, ujar St. Yohanes Krisostomus, “pergilah mendatangi kuburan; renungkanlah debu, abu, belatung – dan mendesahlah!” Lihatlah, bagaimana jasad itu pertama-tama menjadi kuning, dan lalu menjadi hitam. Kemudian sekujur tubuhnya diselimuti cendawan putih yang menjijikkan. Lalu, keluarlah lendir yang basah dingin dan berbau busuk. Dalam pembusukan itu muncul segerombolan belatung, yang makan dagingnya. Tikus-tikus berpesta pora atas badannya; beberapa di luar, yang lain masuk ke dalam mulut dan ususnya. Pipi, bibir dan rambutnya terurai; tulang iganya pertama-tama menjadi telanjang, dan lalu lengan serta kakinya. Setelah belatung menghabisi dagingnya, mereka pun menghabisi satu sama lain; dan pada akhirnya tiada lagi yang tersisa pada badannya selain tengkorak yang berbau busuk, yang kelak hancur menjadi remah-remah; tulang-belulangnya terpisah, dan kepalanya terjatuh dari badannya. “Mereka menjadi seperti sekam di lantai pengirikan musim panas, dan lalu diembuskan oleh angin” (Daniel ii. 35). Lihatlah jati diri manusia, hanya sekelumit debu pada lantai ruang lumbung, yang diembuskan oleh angin.
Lihatlah bangsawan itu, yang dahulu disebut sebagai hidup dan jiwa masyarakat – ada di mana dia sekarang? Masuklah ke dalam kamarnya; ia tidak ada di sana. Jika anda mencari kamar tidurnya, sudah menjadi milik orang lain; kalau anda mencari pakaiannya, atau persenjataannya, orang lain sudah mengambilnya dan membagi-baginya untuk diri mereka sendiri. Kalau anda ingin melihat bangsawan itu, pergilah mendatangi kuburan itu, tempat dirinya telah berubah menjadi kebusukan dan tulang-belulang tak berdaging. Ya Allahku, badan yang dahulu disuapi dengan begitu banyak kenikmatan, dijubahi dengan kemewahan yang begitu besar, yang dilayani oleh banyak pembantu – sekarang ditelantarkan sampai seperti apa! Wahai orang Kudus, engkau yang tahu cara mematiragakan badan demi cinta akan Allah, satu-satunya yang engkau cintai di dunia ini; dan sekarang tulang-belulangmu dijaga dan ditinggikan sebagai relikui-relikui suci di dalam tempat kudus keemasan, dan jiwamu yang cantik sekarang berada dalam nikmat Allah, menantikan hari terakhir, saat badanmu juga akan menjadi pendamping jiwamu dalam kemuliaan, sebagaimana jiwamu telah mengambil bagian Salib di kehidupannya. Inilah cinta badan yang sejati, mengisinya dengan mati raga di dunia ini, agar bahagia di alam baka; dan menghalau kenikmatan-kenikmatan yang akan membuatnya tidak bahagia pada alam baka.
DAMBAAN DAN DOA.
Maka lihatlah, ya Allahku, akan seperti apa nasib badanku – badan yang telah begitu banyak menghina-Mu! menjadi belatung dan kebusukan. Namun bukan ini yang membuatku dirundung duka, ya Tuhanku; sebaliknya, aku bersukacita sebab dagingku ini, yang telah menyebabkan aku kehilangan Engkau, Kebaikanku yang Terluhur, akan membusuk dan hancur; yang membuatku dirundung duka adalah, demi kenikmatan-kenikmatan durjana, aku telah begitu mengecewakan Engkau. Tetapi aku percaya akan kerahiman-Mu. Engkau telah menantikan aku, supaya dapat mengampuni aku. “Maka Tuhan menanti, agar Ia bisa berbelas kasih kepadamu” (Yesaya xxx. 18). Dan Engkau hendak mengampuni aku kalau aku bertobat. Ya, kubertobat dengan segenap hatiku, ya Kebaikan Tak Terhingga, karena telah membenci Engkau. ‘Kan kukatakan kepada-Mu, bersama St. Katarina dari Genoa, ‘Ya Yesusku, jangan ada dosa lagi, jangan ada dosa lagi.’ Tidak, takkan lagi kusalahgunakan kesabaran-Mu. Tidak pun, ya Cinta-Ku yang disalib, aku akan menunggu untuk merangkul diri-Mu sampai Engkau ditempatkan pada tanganku oleh imam pengakuanku pada waktu kematian: sejak saat ini, kurangkul diri-Mu, sejak saat ini, kuserahkan jiwaku kepada-Mu. Sejak bertahun-tahun lamanya jiwaku telah berada di dunia tanpa mencintai Engkau; berikanlah aku terang dan kekuatan supaya aku bisa mencintai-Mu di sepanjang sisa hidupku. Takkan kunantikan waktu kematianku untuk mencintai Engkau; sejak saat ini, kucinta Kau, kurangkul Engkau, kupersatukan diri-Ku sendiri kepada-Mu, dan kuberjanji takkan pernah meninggalkan Engkau lagi. Ya Perawan yang Tersuci, ikatkanlah diriku kepada Yesus Kristus; dan buatlah aku beroleh rahmat agar jangan pernah kehilangan diri-Nya lagi!
POIN KETIGA.
Saudaraku, bayangkanlah diri anda dalam lukisan kematian ini, dan nasib anda suatu hari nanti: “Ingatlah, engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu.” Renungkanlah bahwa dalam jangka waktu beberapa tahun saja, mungkin beberapa bulan atau beberapa hari, anda akan berubah menjadi kebusukan dan segerombolan belatung. Pikiran ini membuat Ayub menjadi orang kudus: “Aku telah berkata kepada kebusukan, engkau ayahku; kepada belatung, ibuku dan saudariku” (Ayub xvii. 14).
Segala sesuatu harus berakhir; dan jika ketika anda mati, jiwa anda binasa, lantas segalanya binasa bagi diri anda. “Anggaplah diri anda sendiri sudah mati”, ujar St. Laurensius Yustinianus, “sebab anda tahu bahwa anda pastinya harus mati.” Seandainya anda sudah mati, perbuatan apa yang anda ingin tidak anda lakukan sebelumnya? Sekarang, ketika anda masih hidup, renungkanlah bahwa suatu hari nanti, anda harus mati. St. Bonaventura berkata, “bahwa untuk membimbing kapal dengan baik, nakhodanya harus bertempat pada kemudi; maka untuk menjalani kehidupan yang baik, manusia harus senantiasa membayangkan dirinya berada dalam kematian.” Karena itulah St. Bernardus berkata: “Tataplah dosa-dosa masa muda, dan memerahlah muka anda karena malu; tataplah dosa-dosa manusia, dan menangislah; tataplah kekacauan hidup anda sekarang, dan gemetarlah dan berbenahlah.” Ketika St. Kamilus de Lellis menatap kuburan orang mati, ia berkata kepada dirinya sendiri, “Seandainya mereka ini bisa hidup kembali, hal apakah yang takkan mereka lakukan demi kehidupan kekal? Dan aku ini, yang masih punya waktu, apakah yang kulakukan demi jiwaku?” Namun orang kudus itu berkata demikian dalam kerendahan hati. Adapun anda, saudaraku, mungkin benar bagi anda untuk takut bahwa andalah pohon ara yang mandul itu, yang kepadanya Tuhan kita berkata, “Lihatlah, selama tiga tahun ini aku datang mencari buah pada pohon ara ini, dan tak Kutemukan apa-apa” (St. Lukas xiii. 7). Anda, yang selama lebih dari tiga tahun telah berada di dunia, buah apa yang telah anda hasilkan? “Renungkanlah”, ujar St. Bernardus, “bahwa Tuhan tidak hanya mencari bebungaan, namun juga buah; yaitu bukan hanya keinginan-keinginan baik dan tekad baik, namun juga perbuatan-perbuatan baik.” Maka belajarlah menggunakan waktu yang diberikan Allah kepada anda dalam kerahiman-Nya; janganlah menunggu untuk menginginkan waktu berbuat baik ketika tidak ada lagi waktu yang tersisa, dan perkataan ini akan ditujukan kepada anda, “Waktunya tiada lagi: enyahlah.” Bergegaslah, sekarang waktunya untuk meninggalkan dunia ini; bergegaslah, yang sudah, sudahlah.
DAMBAAN DAN DOA.
Lihatlah diriku, ya Allahku; akulah pohon yang sejak bertahun-tahun lamanya pantas mendengar perkataan itu: “Tebanglah, untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma?” (St. Lukas xiii. 7.) Ya, karena selama semua tahun yang sudah berlalu aku telah berada di dunia ini, tak ada buah lain yang kuhasilkan, selain semak dan belukar dosa. Namun, ya Tuhanku, Engkau tak ingin aku berputus asa. Engkau telah berkata bahwa barang siapa mencari Engkau, akan menemukan-Mu: “Carilah, dan engkau akan menemukan.” Aku sungguh mencari Engkau, ya Allahku, dan kuinginkan rahmat-Mu. Aku berduka dalam segenap hatiku atas segala pelanggaran yang telah kulakukan terhadap diri-Mu, dan coba saja aku bisa mati akibat dukacita karena dosa-dosaku itu. Sampai saat ini, aku telah melarikan diri dari Engkau; namun persahabatan-Mu lebih berharga bagiku daripada harta milik segala kerajaan di muka bumi. Takkan lagi kulawan panggilan-panggilan-Mu. Engkau ingin supaya aku sepenuhnya milik-Mu; kuserahkan dirimu segenap-genapnya kepada-Mu, tanpa ada yang tertinggal. Engkau telah menyerahkan diri-Mu sepenuhnya untukku di Salib; sekarang kuserahkan diriku sepenuhnya kepada-Mu.
Engkau telah berkata: “Jika engkau meminta kepada-Ku apa pun dalam nama-Ku, akan kulakukan.” (St. Yohanes xiv. 14). Ya Yesusku, percaya akan janji agung ini, dalam nama-Mu dan dengan jasa-jasa-Mu, kumohon rahmat-Mu dan kasih-Mu. Semoga rahmat-Mu dan cinta kasih-Mu yang suci berlimpah-limpah pada jiwaku, tempat dosa dahulu banyak jumlahnya.
Kubalas budi-Mu karena Kau telah berikanku rahmat untuk membuat permohonan ini; karena permohonan ini, Engkaulah pengilhamnya, itu adalah tanda Engkau hendak mendengarkanku. Kabulkanlah permohonanku, ya Yesusku; berilah aku cinta kasih yang besar kepada diri-Mu, berilah aku keinginan yang besar untuk berkenan kepada-Mu, dan rahmat untuk menunaikan keinginan ini. Ya Maria, ya pembelaku yang kuasa, semoga engkau juga mendengarkanku; doakanlah diriku kepada Yesus.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, Imprimatur oleh Kardinal Wiseman, 1 Mei 1897, hal. 3-9.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...