Salah satu devosi terpopuler dalam Sekte Vatikan II adalah devosi “Kerahiman Ilahi”. Jumlah pengikut devosi Kerahiman Ilahi pada tahun 2010 diperkirakan lebih dari 100 juta orang.
“Penulis dan imam yang bernama Benedict Groeschel memperkirakan secara konservatif bahwa pengikut devosi Kerahiman Ilahi pada tahun 2010 berjumlah lebih dari 100 juta orang Katolik.”
Devosi ini ditulis oleh Suster Faustina Kowalska yang meninggal di Kraków, di negeri Polandia, pada tahun 1938.
Faustina mengaku-ngaku bahwa devosi itu diberikan oleh Yesus pada percakapan-percakapan yang diakuinya dilakukan bersama Yesus sewaktu ia menjadi seorang biarawati pada tahun 1930-an. Percakapan-percakapan ini dicatat oleh Faustina di dalam buku hariannya. Buku hariannya itu pada dasarnya terdiri dari 600 halaman yang memuat tulisan Faustina tentang bagaimana dia berkata bahwa dirinya mencintai Allah, klaim-klaimnya tentang bagaimana Allah mengasihinya dan betapa hebat serta kudus dirinya itu menurut Yesus.
Menurut pembimbing rohani Faustina, pesan-pesannya itu diterima melalui
“ … penglihatan, penerangan, pencerahan, mendengar suara batin ....”[1]
Faustina juga berkata:
“Penglihatanku sungguh-sungguh bersifat batin ....”[2]
Faustina mengklaim bahwa Yesus secara khusus menginginkan orang-orang supaya mengandalkan kerahiman-Nya. Dan demi melaksanakannya, Yesus memberikan Koronka Kerahiman Ilahi dan gambar Kerahiman Ilahi kepada dunia. Faustina juga berkata bahwa Yesus menginginkan Pesta Kerahiman Ilahi dirayakan pada hari Minggu pertama setelah Paskah. Koronka Kerahiman Ilahi, gambar devosi itu serta pestanya akan kami bahas di kemudian waktu dalam video ini.
Sebelum kami membahas apa yang dikatakan Yesus menurut Faustina, berikut beberapa hal yang dikatakan Faustina tentang dirinya sendiri.
“Kadang-kadang, Yesus memberi aku pengetahuan dalam jiwaku bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini harus melayani aku: teman, lawan, keberhasilan, hambatan ... segala sesuatu, mau atau tidak, harus melayani aku.”[3]
Menurut Faustina, segala sesuatu harus melayani dirinya. Pernyataan itu sungguh tercela.
“ … pikiranku terang seperti sinar. Aku menyelami segala misteri iman dengan sangat mudah ….”[4]
“Aku tidak mau bertukar tempat bahkan dengan Serafim dalam kaitan dengan pengetahuan batin mengenai Allah yang diberikan oleh Allah sendiri kepadaku. Persatuan rohaniku dengan Allah sedemikian rupa sehingga tidak ada makhluk yang dapat memahami ....”[5]
Faustina juga membual tentang:
“kesucianku”[6]
“ … jiwaku tiba-tiba dipenuhi dengan kerinduan yang amat besar agar Kongregasi kami pun memiliki seorang santa, dan aku menangis seperti anak kecil bahwa tidak ada santa di tengah-tengah kami … Dan sekali lagi aku menangis seperti anak kecil. Maka Tuhan berkata kepadaku, ‘Jangan menangis. Engkaulah santa itu.’”[7]
Bagaimanakah Faustina tahu bahwa tidak ada santa dari antara para suster lain dalam Ordonya? Apa mungkin Yesus menampakkan diri kepada seseorang untuk berkata kepada orang itu: “Engkaulah santa itu”? Atau apakah jauh lebih mungkin bahwa itu adalah Iblis yang menyamar sebagai Yesus yang berkata seperti itu, untuk membuat orang itu gembung dengan kecongkakan?
“Memang, engkau adalah seorang santa. Tidak lama lagi Aku sendiri akan membuat hal ini nyata di dalam dirimu, dan mereka akan mengucapkan kata yang sama, seorang santa ....”[8]
Faustina di sini menulis tentang mimpi yang dialaminya. Di dalam mimpi itu, ia dilaporkan berbicara dengan St. Theresia. Kepada St. Theresia di dalam mimpinya itu, ia bertanya:
“‘Dan apakah aku akan menjadi seorang santa?’
Atas pertanyaan ini ia menjawab,
‘Ya, engkau akan menjadi seorang santa.’
‘Tetapi, o Theresia yang kecil, apakah aku akan menjadi seorang santa seperti engkau, yang diangkat ke altar?”
Dan ia menjawab, ‘Ya, engkau akan menjadi seorang santa sama seperti saya ....’”[9]
Perhatikan bagaimana Faustina tidak ingin menjadi seorang santa saja – namun juga seorang santa yang diakui di dunia ini.
“ … tidak lama sebelum kematiannya, Suster Faustina mengangkat dirinya sedikit, membuat isyarat kepada Muder supaya mendekat dan berkata kepadanya, ‘Tuhan Yesus ingin mengangkat aku dan menjadikan aku seorang santa.’”[10]
Pesan Faustina pada tanggal 8 Januari 1937:
“Yesus, berkat kuasa kerahiman-Mu yang tak terselami, aku mohon kepada-Mu agar semua orang yang akan mati pada hari ini terlepas dari api neraka, juga kalau mereka memiliki dosa-dosa berat ... Yesus mendekap aku ke hati-Nya dan berkata: Putri-Ku yang terkasih, engkau telah memahami dengan baik lubuk kerahiman-Ku. Aku akan melaksanakan apa yang engkau minta ....”[11]
Menurut pesan ini, Yesus akan menyelamatkan setiap jiwa yang mati pada hari itu. Dari antara orang-orang yang mati pada hari itu, tentunya kemungkinan besar ada orang Katolik dalam dosa berat, Protestan, Muslim, Yahudi, Buddhis, ateis dll. Namun menurut pesan ini, Yesus menegaskan bahwa Ia akan menyelamatkan mereka semua, meskipun mereka tidak berkonversi kepada iman Katolik yang satu dan sejati dan tidak berada dalam keadaan rahmat.
Paus St. Gregorius Agung, dikutip dalam Summo Iugiter Studio, 590-604:
“Gereja yang kudus dan universal mengajarkan bahwa mustahil adanya untuk menyembah Allah secara benar kecuali di dalam dirinya [Gereja] dan menyatakan bahwa semua orang yang berada di luar dirinya tidak akan diselamatkan ....”
Pesan ini sama sekali menentang ajaran Katolik dan dogma yang infalibel bahwa Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan.
Paus Leo XII, Ubi Primum (#14), 5 Mei 1824:
“Allah yang Mahabenar, yang bahwasanya adalah Kebenaran yang terluhur sendiri, sang Penyelenggara yang Mahabaik dan Mahabijak, tidak mungkin menyetujui semua sekte yang mengajarkan doktrin-doktrin sesat yang saling bertentangan dan berkontradiksi, serta menganugerahkan imbalan-imbalan abadi kepada orang-orang yang mengakui doktrin-doktrin sesat tersebut … dengan Iman Ilahi Kami percaya akan satu Tuhan, satu Iman, satu Pembaptisan … dan oleh karena itu Kami mengakui bahwa tidak terdapat keselamatan di luar Gereja.”
Faustina juga mengaku-ngaku bahwa Yesus mengatakan hal-hal berikut kepada dirinya:
“Putri-Ku, semua yang ada adalah milikmu.”[12]
“Lakukanlah apa pun yang engkau inginkan, dan selaras dengan kehendakmu, bagikanlah rahmat kepada siapa saja yang engkau kehendaki dan kapan saja engkau mau.”[13]
“Itulah sebabnya Aku turun dari takhta-Ku — untuk menikmati buah-buah belas kasihmu.”[14]
“Engkau adalah anggur manis dalam suatu tandan pilihan; Aku ingin agar orang-orang lain ikut menikmati air anggur yang mengalir di dalam dirimu.”[15]
“Engkau adalah mempelai-Ku untuk selama-lamanya; kemurnianmu hendaknya melebihi kemurnian para malaikat karena tidak satu malaikat pun Aku panggil untuk menjalin kemesraan seperti yang Aku jalin denganmu.”[16]
“Aku menyaksikan cintamu, sedemikian murni dan tulus sehingga Aku memberimu tempat pertama di antara para perawan. Engkau adalah kehormatan dan kemuliaan untuk Sengsara-Ku.”[17]
“Aku ingin supaya kerahiman ini mengalir ke seluruh dunia lewat hatimu ... Engkau mengetahui seluruh lubuk kerahiman-Ku ....”[18]
Allah ingin supaya kerahiman-Nya mengalir ke seluruh dunia lewat hati Faustina. Kedengarannya ini hati Faustina adalah suatu pengganti Hati Maria yang Tak Bernoda.
“Dan ketahuilah juga, Putri-Ku: segala makhluk, entah tahu entah tidak, dan entah mau entah tidak, selalu memenuhi kehendak-Ku ....”[19]
Segala makhluk kenyataannya tidak selalu memenuhi kehendak Allah. Seandainya memang benar, setiap orang akan selamat:
1 Tim. 2:4 – Sebab Allah menghendaki “supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1 Tim. 2:4)
Lukas 7:30 – “Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.”
“Putri-Ku, kalau engkau mau, seketika ini juga Aku akan menciptakan suatu dunia yang baru, yang lebih indah daripada dunia ini, dan engkau akan hidup di sana selama sisa hidupmu.”[20]
“Tidak dengan satu jiwa pun Aku menyatukan diri begitu erat seperti dengan jiwamu ....”[21]
“Itulah sebabnya Aku menyatukan diri-Ku dengan engkau sedemikian mesra seperti belum pernah terjadi dengan makhluk lain mana pun.”[22]
Padre Pio sudah ditahbiskan selama 25 tahun pada waktu pesan ini. Suster ini bersatu dengan Allah lebih mesra daripada Allah dengan Padre Pio? Saya tidak percaya. Dan juga, mengapakah Tuhan kita perlu memberi tahu seseorang bahwa orang itu memiliki hubungan yang lebih mesra dengan diri-Nya daripada semua orang lain di dunia?
“Katakan kepada Muder Superior agar ia mengandalkan engkau sebagai putri yang paling setia dalam Kongregasi.”[23]
Mengapa Superiornya perlu diberi tahu bahwa Faustina adalah orang yang paling setia? Tuhan kita tentunya dapat memberitahukan hal itu kepada Superior Faustina, seandainya Ia ingin Superiornya tahu akan hal itu. Dan Faustina juga dapat membuktikan bahwa dirinya adalah yang paling setia melalui perbuatan-perbuatannya.
“Aku mendengar kata-kata ini: Kalau engkau tidak mengikat tangan-Ku, Aku pasti sudah menurunkan banyak hukuman ke atas bumi. Putri-Ku, pandangan matamu meredakan murka-Ku. Meskipun mulutmu membisu, engkau memanggil Aku dengan sedemikian kuatnya sehingga seluruh surga terharu. Aku tidak dapat menghindar dari permintaan-permintaanmu ....”[24]
“ … setiap kerinduanmu bergema di dalam Hati-Ku. Tatapan mata-Ku yang berseri-seri terpaku padamu sebelum Aku menatap ciptaan yang lain.”[25]
“Demi engkau, Aku akan menghentikan tangan yang siap menghukum; demi engkau Aku memberkati bumi.”[26]
“ … Aku melihat cintamu sedemikian murni, lebih murni daripada cinta para malaikat … Demi engkau Aku memberkati dunia.”[27]
“Demi engkau, aku memberkati seluruh negeri.”[28]
Tidak lama setelah pesan-pesan ini datang, Perang Dunia II bermula dan Polandia diinvasi. Maka Tuhan tidak memberkati dunia, namun menghukum Polandia dan dunia, seperti yang diprediksikan di Fatima, oleh karena dosa-dosa manusia dan oleh karena kegagalan para Paus pada waktu itu untuk melakukan konsekrasi Rusia kepada Hati Maria yang Tak Bernoda.
“Semakin besar dosa seseorang, semakin besar pula haknya atas kerahiman-Ku … Ia yang berharap pada kerahiman-Ku tidak akan binasa ....”[29]
Faustina mengulangi pesan ini beberapa kali dalam Buku Harian-nya.
“Semakin berat kejahatan pendosa, semakin besar haknya untuk mendapatkan kerahiman Allah.”[30]
“Dan janganlah takut akan suatu pun, hai jiwa terkasih, siapa pun juga engkau; semakin besar dosa seseorang, semakin besar haknya untuk mendapatkan kerahiman Tuhan.”[31]
“Pada saat aku berlutut untuk menyalibkan kehendakku sendiri, seperti telah diminta Tuhan untuk kulakukan, aku mendengar suara ini di dalam jiwaku: ‘Mulai hari ini, jangan takut akan penghakiman Allah sebab engkau tidak akan dihakimi.’”[32]
Menurut pesan ini, Faustina tidak perlu takut akan penghakiman Allah. Tetapi Alkitab berkata bahwa setiap orang akan dihakimi.
Ibrani 9:27 - “ … manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi ....”
“Jiwa-jiwa yang menyebarkan penghormatan kepada kerahiman Ilahi akan Kulindungi seumur hidupnya seperti seorang ibu yang penuh kasih sayang melindungi bayinya; dan pada saat kematiannya, Aku tidak akan tampil sebagai seorang Hakim bagi mereka, tetapi sebagai Juru Selamat yang maharahim ... Berbahagialah jiwa yang sepanjang masa hidupnya membenamkan diri dalam Sumber Kerahiman sebab ia tidak akan dihadapkan pada pengadilan.”[33]
Faustina juga menyebutkan bahwa dia membaptis seorang wanita Yahudi (yang tidak mengungkapkan keinginan untuk dibaptis) ketika wanita itu hilang kesadarannya dan meninggal. Faustina mengklaim dirinya melihat jiwa wanita itu naik menuju Surga. Pernyataannya ini sesat, sebab kalau seseorang membaptis orang Yahudi dewasa yang tidak sadarkan diri dan orang itu tidak ingin dibaptis, maka apa yang disebut-sebut “pembaptisan”-nya itu tidak valid. Orang di atas usia akal harus ingin dibaptis supaya pembaptisannya valid.
Faustina berkata pada kesempatan lain:
“Sebuah Hosti keluar dari tabernakel dan hinggap di tanganku dan aku, dengan penuh sukacita, mengembalikannya ke dalam tabernakel.
Kejadian itu terulang untuk kedua kalinya, dan aku melakukan hal yang sama. Kendati hal itu, terjadi lagi untuk ketiga kalinya ....”[34]
“Tetapi, sementara aku memegang Hosti itu di tanganku, aku merasakan kekuatan cinta yang sedemikian besar sampai-sampai sepanjang hari itu aku tidak dapat makan dan tidak dapat menjadi sadar kembali.
Aku mendengar suara ini dari Hosti itu, ‘Aku ingin beristirahat di dalam tanganmu, bukan hanya di dalam hatimu.’”[35]
Hosti itu berulang kali terbang ke tangan Faustina, dan menurut Faustina Tuhan kita berkata bahwa Ia ingin beristirahat dalam tangannya. Inikah cara Iblis membuat Komuni di tangan diterima sebelum bermulanya agama Vatikan II yang mempromosikan praktik jahat ini? Tangan imam juga dikonsekrasikan untuk memegang Ekaristi.
Kita di sini melihat suatu hal yang menarik, ketika promotor devosi Kerahiman Ilahi yang mungkin paling tenar di dunia, “Romo” Chris Alar, dengan benar menunjukkan beberapa masalah yang ada pada “Komuni” di tangan.
[“Romo” Alar:] “Tahukah anda, sama sekali tidak ada bukti seorang Paus pun dari awal sejarah mengizinkan Komuni Kudus di tangan! Nabi Yehezkiel (bab 2, ayat 8), kita membaca: ‘Bukalah mulutmu dan makanlah apa yang akan Kuberikan kepadamu.’ Memangnya siapa yang sedang berbicara? Allah. Bagaimana dalam kitab Mazmur? Mazmur 80: ‘Bukalah mulutmu lebar-lebar dan Aku akan memenuhinya.’ Aku akan memenuhinya, bukan anda!
St. Thomas Aquinas berkata, ia merujuk kepada praktik menyambut Komuni Kudus hanya di lidah saja! Tegasnya, perihal menyentuh Tubuh Tuhan hanya layak bagi imam yang ditahbiskan! Demikianlah perkataannya dari Summa Theologiae, Bagian III, 82. Baiklah, ‘atas dasar penghormatan kepada Sakramen ini, tiada sesuatu pun yang menyentuhnya selain apa yang terkonsekrasi ....’ Hanya yang terkonsekrasi yang menyentuhnya. “ … oleh sebab itulah korporal dan piala dikonsekrasikan ....”
Anda pernah bertanya-tanya, mengapa ketika anda pergi menghadiri suatu Penahbisan, mereka mengonsekrasikan pialanya? Anda pernah bertanya-tanya tentang hal itu? Mengapa ampulnya tidak mereka konsekrasikan? Mengapa pialanya mereka konsekrasikan? Karena piala menyentuh Tuhan kita. Maka dari itulah pialanya dikonsekrasikan. Dan dia berkata demikian: “ … oleh sebab itulah korporal dan piala dikonsekrasikan, begitu pula tangan imam, karena menyentuh Sakramen ini. Oleh karena itulah orang lain sama sekali tidak diizinkan menyentuhnya kecuali jika diperlukan, contohnya, seandainya Sakramen itu jatuh ke tanah, atau dalam suatu kasus urjensi lainnya.”
Perkaranya untuk “imam” ini adalah Faustina mengklaim Yesus ingin beristirahat di dalam tangannya, yang menentang pernyataan “imam” itu.
“ … aku melihat Kanak-kanak Yesus pada altar, yang penuh dengan sukacita dan wajah berseri mengulurkan tangan kepadanya. Tetapi, sesaat kemudian imam mengambil Anak yang mungil itu dengan tangannya, mematah-matahkan-Nya dan memakan-Nya hidup-hidup. Mula-mula aku merasa tidak senang dengan imam itu karena telah melakukan hal itu terhadap Yesus, tetapi aku langsung mendapat penerangan mengenai hal ini dan aku memahami bahwa imam ini sangat menyenangkan hati Allah.”[36]
Beberapa imam pengakuan dosa Faustina dan banyak dari para suster di komunitasnya, mempertanyakan apakah Yesus sungguh berbicara kepada Faustina.
“Imam yang mendengarkan pengakuan dosaku waktu itu mengatakan bahwa sering kali orang mengalami ilusi-ilusi, dan aku merasa bahwa ia agak takut mendengarkan pengakuanku.”[37]
“Aku cemas mengenai kamu, Suster; jangan-jangan ini hanya suatu khayalan!”[38]
“ … ‘aku tak bisa mengenali kuasa apa yang bekerja dalam dirimu, Suster; mungkin Allah atau mungkin roh jahat,’ hanya semakin memperbesar keraguan yang kembali muncul dan begitu menggelisahkan dirinya.”[39]
“’Suster, ini adalah suatu ilusi*. Tuhan Yesus tidak dapat meminta hal seperti ini. Engkau telah mengikrarkan kaul kekal. Semua ini adalah khayalan.
Engkau sedang menciptakan** sejenis bidah!”
Dan, ia berteriak kepadaku, hampir dengan sekuat suaranya.
Aku bertanya kepadanya, benarkah semua ini hanya sebuah khayalan, dan ia berkata, ‘Ya, semuanya!’ ‘Jadi, katakan kepadaku langkah apa yang harus kuambil.’
‘Baik, Suster, engkau tidak boleh menuruti bisikan apa pun. Engkau harus membuang semua ini dari pikiranmu.
Engkau tidak usah memperhatikan apa yang engkau dengar dalam jiwamu dan cobalah melaksanakan tugas-tugas lahiriah dengan baik.
Jangan lagi memikirkan hal-hal ini dan jauhkanlah sama sekali dari pikiranmu.’”[40]
Faustina lalu berkata:
“Aku tidak tahu mengapa Pastor Bukowski menjadi begitu keras.”[41]
Salah seorang Muder memberi tahu Faustina bahwa ia hanya memperdayai dirinya sendiri, sehingga percaya bahwa Yesus sedang memberi pesan-pesan kepadanya. Faustina kemudian bertanya:
“Yesus, apakah Engkau bukan hanya suatu khayalan?”[42]
“Dan lebih dari satu kali aku berkata langsung kepada Tuhan, ‘Yesus aku takut akan Dikau; jangan-jangan Engkau semacam hantu!’ Yesus selalu meyakinkan aku, tetapi aku masih terus ragu-ragu.”[43]
“Suatu hari, dalam keadaan letih karena semua ketidakpastian itu, aku bertanya kepada Yesus: Yesus, benarkah Engkau ini Allahku atau salah satu jenis hantu? Sebab para Muder Superiorku berkata bahwa semua itu hanya ilusi dan khayalan.”[44]
“ … pikiran-pikiran ini mulai menggangguku: Tidak mungkinkah semua yang aku katakan mengenai kerahiman agung Allah itu hanyalah suatu kebohongan atau suatu khayalan …?”[45]
“ … para superiorku tidak mempercayai aku dan memperlakukan aku dengan rasa kasihan seolah-olah aku hidup dalam ilusi ataupun berkhayal.[46]
Karena hal ini, yakni karena takut diriku diperdayakan, aku memutuskan untuk menghindari Allah secara batin karena takut berkhayal.”[47]
Tidak lama kemudian, Faustina mengklaim bahwa Tuhan kembali berbicara kepada dirinya.
“ … aku tidak yakin apakah ini hanya suatu mimpi atau kenyataan.”[48]
“Pada beberapa kesempatan aku telah lari dari Allah karena aku tidak ingin menjadi korban roh jahat; karena orang-orang lain telah berkata kepadaku, lebih dari satu kali, bahwa begitulah halnya. Dan ketidakpastian ini berlangsung agak lama.”[49]
“ … aku merasa terdorong oleh suatu kuasa supaya aku mengusahakan Pesta Kerahiman dan supaya gambar Yesus yang maharahim dilukis. Hatiku sangat gelisah.
Sesuatu sedang bergejolak dalam diriku, tetapi aku takut diperdayakan.”[50]
“Selama waktu yang panjang, aku dipandang sebagai seorang yang dikuasai roh jahat; orang memandang aku dengan rasa kasihan, dan superior mengambil sejumlah tindakan yang amat hati-hati terhadap diriku. Suatu ketika aku mendengar bahwa para suster juga memandang aku seperti itu.”[51]
“Tetapi, ketika Tuhan meminta agar aku melukis gambar itu, mereka mulai berbicara secara terbuka mengenai aku dan memandang aku sebagai seorang yang histeris dan suka berkhayal, dan desas-desus pun mulai menyebar lebih luas.”[52]
“ … mereka terus-menerus berusaha meyakinkan aku bahwa semua itu adalah khayalan.”[53]
“ … di mana-mana aku diawasi ibarat seorang pencuri: di kapel; di saat aku sedang melaksanakan tugas-tugasku; di kamarku.”[54]
“ … sering kudengar dikatakan orang bahwa aku ini sombong ....”[55]
“ … histeris dan pelihat, keluarlah dari kamarku ....”[56]
“Segala macam hujat dan kutuk terus mengiang di telingaku.”[57]
“ … sepanjang misa kudus, aku berjuang melawan pikiran-pikiran menghujat yang memaksakan diri kepada bibirku.
Aku merasa sangat tidak senang dengan sakramen-sakramen kudus, dan tampak padaku bahwa aku tidak memetik manfaat sedikit pun dari semua itu. Hanya karena ketaatan kepada bapak pengakuan, aku melaksanakannya ....”[58]
Faustina berkata “pikiran-pikiran menghujat yang memaksakan diri kepada bibirku.” Apakah ini berarti dia benar-benar menghujat dengan suara kencang?
Biografi resmi Faustina menyebutkan bahwa ia mengaku melihat hal-hal aneh ketika masih kanak-kanak:
“Sewaktu pada suatu saat, ia memberi tahu orang tuanya bahwa ia sering melihat cahaya-cahaya aneh yang cemerlang … ia tak dapat berhenti memikirkan cahaya-cahaya itu.”[59]
Biografi itu berkata bahwa sebelum Faustina masuk biara:
“Ia tidak bisa tidur akibat suatu terang yang aneh, yang membuatnya tetap terjaga.”[60]
2 Korintus 11:14 berkata bahwa Setan menyamar sebagai malaikat terang untuk menipu umat manusia.
2 Kor. 11:14 - “ … Setan sendiri menyamar sebagai malaikat terang.”
Faustina mengklaim bahwa Yesus memberikannya Koronka Kerahiman Ilahi.
“Koronka Kerahiman Ilahi. Koronka ini didiktekan kepada Suster Faustina oleh Tuhan Yesus sendiri ....”[61]
Faustina berkata bahwa Yesus memberi tahu dirinya supaya memanjatkan doa-doa Kerahiman Ilahi pada manik-manik Rosario.
“Putri-Ku, semangatilah jiwa-jiwa untuk mendaras Koronka yang telah Kuberikan kepadamu. Dengan senang hati, Aku akan memberikan semua yang mereka minta kepada-Ku lewat pendarasan Koronka.”[62]
“Tulislah bahwa kalau mereka mendaras Koronka di dekat orang yang menghadapi ajal, Aku akan berdiri di antara Bapa-Ku dan orang yang menghadapi ajal itu, bukan sebagai Hakim yang adil tetapi sebagai Juru Selamat yang maharahim.”[63]
“Pada jam kematiannya, setiap orang yang mendaras Koronka akan Aku bela seperti kemuliaan-Ku sendiri; atau kalau ada orang lain yang mendaras Koronka bagi orang yang sedang menghadapi ajal, dia ini akan mendapatkan indulgensi yang sama.
Kalau Koronka ini didaras di dekat pembaringan orang yang sedang menghadapi ajal, murka Allah akan dipadamkan dan kerahiman yang tak terselami akan meliputi jiwanya ....”[64]
Beberapa orang menyatakan bahwa devosi Kerahiman Ilahi memerlukan pertobatan supaya orang bisa diampuni. Namun mereka mengabaikan fakta bahwa menurut pesan ini, anda cukup mendaraskan Koronka Kerahiman Ilahi untuk orang yang sekarat supaya orang itu dapat menerima ampun dari Allah.
“Pada jam kematiannya, setiap orang yang mendaras Koronka akan Aku bela seperti kemuliaan-Ku sendiri; atau kalau ada orang lain yang mendaras Koronka bagi orang yang sedang menghadapi ajal, dia ini akan mendapatkan indulgensi yang sama.”[65]
Pesan itu bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik.
Paus Eugenius IV, Konsili Florence, Syahadat Atanasius, Sesi 8, 1439:
“Barang siapa hendak diselamatkan harus di atas segala hal menganut iman Katolik. Jikalau seseorang tidak menjaga iman ini utuh dan murni, tidak diragukan bahwa ia akan binasa selamanya.”
Terbukti dari fakta, bahwa devosi Kerahiman Ilahi jelas mengajarkan keselamatan yang terjamin bagi orang yang mendaraskan Koronka Kerahiman Ilahi, atau bagi orang mana saja yang sekarat yang didaraskan Koronka tersebut. Devosi itu mendorong orang untuk melakukan dosa kegegabahan.
Faustina berkata pula bahwa Yesus secara khusus menginginkan Koronka didaraskan pada manik-manik Rosario. Menarik, kan? Apakah ini muslihat Iblis untuk membuat orang berhenti berdoa Rosario, dengan cara mengganti doa-doa Rosario dengan doa-doa yang lain.
[“Romo” Mike Schmitz:] “Jadi saya baru-baru ini ditanya seseorang yang berkata, ‘OK, saya punya dilema. Ini dilema saya: saya berdoa Rosario dan saya berdoa Koronka. Namun saya tak punya waktu untuk berdoa keduanya.’”
“Daraskanlah tanpa henti Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu … Hendaklah para imam menganjurkan doa ini kepada para pendosa sebagai harapan terakhir untuk beroleh keselamatan.”[66]
Kalau anda diberi tahu supaya mendaraskan Koronka tanpa henti, artinya anda tidak akan punya waktu berdoa Rosario. Hal ini menarik, karena Padre Pio berkata:
“Setiap kalinya kalian punya waktu luang, segera setelah kalian menuntaskan kewajiban dari jalan hidup kalian, hendaknya kalian berlutut dan berdoa Rosario.”
Nasihatnya ini sama sekali menentang perkataan yang dianggap-anggap diberikan Yesus kepada Faustina.
Padre Pio terus-menerus berdoa Rosario dan menyebutnya sebagai “senjata”. Rosario seharusnya menjadi doa utama yang orang daraskan.
Ketika Bunda Maria menampakkan diri di Fatima, salah satu pesan utamanya adalah mendesak orang supaya berdoa Rosario setiap hari. Bunda Maria juga berkata bahwa kalau manusia tidak berhenti menghina Allah, dunia akan dihukum.
Bunda Maria dari Fatima, Pesan tanggal 13 Juli 1917:
“Perang akan berakhir. Namun, jika mereka tidak berhenti menghina Allah, akan bermula sebuah perang lain yang lebih buruk [Perang Dunia II] di bawah masa pemerintahan Pius XI. Ketika kalian melihat suatu malam yang diterangi oleh sebuah cahaya yang tak dikenal, ketahuilah bahwa cahaya itu adalah pertanda besar yang diberikan oleh Allah kepada kalian bahwa Ia akan menghukum dunia atas kejahatan-kejahatannya, melalui perang, kelaparan, dan penganiayaan terhadap Gereja ....”
Pesan-pesan Fatima jauh berbeda daripada pesan-pesan yang diklaim oleh Faustina didapatkannya dari Yesus.
“Umat manusia tidak akan menikmati damai sebelum berpaling dengan penuh kepercayaan kepada kerahiman-Ku.”[67]
Namun ketika Bunda Maria menampakkan diri di Fatima, ia berulang kali memberi tahu agar berdoa Rosario setiap hari untuk memperoleh damai.
Bunda Maria dari Fatima
Pesan tanggal 13 Mei 1917:
“Berdoalah Rosario setiap harinya untuk memperoleh damai bagi dunia dan akhir dari perang.”Pesan tanggal 13 Juni 1917:
“Aku ingin agar kalian … berdoa Rosario setiap harinya ....”Pesan tanggal 13 Juli 1917:
“Aku ingin kalian terus mendaraskan Rosario setiap harinya dalam penghormatan kepada Santa Perawan Maria Ratu Rosario, untuk memperoleh damai bagi dunia … Ketika kalian mendaraskan Rosario ....”Pesan tanggal 13 Agustus 1917:
“Aku ingin agar kalian … terus berdoa Rosario setiap hari ....”Pesan tanggal 13 September 1917:
“Teruslah berdoa Rosario untuk memperoleh akhir dari perang ....”Pesan tanggal 13 Oktober 1917:
“Akulah Ratu Rosario. Teruslah berdoa Rosario setiap harinya.”
Maka Bunda Maria berkata agar orang berdoa Rosario setiap harinya demi perdamaian. Tetapi Faustina justru berkata bahwa menurut Yesus, damai hanya akan datang kalau orang berpaling “dengan penuh kepercayaan kepada kerahiman-Ku”.
“Umat manusia tidak akan menikmati damai sebelum berpaling dengan penuh kepercayaan kepada kerahiman-Ku.”
Kita tahu bahwa Fatima benar. Sedangkan pesan “Kerahiman Ilahi” memuat banyak masalah. Pesan “Kerahiman Ilahi” hanya baru disetujui oleh Sekte Vatikan II yang sesat, yang bukan Gereja Katolik.
Hal yang menarik, Gereja Katolik mengakui Fatima secara resmi sebagai penampakan yang patut dipercayai, pada tanggal 13 Oktober 1930. Hanya beberapa bulan kemudian:
“Pada bulan Februari 1931, di kota Płock, Faustina Kowalska mendapatkan penglihatan Yesus yang menugaskannya untuk menyebarkan devosi kepada Kerahiman Ilahi-Nya.”[68]
Devosi “Kerahiman Ilahi” menitikberatkan kerahiman, walaupun masalah utamanya pada waktu itu adalah manusia tidak takut akan Allah dan terus menghina-Nya, sama seperti pada hari ini. Orang-orang perlu mendengar tentang keadilan Allah. Mereka perlu mendengar bahwa kalau mereka terus menghina Allah dan tidak berubah, mereka pada akhirnya akan masuk Neraka. Itulah sebabnya Bunda Maria memperlihatkan anak-anak di Fatima, sebuah penglihatan Neraka.
Di dalam Alkitab, Yesus berulang kali memperingatkan orang tentang Neraka, dan berkata bahwa hanya sedikit orang yang masuk Surga.
Lukas 13:27-28 - “ … Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi ....”
Matius 7:13-14 – “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
Kitab Suci juga berkata bahwa kerahiman Allah diberikan kepada mereka yang takut akan Dia. Berikut beberapa contohnya:
Mazmur 103:17 - “Tetapi kerahiman Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia ....”
Mazmur 103:11 - “ … Ia telah menguatkan kerahiman-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia.”
Lukas 1:50 - “Dan kerahiman-Nya turun-temurun atas yang orang-orang takut akan Dia.”
Kerahiman Ilahi tampak sebagai sebuah devosi palsu, yang tujuannya membuat orang percaya bahwa mereka akan tetap menerima kerahiman Allah dan masuk Surga, meskipun mereka tetap berada dalam dosa-dosa mereka. Kesan itulah, yang tentunya timbul dari perkataan Faustina dan dalam pesan-pesan yang menurutnya diterimanya. Pesan itu menyebabkan orang merasa tidak perlu takut akan Allah atau khawatir bahwa mereka pada akhirnya akan masuk Neraka.
Faustina berkata bahwa Yesus ingin supaya Pesta Kerahiman Ilahi dirayakan.
“Pesta Kerahiman … Aku ingin supaya pesta itu dirayakan secara meriah pada hari Minggu pertama sesudah Paskah ....”[69]
“Aku memberi harapan terakhir untuk selamat, yakni Pesta Kerahiman-Ku.”[70]
Tetapi Suster Lucia yang berbicara kepada Bunda Maria, pada penampakan-penampakannya di Fatima, berkata demikian pada tahun 1957:
Suster Lucia dari Fatima, Wawancara dengan Romo Fuentes, 26 Desember 1957:
“ … ia [Bunda Maria] berkata kepada saudara-saudara sepupu saya dan kepada saya sendiri bahwa Allah sedang memberikan dua obat terakhir kepada dunia. Kedua obat ini adalah Rosario Suci dan Devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Keduanya ini adalah kedua obat yang terakhir, yang berarti bahwa tidak akan ada obat yang lain.”
Yohanes Paulus II-lah yang secara resmi menetapkan Minggu Kerahiman Ilahi supaya dirayakan dalam Gereja Vatikan II pada Minggu setelah Paskah. Orang Katolik tahu bahwa Minggu Paskah merupakan hari suci terpenting setiap tahunnya, sebab hari itu merupakan hari Kebangkitan Kristus. Santo Paulus berkata:
1 Kor. 15:14 - “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.”
Namun para pendukung Kerahiman Ilahi tidak memandang Paskah sebagai hari terpenting setiap tahunnya. Mereka memandang Minggu setelah Paskah, sebagai hari yang terpenting setiap tahunnya. Sebabnya ini adalah Faustina mengklaim bahwa Yesus memberitahukannya supaya mendedikasikan Pesta Kerahiman Ilahi pada hari Minggu setelah Paskah. Menurut Faustina, ketika Yesus berbicara tentang orang-orang yang menghadiri Misa Minggu Kerahiman Ilahi, Ia berkata bahwa “jiwa yang akan pergi ke Pengakuan Dosa dan menerima Komuni Kudus akan memperoleh pengampunan penuh atas dosa-dosa dan hukumannya.”
Para promotor Minggu Kerahiman Ilahi juga mengajarkan bahwa orang-orang non-Katolik bisa tetap menjadi non-Katolik dan tetap memperoleh pengampunan atas semua dosa mereka melalui Minggu Kerahiman Ilahi.
[“Romo” Alar:] “Inilah rahmat Minggu Kerahiman Ilahi yang indah itu: siapa pun dapat memperolehnya. Sebab siapa saja dapat merangkak keluar dari kubangan, pergi ke Pengakuan Dosa, menerima Komuni Kudus dan menerima rahmat ini.
‘Kalau orang-orang non-Katolik, bagaimana Romo, bagaimana dengan orang-orang non-Katolik?’ Saya kira itu salah satu pertanyaan anda. Ya! Kalau anda sungguh-sungguh berkata, ‘Tuhan, aku mohon maaf. Ampunilah aku. Ampunilah dosa-dosaku. Kasihanilah aku. Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup, kasihanilah aku, pendosa yang malang ini. Ampunilah aku.’ Itu seperti Pengakuan Dosa anda.
Dan lalu bagi orang-orang non-Katolik: Datanglah, mintalah kepada Allah supaya Dia datang ke dalam hati anda. Mintalah kepada Yesus supaya Dia datang ke dalam hati anda. Bersatu dengan anda. Datang ke dalam hati anda. Bersemayam di hati anda. Memberi anda rahmat itu. Itu seperti Komuni Batin. Dan anda pula bisa menerima rahmat itu.”
Pernyataannya itu sungguh-sungguh bidah. Gereja Katolik mengajarkan secara infalibel bahwa di luar Gereja Katolik sama sekali tidak ada pengampunan dosa.
Paus Inosensius III, Eius Exemplo, 18 Desember 1208:
“Dari hati kami percaya dan dari mulut kami mengakui Gereja yang satu, yang tidak terdiri dari para bidah, melainkan Gereja Roma yang Kudus, Katolik dan Apostolik di luar mana kami percaya bahwa tidak seorang pun diselamatkan.”Paus Bonifasius VIII, Unam Sanctam, 18 November 1302:
“ … Gereja ini di luar mana tidak terdapat keselamatan ataupun pengampunan dosa.”
Antara tahun 1673 dan 1675, Yesus menampakkan diri kepada St. Margareta Maria di Prancis. Yesus memerintahkan kepada Santa Margareta Maria supaya membuat silih bagi Hati Kudus-Nya atas dosa-dosa manusia. Tuhan kita mengeluhkan ketidakhormatan, penistaan, ketidakacuhan dan pelecehan yang dilakukan umat manusia kepada Komuni Kudus. Tuhan kita berjanji bahwa cinta kasih-Nya akan tercurah berlimpah-limpah kepada orang yang membuat silih atas penghinaan yang dilakukan terhadap diri-Nya.
Pesan-pesan yang diberi Yesus kepada St. Margareta Maria cukup adanya untuk menjelaskan kerahiman Yesus. Mengapakah umat manusia perlu devosi yang lain tentang kerahiman Allah? Devosi semacam itu bisa mengalihkan perhatian dari penampakan-penampakan kepada St. Margareta Maria yang sudah disetujui Gereja, atau menjadi penggantinya.
Di samping itu, kami juga telah menyebutkan sebelumnya bahwa Yesus memberi peringatan yang sangat serius dalam Kitab Suci tentang percaya akan peristiwa yang disangka-sangka penampakan diri-Nya. Yesus berkata: “janganlah kamu percaya.”
Matius 24:26 - “Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya.”
Sungguh menarik ketika kita melihat bahwa Alkitab menggunakan kata bilik, yaitu ruangan kecil yang bersekat,[71] sebab biara di mana Faustina mengklaim menerima pesan-pesannya terbagi menjadi kamar-kamar yang terpisah atau istilahnya bersekat.
KBBI: bilik (n) “ruangan kecil yang bersekat; kamar”
“Setiap suster akan memiliki satu kamar yang terpisah.”[72]
Yesus juga memberikan peringatan yang lain:
Matius 24:25-26 - “Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.”
Maka jika orang memeluk bidah atau kepercayaan-kepercayaan serta praktik-praktik keagamaan yang sesat dan binasa jiwanya, karena ia mengikuti penampakan palsu, orang itu tidak akan bisa berdalih pada Hari Pengadilan.
Devosi “Kerahiman Ilahi” tidak pernah disetujui oleh Gereja Katolik. Mengingat kenyataan itu serta banyak pernyataan yang bermasalah di dalam pesan-pesannya, devosi ini harus dihindari. Alih-alih mendaraskan devosi “Kerahiman Ilahi”, anda hendaknya menggunakan waktu itu untuk mendaraskan Rosario. Kami menganjurkan orang, kalau mereka dapat melakukannya, supaya berdoa sekurang-kurangnya 15 dekade Rosario setiap hari dan agar mereka sering berdoa Salam Maria.
Faustina mengklaim bahwa Yesus ingin gambar Kerahiman Ilahi-Nya dihormati.
“Aku ingin supaya gambar itu dihormati mula-mula di kapelmu, dan [kemudian] di seluruh dunia. Aku berjanji bahwa jiwa yang menghormati gambar itu tidak akan binasa.”[73]
Pesannya ini menyiratkan bahwa kalau seseorang menghormati gambar itu, ia tidak akan masuk Neraka, tidak peduli apa yang dilakukannya.
Menarik pula, gambar Kerahiman Ilahi tidak menunjukkan luka-luka Tuhan kita pada tangan, kaki dan sisi badan-Nya. Gambar itu juga tidak menunjukkan Hati Tuhan kita.
“Tidak lama setelah Tuhan memerintahkan supaya Suster Faustina melukis gambar-Nya, para suster mulai secara terbuka memandangnya sebagai orang histeris dan pelihat.
Desas-desusnya pun semakin bergaung kencang … Ia terpaksa mendengar hal-hal semacam itu setiap harinya ....”[74]
“ … ia [Faustina] pun belum menemukan orang yang cukup percaya diri sehingga dapat memberinya kepastian yang hendak didengarnya, ‘Tenanglah, engkau berada dalam jalan yang benar,’ atau, ‘Semuanya ini harus kautolak, karena asalnya bukan dari Allah’ ...
Prahara kecurigaan yang dahsyat kembali melanda. Para suster sekarang menerima kecurigaan-kecurigaan yang lalu sebagai fakta-fakta yang benar, dan ia terpaksa mendengarkan kembali tuduhan-tuduhan itu ....”[75]
“Karena ia tidak ingin mengalami kemungkinan termangsa oleh khayalan, Suster Faustina terkadang mencoba mengalihkan perhatian dirinya sendiri dari ilham-ilham batiniah ....”[76]
Para promotor devosi Kerahiman Ilahi mengakui bahwa “pada tahun 1959, Roma melarang diedarkannya gambar dan karya tulis yang menyebarkan atau mempromosikan Kerahiman Ilahi.”
[“Fr.” Alar:] “Maka, ya, memang benar bahwa pada tahun 1959, Roma melarang diedarkannya gambar dan karya tulis yang menyebarkan atau mempromosikan Kerahiman Ilahi.”
Sebab dari larangan ini adalah:
“ … keraguan-keraguan teologis yang memberatkan beserta apa yang dirasakan para pengevaluasi Vatikan sebagai fokus yang berlebihan kepada diri Faustina sendiri.”
Namun larangan atas devosi Kerahiman Ilahi “dibatalkan” pada tahun 1978, dan sebab utama dari “pembatalan” ini adalah Yohanes Paulus II.
Ada tertulis di dalam biografi resmi Faustina:
“Orang yang terutama bertanggung jawab atas pembatalan larangan itu adalah Kardinal Karol Wojtyła ....”[77]
[Helen Hayes/Aktris:] “Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku. Pada tahun 1958, semuanya ini dilarang oleh Vatikan. Kardinal Wojtyła: pada tahun 1978, jerih payahnya pun membuahkan hasil. Larangan itu diangkat, dan pesan Kerahiman Ilahi mulai menyebar dengan semangat yang besarnya bahkan melampaui yang sebelumnya. Enam bulan kemudian, Bapak Kardinal itu menjadi Paus … Sejak awal pelayanannya di Roma, Paus Yohanes Paulus II telah menganggap pesan ini sebagai tugas miliknya yang istimewa.
Orang dalam Vatikan yang bernama John Allen, Jr. berbicara tentang Buku Harian Faustina dan devosi Kerahiman Ilahi dengan berkata demikian:
“Seorang Santa kendati keraguan-keraguan Vatikan
… karya tulis itu mungkin akan terbuang pada tumpukan abu sejarah, seandainya tidak ada campur tangan dari Karol Wojtyła, yang kemudian hari menjadi Paus Yohanes Paulus II.
Pada tahun 1959, Kementerian Suci … mengeluarkan perintah penghentian usaha untuk buku harian Faustina dan devosi kepada Kerahiman Ilahi, suatu larangan yang berlaku selama hampir 20 tahun, sampai pada tahun 1978. Wojtyła sejak lama telah berupaya untuk membatalkan putusan ini, dan telah memprakarsai proses beatifikasi Faustina pada tahun 1965 ketika ia menjabat sebagai Uskup Agung Kraków. …
Devosi itu pun dengan amat segera dicanangkan kuat-kuat oleh Yohanes Paulus II. Surat ensiklik keduanya pada tahun 1980-an, Dives in Misericordia (Kaya akan Kerahiman), terilhami oleh Faustina. Ia membeatifikasikan Faustina pada tahun 1993, dan menganonisasikannya di bulan April 2000 sebagai orang kudus pertama dari milenium Kristiani yang ketiga … Ia menetapkan Gereja Roh Kudus di Roma sebagai kantor pusat gerakan Kerahiman Ilahi pada tahun 1994 ....”
Setelah Yohanes Paulus II “menganonisasikan” Faustina, ia berkata: “Ini adalah hari yang terbahagia di sepanjang hidup saya.”
Yohanes Paulus II juga berkata:
“Pesan Kerahiman Ilahi telah selalu dekat dengan diri saya dan saya sayangi … yang saya bawa bersama diri saya sampai ke Takhta Petrus, dan yang dalam suatu makna tertentu membentuk citra Kepausan ini.”
Faustina menulis dalam Buku Hariannya bahwa Yesus berkata demikian:
“Polandia … Dari negeri ini, akan muncul percik api yang akan mempersiapkan dunia untuk menyambut kedatangan-Ku yang terakhir.”[78]
Paus St. Yohanes Paulus II: Percik Api dari Polandia
Menurut para pengikut “Kerahiman Ilahi”, “pemilihan” Karol Wojtyła dari Polandia sebagai “Paus” Yohanes Paulus II dan keterlibatannya yang menjadi kunci rehabilitasi serta promosi agresif “Kerahiman Ilahi”, jelas menggenapi “nubuat” Yesus ini.
Yohanes Paulus II juga kebetulan “dibeatifikasikan” oleh Benediktus XVI pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, di tanggal 1 Mei 2011 dan ia “dikanonisasikan” oleh Fransiskus pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, di tanggal 27 April 2014.
Seperti yang kami dokumentasikan dalam video-video serta situs internet kami, vatikankatolik.id, Yohanes Paulus II adalah seorang bidah yang menyangkal banyak ajaran Katolik.
Berikut beberapa ajaran Yohanes Paulus II: semua orang selamat; agama-agama sesat adalah sarana keselamatan; Roh Kudus bertanggung jawab atas penciptaan agama-agama non-Kristiani, serta masih banyak ajaran lainnya. Yohanes Paulus II adalah seorang Anti-Paus pemurtad. Ia adalah percik api Iblis yang muncul sebelum Kedatangan Terakhir Yesus Kristus – dan ia muncul untuk menyesatkan dunia, dan membuat dunia memeluk agama baru beserta sakramen-sakramen palsu.
Sekte Vatikan II bukanlah Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang telah dinubuatkan, seperti yang dijelaskan dalam materi kami.
Wahyu 17:4-5 - “Dan wanita itu didandani dengan kain ungu dan kain merah padam dan dihiasi dengan emas dan batu permata dan mutiara, sambil memegang cawan emas di tangannya yang penuh dengan kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya ada tertulis suatu nama, suatu misteri: ‘Babel yang agung, Ibu dari para pelacur dan dari kekejian bumi.’”
Bunda Maria dari La Salette, 19 Sep. 1846 - “Roma akan kehilangan Iman dan menjadi Takhta sang Antikristus ... Gereja akan berada dalam gerhana.”
Tidaklah mengejutkan, kalau kita melihat devosi yang disebut-sebut Kerahiman Ilahi digembar-gemborkan oleh golongan “Karismatik Katolik”.
Kenyatannya, tampaknya kalau seseorang tergolong “Karismatik Katolik”, orang itu hampir selalu berbakti kepada Faustina dan juga tergolong promotor devosi yang disebut-sebut Kerahiman Ilahi. Sebagai contoh, imam palsu yang termasuk dalam Gerakan Karismatik, yang bernama Mark Goring, adalah seorang promotor yang terutama, untuk Suster Faustina dan devosi yang disebut-sebut “Kerahiman Ilahi”.
[“Romo” Goring:] “Saya akan beri anda satu contoh orang yang membaca tanda-tanda zaman. Ia seorang nabi. Santa Faustina …”
“Baiklah, saya sedang bersiap-siap untuk Retret St. Faustina ....”
“Saya benar-benar ingin menyebut kembali Buku Harian St. Faustina sebagai semacam Summa [Theologiae].”
“Apa yang kami lakukan: kami bertemu setiap harinya pada pukul 3 sore di sini, di Pusat Karismatik Katolik. Kami akan berdoa Koronka Kerahiman Ilahi.”
Dalam video yang akan datang, kami akan mencermati Gerakan “Karismatik Katolik” yang secara resmi menyebut dirinya sebagai “Pembaruan Karismatik Katolik”.
Catatan kaki:
[1] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, p. 631, catatan kaki 304, Ed. Gramedia (ebook)
[2] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 561, #883 Ed. Gramedia (ebook)
[3] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 978, #1720 Ed. Gramedia (ebook)
[4] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 1009, #1772 Ed. Gramedia (ebook)
[5] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 643, #1049 Ed. Gramedia (ebook)
[6] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 895, #1571 Ed. Gramedia (ebook)
[7] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 937-938, #1650 Ed. Gramedia (ebook)
[8] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 895, #1571 Ed. Gramedia (ebook)
[9] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 138-139, #150 Ed. Gramedia (ebook)
[10] Sophia Michalenko, The Life of Faustina Kowalska: The Authorized Biography [Riwayat Hidup Faustina Kowalska: Biografi Resmi], hal. 333 (Ed. Kindle)
[11] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 555, #873 Ed. Gramedia (ebook)
[12] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 609, #969 Ed. Gramedia (ebook)
[13] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 31-32, #31 Ed. Gramedia (ebook)
[14] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 762, #1312 Ed. Gramedia (ebook)
[15] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 286, #393 Ed. Gramedia (ebook)
[16] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 370, #534 Ed. Gramedia (ebook)
[17] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 219, #282 Ed. Gramedia (ebook)
[18] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 1010-1011, #1777 Ed. Gramedia (ebook)
[19] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 402, #586 Ed. Gramedia (ebook)
[20] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 402, #587 Ed. Gramedia (ebook)
[21] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 403, #587 Ed. Gramedia (ebook)
[22] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 468-469, #707 Ed. Gramedia (ebook)
[23] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 676, #1130 Ed. Gramedia (ebook)
[24] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 979, #1722 Ed. Gramedia (ebook)
[25] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 967, #1700 Ed. Gramedia (ebook)
[26] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 310, #431 Ed. Gramedia (ebook)
[27] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 649, #1061 Ed. Gramedia (ebook)
[28] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 36, #39 Ed. Gramedia (ebook)
[29] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 475, #723 Ed. Gramedia (ebook)
[30] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 306, #423 Ed. Gramedia (ebook)
[31] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 410, #598 Ed. Gramedia (ebook)
[32] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 274, #374 Ed. Gramedia (ebook)
[33] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 655-656, #1075 Ed. Gramedia (ebook)
[34] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 40, #44 Ed. Gramedia (ebook)
[35] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 147, #160 Ed. Gramedia (ebook)
[36] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 234, #312 Ed. Gramedia (ebook)
[37] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 65-66, #74 Ed. Gramedia (ebook)
[38] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 112, #122 Ed. Gramedia (ebook)
[39] Sophia Michalenko, The Life of Faustina Kowalska: The Authorized Biography [Riwayat Hidup Faustina Kowalska: Biografi Resmi], hal. 72 (Ed. Kindle)
[40] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 436, #643 Ed. Gramedia (ebook)
*złudzenie = ilusi ; **wymyśla = menciptakan
[41] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 436, #643 Ed. Gramedia (ebook)
[42] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 29, #29 Ed. Gramedia (ebook)
[43] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 112, #122 Ed. Gramedia (ebook)
[44] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 46, #54 Ed. Gramedia (ebook)
[45] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 264, #359 Ed. Gramedia (ebook)
[46] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 35, #38 Ed. Gramedia (ebook)
[47] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 36, #38 Ed. Gramedia (ebook)
[48] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 20, #21 Ed. Gramedia (ebook)
[49] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 37, #40 Ed. Gramedia (ebook)
[50] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 65, #74 Ed. Gramedia (ebook)
[51] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 113, #123 Ed. Gramedia (ebook)
[52] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 113, #125 Ed. Gramedia (ebook)
[53] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 141, #152 Ed. Gramedia (ebook)
[54] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 116, #128 Ed. Gramedia (ebook)
[55] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 864, #1502 Ed. Gramedia (ebook)
[56] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 117, #129 Ed. Gramedia (ebook)
[57] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 233, #311 Ed. Gramedia (ebook)
[58] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 68, #77 Ed. Gramedia (ebook)
[59] Sophia Michalenko, The Life of Faustina Kowalska: The Authorized Biography [Riwayat Hidup Faustina Kowalska: Biografi Resmi], hal. 23 (Ed. Kindle)
[60] Sophia Michalenko, The Life of Faustina Kowalska: The Authorized Biography [Riwayat Hidup Faustina Kowalska: Biografi Resmi], hal. 24 (Ed. Kindle)
[61] Elizabeth Siepak, Diary: Divine Mercy In My Soul (Illustrated) [Buku Harian: Kerahiman Ilahi di Dalam Jiwaku (Berilustrasi)] hal. 17 (Ed. Kindle)
[62] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 877, #1541 Ed. Gramedia (ebook)
[63] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 878, #1541 Ed. Gramedia (ebook)
[64] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 519, #811 Ed. Gramedia (ebook)
[65] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 519, #811 Ed. Gramedia (ebook)
[66] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 459, #687 Ed. Gramedia (ebook)
[67] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 228, #300 Ed. Gramedia (ebook)
[68] New Catholic Encyclopedia, Vol. 8: Jud-Lyo. Gale. 2003. Hal. 245.
[69] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 466, #699 Ed. Gramedia (ebook)
[70] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 606, #965 Ed. Gramedia (ebook)
[71] https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bilik
[72] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 372, #537 Ed. Gramedia (ebook)
[73] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 42, #47-48 Ed. Gramedia (ebook)
[74] Sophia Michalenko, The Life of Faustina Kowalska: The Authorized Biography, hal. 56 (Ed. Kindle)
[75] Sophia Michalenko, The Life of Faustina Kowalska: The Authorized Biography [Riwayat Hidup Faustina Kowalska: Biografi Resmi], hal. 57 (Ed. Kindle)
[76] Sophia Michalenko, The Life of Faustina Kowalska: The Authorized Biography [Riwayat Hidup Faustina Kowalska: Biografi Resmi], hal. 58 (Ed. Kindle)
[77] Sophia Michalenko, The Life of Faustina Kowalska: The Authorized Biography [Riwayat Hidup Faustina Kowalska: Biografi Resmi], hal. 341 (Ed. Kindle)
[78] Suster Faustina Kowalska, “Buku Harian Santa Faustina”, hal. 983, #1732 Ed. Gramedia (ebook)
Menurut anda KVII itu sesat atau tidak, dan apakah KVII tidak diperlukan oleh gereja katolik ?
Konsili Vatikan II adalah konsili sesat yang memuat begitu banyak bidah dalam dokumen-dokumennya. Konsili tersebut dibuka oleh Anti-Paus Yohanes Paulus XXIII dan dokumen-dokumennya diratifikasi oleh Anti-Paus Paulus VI. Konsili itu bukanlah konsili Gereja Katolik, sebab Gereja Katolik tidak mungkin mengajarkan bidah. Hanya saja, pada masa ini, masa kemurtadan besar, struktur fisik Gereja (bangunannya) telah diambil alih oleh para musuh Gereja, puncaknya pada Vatikan II. Semua ini sudah dinubuatkan baik dalam Kitab Suci maupun dalam nubuat Katolik.
Orang perlu menolak konsili tersebut dan para Anti-Paus Vatikan II (Yohanes XXIII – Fransiskus sekarang). Materi kami membahas perkara ini dengan sangat rinci. Mohon menyimak materi-materi berikut. Tautan pertama di bawah ini memuat ulasan rinci tentang 8 dokumen Vatikan II serta bidah-bidah yang terkandung di dalam dokumen-dokumen tersebut.
https://vatikankatolik.id/revolusi-vatikan-ii/
https://vatikankatolik.id/gereja-katolik-setelah-vatikan-ii/
https://vatikankatolik.id/anti-paus-v2/
Gereja Katolik masih ada, dan iman Katolik tradisional diperlukan untuk keselamatan, namun gereja itu bukanlah sekte Vatikan II.