^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Cerita-Cerita Pribadi tentang Padre Pio
Padre Pio berbicara kepada seorang wanita yang baru saja menjanda; suaminya telah meninggalkannya dan kedua anaknya untuk hidup dengan seorang wanita lain selama tiga tahun. Tiba-tiba kanker merenggut hidupnya. Ia setuju untuk menerima sakramen-sakramen terakhir sebelum kematiannya, setelah diberitahu berulang kali.
Sang wanita bertanya: “Di manakah jiwanya, Padre? Saya tidak tidur karena khawatir.” “Jiwa suami anda terkutuk selamanya”, jawab Padre Pio. Sang wanita menjawab: “Terkutuk?” Padre Pio dengan sedih mengangguk. “Sewaktu ia menerima Sakramen-sakramen terakhir, ia menyembunyikan banyak dosa. Ia tidak bertobat, tidak pun ia memiliki resolusi yang baik. Ia juga berdosa terhadap belas kasih Allah, karena ia berkata bahwa ia selalu ingin memiliki hal-hal yang baik di dalam hidup dan lalu memiliki waktu untuk berkonversi kepada Allah.”[1]
Seorang wanita lain berkata kepada tunangannya bahwa ia tidak dapat menikah kecuali tunangannya itu setuju untuk kembali ke Gereja. Sang tunangan, marah dan sinis, setuju untuk pergi bersamanya ke biara Padre Pio. Mereka pergi bersama dini hari ke Misa. Pada saat Misa, sang wanita tertegun melihat tunangannya memandang altar, pucat dan kelihatan terkejut. “Apakah hal ini terjadi setiap hari?” ia berkata dengan suara yang kecil kepadanya. “Ya”, ia menjawabnya dengan kebingungan, karena tidak mengerti alasan dari pertanyaannya yang tidak biasa. Hanya setelah mereka keluar Gereja, tanggapan sang tunangannya dijelaskan kepadanya. Ia melihat sekumpulan duri di atas kepala Padre Pio, dan darah bercucuran di wajahnya; dan ia berpikir bahwa semua orang melihat apa yang ia lihat.[2]
Suatu hari seorang pastor membawa sepasang suami istri kepada Padre Pio agar ia dapat memberkati mereka. Ketiga anak mereka dipenjara untuk perampokan. Padre Pio berkata kepada mereka:
“Saya menolak sama sekali untuk memberkati kalian! Kalian tidak mengerasi anak-anak kalian sewaktu mereka masih kecil, jadi janganlah datang ke sini sekarang sewaktu mereka ada di penjara dan meminta berkat saya.”[3]
Alberto Del Fante adalah seorang wartawan yang membenci Padre Pio. Ia mencelanya di dalam majalah-majalah sebagai seorang penipu yang memangsa orang-orang yang polos. Beberapa tahun kemudian, cucu Del Fante, Enrico, menderita penyakit ginjal dan tuberkulosis. Para dokter tidak memberi banyak harapan bahwa Enrico akan sembuh. Saudara-saudara Enrico bepergian untuk mengunjungi Padre Pio dan memintanya untuk mendoakannya. Padre Pio meyakinkan mereka bahwa Enrico akan sembuh. Del Fante yang putus asa dan khawatir, bahkan berkata sendiri: “Jika Enrico membaik, saya akan berziarah ke San Giovanni Rotondo sendiri.” Ia yakin bahwa tidak akan terjadi hal apa pun, tetapi anak itu sembuh. Del Fante sangat tergerak oleh mukjizat ini, dan pergi menemui Padre Pio yang membantunya untuk berpaling kepada Allah. Setelah konversi Del Fante, ia menjadi seorang pendukung Padre Pio yang berbakti.[4]
Seorang wanita datang kepada Padre Pio, yang anak perempuannya baru saja mati sewaktu melahirkan. Sang wanita tidak dapat memikirkan hal apa pun kecuali akan kehilangan anak perempuannya. Padre Pio berkata kepadanya: “Lalu mengapa anda menangis begitu banyak untuknya sewaktu ia sudah berada di Surga? Akan jauh lebih berguna jika anda membaktikan perhatian anda kepada kelakuan anak perempuan anda yang berusia tujuh belas tahun yang pulang ke rumah pada malam hari dari dansa dan hiburan.”[5]
Seorang pria muda di Roma malu akan kebiasannya mengangkat topinya sewaktu ia melewati gereja Katolik. Ia takut dipermalukan teman-temannya. Tetapi suatu kali ia mendengar suara Padre Pio di telinganya yang berkata: “Pengecut.” Kemudian, ia bertemu Padre Pio sendiri dan tanpa berkata apa-apa, Padre Pio berkata, “Lain kali saya akan memakai pengeras suara di telinga {anda}!”
Seorang wanita yang berusia lanjut berkata kepada Padre Pio: “Padre hari ini saya berusia enam puluh tahun. Katakan sesuatu yang baik untuk saya.” Padre Pio berbisik kepadanya: “Ajal sudah dekat.”[6]
Suatu kali Padre Pio mendekati altar dan berbicara kepada seorang pria yang mengambil foto. Ia berkata kepada sang pria bahwa ia tidak boleh mengambil lebih dari satu atau dua foto pada saat misa. Orang tersebut setuju tetapi ia lalu mengambil foto sampai dua gulung film. Semua fotonya menjadi kosong sama sekali.[7]
Seorang dokter mengambil satu jepretan kamera akan Padre Pio, dan lalu ia memutuskan untuk mengambil beberapa gambar lagi. Sewaktu sang dokter menyetel kameranya kembali dan akan mengambil gambar, Padre Pio berkata: “Tidak, dokter, mohon jangan mengambil foto!” “Ya Padre, maaf!” Lalu sang dokter mulai mengambil foto-foto kembali. Semua fotonya menjadi kosong kecuali satu foto yang diambil sang dokter sebelum ia dilarang.[8]
Cesare Festa adalah seorang pengacara dan sepupu dokter pribadi Padre Pio. Festa memutuskan untuk pergi menemui sang imam yang terkenal yang begitu sering diceritakan oleh sepupunya. Sewaktu mereka bertemu, Padre Pio berkata, “Anda seorang Mason.” Dengan suatu ungkapan yang angkuh akan kesetiannya kepada loji Mason, Festa berkata: “Ya, Romo.” “Dan apakah tugas anda sebagai seorang Mason?” Padre Pio bertanya. “Untuk meneruskan pertempuran kami melawan Gereja di dalam dunia politik”, jawab Festa. Padre Pio lalu mengatakan hal-hal kepada Festa yang meyakinkannya bahwa ia tidak akan dapat mengetahui hal-hal tentangnya dan masa lalunya kecuali lewat jalan supernatural.[9]
Seorang Komunis mendekati Padre Pio dan mulai berbicara dengannya. Padre Pio menyelanya dan berkata, “Bolehkah saya melihat kartu keanggotaan anda?” Sang pria mengambilnya dari dompetnya dan memberikannya kepadanya. Padre Pio mengambil kartu tersebut dan mencabik-cabiknya.[10]
Suatu kali Padre Pio berkata kepada seorang pria yang bernama Antonio, “Bagaimanakah anda dapat menyebut diri anda sendiri Katolik dan Komunis di saat yang bersamaan? Pilihlah satu sisi. Anda adalah satu atau yang lain, tetapi anda tidak bisa menjadi keduanya.” Pernyataan-pernyataan tersebut mengejutkan Antonio, dan menyebabkannya untuk meninggalkan Komunisme dan kembali kepada Iman Katolik.[11]
Giovanni da Prato adalah seorang pengemudi taksi dan seorang Komunis yang kasar. Sewaktu ia menjadi mabuk, da Prato kadangkala memukuli istrinya. Suatu sore ia baru saja melakukannya, dan terhuyung-huyung ke dalam kamar tidurnya, ia jatuh ke tempat tidurnya. Pada saat itu, ia mulai merasakan ranjangnya bergetar dengan begitu kuat dari bawah, dan ia melihat ke bawah dengan penuh kekagetan sewaktu ia melihat seorang bruder yang memegang selusur ranjangnya dan memandangnya dengan marah. Sang bruder mengutarakan kepadanya dengan sangat jelas pikirannya terhadapnya dan kelakuannya, dan lalu kelihatannya menghilang. Giovanni, sang Komunis yang kasar, melonjak dari ranjangnya, dengan cepat ia mengunci pintu depannya, dan lalu berseru kepada istrinya: “Di mana si biarawan itu?”
Dengan tidak mengindahkan penolakan dan protes istrinya, Giovanni menggeledah rumahnya dan tidak menemukan seorang pun. Setelah beberapa waktu, ia menjadi cukup sadar untuk yakin akan ketulusan istrinya. Istrinya telah berdoa kepada Padre Pio untuk mendapatkan pertolongan; ia bertanya-tanya jika peristiwa ini adalah jawaban akan doa-doanya. Ia berkata kepada suaminya bahwa ia percaya Padre Piolah yang tampak di dalam kamar tidurnya. Giovanni berkata dengan galak kepadanya, “Lihat, tidak seorang biarawan pun dapat mengolok-olok saya. Saya akan datang melihat Padre Piomu ini dan mendengarkan alasan ia melakukan hal ini. Saya juga akan melihat jika ia akan kabur!”
Beberapa hari kemudian, benar-benar melakukan apa yang telah dikatakannya, Giovanni membuat suatu perjalanan panjang di dalam taksinya untuk mengunjungi Padre Pio. Ia sampai dan menemukan Padre Pio. Ia mengenali Padre Pio, dan berbicara kepadanya. Ia begitu terkejut dan Padre Pio membuatnya mengaku dosa. Setelah pengakuan dosanya, Giovanni mengakui: “Apa yang telah saya lupakan, ia mengingatkannya untuk saya. Saya menangis tersedu-sedu...” Pada akhir pengakuan dosanya, Giovanni mengeluarkan Kartu Keanggotaan Partai Komunisnya dan meminta Padre Pio untuk menghancurkannya. “Ya, saya akan melakukannya. Tetapi anda mempunyai satu kartu lagi di dalam lemari di atas ranjang anda. Hancurkan juga kartu yang satu itu sewaktu anda sampai ke rumah.” Padre Pio lalu berkata kepadanya, “Anda telah membuat skandal besar, dan sekarang anda harus melakukan sesuatu untuk menebusnya. Untuk penitensi anda, anda akan pergi setiap hari Minggu ke Komuni Kudus pada Misa terakhir di dalam gereja utama sampai saya mengatakan kepada anda untuk berhenti.” Pada hari-hari tersebut, aturan puasa adalah untuk berpantang dari semua makanan padat dari tengah malam sampai Komuni Kudus. Giovanni harus melakukan hal tersebut selama lebih dari setengah tahun. Giovanni telah menjadi seorang tokoh yang penting di antara teman-teman Komunisnya, tetapi sekarang ia hanyalah seorang “yang dicerahkan”. Ia menantang beberapa Komunis yang dikenalinya dengan berkata: “Cobalah kalian datang bersama saya dan melihat apa hasilnya” Bulan berganti bulan para Komunis datang mengunjungi Padre Pio; mereka selalu tertegun dan kadangkala berkonversi.[12]
Seorang pria yang bernama Francis menulis kepada suatu majalah resmi tentang Padre Pio, tentang bagaimana Padre Pio mencoba menolongnya. Ia menulis: “Seperti yang anda dapat lihat di alamat di atas, saya ada di dalam penjara di Inggris. Saya telah berada di sini selama lima tahun... Jangan khawatir, saya tidak menyalahkan seorang pun untuk alasan saya berada di sini kecuali diri saya sendiri. Ya, saya bersalah... Saya seorang alkoholik dan dari situlah akar segala masalah... Suatu malam saya sedang tidur dan saya bermimpi tentang Padre Pio yang mengingatkan saya jika saya tidak berhenti minum, saya akan terjebak di dalam banyak masalah. Saya tidak pernah mengindahkan mimpi tersebut dan di sinilah saya berada pada hari ini di dalam penjara, untuk hukuman seumur hidup... Saya tidak akan membahas secara rinci, tetapi saya tetap berdoa rosario dan tentunya bernovena kepada Padre Pio sendiri.”[13]
Suatu cerita lain yang menarik yang dikirimkan ke majalah tersebut adalah cerita dari R. Van Gisgenberg: “Saya seorang pria berusia dua puluh delapan tahun dari Belanda... Sebagai seorang anak muda, saya begitu anti segala sesuatu yang berhubungan dengan agama. Orang tua saya selalu membawa saya ke gereja pada hari Minggu, tetapi sewaktu saya memiliki kesempatan, saya selalu melarikan diri dari mereka. Ya, ada sesuatu di dalam diri saya yang melawan Allah. Hidup saya dipenuhi dengan berbagai macam dosa terhadap Allah... Pada saat ini saya sering mencoba bunuh diri dan begitu penuh akan kebencian terhadap diri saya sendiri, orang-orang dan dunia... Pada tanggal 23 September 1988, iblis muncul di dalam mimpi saya dan saya sangat takut. Di luar mimpi ini saya tidak percaya akan Allah dan iblis. Iblis tampak dengan bentuk kepala-kepala anjing dan naga dengan lidah-lidah yang penuh darah. Saya begitu panik. Lalu datang seorang biarawan berjanggut yang mengenakan jubah coklat. Ia berkata kepada saya: ‘Jangan takut, anakku, aku akan melindungimu dengan Allah Yang Mahakuasa!’ Dan segera saya terbangun dan di dalam diri saya terdapat sukacita dan kebahagiaan yang tidak dapat dijelaskan...
“Bagaimanapun, saya menelpon ibu saya dan menceritakannya tentang mimpi ini. Ia meminta saya untuk berkunjung. Saya mengunjungi tempat tinggalnya dan ia menunjukkan kepada saya suatu buku yang berjudul Padre Pio from Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}. Ibu saya membukanya dan saya mencium suatu wewangian... Lalu ia membalikkan halamannya dan saya tidak dapat memercayai mata saya karena fotonya menunjukkan biarawan yang sama di dalam mimpi saya. Saya berseru, ‘...inilah pria yang sama yang ada di dalam mimpi saya.’ Ibu saya begitu tertegun... seketika saya mendengar dalam bahasa Belanda, ‘datanglah ke kubur saya, datanglah ke kubur saya.’ Suaranya begitu jelas... dan tahun lalu saya berterima kasih kepada Padre Pio... di kuburnya.”[14]
Catatan kaki:
[1] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 158.
[2] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 80.
[3] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 133.
[4] Bert Ghezzi, Mystics & Miracles {Mistik & Mukjizat}, Loyola Press, Chicago, IL. hal. 79.
[5] Clarice Bruno, Roads to Padre Pio {Jalan-Jalan Menuju Padre Pio}, Edisi Ketujuh, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 190.
[6] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 118.
[7] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 30.
[8] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 40.
[ix] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 31.
[10] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 217.
[11] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 131.
[12] John McCaffery, Blessed Padre Pio {Beato Padre Pio}, Roman Catholic Books, Fort Collins, CO. hal. 29-30.
[13] Romo Alessio Parente, God’s Graces Through Padre Pio’s Intercession {Rahmat Allah Lewat Perantaraan Padre Pio}, Vol. 2, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 331-332.
[14] Romo Alessio Parente, God’s Graces Through Padre Pio’s Intercession {Rahmat Allah Lewat Perantaraan Padre Pio}, Vol. 2, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 493-494.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...