^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Nama Maria yang Manis dan Kuasa - Risalah St. Alfonsus
Nama Maria yang Manis dan Kuasa[1]
Douceur et puissance du nom de Marie
“Nama Maria yang agung, yang diberikan kepada Bunda Allah, tidak ditemukan di atas bumi, tidak pun direka oleh pikiran atau pendirian manusia yang berubah-ubah seperti nama-nama lainnya; tetapi nama ini telah turun dari Surga dan telah ditetapkan oleh suatu rahasia ilahi. Demikianlah kesaksian Santo Hieronimus,[2] Santo Epifanius,[3] Santo Antoninus,[4] serta para penulis lainnya. Nama itu berasal dari khazanah Keilahian, ujar Santo Petrus Damianus: De thesauro Divinitatis, Mariae nomen evolvitur.[5] Ya, oh Maria! Imbuh Rikardus dari Santo Laurensius, namamu yang gemilang dan mengagumkan berasal dari khazanah Keilahian; sebab Allah Tritunggal Mahakudus sepenuhnyalah yang telah memberikan kepadamu nama di atas segala nama, setelah nama Putramu yang ilahi, dan yang telah memperkaya nama itu dengan kemegahan dan kuasa yang sedemikian besarnya, sehingga demi menghormati nama suci itu, segera setelah nama itu diucapkan, setiap lutut pun bertekuk di dalam Surga, di atas bumi, dan di dalam Neraka: Dedit tibi, Maria, tota Trinitas nomen quod est super omne nomen, post nomen Filii tui, ut in nomine tuo omne genu flectatur cœlestium, terrestrium, et infernorum.[6] Tetapi dari antara hak-hak istimewa lainnya yang menyertai nama Maria, berkat kehendak Tuhan, mari kita sekarang terutama mempertimbangkan betapa besarnya penghiburan yang datang dari nama itu kepada para hamba Ratu surgawi ini, baik di sepanjang hidup maupun pada waktu mereka mati.
Dan pertama-tama, untuk membahas waktu kehidupan, Honorius, sang rahib suci berkata bahwa nama Maria penuh dengan segala sesuatu yang manis dan lembut di dalam diri Allah: Hoc nomen Mariae plenum est omni dulcedine ac suavitate divina.[7] Juga, Santo Antonius dari Padua yang mulia mengenali adanya daya pikat yang sama dalam nama Maria yang juga ditemukan oleh Santo Bernardus dalam nama Yesus. Ia berkata bahwa nama Bunda Perawan ini, seperti nama Putranya yang ilahi, bagi para hambanya merupakan sukacita dalam hati, madu di mulut, melodi di telinga: Jubilus in corde, mel in ore, melos in aure.[8] Venerabilis Yuvenalius Ancina, uskup Saluzzo dilaporkan berkata demikian dalam Riwayat Hidupnya: bahwa sewaktu ia menuturkan nama Maria, ia merasakan suatu rasa manis yang sedemikian kentaranya sehingga ia menjilati bibirnya sendiri. Kita juga membaca bahwa seorang wanita dari Köln berkata kepada uskup Masilius bahwa setiap kali ia mengucapkan nama Maria, ia merasakan dalam mulutnya rasa yang lebih manis daripada madu. Dan Masilius, yang juga mengikuti praktik wanita itu, merasakan rasa manis yang sama.[9]
Sewaktu sang Perawan Suci diangkat ke Surga, para Malaikat menanyakan namanya tiga kali; demikianlah yang tersirat dari ayat Kidung Agung: Quae est ista quae ascendit per desertum sicut virgula fumi? – Quae est ista quae progeditur quasi aurora consurgens? – Quae est ista quae ascendit de desrto deliciis affluens?[10] Rikardus dari Santo Laurensius bertanya mengapa para Malaikat begitu seringnya mengulangi pertanyaan ini: Siapakah Ratu yang agung ini? – dan ia menjawab Forsitan quia dulce nomen sibi desiderant responderi:[11] Tidak diragukan, nama Maria dibuat bergema karena nama itu tampak manis bahkan bagi para Malaikat.
Tetapi di sini, saya tidak sedang berbicara tentang rasa manis indrawi, sebab rasa ini tidak dianugerahkan kepada semua orang; saya hendak berbicara terutama tentang rasa manis yang berfaedah dalam bentuk penghiburan, cinta kasih, sukacita, kepercayaan, dan kekuatan, yang didatangkan oleh nama Maria bagi orang-orang yang menuturkan nama itu dengan penuh devosi.
Kepala Biara Francon berbicara tentang hal ini: bahwa setelah nama Yesus yang suci, nama Maria sedemikian kayanya akan setiap jenis kebaikan sehingga tidak terdengar di mana-mana, baik di atas bumi maupun di dalam Surga, nama yang mendatangkan rahmat, harapan, dan penghiburan yang begitu banyaknya kepada para jiwa yang penuh bakti: Neque enim, post Filii sui nomen, aliud nomen cœlum aut terra nominat, unde tantum gratiae, tantum spei, tantum suavitatis, piae mentes concipiant. Bahwasanya, lanjut sang penulis yang sama, nama Maria memuat suatu hal yang tak dikenal, yang mengagumkan, yang manis … sehingga sewaktu nama itu bertemu dengan hati yang bersahabat, nama itu menumpahkan harum kekudusan yang manis: Nomen namque Mariae mirum quid, suave … in se continent, ut, cum sonuerit amicis cordibus, amicae suavitatis odorem spiret. Dan keajaiban nama yang agung ini, simpulnya, adalah walaupun nama itu diulangi seribu kali, nama itu tetap terdengar seperti nama yang baru bagi orang-orang yang mencintai Maria, sebab mereka senantiasa merasakan rasa manis yang sama saat mereka mendengar nama itu diucapkan: Et mirum illud est de nomine Mariae, ut, millies auditum, semper audiatur quasi novum.[12]
Beato Henrikus Suson[13] juga berbicara tentang rasa manis ini. Ia berkata bahwa dengan mengucapkan nama Maria, ia sungguh merasakan kepercayaan yang besar dan cinta yang membara dalam dirinya, sehingga dengan air mata sukacita yang berlinang dan kegembiraan yang meluap-luap, ia dikatakan ingin agar hatinya melonjak dari dadanya sampai ke bibirnya; sebab, ujarnya dengan tegas, nama yang begitu manisnya itu meleleh bagaikan setetes madu di lubuk jiwanya. Setelahnya, ia berseru: ‘Ya nama yang penuh kemanisan! Ya Maria! Haruskah engkau menjadi dirimu sendiri, jika namamu saja sedemikian patut disayangi dan kian baiknya?’
Dan Santo Bernardus dengan penuh cinta menujukan perkataan yang penuh kelemahlembutan ini kepada Ibunda yang baik itu: O magna, o pia, o multum amabilis Maria! Tu nec nominari potes, quin accendas, nec cogitari, quin recrees affectus diligentium te:[14] Betapa agungnya dirimu, betapa rahimnya dirimu, betapa engkau patut mendapat segala puji-pujian, ya Santa Perawan Maria! Namamu begitu manisnya dan begitu patut disayanginya, sehingga orang tidak dapat menuturkannya tanpa pada saat itu juga terbakar oleh cinta terhadap dirimu dan terhadap Allah; dan cukup bagi nama itu untuk terbersit di pikiran orang yang mencintaimu, demi memperbesar cinta kasih mereka dan demi menghibur mereka.
Ah! Jika kekayaan menghibur orang miskin dengan mengurangi penderitaan mereka, imbuh Rikardus dari Santo Laurensius, betapa namamu, Ya Maria! akan lebih mengibur kami dalam kesengsaraan yang kami derita, sebab, namamu yang lebih baik dari harta dunia ini melembutkan segala beban kehidupan ini! Mariae nomen longe Melius quam divitiae, quia Melius angustiam relevat.[15]
Pendek kata, namamu, ya Bunda Allah, penuh dengan rahmat dan berkat ilahi, ujar Santo Metodius; Tuum, Dei Genitrix, nomen divinis benedictionibus et gratis ex omni parte refertum.[16] Sedemikian rupa sehingga menurut Santo Bonaventura, kita tidak tahu bagaimana cara menuturkan nama itu dengan penuh devosi tanpa memperoleh kebaikan tertentu dari nama itu: Nomen tuum devote nominari non potest sine nominantis utilitate.[17] Hendaknya kita menemukan seorang pendosa yang kian kerasnya dan sama sekali tidak memiliki kepercayaan, biarkan ia menyebut namamu seorang, ya Perawan yang penuh kebaikan! Demikianlah kuasa namamu, sehingga hatinya yang keras akan segera melembut dengan cara yang menakjubkan; sebab engkaulah yang mengangkat para pendosa kepada harapan akan pengampunan dan rahmat: Tanta est virtus tui sacratissimi nominis, o semper benedicta Virgo Maria! quod mirabiliter emollit duritiam cordis humani; peccator per te respirat in spe veniae et gratiae.[18]
Namamu yang manis, ujar Santo Ambrosius, adalah balsam yang menyebarkan harumnya rahmat; ah! Semoga balsam keselamatan ini turun ke lubuk hati kami! Unguentum nomen tuum; descendat istud unguentum in animae praecordia, Sancta Maria, quod divina gratiae spiramenta redolet.[19] Maka demikianlah permohonan Santo Ambrosius kepadamu, ya Maria, melalui perkataan ini! Dan ini pula kami pintakan kepadamu seturut perkataannya: ingatkanlah benak kami sering kali untuk memanggil namamu dengan penuh kasih dan kepercayaan; sebab itulah tanda bahwa kami sudah memiliki rahmat Allah, atau suatu jaminan bahwa kami akan segera kembali memperolehnya. – Dan bahwasanya, ya Ratu yang manis! Kenangan akan namamu menghibur orang yang berduka, mengembalikan jalan keselamatan bagi mereka yang tersesat darinya, dan menguatkan para pendosa untuk melawan godaan keputusasaan, demikianlah apa yang ditegaskan oleh Ludolfus dari Sachsen: O Maria! tui recordatio nominis maestos laetificat, errantes ad viam salutis revocat, et peccatores, ne desperent, confortat.[20]
Seturut pendapat Romo Pelbart, sebagaimana Yesus Kristus, melalui kelima luka-Nya, telah mempersiapkan bagi dunia obat untuk segala kejahatan, demikian pula Maria, berkat namanya yang teramat suci, yang tersusun dari lima abjad, mencurahkan pengampunan bagi diri mereka setiap harinya: Sic Maria, suo sanctissimo nomine, quod quinque litteris constat, confert quotidie veniam peccatoribus.[21] Itulah sebabnya nama Maria yang suci dibandingkan dengan minyak: Oleum effusum, nomen tuum.[22] Lihatlah komentar Alanus dari Lille: Gloria nominis ejus oleo effuse comparatur; oleum aegrotantem sanat, odorem parit, flammam nutrit:[23] Minyak menyembuhkan orang sakit, menyebarkan harum yang wangi, dan membuat lidah api tetap membara; demikian pula, nama Maria menyembuhkan para pendosa, menghibur jiwa-jiwa, dan menyalakan semangat ilahi dalam diri mereka. – Juga, Rikardus dari Santo Laurensius menasihati semua pendosa agar mereka memanggil nama yang kuasa ini; ia berkata bahwa nama itu sendiri cukup untuk membebaskan mereka dari segala yang jahat, dan bahwa tiada penyakit mana pun, seberapa pun mematikannya penyakit itu, yang tidak segera berhenti berkat kuasa nama yang penuh kebaikan itu: Peccator es, ad Mariae nomen confugias; ipsum solum sufficit ad medendum; nulla enim pestis, quae, ad nomen Mariae, non cedat continuo.[24]
Thomas A-Kempis menegaskan bahwa roh-roh jahat sedemikian takutnya akan Ratu Surga, sehingga jika mereka mendengar namanya saja, mereka langsung melarikan diri dari orang yang menuturkan nama itu, layaknya untuk melarikan diri dari api yang membakar: Expavescunt cœli Reginam spiritus maligni, et diffugiunt, audito nomine ejus, velut ab igne.[25] Sang Perawan yang Terberkati sendiri telah menyingkapkan kepada Santa Brigidia bahwa di dalam hidup ini, tiada pendosa yang sedemikian dinginnya terhadap Allah, yang tidak dijauhi seketika oleh iblis, jika sang pendosa memanggil nama Maria dengan tekad untuk berkonversi: Nullus tam frigidus ab amore Dei est, nisi sit damnatus, si invocaverit hoc nomen, hac intentione ut nunquam reverti velit ad opus solitum, quod non discedat ab eo statim diabolus. Dan itulah apa yang ditegaskan oleh sang Perawan Suci kepada Santa Brigidia di lain kali dengan berkata bahwa semua roh jahat sungguh menghormati dan menakuti namanya, sehingga, pada saat nama itu terdengar di telinga mereka, mereka melepaskan cengkeraman mereka dari jiwa-jiwa yang telah mereka tawan: Omnes daemones verentur hoc nomen et timent; qui, audientes hoc nomen Mariae, statim relinquunt animam de unguibus, quibus tenebant eam. Di samping itu, sewaktu para malaikat pemberontak menjauhkan diri dari para pendosa yang memanggil nama Maria, para Malaikat yang Baik semakin mendekati jiwa-jiwa bajik yang menuturkan nama itu dengan penuh devosi; itulah pula apa yang telah dikatakan oleh Ratu kita kepada Santa Brigidia: Angeli boni, audito hoc nomine, statim appropinquant magis justis.[26]
Menurut Santo Germanus, sebagaimana napas adalah tanda kehidupan, demikian pula, nama Maria yang sering diulangi adalah tanda bahwa rahmat sudah hidup dalam diri kita, atau bahwa rahmat akan segera kembali hidup; sebab nama yang kuasa itu memiliki kekuatan untuk mendatangkan pertolongan Allah dan kehidupan bagi orang-orang yang memanggilnya: Quomodo corpus vitalis signum operationis habet respirationem, ita sanctissimum nomen tuum, o Virgo! quod in ore servorum tuorum versatur assidue, vitae et auxilia non solum signum est, sed etiam ea procurat et conciliat.[27]
Pada akhirnya, Rikardus dari Santo Laurensius berkata bahwa nama yang mengagumkan ini bagaikan menara tak terkalahkan, yang menaungi para pendosa yang berlindung kepadanya dari kematian; orang-orang yang teramat putus asa menemukan di dalamnya perlindungan yang aman dan keselamatan: Turris fortissimo, nomen Dominae; ad ipsam fugiet peccator, et liberabitur; haec defendit quoslibet et quantumlibet peccatores. Ia mengimbuhkan bahwa Menara yang kukuh itu bukan hanya meluputkan para pendosa dari hukuman-hukuman yang telah pantas mereka peroleh, tetapi juga melindungi orang-orang bajik dari serangan-serangan Neraka; dan setelah nama Yesus, tiada nama lain yang menawarkan perlindungan yang begitu besarnya kepada manusia, sarana keselamatan yang begitu besarnya, selain nama Maria yang agung: Non est in aliquo nomine tam potens adjutorium, nec est aliquod nomen datum hominibus, post nomen Jesu, ex quo tanta salus refundatur hominibus.[28]
Semua orang juga mengetahui hal yang terutama ini, dan para hamba Maria mengalaminya setiap harinya, bahwa nama yang kuasa ini memberikan kekuatan untuk menaklukkan godaan-godaan terhadap kesucian. Tentang kata-kata Santo Lukas ini: Et nomen Virginis Maria;[29] penulis yang sama, Rikardus, mencatat bahwa nama Maria dan nama Perawan digabungkan bersama oleh sang Penginjil, agar kita paham bahwa nama Perawan yang amat murni itu tidak pernah boleh terpisah dari kesucian: Nomini Mariae virginitas et sanctitas inseparabiliter sunt adjuncta.[30] Juga, Santo Petrus Krisologus berkata bahwa nama Maria adalah tanda kesucian: Nomen hoc, indicium castitatis.[31] Ia dengan demikian memperdengarkan bahwa dalam keraguan bilamana seseorang telah berdosa terhadap godaan-godaan yang tidak murni, orang yang ingat memanggil nama Maria, memiliki suatu pertanda yang pasti bahwa ia tidak merusak kesucian.
Maka, marilah kita selalu mengikuti nasihat bijak yang diberikan kepada kita oleh Santo Bernardus: In periculis, in angustiis, in rebus dubiis, Mariam cogita, Mariam invoca; non recedat ab ore, non recedat a corde:[32] Setiap kali kita berada dalam bahaya, marilah berpikir tentang Maria, marilah memanggil nama Maria bersama dengan nama Yesus; sebab kedua nama itu selalu berada bersama. Hendaknya kedua nama yang begitu manis dan kuasanya itu tidak pernah jauh dari hati kita maupun dari bibir kita; nama mereka akan memberikan kepada kita kekuatan agar kita tidak jatuh dan agar kita berjaya atas segala godaan.
Kebaikan yang dijanjikan oleh Yesus Kristus kepada orang-orang yang menghormati nama Maria sedemikian berharganya, seturut apa yang telah diwahyukannya sendiri dengan sudi kepada Santa Brigidia. Tuhan pada suatu hari mengizinkan Santa Brigidia untuk mendengarkan-Nya berbicara kepada Ibunda-Nya yang kudus, bahwa, barang siapa memanggil nama Maria dengan penuh kepercayaan, dan dengan niat untuk berbenah diri, akan menerima tiga rahmat berikut, yakni: pertobatan yang sempurna dari dosa-dosa, jalan untuk membuat silih bagi Keadilan ilahi, dan kekuatan untuk sampai kepada kesempurnaan; dan bahwa ia juga akan memperoleh kemuliaan Firdaus: Habitatores mundi indigent tribus: contrition pro peccatis, satisfaction, fortitudine ad faciendum bona. Quicumque invocaverit nomen tuum, et spem habet in te cum proposito emendandi comissa, ista tria dabuntur ei, insuper et regnum cœleste. Sebab, ya Bunda-Ku! imbuh sang Juru Selamat ilahi, perkataanmu begitu manis dan berkenannya bagi-Ku, sehingga Aku tidak dapat menolak segala sesuatu yang kaupintakan kepada-Ku: Tanta enim est mihi dulcedo in verbis tuis, ut non possim negare quae petis.[33]
Santo Efrem sampai berkata bahwa nama Maria adalah kunci Surga bagi semua orang yang memanggilnya dengan penuh devosi: Nomen Mariae est reseratorium portae cœeli.[34] … Rikardus dari Santo Laurensius menegaskan bagi kita bahwa dengan memanggil nama yang sedemikian suci dan manisnya itu, kita memperoleh suatu rahmat yang berlimpah-ruah dalam kehidupan ini dan suatu jenjang kemuliaan yang luhur pada kehidupan yang akan datang: Devota invocation nominis hujus ducit ad virorem gratiae in praesenti, et ad virorem gloriae in futuro.[35]
Dengan demikian, ya saudara-saudaraku! Thomas A-Kempis menyimpulkan; jika anda ingin terhibur dalam segala kesulitan anda, berlindunglah kepada Maria, panggillah nama Maria, hormatilah Maria, berpasrahlah kepada Maria; bersukacitalah bersama Maria, menangislah bersama Maria, berdoalah bersama Maria, berjalanlah bersama Mara, carilah Yesus bersama Maria; pada akhirnya, hendaknya anda ingin hidup dan mati bersama Yesus dan Maria: Si consolari in omni tribulation quaeretis, accedite ad Mariam, Mariam invocate, Mariam honorate, Marae vos commendate; cum Maria gaudete, cum Maria dolete, cum Maria orate, cum Maria ambulate, cum Maria Jesum quaerite, cum Maria et Jesu vivere et mori desiderate. Dengan cara demikian, imbuhnya, anda akan senantiasa melangkah maju dalam jalannya Tuhan; sebab Maria akan siap berdoa untuk anda, dan Putra niscaya akan mengabulkan doa Ibunda-Nya: Fratres, si ista exercetis, proficietis; Maria libenter pro vobis orabit, et Jesus libenter Matrem suam exaudiet.[36]
Maka dari itu, Nama Maria yang suci begitu manisnya bagi para hambanya selama kehidupan mereka, oleh karena rahmat yang besar yang dicurahkannya kepada mereka, seperti yang baru saja kita lihat; tetapi nama itu menjadi lebih manis bagi mereka pada saat terakhir, sebab nama itu membuat ajal mereka teduh dan kudus.
Romo Sertorius Caputo, dari Serikat Yesus, menasihati semua orang yang mendampingi orang yang sekarat agar sering mengulangi nama Maria; ia berkata bahwa nama yang penuh hidup dan harapan itu sendiri, jika dituturkan pada saat kematian, cukup untuk mengusir roh-roh jahat dan menguatkan orang-orang yang sekarat dalam segala kegelisahan mereka.
Demikian pula Santo Kamilus de Lellis telah sering menganjurkan para biarawannya agar mereka sering mengingatkan orang-orang yang sekarat supaya mereka memanggil nama Yesus dan nama Maria. Itulah yang selalu dilakukannya sehubungan dengan orang lain, tetapi ia melakukannya dengan penghiburan yang lebih besar untuk dirinya sendiri pada waktu ajalnya: pada waktu yang terakhir itu, seperti yang tercatat di dalam Riwayat Hidupnya, ia menuturkan nama Yesus dan Maria yang disayanginya itu dengan kelemahlembutan yang sedemikian rupa, sehingga lidah-lidah api cinta kasih yang membakarnya, juga menyulut semangat para pembantunya; pada akhirnya, dengan mata yang tertuju kepada lukisan Yesus dan Maria, dan dengan tangan yang menggenggam salib, ajal menjemputnya dalam damai surgawi, saat ia terus memanggil kedua nama yang manis itu, yang merupakan kata-kata terakhirnya. Doa yang singkat ini, yang dipanjatkan dengan memanggil nama YESUS dan MARIA yang teramat suci, menurut Thomas A-Kempis, mudah adanya untuk diingat, manis untuk direnungkan, dan mujarab sebagai perlindungan kita melawan semua musuh keselamatan kita: Haec sancta oratio, ‘Jesus et Maria!’ brevis ad legendum, facilis ad temendum, dulcis ad cogitandum, fortis ad protegendum.[37]
Oh! Santo Bonaventura berseru; berbahagialah orang yang mencintai namamu yang manis, ya Bunda Allah! Beatus vir qui diligit nomen tuum, Maria! Nama itu begitu mulia, begitu mengagumkan! Semua orang yang dengan setia memanggil nama itu menjelang ajal, tiada takut kepada serangan-serangan musuh: Gloriosum et admirabile est nomen tuum! qui illud retinent, non expavescent in puncto mortis.[38]
Dan betapa besarnya kebahagiaan orang yang meninggal seperti Romo Fulgentius d’Ascoli, imam Kapusin, yang mengembuskan napas terakhirnya sambil bernyanyi:
Ya Maria, ya Maria,
Yang tercantik dan yang paling tercinta!
Kepadamulah kuingin pergi bercengkerama!
Betapa besarnya kebahagiaan orang yang meninggal seperti Beato Henrikus, biarawan dari Citeaux, yang seturut Tawarikh Ordo tersebut, meninggalkan dunia ini dengan mengucapkan nama Maria: Inter ipsam dulcissimi nominis articulationem!
Maka dari itu, marilah kita berdoa, ya Pembacaku yang terkasih dan saleh, marilah berdoa kepada Allah agar Ia menganugerahkan kita rahmat ini, agar perkataan terakhir yang akan keluar dari mulut kita pada saat ajal menjemput, adalah nama Maria, seperti yang diinginkan dan dipintakan oleh Santo Germanus: Dei Matris nomen sit mihi ultimus linguae loquentis motus.[39] Ya ajal yang menghibur, ya kematian yang penuh kepastian, yang didampingi dan dilindungi oleh nama yang penuh keselamatan itu, nama yang dianugerahkan oleh Allah agar dipanggil pada saat kematian hanya oleh mereka yang hendak dilihat-Nya memperoleh keselamatan!
Ya Ratuku yang manis dan Ibundaku! Aku amat mencintaimu; dan karena aku mengasihimu, aku juga mencintai namamu; aku bertekad dan berharap, dengan pertolonganmu, untuk memanggil namamu di sepanjang hidupku dan pada waktu aku mati. Maka, aku menujukan kepadamu, pada akhirnya, doa yang lembut dari Santo Bonaventura ini: Demi kemuliaan namamu, sewaktu jiwaku meninggalkan dunia ini, datanglah ke hadapannya, ya Perawan yang terberkati! Dan sudilah engkau menyambutnya di dalam dekapanmu: In exitu animae meae de hoc mundo, occurred illi, Domina, et suscipe eam. Maka sudilah engkau datang menghiburnya dengan kehadiranmu yang manis; jadilah engkau tangga dan jalan baginya untuk naik ke Surga; perolehkanlah baginya rahmat pengampunan dan istirahat kekal: Consolare eam vultu sancto tuo; esto illi scala et iter ad paradisum Dei; impetra ei indulgentiam pacis et sedem lucis. Ya Maria, ya Pembela kami! Engkaulah yang empunya perlindungan bagi para hambamu dan engkaulah yang memperjuangkan perkara mereka pada penghakiman Yesus Kristus: Sustine devotos ante tribunal Christi; suscipe causam eorum in minibus tuis.[40]
Teladan-Teladan
Di Biara Reichersperg, di negeri Bavaria, hidup seorang kanonik regular yang bernama Arnoldus. Ia sangat berbakti kepada Santa Perawan Maria. Karena ia menyadari dirinya di ambang kematian, ia menyambut sakramen-sakramen; dan setelah ia membuat para saudara konfraternitasnya datang, ia memohon kepada mereka agar mereka tidak meninggalkannya pada perjalanannya yang terakhir ini. Belum lama ia berkata demikian, di hadirat saudara-saudaranya itu, ia mulai gemetar tubuhnya; matanya berputar, keringat dingin bercucuran dari segenap anggota tubuhnya; dan ia berkata dengan suara yang gelisah: ‘Tidakkah kalian melihat roh-roh jahat yang ingin menyeretku ke dalam Neraka?’ Lalu, ia menjerit: ‘Saudara-saudaraku, hendaknya kalian berdoa kepada Maria agar ia memberikan pertolongan kepadaku; aku percaya bahwa ia akan memberikan kemenangan kepadaku.’ Mendengar kata-kata ini, orang-orang yang hadir di sana mendaraskan litani Santa Perawan Maria; dan sewaktu mereka berkata: Sancta Maria, ora pro eo; Arnoldus yang sekarat itu kembali menjawab: ‘Ulangi nama Maria; sebab aku sudah berada di hadapan penghakiman Allah.’ Ia berhenti untuk beberapa saat, dan lalu ia menambahkan: ‘Memang benar bahwa aku telah melakukannya, tetapi aku telah membuat penitensi untuknya.’ Lalu, ia berkata kepada Bunda yang Tersuci itu: ‘Ya Maria! Aku akan terbebaskan jika engkau datang menolongku.’ Setelahnya, roh-roh jahat kembali menyerangnya; tetapi ia membela dirinya dengan mengandalkan Yesus yang disalib dan dengan menyebut nama Maria. Demikianlah seluruh malam itu berlalu. Pada akhirnya, pada saat pagi hari tiba, Arnoldus pun menjadi tenang, dan ia berseru dengan penuh sukacita: ‘Maria, Pelindungku, Suakaku, ia telah memperolehkan bagiku pengampunan dan keselamatan.’ Lalu, sambil menatap Perawan yang Terberkati, yang mengundangnya untuk mengikutinya, ia berkata: ‘Aku datang, ya Ratuku! Aku datang.’ Pada saat itu juga, ia mencoba untuk bangkit, dan ia meninggal dengan lembut. Walaupun tubuhnya tidak dapat mengikuti Maria, kita percaya bahwa jiwanya mengikuti Maria sampai kepada kerajaan orang-orang pilihan.[41]
Romo Rho[42] dan Romo Lyraeus[43] menceritakan bahwa sekitar tahun 1465, di wilayah kadipaten Gelderland, seorang anak perempuan muda yang bernama Maria pada suatu hari diutus oleh pamannya untuk pergi ke pasar di Nijmegen, untuk membeli benda-benda tertentu. Ia disuruh pulang ke rumah bibinya di kota itu. Anak itu taat, tetapi pada sore hari tiba, sewaktu ia di rumah bibinya, ia diusir dengan kejam, dan ia harus kembali pergi berperjalanan untuk kembali pulang. Sayangnya, sewaktu malam hari tiba, ia berputus asa dan ia menjadi sedemikian marahnya, sehingga ia memanggil iblis dengan suara lantang. Iblis pun segera tampak kepadanya dalam rupa seorang pria, dan berjanji menolongnya, dengan syarat bahwa ia setuju untuk melakukan suatu hal.
Pada akhirnya, setelah banyak berdebat, mereka setuju bahwa anak itu akan mengambil abjad pertama dari nama Maria, dan dengan demikian, ia akan dinamakan Emme. Setelahnya, mereka pergi ke Antwerpen, di mana anak malang itu menghabiskan enam tahun bersama rekan yang jahat itu, menjalani hidup yang sedemikian jangaknya sehingga ia menjadi skandal bagi semua orang. Pada suatu hari, ia berkata kepada iblis bahwa ia ingin kembali ke negerinya. Roh jahat itu menghalanginya, tetapi ia akhirnya menyerah. Sewaktu mereka sampai ke Nijmegen, di sana sedang dipentaskan suatu drama yang menampilkan Riwayat Hidup Santa Perawan Maria. Saat ia melihatnya, Emme yang malang itu, oleh karena devosi yang tersisa yang dijaganya kepada Bunda Maria, mulai menangis.
Ia mengenggam anak itu pada saat itu juga untuk membawanya ke tempat lain; tetapi, karena ia melihat bahwa anak itu melawannya, dan karena ia melarikan diri dari iblis, iblis pun murka dan mengangkat anak itu ke udara dan mencampakkannya di tengah-tengah teater. Anak yang malang itu, yang dengan demikian terbebaskan, menceritakan apa yang terjadi kepadanya. Dan ia lalu pergi menghadap seorang pastor paroki untuk mengaku dosa, tetapi pastor paroki itu mengutusnya pergi menghadap Uskup Agung Köln, dan dari uskup agung itu kepada Sri Paus. Bapa Suci mendengarkan pengakuan dosanya, dan mewajibkannya melakukan penitensi dengan senantiasa mengenakan tiga kalung besi, satu di leher, dan satu gelang pada masing-masing lengan. Anak itu pun taat dan kembali ke Maastricht dan ia mengurung diri di sana, di dalam sebuah biara orang-orang yang bertobat, di mana ia hidup selama empat belas tahun untuk melaksanakan penitensi yang berat. Setelah beberapa waktu, pada suatu pagi ia bangun, ia melihat ketiga gelang itu terpatahkan dengan sendirinya. Dua tahun kemudian, ia meninggal dalam harum kesucian, dan ia menghendaki agar dirinya dikuburkan bersama dengan ketiga gelang itu, yang membuatnya, dari budak Neraka, menjadi tawanan Pembebasnya yang berbahagia.
Doa.
Ya Maria, Bunda Allah yang Agung dan Bundaku! Memang benar bahwa aku tidak pantas menyebut namamu; tetapi karena engkau mencintaiku dan karena engkau menghendaki keselamatanku, engkau akan senantiasa mencurahkan kemampuan, betapapun tiada murninya lidahku, untuk memohon pertolonganmu dengan nama yang begitu kudus dan kuasanya itu, penopang kami dalam hidup ini, dan keselamatan kami pada saat kami mati. Ah! Perawan yang teramat murni dan manis! Buatlah agar namamu sejak saat ini menjadi napas jiwaku; dan janganlah engkau menunda untuk menolongku, setiap kalinya aku menyebut namamu: dalam segala godaan yang akan kualami sejak saat ini, aku bertekad agar tidak pernah gagal untuk berlindung kepadamu, dengan senantiasa mengulangi: Maria! Maria! – Demikianlah harapanku, apa yang akan kulakukan di sepanjang sisa hidupku, dan terutama pada saat-saat terakhirku, agar di kemudian hari aku akan memuji Namamu yang terberkati dalam Firdaus untuk selama-lamanya, ya Perawan Maria yang pemurah, rahim, dan pengasih!
Ya Maria yang patut dicintai! Betapa besarnya penghiburan, kemanisan, kepercayaan, dan kelemahlembutan yang dirasakan oleh jiwaku, sewaktu aku menuturkan namamu, atau jika aku hanya memikirkan dirimu! Kubersyukur kepada Tuhan Allahku karena Ia telah memberikan kepadaku, demi kebahagiaanku, nama yang begitu manis ini, yang begitu pantas dicintai, dan yang begitu kuasa. Ya Ratuku! Aku tidak puas hanya dengan menuturkan namamu, aku juga ingin mengucapkannya dengan penuh cinta, aku ingin agar rasa sayangku memperingatkan daku agar kuulangi nama itu di setiap waktu, sehingga aku dapat berseru bersama Santo Anselmus dari Lucca: Ya Nama Bunda Allah! Engkaulah kasihku: O amor mei, nomen Matris Dei![44]
Ya Maria yang kucinta! Ya Yesus yang kukasihi! Semoga kedua nama itu senantiasa hidup di hatiku dan di dalam setiap hati! Semoga jiwaku hilang ingatan akan segala nama yang lain, agar ia hanya mengingat dan memanggil tiada hentinya kedua nama yang terhormat ini!
Ya Yesus, Penebusku, dan Maria, Ibundaku! Sewaktu aku sampai di ambang kematian, pada saat yang menentukan itu, di mana jiwaku akan meninggalkan hidup ini, kumohon agar melalui jasa-jasa-Mu ya Yesus, dan jasa-jasamu, ya Maria, aku dikaruniakan rahmat untuk mengulangi kata-kata ini untuk terakhir kalinya, yang harus dituturkan oleh mulutku di dunia ini: Yesus dan Maria yang kucinta, Yesus dan Maria! Kuserahkan hatiku dan jiwaku.”
Catatan kaki:
Dikutip dari Le saint nom de Marie, yang dipetik dalam karya St. Alfonsus, Gloires de Marie [Kemuliaan Maria] yang diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh Romo L.-J. Dujardin, Edisi II, Paris, P.-M. Laroche, Libraire-Gérant, 1869, hal. 5-34.
[1] Termuat di dalam Gloires de Marie [Kemuliaan Maria]
[2] De Nat. M. V.
[3] Or. De Praes. Deip.
[4] Hist. p. 1. T. 4. C. 6. § 10.
[5] S. de Annunt.
[6] De Laud. B. M. l. 1, c. 2.
[7] Ap. Lyr. Tris. Mar. l. 2. M. 13.
[8] Dom. 3. Quadr. A 2.
[9] Cesarius, Dial. l. 7. 50.
[10] Cant. 3. 6. – 6.9 – 8.5.
[11] De Laud. B. M. l. 1. c. 2.
[12] De Grat. D. l. 6.
[13] Dial. c. 16
[14] Depr ad gl. V.
[15] De Laud. B. M. l. 1. c. 2
[16] De Sim. et Anna.
[17] Spec. B. V. lect. 9.
[18] Cant. de V. M. c. 5.
[19] Inst. virg. c. 13.
[20] Vit. Chr. p. 2. c. 86.
[21] Stell. l. 6. p. 1. a. 2.
[22] Off. B. V. resp. 6.
[23] In Cant. 1.
[24] De Laud. B. M. l. 1. c. 2.
[25] Ad Nov. s. 23.
[26] Rev. l. 1. c. 9.
[27] De Zona Deip.
[28] De Laud. B. M. l. 11. – l. 1. c. 2.
[29] Luc. 1. 27.
[30] Loco cit.
[31] Serm. 146.
[32] De Laud. V. M. hom. 2.
[33] Rev. l. 1. C. 50.
[34] De Laud. Dei Gen.
[35] De Laud. B. M. l. 1, c. 2.
[36] Ad Nov. s. 21.
[37] Vall. lil. c. 13
[38] Psalt. B. V. ps. 1-110.
[39] In Deip. Ann.
[40] Psalt. B. V. ps. 113.
[41] Auriemma. Aff. scamb. p. 2. c. 8. – Ludewig. Chron Reichersp. Anno. 1166.
[42] Sabb. Del G. es. 28.
[43] Tris. Mar. l. 3. t. 8.
[44] Med. De Sal. B. V.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...