^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ensiklik Ubi Primum - Paus Leo XII, 1824 - Mengutuk Indiferentisme & Serikat Alkitab Non-Katolik
UBI PRIMUM
SURAT ENSIKLIK DARI PADUKA SUCI KITA
LEO XII, PAUS, BERKAT PENYELENGGARAAN ILAHI
KEPADA SEMUA PATRIARK, PRIMAT, USKUP AGUNG, DAN USKUP
KEPADA SAUDARA-SAUDARA KAMI YANG TERHORMAT, PARA PATRIARK, PRIMAT, USKUP AGUNG, DAN USKUP
LEO XII, PAUS.
Saudara-Saudara yang Terhormat, Salam dan Berkat Apostolik.
“Segera setelah Kami diangkat kepada puncak Jabatan Apostolik, Kami berseru bersama dengan St. Leo Agung, ‘Tuhan, aku telah mendengar firman-Mu, dan aku merasa takut; aku telah merenungkan karya-karya-Mu, dan aku gemetar; sebab hal apakah yang sama anehnya, yang sama mengerikannya, dengan jerih payah yang diembankan kepada orang yang lemah, tanggung jawab yang mulia yang diembankan kepada orang yang rendah, jabatan yang tinggi yang diembankan kepada ia yang tanpa jasa; dan walau bagaimanapun, Kami tidak berputus asa, tidak pun Kami gagal, sebab Kami tidak percaya akan diri Kami sendiri, melainkan akan Dia yang bekerja di dalam diri Kami.’[1]
Saudara-Saudara yang Terhormat, Kami ingin menyampaikan amanat Kami kepada anda sekalian tanpa menunda, dan untuk berbagi perasaan-perasaan hati Kami dengan anda sekalian; bahwasanya dengan anda sekalian, yang adalah mahkota dan sukacita Kami – oleh karena itu, Kami berharap bahwa kawanan domba anda sendiri merupakan sebuah mahkota dan penghiburan. Tetapi, perhatian Kami telah teralihkan oleh kekhawatiran-kekhawatiran yang berat dari pelayanan apostolik Kami, dan juga terutama oleh penyakit yang berkepanjangan yang telah menyiksa diri Kami. Itulah mengapa Kami sayangnya belum dapat memenuhi keinginan Kami. Tetapi Allah, yang kaya akan kerahiman, yang mencurahkan karunia-karunia-Nya yang tak terhingga kepada orang-orang yang memohon dan berdoa kepada-Nya dengan penuh kepercayaan, dan yang telah mengilhami diri Kami dengan keinginan ini, menyanggupkan diri Kami pada saat ini untuk memenuhi keinginan itu. Dan keheningan diri Kami ini, yang walaupun begitu berkepanjangan, bukanlah tanpa penghiburan, sebab Allah, yang menghibur orang yang rendah hati, juga telah menghibur diri Kami dengan kasih sayang penuh bakti dan semangat yang anda sekalian miliki terhadap diri Kami, yang membuat Kami memahami secara jelas kesalehan dari kesatuan Kristiani, sehingga Kami pun semakin bersukacita dan bersyukur kepada Allah. Maka, sebagai bukti dari cinta kasih Kami, Kami menulis kepada anda sekalian, agar Kami dapat kembali mendorong diri anda untuk berlari dalam jalan yang ditetapkan oleh perintah-perintah ilahi, dan untuk bertarung bahkan dengan lebih gagah berani dalam pertempuran-pertempuran Tuhan, sehingga dengan demikian, sang gembala dapat menikmati kemajuan dari kawanan domba.
Anda sekalian tahu, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa Rasul Petrus[2] telah menginstruksikan para uskup dengan kata-kata berikut: ‘Gembalakanlah kawanan domba Allah, yang ada di antara kalian, dan jagalah mereka bukan secara paksa, melainkan dengan kesediaan, seturut kehendak Allah; bukan demi keuntungan pribadi, melainkan dengan sukarela; tanpa seolah-olah menzalimi para imam, melainkan dengan menjadi suatu teladan yang tulus hati bagi kawanan domba.’
Dari perkataannya ini, anda akan dapat dengan mudah memahami cara bertindak seperti apa yang ditetapkan bagi anda, kebajikan-kebajikan apa yang hendaknya anda tanamkan dengan giat, betapa besarnya pengetahuan yang hendaknya menghiasi pikiran anda, serta buah-buah kesalehan dan cinta kasih yang hendaknya anda hasilkan di dalam diri anda sendiri, tetapi yang juga hendaknya anda sampaikan kepada kawanan domba anda. Dengan demikian, anda akan menggapai tujuan dari pelayanan anda; dengan demikian, dengan menjadi suatu teladan yang tulus hati bagi kawanan domba, dan dengan membagikan air susu kepada beberapa dari antara mereka, dan makanan kepada yang kuat, anda bukan hanya akan, dengan ajaran anda serta perbuatan-perbuatan dan teladan diri anda, membentuk kawanan domba itu sendiri demi menyanggupkan mereka untuk menempuh kehidupan yang tenteram di dalam Kristus Yesus, tetapi anda juga akan dapat menuntun mereka, bersama dengan diri anda sekalian, kepada sukacita abadi: sebagaimana yang dinyatakan oleh kepala dari para rasul sendiri,[3] ‘dan sewaktu sang Pangeran dari para gembala akan tampak, pada saat itulah kalian akan menerima mahkota kemuliaan yang tak kenal lekang.’
Kami hendak mengingatkan anda akan banyak hal; tetapi, Kami hanya akan membahas beberapa hal saja, sebab Kami ingin setelah ini membahas hal yang terpenting, sebagaimana yang mungkin dibutuhkan oleh zaman yang menggelisahkan ini.
Hal-hal sehubungan dengan orang-orang yang, dengan keberhati-hatian yang besar, dan setelah dilakukannya pertimbangan yang matang, akan dipromosikan kepada ordo-ordo minor, dan terutama kepada imamat suci, dan yang telah diajarkan oleh sang Rasul dalam perkataannya kepada Timotius sebagai berikut, ‘janganlah tergesa-gesa menumpangkan tangan kepada seorang pun,’ hal-hal sehubungan dengan pelantikan para pastor, perhatian terhadap jiwa-jiwa di dalam dioses anda masing-masing dan juga sehubungan pendirian seminaris-seminaris para Imam, dan yang telah didekretkan di dalam Konsili Trente,[4] dan yang sesudahnya telah dijelaskan secara lebih lengkap oleh para pendahulu Kami, semua hal ini telah anda ketahui dengan amat baik sehingga tidak lagi ada keperluan untuk berbicara panjang lebar tentang hal-hal tersebut.
Anda sekalian mengetahui, Saudara-Saudara yang Terhormat, betapa pentingnya, dan dengan betapa ketatnya anda harus menunaikan tanggung jawab dari jabatan anda yang mengharuskan anda untuk secara pribadi bertempat tinggal di dioses-dioses anda; kewajiban yang sama ini tampak secara jelas dari dekret-dekret yang amat banyak dari konsili-konsili serta konstitusi-konstitusi apostolik, dan yang juga diteguhkan Konsili Trente yang teramat kudus dalam kata-kata ini:[5] ‘Adapun semua orang yang telah diserahkan perhatian atas jiwa-jiwa, mereka diwajibkan oleh suatu asas ilahi untuk mengenal kawanan domba mereka, untuk mempersembahkan kurban demi mereka, dan untuk memberi mereka makan melalui pengkhotbahan sabda Allah, penyelenggaraan sakramen, dan teladan setiap perbuatan baik; untuk memberikan perhatian yang kebapaan bagi orang miskin, serta kaum papa lainnya, dan untuk mengerahkan upaya mereka untuk tanggung jawab pastoral lainnya. Semua hal ini tidak dapat dilakukan atau ditunaikan oleh mereka yang tidak mengawasi dan menjaga kawanan domba mereka, tetapi, mereka yang seperti pegawai upahan, meninggalkan kawanan domba mereka. Sinode yang teramat kudus ini memperingatkan dan menasihati mereka (para uskup) agar mereka mengingat perintah-perintah Allah, dan menjadi teladan bagi kawanan domba, serta memberi mereka makan dan memerintah mereka dalam keadilan dan kebenaran. Kami pula, terdesak oleh kewajiban dari jabatan yang sedemikian besar dan beratnya, dan terbakar dengan semangat untuk kemuliaan Allah, dengan tulus hati Kami memuji mereka yang menunaikan perintah ini dengan saksama; dan jika ada (dan seandainya jumlah pastor yang seperti itu besar adanya tidaklah mengejutkan, walaupun amat diratapi) yang tidak menaati ketetapan-ketetapan gerejawi ini, Kami memperingatkan, menasihati, dan memohon para pihak yang sama ini, dari dalam lubuk kerahiman Yesus Kristus, agar mereka merenungkan dengan serius bahwa sang Hakim yang tertinggi akan mencari darah domba-domba-Nya di dalam tangan mereka, dan bahwa suatu penghakiman yang teramat berat menantikan mereka yang memerintah.
Hukuman yang mengerikan itu, yang baru saja disebutkan, seperti yang anda sekalian ketahui tidak hanya berlaku kepada mereka yang lalai untuk bertempat tinggal secara pribadi, atau yang mencari cara untuk menghindarinya atas dasar suatu dalih yang sia-sia, tetapi juga kepada mereka yang, tanpa alasan yang benar, lalai untuk melaksanakan tanggung jawab kunjungan, dan menunaikannya sesuai dengan ketentuan dari kanon-kanon. Mereka sungguh tidak akan menaati dekret Trente jika mereka tidak memastikan untuk mendatangi domba-domba mereka secara pribadi, dan seperti seorang gembala yang baik, untuk menyayangi domba-domba yang baik, untuk mencari mereka yang telah tersesat, dan dengan memanggil dan merawat mereka, baik dengan lembut maupun dengan penuh tenaga, untuk pada akhirnya membawa mereka pulang kepada kandang domba.
Selain itu, para uskup tersebut, yang tidak berjuang dengan semangat yang layak untuk menaati asas-asas yang mewajibkan mereka untuk bertempat tinggal dan untuk melakukan kunjungan, tidak akan meloloskan diri dari penghakiman yang mengerikan dari Gembala yang Tertinggi, Juru Selamat kita, dengan beralasan bahwa mereka telah menunaikan tanggung jawab ini sebagai para pelayan yang layak.
Kepada diri mereka sendirilah, dan bukan kepada para deputi mereka, tanggung jawab atas perhatian untuk kawanan domba mereka telah dipercayakan; merekalah yang telah dijanjikan rahmat yang istimewa dari Roh Kudus serta karunia-karunia dari rahmat yang teramat berharga. Maka, kenyataan bahwa domba-domba jauh lebih rela mendengarkan suara sang gembala daripada suara seorang pengganti; dan bahwa mereka meminta dengan kepercayaan yang lebih besar, dan dengan lebih rela menerima makanan yang menyehatkan dari para gembala mereka sendiri, layaknya dari tangan Tuhan sendiri, yang pribadi-Nya mereka hormati di dalam diri para uskup, daripada dari tangan wakilnya; semuanya ini, di samping bukti-bukti yang telah dikemukakan, diteguhkan oleh pengalaman, yang merupakan pengajar yang terbaik tentang hal-hal.
Akan cukup adanya, Saudara-Saudara yang Terhormat, untuk menulis sepanjang itu kepada anda; saya berkata kepada anda sekalian, anda yang, walaupun anda hening, anda bukannya tidak bersyukur atas karunia-karunia yang telah anda terima, dan tidak pun anda berbangga diri dengan kegegabahan atas jasa-jasa diri anda sendiri.[6] Bahwasanya demikianlah nasib mereka yang memiliki semangat yang membara untuk menggapai kebajikan yang satu sampai kepada kebajikan yang lain, dan yang masih melangkah lebih jauh, dengan meneladani dengan penuh semangat contoh-contoh yang diberikan oleh para prelat kuno di zaman kuno dan modern, dan yang bersyukur kepada Tuhan sewaktu mereka telah membuat para musuh Gereja melarikan diri, dan memperbarui moral manusia. Tetapi, walau bagaimanapun, hendaknya kata-kata mutiara dari St. Leo Agung ini[7] senantiasa ada di dalam benak anda: ‘Di dalam pertarungan ini, tiada kemenangan yang sedemikian penuhnya, selain tiadanya persaingan yang muncul setelah tercapainya kejayaan.’
Tetapi, betapa banyaknya dan betapa besarnya pertarungan yang telah muncul, dan yang muncul hampir setiap harinya, yang melawan Agama Katolik di zaman kita ini! Siapakah yang dapat menahan air mata dirinya sendiri sewaktu ia memikirkan dan merenungkan pertarungan-pertarungan tersebut di dalam benaknya!
Perhatikanlah dengan saksama, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa percikan api yang dibicarakan oleh St. Hieronimus tidaklah kecil adanya:[8] ‘Saya tidak berkata tentang percikan api yang kecil, yang hampir tidak terlihat, melainkan suatu lidah api yang berjuang untuk menghancurkan seluruh dunia, menghanguskan tembok-temboknya, kota-kotanya, hutan-hutan dan wilayah-wilayahnya yang amat luas. Ragi itu tiada kecil ukurannya, walaupun memang kelihatannya kecil, tetapi sewaktu ragi itu diaduk bersama dengan tepung, ia berusaha untuk mengkhamiri seluruh adonannya.’ Pelayanan apostolik Kami yang rendah ini akan gagal oleh karena rasa takut, seandainya tidak ditopang oleh ‘Ia yang tidak tidur maupun terlelap, Ia yang menjaga Israel,’ dan yang berkata kepada para murid-Nya, ‘Lihatlah, Aku ada bersama kalian sepanjang hari bahkan sampai akhir zaman,’ dan bahwa Ia telah sudi bukan hanya untuk menjadi Penjaga kawanan domba, tetapi juga Gembala bagi para gembala sendiri.[9] Tetapi mengapakah perkataan ini diucapkan? Suatu sekte tertentu, yang tentunya anda kenali, yang secara tidak pantas merampas nama Filsafat untuk dirinya sendiri, telah membangkitkan hampir semua tentara kesesatan dari abu mereka. Sekte ini, yang berkedokkan kesalehan dan kemurahan hati yang lembut, mengakui Latitudinarianisme atau Indiferentisme (demikianlah sebutan untuk paham sekte tersebut), dan memuji paham itu bukan hanya di dalam perkara-perkara sipil (yang bukanlah hal yang Kami bahas), tetapi juga dalam hal agama. Paham ini mengajarkan bahwa Allah telah memberikan kebebasan yang leluasa kepada setiap orang untuk menganut atau mengikuti sekte mana pun yang paling berkenan kepada dirinya seturut penilaian atau pendapat pribadinya sendiri, tanpa membahayakan keselamatannya sama sekali. Untuk melawan ketidaksalehan dari orang-orang yang gila ini, rasul Paulus memperingatkan kita demikian:[10] ‘Aku memohon kepada kalian, Saudara-Saudara, agar kalian mewaspadai mereka yang berselisih dan melakukan pelanggaran dalam hal doktrin yang telah kalian pelajari, dan agar kalian menjauhi mereka: sebab mereka yang demikian adanya tidak melayani Kristus Tuhan kita, melainkan perut mereka sendiri, dan dengan tutur kata yang manis serta kata-kata yang menyanjung, mereka menipu orang-orang yang tak bersalah.’
Sungguh benar bahwa kesalahan ini bukanlah kesalahan yang baru, tetapi di zaman kita ini, kesalahan ini telah dipuji-puji dengan suatu cara yang baru dan lebih lancang, yang melawan kuasa dan integritas iman Katolik. Eusebius[11] bercerita dari Rhodon, bahwa kegilaan ini mulai dibicarakan pada abad kedua oleh seorang bidah yang bernama Apelles, yang menyatakan bahwa ‘iman sama sekali tidak dapat diselidiki, tetapi hendaknya setiap orang tetap berada di dalam iman yang telah sekalinya diresapinya;’ sedangkan Apelles ini mendukung bahwa semua orang yang berharap di dalam Dia yang disalibkan, akan diselamatkan, dengan syarat bahwa perbuatan-perbuatan mereka terbukti baik. Retorius juga, sebagaimana yang termuat di dalam kesaksian Agustinus,[12] dengan bodoh menyatakan bahwa semua kaum bidah berada dalam jalan yang aman, dan berbicara secara benar; suatu pernyataan, yang, imbuh bapa yang kudus itu, sedemikian absurdnya, sehingga tampak tidak dapat dipercayai bagi saya. Tetapi, Indiferentisme di zaman ini terkenal sebagai paham yang sedemikian lancangnya sehingga mendalilkan bahwa bukan hanya semua sekte yang berada di luar Gereja Katolik, dan yang mengakui Wahyu sebagai dasar dan landasan mereka setidaknya dalam kata-katalah yang berada di dalam jalan yang benar, tetapi juga serikat-serikat tertentu, yang mengakui paham Deisme atau Naturalisme murni karena mereka membenci Wahyu: mereka semua berjalan di dalam jalan yang benar. Indiferentisme yang dianut oleh Retorius tampak, dan memang tampak secara benar, bagi St. Agustinus sebagai suatu keabsurdan, tetapi paham tersebut berada dalam batasan-batasan tertentu. Namun demikian, Latitudinarianisme sendiri, yang mencakup Deisme dan Naturalisme, yang ditolak bahkan oleh kaum bidah yang kuno, apakah paham semacam ini mungkin pernah dapat diterima oleh seseorang yang berakal sehat? Dan walau bagaimanapun, sayang sekali! Di zaman ini, paham itu disetujui, dipuji, dan dibela, oleh orang-orang yang secara salah disebut sebagai filsuf.
Memang benar bahwa tidak pernah ada kekurangan para penulis yang amat baik, yang banyak jumlahnya, yang mengakui filsafat yang benar. Mereka menyerang monster yang menyeramkan ini dengan argumen-argumen yang tak terbantahkan. Tetapi perkara ini sendiri sedemikian jelasnya, bahwa Allah yang Mahabenar, yang bahwasanya adalah kebenaran yang terluhur sendiri, sang Penyelenggara yang Mahabaik dan Mahabijak, tidak mungkin menyetujui semua sekte yang mengajarkan doktrin-doktrin sesat yang saling bertentangan dan berkontradiksi, serta menganugerahkan imbalan-imbalan abadi kepada orang-orang yang mengakui doktrin-doktrin sesat tersebut. Hal ini sendiri sedemikian jelasnya, sehingga akan mubazir adanya untuk mencermatinya lebih lanjut. Memang benar bahwa Kami memiliki suatu nas bernubuat yang lebih teguh, dan sewaktu Kami menulis kepada anda sekalian, Kami menuturkan Hikmat dari antara orang-orang yang sempurna, bahwasanya bukanlah hikmat zaman ini, melainkan hikmat Allah di dalam misteri, yang olehnya Kami diajar, dan dengan Iman Ilahi Kami percaya akan satu Tuhan, satu Iman, satu Pembaptisan, dan bahwa tiada nama lain yang diberikan di bawah Surga kepada manusia selain nama Yesus Kristus dari Nazaret, yang di dalamnya kita harus diselamatkan, dan oleh karena itu Kami mengakui bahwa tidak terdapat keselamatan di luar Gereja.
Tetapi, oh! Alangkah dalamnya kekayaan hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselami keputusan-keputusan-Nya. Allah, yang membinasakan hikmat orang-orang yang berhikmat,[13] tampaknya telah menyerahkan para musuh Gereja-Nya, yang membenci Wahyu, kepada pikiran yang terkutuk,[14] dan kepada misteri kedurhakaan yang tertulis di dahi sang pelacur, yang disebutkan oleh Yohanes;[15] sebab bahwasanya, kedurhakaan manakah yang mungkin lebih besar daripada yang dimiliki oleh orang-orang yang angkuh ini, yang tidak hanya meninggalkan agama yang sejati, tetapi juga yang berdalihkan segala jenis remeh-temeh, melalui tulisan dan perkataan yang penuh dengan tipu daya, berupaya untuk menjerat orang yang tak awas? Hendaknya Allah bangkit dan semoga Ia mengekang kejangakan yang tak terkendali untuk berbicara, menulis, dan berkarya sastra ini, dan hendaknya Ia menghancurkannya dan mengembalikannya ke dalam ketiadaan.
Perlukah kita membahas perkara-perkara ini lebih lanjut? Kedurhakaan para musuh kita telah menjadi sedemikian besarnya sehingga mereka bukan hanya mendatangkan banjir buku-buku yang berbahaya, yang memusuhi agama, mereka juga berjuang untuk menyalahgunakan Kitab Suci, Kitab Suci yang diberikan kepada kita oleh Allah demi membangun agama sendiri.
Anda sekalian menyadari, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa suatu Serikat tertentu, yang secara umum disebut sebagai Serikat Alkitab, menapakan kaki mereka dengan lancang di seluruh dunia. Serikat tersebut tidak hanya menolak tradisi para Bapa yang Kudus, dan melawan dekret Konsili Trente yang terkenal,[16] dengan berjuang dengan segenap tenaganya, dan dengan segala cara, untuk menerjemahkan – atau sebenarnya, untuk membejatkan – Kitab Suci ke dalam bahasa-bahasa vernakular dari setiap bangsa. Dengan demikian, haruslah amat diwaspadai agar jangan sampai apa yang sudah diketahui telah terjadi kepada beberapa ayat tertentu, juga dapat terjadi kepada ayat-ayat yang lain; yakni: ‘dengan penafsiran yang menyimpang, Injil Kristus dapat dijadikan suatu Injil manusia, atau, yang lebih buruk, Injil Iblis.’[17]
Untuk menghalau wabah ini, para pendahulu Kami menerbitkan banyak ketetapan; dan pada hari-harinya yang kemudian, Pius VII dari kenangan yang terberkati, mengirimkan dua pucuk surat Breve – yang satu ditujukan kepada Ignatius, Uskup Agung Gniezno, dan yang lain kepada Stanislaus, Uskup Agung Mahilyow. Di dalam surat-surat tersebut, terdapat banyak bukti yang secara akurat dan penuh hikmat dikumpulkan dari Kitab Suci dan dari tradisi, untuk memperlihatkan betapa berbahayanya gagasan baru yang teramat fasik ini terhadap iman dan moral.
Kami pula, Saudara-Saudara yang Terhormat, seturut tanggung jawab apostolik Kami, menasihati anda agar anda sekalian menghindarkan kawanan domba anda dengan segala cara dari padang rumput yang beracun ini. Tegurlah, mohonkanlah, dan desaklah selalu, dalam kesabaran dan dalam doktrin, agar para umat beriman yang dipercayakan kepada diri anda sekalian (dengan menaati secara ketat peraturan dari Kongregasi Indeks kita) yakin bahwa jika Kitab Suci diterbitkan secara serampangan di mana-mana, kejahatan yang timbul darinya akan lebih besar daripada faedahnya, oleh karena kelancangan manusia. Kenyataan ini tidak hanya dibuktikan oleh pengalaman, tetapi St. Agustinus serta para Bapa yang Kudus lainnya telah mengumumkannya di dalam kata-kata ini:[18] ‘Sebab bidah-bidah tidaklah timbul, dan doktrin-doktrin sesat tertentu, yang menjerat jiwa-jiwa dan menjerumuskan mereka ke dalam lubang jurang maut, pun tidak muncul, selain jika Nas-Nas yang baik telah dimengerti dengan pemahaman yang buruk, dan sewaktu apa yang dimengerti dengan pemahaman yang buruk di dalam Nas-Nas itu dinyatakan secara gegabah dan lancang.’
Maka lihatlah, Saudara-Saudara yang Terhormat, kecenderungan dari Serikat ini, yang di samping itu, demi mencapai tujuan-tujuannya, mencoba menggunakan segala sesuatu; sebab Serikat tersebut tidak hanya menerbitkan terjemahan-terjemahannya, tetapi juga dengan berkelana di berbagai kota, Serikat itu dengan gembira menyebarkan terjemahan-terjemahannya itu kepada khalayak. Bahwasanya, demi memikat pikiran orang sederhana, Serikat itu menjual terjemahan-terjemahannya di suatu waktu, dan di waktu lain, dengan maksud jahat yang berkedok kemurahan hati, ia mengedarkan terjemahan-terjemahan itu secara cuma-cuma.
Tetapi, barangsiapa ingin mencari tahu secara pasti penyebab yang sesungguhnya dari segala kejahatan yang telah Kami ratapi sampai saat ini, atau yang tidak Kami sebutkan agar Kami tidak berbicara Panjang lebar, orang itu akan menemukan bahwa pada permulaan Gereja, sebagaimana pula di masa kini, penyebab itu adalah kebencian yang tegar terhadap otoritas Gereja sendiri; bahwasanya kebencian terhadap Gereja itu, Gereja yang, seperti yang diajarkan oleh St. Leo Agung[19] ‘oleh karena suatu kasih yang amat tertata, mengakui Petrus di dalam Takhta Petrus dan di dalam pribadi dari Paus Roma, penerusnya, memandang dirinya, dan menghormatinya; di dalam dirinyalah penjagaan atas semua gembala, bersama kawanan domba yang dipercayakan kepada mereka, terus dilakukan, dan martabatnya pun tidak gugur bahkan di dalam pribadi ahli warisnya yang tidak pantas.[20] Maka di dalam Petruslah, (demikianlah pula peringatan dari Doktor suci yang sama itu) kekuatan dari mereka semua diteguhkan, dan pertolongan rahmat ilahi tertata dengan sedemikian baiknya sehingga keteguhan yang dikaruniakan oleh Kristus kepada Petrus disampaikan oleh Petrus kepada para Rasul. Demikian pula, jelas adanya bahwa kebencian terhadap otoritas Gereja ini berlawanan dengan perintah Kristus, yang berkata demikian kepada para Rasul, dan di dalam pribadi mereka, kepada para pelayan Gereja yang meneruskan mereka:[21] ‘Barangsiapa mendengarkan kalian, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kalian, ia menolak Aku’;[22] dan Rasul Paulus memperingatkan, ‘Gereja adalah tiang penyangga dan landasan kebenaran.’ Sehubungan dengan kata-kata tersebut, St. Agustinus berkata:[23] ‘Barangsiapa didapati tanpa Gereja, ia akan terasing dari kalangan anak-anak; dan barangsiapa tidak memiliki Gereja sebagai Ibundanya, ia juga tidak akan memiliki Allah sebagai Bapanya.’
Maka dari itu, Saudara-Saudara yang Terhormat, hendaknya anda sekalian menempatkan, bersama dengan Agustinus, perkataan Kristus dan Rasul Paulus di depan mata anda, dan hendaknya anda sekalian merenungkan perkataan mereka, agar anda dapat mengajarkan kepada umat yang dipercayakan kepada diri anda betapa mulianya otoritas Gerfeja, yang telah ditetapkan secara langsung oleh Allah sendiri.
Janganlah anda patah semangat. Kami mengakui bersama Agustinus yang sama,[24] bahwa air bah ini (yakni, keberagaman doktrin yang berbeda-beda) menghimpit kita dari setiap sisi. Kita tidak berada di dalam banjir bandang, tetapi kita dikelilingi olehnya; air bah menghampiri kita, tetapi kita tidak ditindas olehnya; kita terdesak olehnya, tetapi tidak ditenggelamkannya.’
Maka dari itu, Kami menasihati anda agar anda tidak patah semangat. Kami percaya dalam Tuhan bahwa kuasa dari para pangeran duniawi akan datang membantu anda; kepentingan mereka pun terkait, sebagaimana yang ditunjukkan oleh akal budi dan pengalaman, sewaktu otoritas Gereja dipertanyakan ; sebab hal-hal yang adalah hak Kaisar tidak akan pernah diberikan kepada Kaisar, jika hal-hal yang adalah hak Allah tidak diberikan kepada Allah.
Tanggung jawab dari kehambaan Kami terhadap diri anda, seperti perkataan St. Leo, juga akan menyertai diri anda sekalian. Dalam kegelisahan, dalam keraguan, di dalam setiap kesulitan, hendaknya anda berlindung kepada Takhta Apostolik ini, sebab Allah, ujar St. Agustinus,[25] telah menempatkan di dalam Takhta ini kesatuan dari doktrin Kebenaran.
Pada akhirnya, Kami memohon kepada anda sekalian dengan kerahiman Allah. Bantulah Kami dengan doa dan permohonan kepada Allah, agar Roh segala Rahmat boleh tetap berada di dalam diri kita, dan agar keputusan-keputusan anda tidak goyah. Dan semoga Ia yang telah mengilhami anda dengan semangat pemufakatan, mencurahkan kepada kita semua karunia damai sejahtera; sehingga di sepanjang hari-hari kehidupan Kami, dalam bakti pelayanan kepada Allah yang Mahakuasa dan kepada anda sekalian, Kami dapat berdoa kepada Tuhan dengan penuh kepercayaan, ‘Bapa yang Kudus, jagalah mereka dalam nama-Mu, mereka yang telah Kauserahkan kepadaku.’[26] Sebagai jaminan akan harapan dan cinta kasih Kami, Kami menganugerahkan, dari segenap hati Kami, kepada diri anda sekalian dan kepada kawanan domba anda, Berkat Apostolik.
Diberikan di Roma, di Gereja St. Maria Mayor, pada hari ke-3 dari bulan Mei 1824. Tahun pertama dari masa Kepausan Kami.”
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari sumber berbahasa Inggris:
The Encyclical Letter of Pope Leo The XII [Surat Ensiklik Paus Leo XII], Dublin, Richard Coyne, 1824, hal. 3-18.
[1] Serm. 3. de Natali ipsius hab. in an. assump. Suae ad Smi pont. munus. Ed. Bal.
[2] Epist. 1. ch. 5.
[3] Ibid.
[4] Ses. 23. cap. 18.
[5] Sess. 23. de Ref. cap 1.
[6] S. Leo, Ser. 5. de Nat. Ipsius.
[7] S. Leo, ibid.
[8] In Ep. ad Gal. Lil. 3. Ch. 5.
[9] S. Leo, ibid.
[10] Ep. ad Rom. cap. 18.
[11] Lib. 5. Hist. Eccl.
[12] De Haeresibus, Num. 72.
[13] I. Ad Cor. Cap. I.
[14] Ad Rom. 1 cap 28.
[15] Apoc. cap. 1. v. 4.
[16] Sess. 4, de Ed. et usu Sac. Lib.
[17] S. Hir. in Cap. 1 Ep. ad Gal.
[18] Tract. 18. in Fab. cap. 5.
[19] S. Leo Serm. 2. de Nat. ejusd.
[20] S. Leo. Ser. 3. super eodem.
[21] S. Luc. cap. 10.
[22] I Tim. cap. 3.
[23] Lib. 4. ad Catech. cap. 13.
[24] Enar. 2. in ps. 31.
[25] Ep. 105. ad Don al. 166.
[26] S. Leo. Ser. 1 de Nat. Ips. et Joh. Ev. Cap. 17.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 5 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 7 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...