^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Penghormatan kepada Para Kudus dan Gambar-Gambar Kudus - Khotbah Santo Yohanes Maria Vianney
Khotbah Kedua untuk Pesta Semua Orang Kudus
Tentang Penghormatan kepada Para Kudus dan Gambar-Gambar Kudus
Mirabilis Deus in sanctis suis
Allah mengagumkan di dalam para kudus-Nya
(Ps. LXVII, 36.)
“Sewaktu raja Daud yang suci merenungkan Surga, bumi, dan segala hal yang dikandungnya, ia berseru dalam kekaguman: ‘Oh, betapa mengagumkannya Allah dalam karya-karya-Nya!’ Tetapi sewaktu ia mempertimbangkan apa yang telah dilakukan oleh Allah untuk manusia, karya agung dari kuasa-Nya, dari kebijaksanaan-Nya dan kerahiman-Nya, ia berseru: ‘Oh! Betapa baiknya Allah Israel!’ Ya, saudara-saudaraku, demikianlah baiknya Allah kepada umat manusia, sehingga Ia telah memberikan Putra-Nya untuk menyelamatkan kita, dan Ia telah membekaskan dalam diri para kudus, segala kebajikan yang telah dipraktikkan oleh Yesus Kristus selama hidup-Nya. Para kudus serupa seperti cermin-cermin kecil di mana Yesus mengamati diri-Nya sendiri. Di dalam diri para Rasul-Nya, Ia memandang semangat-Nya dan cinta kasih-Nya demi keselamatan jiwa-jiwa; dalam diri para martir, Ia memandang kesabaran-Nya, penderitaan-penderitaan-nya serta kematian-Nya yang menyakitkan; di dalam para rahib, Ia melihat kehidupan-Nya yang terselubung dan tersembunyi; dalam diri para perawan, Ia mengagumi kemurnian-Nya yang tak bernoda, dan di dalam diri semua orang kudus, kasih-Nya yang tak terbatas; sedemikian rupa, saudara-saudaraku, sehingga dengan mengagumi kebajikan para kudus, kita hanya mengagumi kebajikan Yesus Kristus sendiri, kebajikan yang teladannya telah diberikan-Nya sendiri kepada kita di sepanjang kehidupan-Nya di bumi. Betapa besar kebahagiaan kita, saudara-saudaraku, karena di hadapan diri kita terdapat teladan-teladan, serta para pelindung dalam pribadi para kudus di dalam Surga! Mereka selalu siap untuk datang menolong kita sewaktu kita memanggil mereka; tetapi untuk pantas mendapatkan kebahagiaan itu, kita harus 1) memiliki suatu kepercayaan yang besar dalam perlindungan mereka; 2) menghormati apa yang mereka miliki, dengan keyakinan yang teguh bahwa penghormatan yang kita berikan kepada mereka sepenuhnya berhubungan kepada Allah.
I. Penghormatan yang kita berikan kepada Allah jauh berbeda daripada yang kita berikan kepada para kudus; ini adalah suatu penghormatan adorasi, ketergantunyan; kita menghormati Allah yang Mahabaik melalui iman, melalui harapan, dan melalui kasih.[1] Kita menghormati Allah dengan merendahkan jiwa kita di hadapan kemegahan-Nya yang tertinggi, dan memandang-Nya sebagai Pencipta diri kita dan takdir diri kita yang terakhir; tetapi penghormatan yang kita berikan kepada para kudus adalah rasa hormat dan pujian atas rahmat yang telah diberikan kepada mereka oleh Allah yang Mahabaik, atas kebajikan yang telah mereka praktikkan dan atas kemuliaan yang dengannya Allah memahkotai mereka di dalam Surga. Kita menyerahkan diri kita sendiri kepada doa-doa mereka, karena Allah telah memberikan kepada mereka suatu kuasa yang besar di hadapan diri-Nya. Sewaktu kita menghormati para kudus, apa yang kita lakukan adalah menyembah Yesus Kristus, yakni, kita bersyukur kepada Allah yang Mahabaik atas rahmat-rahmat yang telah dibuat-Nya kepada mereka selama hidup mereka, dan yang telah dibuat-Nya kepada mereka selama-lamanya; kita memandang santo-santa sebagai sahabat-sahabat Allah dan sebagai para pelindung kita. Kita dapat berkata bahwa untuk santo-santalah Allah telah melakukan segala sesuatu yang telah dilakukan-Nya. Untuk merekalah Allah telah menciptakan dunia, yang diperintah-Nya dan yang dijaga-Nya, untuk merekalah Ia telah mengorbankan kehidupan-Nya dengan mati di salib, untuk merekalah Ia telah mengerjakan begitu banyak mukjizat, untuk merekalah Ia telah menetapkan agama yang indah ini, yang melaluinya Ia telah melimpahkan begitu banyak rahmat. Tetapi untuk mengerti dengan lebih baik cinta yang dimiliki oleh Allah yang Mahabaik kepada mereka, marilah melihat besarnya kemuliaan dan penghormatan yang diberikan-Nya kepada mereka di dalam Surga. Yesus Kristus mengasosiasiakan mereka kepada bala malaikat; Ia telah memilih mereka sebagai anak-anak-Nya, para saudara-Nya dan sahabat-sahabat-Nya, Ia telah menetapkan mereka sebagai ahli bersama diri-Nya untuk kerajaan yang abadi, Ia telah membebaskan mereka dari perbudakan iblis, Ia memurnikan mereka dari segala noda di dalam darah-Nya yang berharga, Ia telah memperkaya mereka dengan rahmat-Nya dan menghiasi mereka dengan kemuliaan-Nya. Lihatlah baik-baik saudara-saudaraku, demikianlah mengapa kita mengagumi besarnya kemuliaan yang kepadanya Yesus Kristus mengangkat para kudus. Tetapi, marilah kita menghibur diri karena kita ditakdirkan untuk mengalami kebahagiaan yang sama, jika kita hendak meneladani apa yang telah mereka lakukan di atas bumi. Allah yang Mahabaik huga hendak menyelamatkan diri kita, Ia mencintai diri kita sebagaimana Ia mencintai para kudus. Mereka telah menderita untuk beberapa waktu, memang benar adanya, tetapi sekarang segalanya sudah selesai untuk diri mereka; mereka telah difitnah, dipermalukan, dipenjarakan, mereka telah kehilangan kenikmatan, mereka telah menyangkal kehendak diri mereka sendiri, mereka mematiragakan diri mereka sendiri, yang satu menghabiskan hidup di padang pasir, yang lain di dalam biara; tetapi, sekali lagi, apakah semua itu jika dibandingkan dengan kebahagiaan dan kemuliaan yang mereka nikmati di dalam Surga? ….
Apa yang menjadi bagi diri kita suatu rahmat yang amat berharga, adalah bahwa Allah telah menghendaki agar mereka menjadi pelindung dan sahabat kita. Santo Bernardus berkata kepada kita bahwa penghormatan yang kita berikan kepada mereka lebih kecil kemuliaannya daripada manfaat yang kita terima, sebab kita dapat memanggil mereka dengan kepercayaan yang besar, karena mereka thu betapa besar bahaya yang kita alami di atas bumi, mengingat bahaya-bahaya yang mereka sendiri alami selama hidup mereka. Untuk dapat menjadi pantas mendapatkan perlindungan mereka, kita harus bersyukur kepada Allah yang Mahabaik atas rahmat-rahmat yang telah dibuat-Nya kepada mereka selama hidup mereka, dan berusaha keras untuk mempraktikkan kebajikan mereka. Kita harus menghormati para Bapa Bangsa dan para Nabi, dalam kesederhanaan dan semangat cinta mereka kepada Allah; para Rasul, dengan meneladani semangat mereka akan kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa; kita harus meneladani para martir dengan meniru kesabaran mereka dalam penderitaan; kita harus meneladani para perawan dengan meniru kemurnian mereka yang begitu berkenan kepada Allah; kita harus melakukan segala sesuatu yang mampu kita lakukan untuk menjadi pantas mendapatkan persahabatan dan perlindungan mereka.
Kita melihat bahwa sejumlah besar pendosa bertobat oleh karena hubungan yang mereka miliki dengan santo-santa; lihatlah anak muda itu yang dipercayakan oleh Santo Yohanes kepada sang uskup … tanpanya, ia jelas binasa. Lihatlah perubahan yang dibuat dalam diri Santo Agustinus, oleh karena hubungannya dengan Santo Ambrosius! Lihatlah pula betapa Santa Maria, kemenakan dari Santo Abraham, berbahagia karena ia memiliki seorang paman yang begitu suci yang menjadi sahabatnya! Betapa kita berbahagia pula karena kita memiliki sahabat-sahabat dalam diri para kudus yang mencintai diri kita; yang, dalam harapan untuk menyelamatkan jiwa kita, menjadikan bagi diri mereka suatu tanggung jawab untuk membuat diri kita mengetahui kesalahan-kesalahan kita karena mereka telah mendapatkan keberuntungan untuk dapat mengoreksi kita; demikianlah suatu contoh yang mengagumkan. Seorang gadis muda bernama Apolina, bertemu dengan seorang pria muda, tanpa berpikir tentang bahaya yang terpapar kepada dirinya. Seorang rekan yang suci, yang hendak membawanya kembali kepada Allah, datang pada suatu hari untuk memperingatkannya dalam kasih akan kejahatan yang dilakukannya dengan kelakuannya yang terlalu bebas dengan pria muda itu. ‘Percayalah kepadaku, temanku yang terkasih, ujarnya, karena aku lebih tua daripadamu, aku sungguh mengetahui kerapuhan dirimu. Dalam percakapan serta keakraban yang bebas dengan orang-orang yang berbeda jenis kelamin, iblis selalu mendapatkan kemenangan lebih daripada yang dapat kita ketahui; kita tidak akan pernah keluar dari pertemanan semacam itu, tanpa membekaskan di dalam jiwa kita suatu kesan yang berbahaya; kemurnian sedikit demi sedikit menjadi lemah, dan segera setelah kebajikan itu melemah dalam diri seorang anak perempuan, ia segera kehilangan rasa takut akan Allah. Kebajikan tidak lagi dirasakan, segala sesuatu yang manis dan menghibur dari agama menjadi mengganggu dan sulit. Sakramen-sakramen tidak lagi menarik, dan jika kita menyambut sakramen-sakramen, kita melakukannya tanpa buah, terkadang bahkan dengan melakukan penistaan.’ Apolina pertama-tama tampak tidak tergerak oleh percakapan ini, tetapi tergerak oleh rahmat Allah, ia pergi berkonsultasi kepada imam pengaku dosanya. Sang imam pun menyingkapkan kepada gadis mud aitu segala kejahatan yang telah diperbuatnya, dan bahaya yang telah dialaminya. ‘Engkau telah melakukan kejahatan yang lebih besar daripada yang engkau bayangkan, ujar imam pengaku dosa itu. Persahabatan dengan pria muda itu bagimu, dan persahabatan yang kaumiliki baginya, telah menjadi lebih mematikan bagimu daripada baginya, sehingga jika engkau telah menancapkan sebuah pedang dalam hati; setidaknya hanyalah kehidupan ragalah yang telah tercabut, sedangkan persahabatan itu membuatmu kehilangan kehidupan jiwamu, yang telah membuat Yesus Kristus menderita begitu banyak! Sudah tiba waktunya bagimu untuk keluar dari jurang di mana engkau telah terjerembap.’ Apolina, yang tergerak oleh penyesalan atas penghinaan yang telah dilakukannya kepada Allah, menangis, berterima kasih kepada teman perempuannya itu atas nasihat-nasihat penuh kasih yang telah diberikannya kepadanya, dan meminta maaf atas skandal-skandal yang diperbuatnya. Ia melewatkan sisa hidupnya dalam penyesalan dan penitensi. Anda lihat, saudara-saudaraku, bahwa andaikata gadis muda itu tidak diberkati dengan seorang teman yang suci, ia kemungkinan tidak akan pernah menyadari keadaan dirinya, selama dirinya itu buta. Tetapi jika para kudus yang berada di atas bumi begitu penuh dengan kasih, seperti apakah kasih yang mereka miliki di dalam Surga di mana kebajikan itu begitu sempurna?
Saya berkata bahwa kita harus memanggil santo-santa dengan kepercayaan yang besar; panggilan (doa) kepada santo-santa adalah suatu persekutuan yang mempersatukan para umat beriman di atas bumi dan para kudus yang memimpin di dalam Surga. Konsili Trente yang kudus berkata kepada kita bahwa, melalui doa, ktia membuat suatu hubungan yang suci dengan Surga. Untuk diri kita, yang berada di atas bumi, kita harus memanggil santo-santa dengan cara memohon mereka; agar mereka mengerahkan kuasa mereka di hadapan Allah, dan agar mereka memperolehkan segala rahmat yang kita perlukan untuk hidup secara kudus di atas bumi. Santo-santa, di dalam Surga, memimpin bersama Yesus Kristus, dan mempersembahkan kepada-Nya doa-doa kita sewaktu kita berlindung kepada mereka. Maka anda melihat, saudara-saudaraku, bahwa kita memiliki diberikan kesempatan untuk melakukan komunikasi yang suci dengan Surga, siapa pun diri kita ini di atas bumi. Ya! Marilah mencintai para kudus dan kita akan pantas menerima perlindungan mereka. Mereka mencintai kita lebih dari diri kita mampu mencintai mereka; kasih yang dimiliki oleh para kudus jauh lebih sempurna di dalam Surga, daripada yang mampu kita miliki di atas bumi. Santo Siprianus berkata bahwa santo-santa menemukan kebahagiaan untuk berdoa untuk diri kita dan membantu kita dalam untuk memperoleh keselamatan, sebab, karena kemuliaan mereka sudah terjamin, mereka ingat betapa mereka mengalami bahaya-bahaya di sepanjang hidup mereka. Mereka telah menerima dari Yesus Kristus suatu kuasa yang penuh; juga, marilah meminta kepada mereka segala sesuatu yang akan kita inginkan. Marilah meyakininya, saudara-saudaraku, para kudus yang kepadanya kita berdoa tidak henti-hentinya memperhatikan diri kita: kita akan mendapatkan suatu contoh yang baik dari riwayat hidup Santo Aloysius Gonzaga.
Seorang pria muda yang bernama Wolfgang, yang telah menjadi buta, telah kembali memperoleh penglihatannya melalui perantaraan Santo Aloysius Gonzaga. Ia ingin pergi ke Roma untuk mengunjungi makam Santo Aloysius, dan, saat ia melewati suatu tempat yang tidak ditinggali, ia diserang oleh orang-orang yang hendak merampok semua barang yang dimilikinya dan mencabut nyawanya. Sang peziarah itu, pergi ke jalan yang dipenuhi pepohonan, telah memohon pertolongan Santo Aloysius Gonzaga, yang kepadanya ia gemar berdevosi; ia mendengar suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Tenanglah, janganlah takut.’ Karena ia lalu melihat bahwa ia akan dianiaya, ia meminta pertolongan dari Santo Aloysius. Segera, ia mendengar suatu suara yang berkata kepadanya agar tidak takut, dan bahwa ia tidak akan dicelakai. Pada saat yang sama, tampaklah seorang pria muda, yang mengenakan jubah gerejawi, yang berkata kepadanya, ‘Sahabatku, apakah engkau memerlukan sesuatu? Kemanakah engkau hendak pergi?’ – ‘Saya hendak pergi ke Roma, saya hendak menghormati relikui-relikui Santo Aloysius Gonzaga, yang telah memulihkan penglihatan saya.’ – ‘Saya juga hendak pergi ke Roma’, ujar orang asing itu. Lalu, sambil berpaling kepada orang-orang jahat itu, dengan satu patah kata, orang asing itu membuat mereka pergi melarikan diri. Wolfgang tidak lagi meragukan bahwa orang asing itu telah diutus dari Surga, dan tidak berani bertanya bilamana ia seorang malaikat atau bahkan Santo Aloysius Gonzaga sendiri. Mereka mulai berjalan. Setibanya di Florence, Wolfgang melihat di dalam apartemen di mana ia beristirahat, suatu sosok yang berwajah amat cantik yang mulai bernyanyi. Sang peziarah begitu senang, sehingga ia aka rela melewatkan malam itu tanpa tidur. Penglihatan itu menghilang segera setelahnya, dan membuat hatinya terbakar oleh cinta akan Allah. Di Roma, sang utusan surgawi itu menuntun Wolfgang pergi ke makam Santo Aloysius Gonzaga sendiri, lalu berpisah darinya, dengan menjanjikan kepadanya berbagai bantuan untuk masa depan. Sewaktu ia berpulang ke negeri asalnya, ia menceritakan rahmat yang telah diterimanya melalui perlindungan Santo Aloysius, untuk membangkitkan devosi yang lembut kepada orang kudus yang baik itu. Lihatkah anda, saudara-saudaraku, betapa para kudus begitu perhatian untuk membantu kita, sewaktu kita berlindung kepada mereka dengan suatu kepercayaan yang besar?
II. Kita juga berkata bahwa kita bukan hanya harus memiliki devosi yang besar kepada santo-santa, karena mereka telah menjadi sahabat-sahabat Allah, dan menikmati selamanya kehadiran-Nya yang kudus, tetapi juga kita harus memiliki rasa hormat yang besar terhadap segala sesuatu yang merupakan milik mereka. Gereja telah selalu memberikan penghormatan yang besar terhadap relikui-relikui para kudus, karena mereka adalah anggota tubuh yang hidup dari Yesus Kristus, bait dari Roh Kudus. Alat dari segala karya baik yang telah dikerjakan oleh Allah melalui mereka selama kehidupan mereka dan setelah kematian mereka: suatu hal yang menjadi penghiburan yang besar bagi diri kita, dan yang membangkitkan iman kita sehubungan dengan kebangkitan dan pahala di kehidupan yang akan datang. Ya, saudara-saudaraku, kehidupan yang akan datang adalah suatu kehidupan yang lebih bahagia daripada kehidupan di bumi ini, dan yang telah dipersiapkan untuk diri kita, jika kita berupaya meneladani santo-santa yang telah hidup sebelum diri kita. Betapa banyaknya mukjizat yang telah dibuat oleh Allah yang Mahabaik melalui relikui santo-santa! Betapa banyaknya orang mati yang dibangkitkan, orang sakit yang disembukan. Lihatlah para rasul, bayangan mereka sendiri mampu menyembuhkan orang sakit. Pakaian yang telah menyentuh tubuh Santo Paulus menyembuhkan orang yang cacat, memulihkan penglihatan kepada orang buta, serta menyehatkan orang sakit. Lihatlah salib Yesus Kristus, relikui yang paling berharga dari segala relikui; sewaktu salib itu menyentuh orang mati, orang mati itu pun bangkit seakan-akan ia hanya tertidur. Ada cerita di dalam sejarah di mana Allah yang Mahabaik mewahyukan kepada seorang biarawan suci, tempat di mana terletak kepala dari Santo Yohanes Pembaptis. Sang biarawan itu menemukan kepalanya, memang, dan sewaktu ia melewati suatu tempat di mana suatu pertempuran baru saja terjadi, orang-orang mati pun bangkit, seakan-akan mereka hanya tertidur. Maka dari itu, kita harus merasa amat bahagia untuk memiliki benda-benda milik para kudus. Oh! Saudara-saudaraku, kita yang memiliki begitu banyak relikui, betapa besarnya rahmat yang kita terima dari santo-santa, jika kita berdoa kepada mereka, dan meminta apa yang kita butuhkan untuk memperoleh keselamatan! Betapa besarnya iman, betapa besarnya kasih yang akan kita rasakan di dalam diri kita!
Kita juga harus memiliki rasa hormat yang besar kepada segala sesuatu yang melambangkan santo-santa. Konsili Trente yang kudus menghendaki agar kita melakukan penghormatan yang besar kepada segala gambar yang mengingatkan diri kita akan santo-santa, demikianlah alasannya. Gambar-gambar tersebut mengajarkan kita, mengingatkan kita akan misteri-misteri dari agama kita yang suci; terkadang kita hanya perlu suatu gambar untuk menyentuh diri kita dan untuk mempertobatkan diri kita; demikianlah buktinya, saya akan menuturkan satu patah kata yang menakjubkan. Seorang pria muda yang bernama Dositeus, pada suatu hari dipercayakan kepada seorang tuan yang mulia, untuk dibesarkan di antara para bangsawan muda dari istana. Setelah mendengar tentang tempat-tempat kudus, ia pergi ke Yerusalem, dalam harapan untuk mendapatkan rahmat tertentu. Sewaktu ia melewati Getsemani, ia melihat sebuah gambar yang melukiskan Neraka, dengan siksaan-siksaan yang dilakukan oleh para Iblis kepada orang-orang terkutuk. Karena ia merasa takut, ia pun berhenti. Karena ia mencari-cari makna dari gambaran yang dilihatnya, ia meminta kepada seorang nyonya yang terhormat, yang tampaknya adalah sang Perawan suci, siapakah orang-orang malang itu yang dibuat begitu menderita. Nyonya itu menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang terkutuk, yang dihukum oleh Allah yang Mahabaik, karena mereka tidak ingin menaati perintah-perintah-Nya dan mengabaikan keselamatan mereka. Pria muda itu yang amat ketakutan bertanya apa yang ia harus lakukan untuk memperoleh keselamatan dan tidak terhitung di antara orang-orang yang malang itu. ‘Lakukanlah matiraga’, ujar nyonya itu kepadanya, ‘berdoalah dan berpuasalah’, dan pada saat yang bersamaan, nyonya itu menghilang. Dositeus muda, sejak saat itu, hidup dalam penitensi, ia melewatkan sebagian besar dari hidupnya untuk berdoa. Seorang tuan muda yang telah menyertainya dalam perjalanannya, yang terkejut oleh perubahan itu, berkata bahwa kehidupan doa dan matiraga hanya pantas dilakukan oleh seorang rahib, dan bukan seorang pria muda yang mulia seperti dirinya. Dositeus, karena ia berpikir bahwa perkataannya itu adalah suatu jebakan dari Iblis, dan karena ia tidak ingin melawan dorongan rahmat, meminta secara diam-diam di mana para rahib tinggal dan bagaimana mereka hidup; ia pun dituntun kepada suatu biara yang terkenal di mana sang kepala biara menugaskan Santo Doroteus untuk mengujinya. Setelah percakapan yang Panjang, Doroteus percaya bahwa ia melihat dalam diri pria muda itu suatu panggilan yang sejati: ‘Marilah, temanku’, ujarnya sambil merangkulnya dengan lembut, ‘Allah yang Mahabaik yang telah memberikan kepadamu pikiran-pikiran yang begitu baik akan memberkatimu.’ Dositeus pun diterima, dan ia melewatkan sisa hidupnya dalam penitensi dan dalam air mata. Ia mati sebagai seorang santo. Lihatlah, saudara-saudaraku! Bahwa hanya dengan memandang gambaran itu ia pun tersentuh, bertobat, dan hidup dan mati sebagai orang kudus. Tanpa gambar itu, ia mungkin akan berada di dalam Neraka?
Gambar-gambar mengajarkan kita tentang misteri-misteri suci dari agama kita dan menyentuh imaginasi kita. Kita membaca di dalam riwayat hidup Santa Teresa, bahwa setelah ia melihat suatu gambar Sengsara Yesus Kristus, ia begitu tersentuh sehingga ia jatuh dan hampir mati. Ia berpikir tentang gambar itu di sepanjang hidupnya; tampaknya ia senantiasa melihat Yesus Kristus dalam sengsara-Nya di taman zaitun, yang akan segera mati. Di samping itu, Allah yang Mahabaik, demi menunjukkan betapa rasa hormat kita kepada gambar-gambar santo-santa begitu berkenan kepada-Nya, menggunakan gambar-gambar tersebut persisnya untuk membuat begitu banyak mukjizat. Ada suatu cerita bahwa di kota Roma, wabah telah menyebabkan kerusakan yang begitu mengerikan, sehingga tampaknya tiada lagi orang yang tersisa, kendati segala penitensi dan perbuatan baik yang dilakukan oleh orang-orang. Karena ia melihat bahwa tiada sesuatu pun yang mampu menghentikan kehancuran itu, terbersit di benak Paus Santo Gregorius untuk mengarak suatu gambar dari Santa Perawan Maria, yang telah dilukis, menurut ceritanya, oleh Santo Lukas. Di mana pun gambar itu lewat, wabah itu berhenti; dan Allah, untuk menunjukkan betapa penghormatan kepada Bunda-Nya itu berkenan kepada-Nya, mengutus seorang malaikat untuk memperdengarkan kata-kata ini: ‘Regina Caeli, Laetare, alleluia.’ Pada saat yang bersamaan, wabah itu pun sirna di semua tempat. Penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambar, oleh karena itu, kembali diberikan kepada santo-santa yang dilambangkan oleh gambar-gambar itu, dan penghormatan yang diterima oleh santo-santa, kembali kepada Allah sendiri.
Ada pula kisah di mana Kaisar Leo orang Isauria yang begitu membenci gambar-gambar suci memerintahkan agar gambar-gambar itu dibakar habis. Santo Yohanes dari Damaskus segera menulis bahwa kita harus memiliki gambar-gambar dan menghormatinya. Sang kaisar begitu marah terhadap santo itu, sehingga ia membuat pergelangan tangannya dipenggal untuk mencegahnya untuk menulis. Sang santo lalu pergi berlutut di depan sebuah gambar sang Perawan Suci, sambil berkata kepadanya, ‘Perawan Suci, aku datang untuk meminta kepadamu tanganku yang telah dipenggal, karena aku ingin mendukung penghormatan yang diberikan kepada gambar-gambarmu, aku tahu bahwa anda cukup berkuasa untuk mengembalikannya kepadaku’. Setelah selesai berdoa, ia tertidur, dan pada waktu tidurnya, ia melihat sang Perawan Suci yang berkata kepadanya bahwa doanya telah dikabulkan. Sewaktu ia terbangun, ia melihat bahwa tangannya telah sepenuhnya kembali melekat kepada lengannya, tetapi Allah meninggalkan untuknya, di tempat di mana tangannya kembali melekat itu, sebuah garis merah kecil, untuk mengingatkannya akan rahmat yang telah diperoleh sang Perawan Suci baginya. Oleh mukjizat itu, ia ingin menunjukkan betapa menyenangkannya penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambarnya;[2] dan teladan ini mengajarkan rasa hormat yang harus kita miliki untuk gambar-gambar dari para kudus; juga anda tidak pernah boleh meninggalkan rumah anda tanpa beberapa gambar santo-santa, untuk memperoleh perlindungan atas diri anda dari para kudus. Gambar-gambar tampaknya terkadang menunjukkan kepada kita hal-hal dalam realitasnya, dan seringkali gambar-gambar itu mengingatkan kita secara kuat akan hal-hal yang dilambangkannya. Lihatlah apa yang terjadi kepada Bogoris, raja orang Bulgaria ….[3] Lihatlah pula apa yang terjadi kepada Santa Maria dari Mesir, ia menerima rahmat pertobatan dengan pergi menghadap suatu gambar dari sang Perawan Suci.
Adalah suatu hal yang amat pasti bahwa kita tidak boleh menaruh kepercayaan dalam gambar-gambar, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang pagan terhadap berhala-berhala mereka; tetapi kita harus mengetahui bahwa penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambar itu kembali kepada Tuhan, sedemikian rupa sehingga dengan menghormati gambar-gambar, kita hanya menyembah Yesus Kristus dan menghormati santo-santa yang dilambangkan oleh gambar-gambar itu. Memang, saudara-saudaraku, seringkali kita hanya perlu melihat sebuah gambar agar hati kita tersentuh dan benak kita teringat akan kebajikan-kebajikan yang telah mereka praktikkan selama hidup mereka. Ingatlah saudara-saudaraku, tataplah gambar Yesus Kristus dalam sengsara-Nya di taman zaitun; Ia digambarkan untuk kita menangisi dosa-dosa kita dengan air mata darah; mampukah kita menemukan sesuatu pun yang lebih menyentuh hati kita untuk membuat kita menangisi ketidakacuhan kita? Betapa banyaknya para pendosa yang telah bertobat dengan membayangkan gambar penderaan Yesus Kristus? Apakah sebab berlinangnya air mata Santa Maria Magdalena di padang pasirnya, jika bukan sebuah salib yang ditempatkan oleh Malaikat Gabriel di depan kamarnya? Apakah yang membuat Santa Katarina (dari Siena) menangis dengan sangat, jika bukan karena ia melihat Tuhan kita hadir di hadapannya, seakan-akan waktu Ia didera? Tataplah semua lukisan di gereja ini dan anda akan melihat bahwa renungan yang terkecil sekalipun akan menyentuh hati anda, dan anda akan berniat untuk berkelakukan dengan lebih baik dan untuk bertobat; anda juga akan melihat pada waktu yang bersamaan harga yang telah dibayar oleh Yesus Kristus untuk diri anda, apa yang telah dilakukan-Nya untuk keselamatan anda, dan betapa malangnya diri anda jika anda tidak mencintai-Nya. Jika anda melihat lukisan Santo Yohanes Pembaptis, segera, benak anda akan dibawa ke padang gurunnya, di mana kita melihatnya diberi makan dan dilayani oleh para malaikat, dan melakukan berbagai jenis penitensi. Tidakkah anda melihatnya sewaktu kepalanya dipenggal? Tidakkah anda melihat sang algojo di depan Herodes, yang siap untuk membawa kepala itu kepada anak perempuan yang cabul? Jika anda melihat Santo Laurensius, tidakkah anda segera berpikir akan segala siksaan yang dialaminya? Tidakkah terbersit dalam benak anda kata-katanya kepada sang algojo: ‘Putarkanlah diriku ke sisi yang lainnya, aku sudah cukup terbakar di sisi yang satu ini.’ Lihatlah Santo Sikstus, santo pelindung kitayang baik: apakah yang anda lihat di dalam lukisannya? ….
Tiada sesuatu pun, saudara-saudaraku, yang lebih mampu menyentuh dan bahkan mempertobatkan diri kita, selain dengan melihat sebuah gambar, jika kita sungguh-sungguh ingin bermeditasi akan kebajikan-kebajikan seorang kudus yang dilambangkan oleh gambar itu. Juga, marilah kita amat menghormati segala sesuatu yang mampu mengingatkan kita akan para kudus dan kebajikan mereka, tetapi kita juga harus lebih sangat menghormati relikui-relikui mereka, sewaktu kita dapat memilikinya. Kita Yakini bahwa para kudus di dalam Surga mencintai diri kita, dan bahwa mereka sangat ingin agar kita bergabung dengan mereka. Mereka ingin agar kita mengandalkan perlindungan mereka; mereka tidak akan meninggalkan kita selama hidup kita. Mereka adalah sahabat-sahabat kita, saudara-saudara kita: maka marilah kita melakukan devosi yang besar terhadap mereka, agar doa-doa mereka dan upaya-upaya yang kecil yang kita perbuat di atas bumi, kelak memperolehkan keberuntungan untuk mempersatukan kita bersama mereka selama-lamanya, itulah harapan saya untuk anda.”
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari Santo Yohanes Maria Vianney, Sermons [Khotbah-Khotbah], Bibliothèque S.J., Les Fontaines 60 – Chantilly, hal. 149-161.
[1] Histoires édifiantes, hal. 170.
[2] Diceritakan di dalam Khotbah tentang Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria, hal. 88.
[3] Diceritakan di dalam salah satu dari khotbah-khotbah yang sebelumnya.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...