^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ensiklik Quas Primas - Pius XI, 1925 - Institusi Pesta Kristus Raja
QUAS PRIMAS
SURAT ENSIKLIK
Kepada Para Patriark, Primat, Uskup Agung, Uskup dan Para Ordinaris Setempat Lainnya, dalam Damai dan Persekutuan dengan Takhta Apostolik
Tentang Institusi Pesta Kristus Raja
PIUS XI, Paus
“Saudara-Saudara yang Terhormat, Salam dan Berkat Apostolik
1. Di dalam surat Ensiklik pertama pada permulaan masa Kepausan Kami, Kami bertutur kata kepada para uskup seluruh dunia, Kami pada waktu itu sedang mencari sebab utama bencana-bencana yang menimpa dan menyulitkan umat manusia di depan mata kepala Kami. Namun, surat itu pun mengingatkan Kami bahwa diri Kami menyerukan dua hal secara terbuka: penyebab membeludaknya kejahatan-kejahatan yang begitu menggelora di dunia adalah kebanyakan orang telah membuang Yesus Kristus serta hukum-Nya yang teramat suci dari kehidupan pribadi mereka, dari kehidupan berkeluarga mereka dan dari urusan-urusan bernegara mereka; namun juga, takkan pernah ada harapan pasti adanya damai sejahtera berkelanjutan antara bangsa-bangsa, selama pihak perorangan dan negara-negara menolak dan menyangkal pemerintahan Juru Selamat kita. Oleh sebab itulah, usai menegaskan bahwa kita harus mencari damai sejahtera Kristus melalui kepemimpinan Kristus, Kami telah menyatakan maksud Kami untuk mengerjakannya sejauh yang diperkenankan oleh tenaga Kami; bahwasanya melalui kepemimpinan Kristus, sebab, demi memulihkan dan menguatkan perdamaian, Kami tidak melihat adanya cara yang lebih efektif, selain memulihkan kedaulatan Tuhan kita. Sejak itu, telah Kami rasakan dengan jelas datangnya zaman yang lebih baik, ketika Kami melihat bergegasnya orang-orang untuk berpaling – yang satu untuk pertama kalinya, yang lain dengan semangat yang semakin besar – kepada Kristus dan kepada Gereja-Nya, satu-satunya penyedia keselamatan: bukti yang jelas bahwa banyak orang, yang sampai saat itu ibarat terbuang dari Kerajaan Sang Penebus karena telah membenci otoritas-Nya, sedang bersiap-siap dengan gembira dan berusaha kembali untuk mengemban tanggung jawab ketaatan.
2. Segala sesuatu yang sudah terjadi dan berlangsung di sepanjang Tahun Suci memang sungguh berhak dikenang sepanjang masa karena telah dengan kuasa menyumbang penghormatan serta kemuliaan kepada sang Pendiri Gereja, kedaulatan-Nya serta kerajaan-Nya yang tertinggi.
3. Kita pertama-tama melihat Eksposisi Misi. Ini membuahkan kesan yang begitu mendalam pada benak dan hati orang-orang. Di sana, kita melihat karya tiada henti yang diusahakan Gereja demi memperluas kerajaan Mempelainya hari demi hari di seluruh benua, di seluruh nusa yang bahkan hilang di pangkuan samudra sekalipun. Di sana kita melihat banyak negara yang telah ditaklukkan kepada agama Katolik oleh para misionaris gagah berani dan digdaya, dengan harga peluh serta darah mereka. Pada akhirnya di Eksposisi itu kita melihat daerah-daerah kekuasaan nan luas yang masih harus ditaklukkan kepada kekuasaan Raja kita yang manis dan menyelamatkan. Lihatlah para peziarah bergegas ke Roma pada Tahun Suci dari segala tempat, terbimbing oleh para uskup serta para imam mereka. Lantas, alasan apakah yang mengilhami mereka, kalau bukan demi menahirkan jiwa mereka dan kemudian berseru kepada makam para rasul dan di hadapan diri Kami, bahwa mereka berada di bawah otoritas Kristus dan akan tetap berada di sana?
4. Lihatlah kanonisasi-kanonisasi, saat Kami mengaruniakan penghormatan yang diistimewakan bagi para kudus kepada enam orang pengaku iman atau perawan. Ini dilakukan setelah Kami mendapat bukti jelas tentang kebajikan-kebajikan mereka yang mengagumkan. Tidakkah pemerintahan Juru Selamat kita bersinar pada hari ini dengan kemilau baru? Ah, betapa besar sukacitanya, betapa besar penghiburan yang hati Kami alami usai mengumumkan dekret-dekret definitif ini dan mendengar khalayak umat beriman yang luar biasa besar di Bait Suci Petrus yang termegah itu, dengan bulat suara menyerukan kemuliaan rajani Kristus di tengah-tengah puji-pujian syukur: Tu Rex gloriae Christe! Pada saat umat manusia dan Negara-Negara tak Bertuhan menjadi mangsa perselisihan-perselisihan yang tersulut oleh rasa benci dan perang saudara, sehingga terjerumus ke dalam kehancuran dan maut, Gereja Allah terus-menerus menyediakan makanan kehidupan rohani kepada umat manusia. Dia pun terus melahirkan dan membesarkan keturunan para kudus silih berganti. Adapun Kristus, Ia tiada henti-hentinya memanggil mereka yang diakui-Nya sebagai hamba teramat setia dan taat dari kerajaan-Nya di dunia ke dalam kebahagiaan kekal di kerajaan surgawi-Nya.
5. Kita juga merayakan 16 abad berlangsungnya Konsili Nicea yang bertepatan dengan Yubileum Agung itu. Kami telah memerintahkan dirayakannya ulang tahun sekuler itu. Kami sendiri pun telah merayakannya di Basilika Vatikan. Penuh sukacita Kami rayakan Konsili yang mendefinisikan serta menyerukan kesehakikatan Putra Tunggal Allah dengan Bapa-Nya sebagai dogma iman Katolik. Konsili itulah yang menyisipkan kata-kata cuius regni non erit finis dalam rumusan iman atau Syahadat-nya, dan dengan itu sekaligus menegaskan martabat rajani Kristus.
6. Karena Tahun Suci itu juga telah memberi suatu kesempatan untuk membuat kerajaan Kristus tampak semakin jelas, Kami percaya diri Kami mampu menunaikan suatu perbuatan yang amat sejalan dengan tanggung jawab apostolik Kami dengan mengabulkan sejumlah permohonan perorangan maupun kolektif yang datang dari pihak banyak kardinal, uskup atau umat beriman. Maka dari itu, Tahun ini akan Kami tutup dengan memperkenalkan suatu pesta khusus untuk menghormati Tuhan kita Yesus Kristus Raja dalam liturgi Gereja. Saudara-Saudara yang Terhormat, perkara ini begitu Kami kasihi di hati Kami, sehingga Kami hendak menuturkan beberapa patah kata kepada anda tentang hal itu. Anda lalu harus membuat segala sesuatu yang akan Kami katakan tentang penghormatan kepada Kristus Raja dapat dipahami oleh orang awam, demi memastikan agar sejak awalnya maupun pada akhirnya, perayaan tahunan Hari Raya ini menghasilkan buah berlimpah.
7. Sejak lama dan dalam bahasa sehari-hari, kita memberikan gelar Raja kepada Kristus, dalam makna metafora. Memang benar Dia bahwasanya Raja, oleh sebab kesempurnaan termulia dan tertinggi milik-Nya yang melampaui segala ciptaan. Karena itu, Dia disebut meraja atas akal manusia, oleh sebab begitu dalam hikmat-Nya dan begitu luas pengetahuan-Nya, namun terutama karena Ia adalah Kebenaran dan dari Dialah manusia niscaya harus beroleh kebenaran dan dengan taat menerimanya. Dia disebut meraja atas kehendak manusia, karena dalam Dia, kehendak manusiawi berselaras dalam kelurusan dan ketaatan sempurna dengan kekudusan dan kehendak ilahi, dan juga karena berkat ilham-ilham-Nya serta dorongan-dorongan-Nya, kehendak bebas kita berjuang dengan antusias untuk menempuh prkara-perkara termulia. Dia juga pada akhirnya dibilang Raja atas segala hati, oleh sebab “kasih-Nya yang tak terbayangkan, yang melampaui segala pemahaman manusiawi”[1] dan kemampuan-Nya memikat hati dengan kelemahlembutan dan kebaikan: sebab dari antara segenap umat manusia, tidak pernah ada dan takkan pernah ada orang yang harus dicintai seperti Kristus Yesus. Namun, agar perkara Kami ini bisa semakin didalami, sungguh jelas bahwa nama dan kuasa raja, dalam makna sempit istilah tersebut, harus disematkan kepada Kristus dalam kemanusiaan-Nya. Sebab, hanya tentang Kristus sebagai manusialah kita bisa berkata: dari Bapa telah diterima-Nya “kuasa, kemuliaan, dan kerajaan”;[2] sebagai Sabda Allah yang sehakikat dengan Bapa, mustahil Dia tidak memiliki segala sesuatu bersama Bapa dan, dengan demikian, Ia memiliki kedaulatan tertinggi dan mutlak atas segenap ciptaan.
8. Bahwa Kristus adalah Raja, tidakkah kita membacanya di dalam berbagai ayat dari Kitab Suci? Ialah sang Penguasa yang terlahir dari Yakub;[3] Raja yang ditetapkan oleh Bapa atas Sion, gunung-Nya yang kudus, untuk menerima bangsa-bangsa sebagai warisan-Nya dan untuk memperluas daerah kekuasaan-Nya sampai kepada penjuru-penjuru dunia;[4] sang Raja masa depan yang sejati bagi Israel, yang ditandakan di dalam kidung pernikahan, sebagai seorang raja yang termasyhur, yang kepadanya kata-kata ini ditujukan: ‘Takhta-Mu, ya Allah, berdiri di sepanjang segala abad; tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat keadilan.’[5] Terdapat banyak ayat yang serupa; tetapi pada suatu ayat, kita diberikan suatu prediksi bahwa kerajaan-Nya akan melampaui segala batasan dan akan diperkaya dengan harta karun keadilan dan kedamaian: ‘Pada hari itu keadilan akan berdiri bersama kedamaian yang berlimpah … Ia akan memperluas daerah kekuasaannya dari lautan yang satu kepada lautan yang lain, dari sungai sampai penjuru-penjuru dunia.’[6]
9. Kesaksian-kesaksian tersebut pun disertai pula dengan banyak nubuat para Nabi dan terutama, yang amat terkenal, nubuat Yesaya: ‘Seorang bayi … telah dilahirkan untuk kita, seorang putra telah diberikan kepada kita. Tanggung jawab pemerintahan telah diembankan di atas bahunya. Ia akan disebut sebagai Penasihat Ajaib, Allah yang Kuasa, Bapa dari abad yang akan datang, Pangeran perdamaian. Kerajaannya akan diperluas dan akan menikmati damai yang tiada hentinya; ia akan terduduk di atas takhta Daud dan akan menguasai kerajaannya, untuk menetapkannya dan meneguhkannya dalam keadilan dan kesetaraan, sekarang dan selama-lamanya.’[7] Para Nabi lainnya menjelaskannya dengan cara yang serupa. Demikian pula Yeremia mewartakan bahwa di dalam wangsa Daud, akan muncul suatu ‘benih keadilan’,[8] putra Daud yang ‘akan memimpin sebagai raja dengan penuh hikmat, dan akan menetapkan keadilan di atas dunia.’ Demikian pula Daniel, yang menubuatkan pendirian suatu kerajaan oleh Allah dari Surga ‘yang tidak akan pernah runtuh … dan yang akan berdiri untuk selamanya,’[9] dan ia pun segera menambahkan: ‘Aku melihat dalam suatu penglihatan malam, lihatlah di atas awan di langit seseorang melangkah maju. Ia serupa dengan Putra manusia; dan Ia bahkan menghampiri Yang Lanjut Usianya dan Ia dihadirkan di hadapan-Nya. Yang Lanjut Usianya pun memberikan kepada-Nya kuasa, penghormatan, dan kerajaan; semua manusia, dari semua bangsa dan semua bahasa, akan melayani-Nya; kuasa-Nya adalah suatu kuasa yang abadi, yang tidak akan pernah dirampas daripada-Nya, dan kerajaan-Nya tidak akan pernah hancur.’[10] Zakharia juga menubuatkan masuknya sang Raja ke dalam Yerusalem, diiringi sorak-sorai khalayak, sebagai ‘yang bajik’ dan ‘Juru Selamat’, Raja yang penuh kemurahan hati ‘yang naik ke atas seekor keledai betina dan atas anak keledai itu‘;[11] tidakkah para Penginjil kudus mencatat dan membuktikan penggenapan dari nubuat ini?
10. Doktrin tentang Kristus Raja ini baru saja kita bahas di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama; tetapi doktrin ini sama sekali tidak menghilang di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru; doktrin ini, sebaliknya, tetap ada di dalam Perjanjian Baru, ditegaskan dengan cara yang mengagumkan dan dalam kata-kata yang menakjubkan. Kita hanya perlu mengingat warta dari Malaikat Agung yang diajarkan kepada sang Perawan, bahwa ia akan mengandung seorang Putra; bahwa kepada Putra itu Tuhan Allah akan memberikan … takhta Daud, bapa-Nya; bahwa Ia akan memerintah untuk selama-lamanya atas wangsa Yakub dan bahwa kerajaan-Nya tidak akan pernah berakhir.[12]
11. Sekarang marilah mendengarkan kesaksian-kesaksian dari Kristus sendiri tentang kedaulatan-Nya. Sejak hadirnya kesempatan – pada percakapan-Nya yang terakhir kepada orang-orang tentang pahala dan hukuman yang telah disiapkan dalam kehidupan kekal kepada orang bajik dan orang yang terkutuk; di dalam tanggapan-Nya kepada gubernur Romawi, yang bertanya kepada-Nya secara publik bilamana Ia adalah raja; setelah Kebangkitan-Nya, sewaktu Ia memercayakan kepada para Rasul tugas untuk mengajar dan membaptis segala bangsa – Ia mengklaim gelar raja, Ia menyatakan secara publik bahwa Ia adalah raja, Ia mendeklarasikan secara khidmat bahwa ‘segala kuasa’ telah ‘diberikan di atas Surga dan bumi’ kepada-Nya.[13] Apakah maksud dari ayat ini, jika bukan untuk menegaskan luas dari kuasa-Nya dan kemegahan dari kerajaan-Nya? Oleh karena itu, kita seharusnya tidak terkejut bahwa Ia disebut oleh Santo Yohanes sebagai ‘pangeran atas para raja di atas bumi’[14] atau bahwa dalam penglihatan-penglihatan yang bernubuat kepada sang Rasul, ‘ada tertulis di atas jubah-Nya dan di atas paha-Nya: Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala tuan.’[15] Bapa memang telah ‘menetapkan’ Kristus sebagai ‘pewaris dari segala sesuatu’;[16] Ia harus berkuasa sampai akhir zaman sewaktu ‘Ia akan menaklukkan segala musuh-Nya di bawah kaki Allah dan kaki Bapa.’[17]
12. Dari doktrin ini, yang ditemukan di semua Kitab Suci, ditarik konsekuensi ini: Kerajaan Kristus di atas bumi, yakni, Gereja Katolik, yang terpanggil untuk merangkul semua umat manusia dan semua bangsa dari alam semesta, harus memberi salam, dengan penghormatan-penghormatan dalam berbagai wujud, di sepanjang siklus tahunan dari liturgi, kepada Pendirinya, sang Raja, Tuhan, Raja dari segala raja. Dalam bahasa yang mengagumkan keberagamannya, penghormatan-penghormatan ini mengungkapkan satu konsep yang sama; penghormatan-penghormatan ini telah digunakan oleh Gereja sejak dahulu kala di dalam buku Mazmur yang kuno serta Sakramentarium yang kuno; Gereja menggunakan penghormatan-penghormatan yang sama di dalam doa-doa publik dari Ofisi yang ditujukannya setiap harinya kepada sang Raja ilahi dan di dalam kurban Misa yang kudus serta Hosti yang tak bernoda. Di dalam puji-pujian ini, yang senantiasa dipanjatkan kepada Kristus Raja, mudah adanya untuk melihat adanya keselarasan yang mengagumkan antara ritus-ritus kita dengan ritus-ritus Timur, sehingga dengan demikian keakuratan dari semboyan ini kembali terbukti: Legem credendi lex statuit supplicandi. Hukum iman ditetapkan oleh hukum ibadat kita.
13. Adapun fondasi dari martabat dan kuasa dari Tuhan kita, Santo Sirilus dari Aleksandria mengindikasikannya: ‘Pendek kata, kedaulatan yang dimiliki oleh Yesus di atas segenap ciptaan, diperoleh-Nya bukan dengan kekerasan, tidak pun didapatkan-Nya dari tangan orang asing, tetapi itulah hak istimewa dari esensi-Nya dan dari kodrat-Nya';[18] dalam kata lain, kuasa kerajaan-Nya didasari oleh persatuan yang mengagumkan yang kita sebut sebagai persatuan hipostatik. Itulah mengapa para malaikat dan umat manusia bukan hanya harus menyembah Kristus sebagai Allah, tetapi juga menaati dan tunduk kepada otoritas yang dimiliki-Nya sebagai manusia; sebab, atas dasar persatuan hipostatik itu, Kristus memiliki kuasa atas segenap ciptaan. Tetapi suatu gagasan yang harus memberikan kepada kita sukacita dan penghiburan yang lebih besar adalah bahwa Kristus meraja di atas diri kita bukan hanya oleh hak kodrati, tetapi juga oleh hak yang diperoleh-Nya, sebab Ia telah menebus diri kita. Ah! Hendaknya semua orang yang melupakannya ingat akan harga yang telah dibayar untuk diri kita oleh Juru Selamat kita: ‘Kamu sekalian tidak ditebus dengan emas atau perak yang fana … melainkan dengan darah yang berharga dari Kristus, darah dari Anak Domba tak bernoda yang tak bercela.’[19] Kristus telah menebus diri kita ‘dengan harga yang mahal’[20]; kita oleh karena itu bukan lagi milik diri kita sendiri. Tubuh kita sendiri ‘adalah anggota tubuh Kristus.’[21]
14. Kami sekarang ingin menjelaskan secara singkat sifat dan pentingnya kerajaan Kristus. Kami hampir tidak perlu mengingatkan bahwa kerajaan Kristus terdiri dari tiga kuasa yang esensial. Kesaksian alkitabiah yang cukup jelas adanya telah mendukung kedaulatan universal dari sang Penebus kita. Di samping itu, adalah suatu dogma dari iman Katolik bahwa Kristus Yesus telah diberikan kepada manusia sekaligus sebagai Penebus, yang kepada-Nya umat manusia harus memercayakan keselamatan mereka, dan sebagai Pembuat Hukum, yang kepada-Nya mereka diwajibkan untuk patuh.[22] Para Penginjil sendiri tidak hanya berkata bahwa Ia membuat hukum, tetapi mereka menggambarkan-Nya kepada kita dalam kisah di mana Ia membuat hukum tersebut; mereka menuntun kita, terutama, untuk mengakui gelar-Nya sebagai Pembuat Hukum. Kepada semua orang yang akan menaati asas-asas-Nya, sang Pengajar ilahi menyatakan, pada berbagai kesempatan dan di dalam berbagai ujaran, bahwa mereka akan membuktikan, dengan demikian, cinta mereka kepada diri-Nya dan bahwa mereka akan terus berada di dalam cinta kasih-Nya.[23] Adapun kuasa yudikatif, Yesus secara pribadi menegaskan bahwa Ia telah menerimanya dari Bapa, dalam suatu tanggapan kepada orang-orang Yahudi yang menjatuhkan kepada-Nya tuduhan atas pelanggaran terhadap hari Sabat dengan melakukan mukjizat penyembuhan terhadap orang yang sakit pada hari istirahat itu: ‘Bapa, ujar-Nya, tidak menghakimi seorang pun, tetapi Ia telah memberikan seluruh penghakiman kepada Putra.’[24] Dalam kuasa yudikatif ini juga diikutsertakan – sebab hal ini tidak terpisahkan dari kuasa tersebut – hak untuk memberikan pahala atau hukuman kepada umat manusia, bahkan di sepanjang hidup mereka. Kepada Kristus kita juga harus mengatribusikan kuasa eksekutif: sebab adalah sesuatu yang tidak terelakkan bahwa semua orang akan tunduk kepada kekuasaan-Nya; tidak seorang pun mampu menghindari, jika ia memberontak, kutukan dan siksaan yang telah diumumkan oleh Yesus.
15. Tetapi, kerajaan itu pada dasarnya bersifat spiritual dan berkenaan terutama dengan aturan spiritual: perkataan dari Kitab Suci yang telah kita lihat di atas adalah buktinya yang jelas, yang ditegaskan berulang kali oleh sikap dari Kristus Tuhan. Sewaktu orang-orang Yahudi, dan bakan para Rasul, membayangkan secara salah bahwa sang Mesias akan membebaskan bangsa-Nya dan memulihkan kerajaan Israel, Ia menghancurkan ilusi ini dan menghapuskan dari benak mereka harapan yang sia-sia ini; sewaktu khalayak yang mengelilingi-Nya hendak, dalam semangat mereka, menyerukan-Nya sebagai raja, Ia melepaskan diri dari gelar tersebut dan penghormatan tersebut dengan melarikan diri dan bersembunyi; di hadapan gubernur Romawi, Ia kembali menyatakan bahwa kerajaan-Nya bukanlah ‘dari dunia ini’. Kerajaan tersebut, sebagaimana yang dilukiskan oleh Injil, umat manusia bersiap diri untuk memasukinya dengan melakukan penitensi. Tidak seorang pun dapat memasukinya selain melalui iman dan pembaptisan; tetapi pembaptisan, yang sepenuhnya merupakan suatu ritus jasmani, menandakan dan menghasilkan regenerasi rohani. Tiada suatu kerajaan pun yang berlawanan dengan kerajaan ini selain kerajaan Setan serta kuasa kegelapan; kepada para pengikutnya, Ia menuntut mereka bukan hanya untuk melepaskan dari hati mereka kekayaan dan harta duniawi, untuk mempraktikan kelemahlembutan dan untuk menjadi lapar dan haus akan keadilan, tetapi juga untuk menyangkal diri mereka sendiri dan memikul salib mereka.
16. Demi memperoleh Gereja, Kristus, sebagai Penebus, telah membayar harga darah-nya; demi melunasi dosa-dosa kita, sebagai imam, Ia telah mempersembahkan diri-Nya sendiri dan senantiasa mempersembahkan diri-Nya sebagai Kurban: siapakah yang tidak melihat bahwa tanggung jawab kerajaan-Nya menyandang karakter spiritual dan mengambil bagian dalam kodrat supernatural dari fungsi berganda ini?
17. Di samping itu, akan menjadi suatu kesalahan yang berat untuk menolak bahwa Manusia Kristus memiliki kedaulatan atas hal-hal temporal, apa pun hal itu: Ia memiliki dari Bapa hak yang mutlak atas ciptaan, yang memampukan-Nya untuk mengatur segala sesuatu sekehendak diri-Nya. Bagaimanapun, selama Ia hidup di atas bumi, Ia sama sekali tidak melaksanakan kuasa atas bumi, Ia telah menolak kepemilikan dan pengelolaan atas hal-hal duniawi, dan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada para pemilik hal-hal tersebut. Hal itu terus dilakukan-Nya pada hari ini. Itulah gagasan yang diungkapkan dengan begitu menawan di dalam liturgi: Non eripit mortalia, qui regna dat caelestia. ‘Ia tidak menyukai mahkota yang fana, Ia yang mengaruniakan mahkota abadi dari Surga.’
18. Demikianlah adanya, oleh karena itu, daerah kekuasaan Penebus kita merangkul segenap umat manusia. Tentang perkara ini, Kami mengenang dengan penuh suka kata-kata dari pendahulu Kami, Leo XIII, dari kenangan imortal: ‘Daerah kekuasaan-Nya bukan hanya terbentang atas bangsa-bangsa Katolik ataupun atas umat Kristiani yang telah dibaptis, yang secara yuridis merupakan bagian dari Gereja bahkan jika mereka tersesat dari Gereja oleh karena pendapat-pendapat yang sesat atau terpisahkan dari persekutuan Gereja oleh karena skisma; daerah kekuasaan-Nya terbentang pula tanpa pengecualian atas segenap umat manusia, bahkan mereka yang terasing dari iman Kristiani, sedemikian rupa sehingga daerah kekuasaan Kristus Yesus, merupakan, dalam kebenaran yang ketat, universalitas dari umat manusia.’[25] Sehubungan dengan hal itu, sama sekali tiada perbedaan antara individu-individu, keluarga-keluarga, dan Negara-Negara; sebab umat manusia bukan hanya harus tunduk kepada otoritas Kristus dalam kehidupan mereka dalam masyarakat tetapi juga dalam kehidupan pribadi. Ialah satu-satunya mata air keselamatan baik bagi masyarakat maupun bagi individu-individu: ‘Tiada keselamatan di dalam yang lain; tiada nama lain di bawah langit yang telah diberikan kepada manusia yang di dalamnya kita akan diselamatkan.’[26] Ialah satu-satunya pencipta kesejahteraan dan kebahagiaan yang sejati baik bagi Negara maupun bagi setiap warga negara: ‘Suatu negara berbahagia sewaktu warganya berbahagia, sebab suatu negara bukanlah hal yang lain selain sejumlah manusia yang hidup dalam keharmonisan.’[27] Para kepala Negara, oleh karena itu, tidak dapat menolak untuk memberikan – dalam nama pribadi mereka, dan bersama segenap rakyat mereka – penghormatan secara publik dan ketaatan terhadap kedaulatan Kristus; sembari menjaga otoritas mereka, mereka juga akan bekerja untuk memajukan dan mengembangkan kesejahteraan bangsa. Pada permulaan dari masa Kepausan Kami, Kami mengeluhkan betapa keunggulan hak dan penghormatan yang patut diberikan kepada otoritas telah sungguh menyusut; apa yang dahulu Kami tuliskan itu tidaklah sirna pada masa kini, tidak pun dalam kenyataannya maupun dalam ketepatannya: ‘Sewaktu Allah dan Yesus Kristus telah diasingkan dari legislasi dan urusan publik, dan otoritas tidak lagi berasal dari Allah, melainkan dari manusia, fondasi dari otoritas itu sendiri telah ditiadakan, sebab alasan utama untuk perbedaan antara penguasa dan rakyat telah dihapuskan. Alhasil, masyarakat manusia telah sepenuhnya terguncangkan, dan sejak saat itu tidak lagi memiliki tumpuan dan fondasi yang kokoh.’[28]
19. Andaikata manusia mengakui kuasa kerajaan Kristus dalam kehidupan pribadi mereka dan di dalam kehidupan publik mereka, berkat yang besar - kebebasan yang nyata, kedisiplinan dan ketenteraman, keharmonisan dan perdamaian – secara pasti akan tersebar di seluruh masyarakat. Dengan membekaskan kepada otoritas para pangeran dan pemimpin Negara suatu karakter yang suci, martabat kerajaan Tuhan kita memuliakan dengan tindakan yang sama tanggung jawab dan ketaatan para warga negara. Hal itu dilakukan-Nya sedemikian rupa sehingga Santo Paulus Rasul, setelah memerintahkan kepada para istri untuk menghormati Kristus dalam pribadi suami mereka, dan kepada para hamba untuk menghormati Kristus dalam pribadi tuan mereka, memperingatkan mereka bukan untuk taat kepada mereka sebagai manusia, melainkan sebagai para wakil dari Kristus; sebab adalah suatu hal yang tercela, sewaktu kita telah ditebus oleh Kristus, untuk tunduk kepada seorang manusia: ‘Kamu sekalian telah ditebus dengan harga yang mahal, janganlah lagi kamu sekalian tunduk sebagai hamba kepada manusia.’ Jika para pangeran dan pemerintah yang terpilih secara legitim yakin bahwa mereka memerintah bukan atas nama diri mereka sendiri, melainkan atas nama dan di tempat sang Raja ilahi, jelas adanya bahwa mereka akan menggunakan otoritas mereka dengan segala kebajikan dan kebijaksanaan mereka. Dalam penguraian dan penerapan hukum-hukum, betapa besarnya perhatian yang akan mereka arahkan kepada kebaikan bersama dan kepada martabat manusia dari orang-orang yang tunduk kepada mereka! Dengan demikianlah kita akan melihat ketertiban dan ketenteraman berkembang dan menjadi kokoh; segala sebab pemberontakan akan sirna; dalam diri para pangeran serta petinggi-petinggi Negara, warga akan mengenali manusia seperti seperti yang lainnya, sesamanya dalam kodrat manusia, bahkan sebagai tidak pantas atau tidak kompeten; bagaimanapun warga tidak akan menolak untuk menaati mereka sewaktu warga melihat bahwa di dalam pribadi mereka tercermin kepadanya citra dan otoritas dari Kristus Allah dan Manusia. Dengan demikian, warga akan mengecap faedah-faedah dari keharmonisan dan perdamaian. Semakin kerajaan itu terbentang luas, semakin kerajaan itu merangkul universalitas dari umat manusia, semakin pula – tidak dapat dibantah – umat manusia menyadari ikatan timbal balik yang mempersatukan mereka. Oleh karena itu begitu banyaknya konflik serta kekerasan yang akan tercegah - segalanya itu akan menjadi lembut dan tenang.
20. Lalu, jika kerajaan Kristus memang nyatanya secara hukum merangkul semua orang, mengapakah orang berputus asa terhadap perdamaian yang Raja Damai telah datang untuk bawakan di atas dunia? Ia telah datang untuk ‘memperdamaikan segala sesuatu’; ‘Ia tidak datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani’; walaupun Ia adalah ‘Penguasa dari segala ciptaan’, Ia sendiri telah memberikan teladan kerendahan hati-Nya dan telah menjadikan kerendahan hati, bersama hukum cinta kasih, sebagai hukum-Nya yang utama; dan Ia juga berkata: ‘Kuk-Ku manis dan beban-Ku ringan.’ Oh! Siapakah yang mampu menyatakan betapa bahagianya umat manusia jika semua orang, para individu, keluarga, Negara, membiarkan diri mereka diperintah oleh Kristus! ‘Demikianlah pada akhirnya – untuk kembali mengutip kata-kata yang ditujukan oleh pendahulu Kami dua puluh lima tahun lalu kepada para uskup sedunia – akan menjadi mungkin untuk menyembuhkan luka yang begitu banyak; segala hukum akan dipulihkan, bersama dengan karakternya yang asli, otoritasnya yang kuno; kedamaian akan kembali muncul bersama dengan segala daya pikatnya; pedang akan jatuh dan senjata akan terlepas dari tangan, pada hari di mana segenap umat manusia akan menerima dengan tulus hati kedaulatan Kristus, menaati perintah-perintah-Nya, dan semua lidah akan mengakui bahwa ‘Tuhan Yesus Kristus berada dalam kemuliaan Allah Bapa.’’[29]
21. Kita memang amat mengharapkan bahwa masyarakat Kristiani menikmati faedah-faedah yang begitu berharga dan menjaganya untuk selamanya; maka, doktrin tentang martabat kerajaan dari Juru Selamat kita harus diwartakan sejauh mungkin. Tetapi, tiada suatu sarana pun yang tampaknya lebih baik untuk menjamin hasil itu selain institusi dari suatu pesta khusus dan istimewa dalam penghormatan terhadap Kristus Raja. Sebab, untuk meresapkan dalam diri para umat kebenaran-kebenaran iman dan mengangkat mereka, dengan demikian, kepada sukacita akan kehidupan beragama, hari raya tahunan dari pesta-pesta liturgis jauh lebih efektif dari segala dokumen, bahkan yang paling berat, dari Magisterium gerejawi. Dokumen-dokumen Gereja seperti biasa hanya menjangkau sedikit jumlah orang serta mereka yang paling terdidik, sedangkan pesta-pesta liturgis menjangkau dan mengajarkan segenap umat beriman; yang satu, kiasannya, hanya berbicara satu kali; yang lain berbicara setiap tahun dan untuk selamanya; dan jika dokumen-dokumen Gereja tertuju terutama kepada akal budi, pesta-pesta liturgis membentangkan pengaruhnya yang bermanfaat kepada hati dan akal budi, dan oleh karena itu, kepada segenap umat manusia. Manusia terdiri dari raga dan jiwa, oleh karena itu, ia memerlukan perwujudan-perwujudan yang khidmat dalam bentuk hari raya agar ia mampu mengerti dan terkesan; keberagaman dan keagungan dari perayaan-perayaan liturgis akan membuat manusia meneguk keberlimpahan dari ajaran-ajaran ilahi; manusia pun akan menjadikan ajaran-ajaran itu sebagai getah dan darah, dan menerima manfaat-manfaatnya untuk kemajuan dari kehidupan spiritualnya.
22. Di samping itu, sejarah mengajarkan kepada kita bahwa hari-hari raya liturgis itu diperkenalkan di sepanjang abad, yang satu setelah yang lainnya, untuk menanggapi kebutuhan atau kemajuan spiritual umat Kristiani yang telah kita catat. Misalnya, adalah sesuatu yang diperlukan untuk meneguhkan keberanian di hadapan suatu bahaya yang mengancam masyarakat, mempersenjatai jiwa-jiwa untuk melawan jerat-jerat bidah, menyulut dan mengobarkan hati untuk merayakan dengan kesalehan yang lebih membara misteri-misteri tertentu dari iman kita atau manfaat tertentu dari kebaikan ilahi. Itulah pula mengapa sejak masa-masa Kristiani yang pertama, sewaktu mereka masih menghadapi penganiayaan-penganiayaan yang paling kejam, para umat Kristiani memulai kebiasaan untuk merayakan para martir melalui ritus-ritus kudus, agar, sesuai dengan kesaksian Santo Agustinus, ‘hari-hari raya para martir’ menjadi ‘seruan untuk menjadi martir’.[30] Penghormatan-penghormatan liturgis yang dianugerahkan di kemudian hari kepada para Pengaku Iman yang kudus, kepada para Perawan dan kepada para Janda yang memberikan kontribusi yang mengagumkan untuk mengobarkan semangat kebajikan dalam diri para umat Kristiani, yang diperlukan bahkan dalam masa perdamaian. Pesta-pesta yang diinstitusikan dalam penghormatan kepada sang Perawan yang Terberkati juga menghasilkan buah yang lebih berlimpah: para umat Kristiani bukan hanya menghormati Bunda Allah, Pelindung mereka yang memberikan bantuan yang terbesar, dengan kesalehan yang lebih besar, tetapi para umat juga memiliki suatu cinta bakti yang lebih besar kepada sang Ibunda, yang telah diserahkan kepada mereka oleh sang Penebus kiasannya melalui suatu wasiat. Namun dari antara manfaat-manfaat yang telah timbul dari penghormatan publik dan sah yang dipanjatkan kepada Bunda Allah serta para kudus di Surga, tak boleh dianggap menduduki peringkat terakhir, bahwa Gereja sama sekali tidak pernah terkalahkan dalam menghalau bidah serta kesalahan dari dirinya sendiri. Marilah kembali mengagumi di sini rancangan-rancangan dari Penyelenggaraan ilahi yang senantiasa memetik kebaikan dari kejahatan. Penyelenggaraan ilahi telah membiarkan, dari waktu ke waktu, agar iman dan kesalehan umat menjadi goyah, agar doktrin-doktrin sesat menyerang kebenaran Katolik; tetapi selalu dengan rancangan yang sedemikian rupa sehingga pada akhirnya kebenaran akan bersinar dengan suatu kemilau yang baru, dan setelah dibangunkan dari kelesuan mereka, para umat beriman berusaha keras untuk mencapai kesempurnaan yang lebih besar akan kekudusan.
23. Hari-hari raya yang baru-baru ini diikutsertakan di dalam kalender liturgis juga telah memiliki asal-muasal yang sama dan telah membuahkan hasil-hasil yang sama. Demikianlah adanya dengan pesta Corpus Christi, yang ditetapkan sewaktu rasa hormat dan devosi terhadap Sakramen Mahakudus menjadi lemah; pesta yang dirayakan dengan kemegahan yang mengagumkan, yang diperpanjang selama delapan hari melalui doa bersama, pesta yang baru itu akan membawa semua orang kembali untuk menyembah Tuhan secara publik. Demikian pula adanya dengan pesta Hati Kudus Yesus, yang diinstitusikan pada masa di mana akibat doktrin-doktrin yang menyedihkan dan rigorisme yang gelap dari Jansenisme, para umat menjadi gundah-gulana dan patah semangat, hati mereka sepenuhnya menjadi beku, dan mereka pun mengusir dari hati mereka cinta tak bersyarat terhadap Allah atau kepercayaan dalam sang Penebus.
24. Tibalah saatnya bagi Kami untuk menyediakan bagi kebutuhan zaman ini, untuk membawa suatu obat yang mujarab untuk mengentaskan wabah yang telah menjangkiti masyarakat manusia. Kami melakukannya dengan menetapkan kepada dunia Katolik ibadat kepada Kristus Raja. Wabah dari zaman kita ini, adalah laisisme, demikianlah bagaimana orang menyebutnya, dengan kesalahan-kesalahannya serta rancangan-rancangannya yang jahat. Seperti yang anda sekalian ketahui, Saudara-Saudara yang Terhormat, bencana ini tidaklah menjadi matang hanya seketika; sejak lama, bencana ini telah dierami di dalam Negara. Memang laisisme pertama-tama bermula dengan disangkalnya kedaulatan Kristus atas segala bangsa; hak Gereja pun disangkal – yang berasal dari hak Kristus sendiri – hak untuk mengajar umat manusia, untuk membuat hukum, untuk memerintah para umat, sehubungan dengan kebahagiaan mereka yang abadi. Lalu, lambat laun, agama Kristus dianggap setara dengan agama-agama sesat, dan, tanpa rasa malu sedikit pun, agama Kristus ditempatkan dalam derajat yang sama. Agama Kristus lalu dipertundukkan kepada otoritas sipil dan lalu kiasannya diserahkan kepada kehendak para pangeran dan pemerintah. Beberapa orang bahkan sampai ingin menggantikan agama ilahi ini dengan suatu agama alami atau suatu sentimen religius semata. Terdapat pula beberapa Negara yang hendak menganggap diri mereka sebagai Allah dan menjadikan ketidakberagamaan dan pengabaian secara sadar dan disengaja akan Allah sebagai agama mereka. Buah-buah yang amat getir yang telah begitu sering dan terus-menerus dihasilkan oleh kemurtadan para individu dan Negara yang meninggalkan Kristus ini, telah Kami keluhkan di dalam surat ensiklik Ubi arcano. Kami kembali mengeluhkan buah-buah tersebut pada hari ini. Buah-buah kemurtadan ini, benih-benih kebencian yang ditaburkan di semua sisi; iri dengki dan persaingan antara para rakyat, yang terus menimbulkan perselisihan internasional dan yang menghambat, pada hari ini pula, datangnya perdamaian dari rekonsiliasi; ambisi-ambisi yang tak terkekang, yang sering bertopengkan kepentingan publik dan cinta terhadap tanah air, bersama dengan konsekuensi-konsekuensinya yang menyedihkan: perselisihan sipil, egoisme yang buta dan tak terkendali, yang tujuan satu-satunya adalah kepentingan dan laba pribadi. Juga merupakan buah-buah kemurtadan ini, damai dalam keluarga diubrak-abrikkan oleh pengabaian akan tanggung jawab dan ketidakpedulian terhadap hati nurani; persatuan dan stabilitas keluarga pun menjadi goyah; segenap masyarakat, pada akhirnya, terhuyung-huyung dan terancam oleh kehancuran. Pesta Kristus Raja, yang sejak saat itu dilangsungkan setiap tahun memberikan harapan yang lebih hidup akan kembalinya umat manusia secara segera, suatu hal yang begitu didambakan, kepada Juru Selamatnya yang penuh kasih. Tentunya akan menjadi tanggung jawab para umat Katolik untuk mempersiapkan dan menyegerakan kembalinya umat manusia kepada Kristus Raja dengan suatu tindakan yang penuh ketekunan; tetapi banyak dari antara mereka, kelihatannya, tidak memiliki kedudukan dalam masyarakat atau otoritas yang seharusnya dimiliki oleh mereka yang menjunjung obor kebenaran. Kemudaratan ini mungkin diakibatkan oleh kurangnya keberanian dari orang-orang yang baik; mereka enggan untuk terlibat dalam konflik atau hanya melakukan perlawanan yang lemah; akibatnya, para musuh Gereja semakin menjadi lancang dan berambisi. Tetapi sejak hari di mana perhimpunan umat beriman mengerti bahwa mereka harus melawan dengan berani dan tanpa kenal lelah, di bawah panji Kristus Raja, api kerasulan akan berkobar di dalam hati mereka, semua orang akan bekerja demi merekonsiliasikan dengan Tuhan mereka jiwa-jiwa yang mengabaikan-Nya atau yang telah meninggalkan-Nya, semua orang akan berupaya untuk menjaga utuh hak-hak-Nya.
25. Tetapi, masih ada lagi. Suatu pesta yang diselenggarakan setiap tahun di setiap negeri dalam penghormatan terhadap Kristus Raja akan sungguh mujarab untuk menyingkapkan dan membuat reparasi atas, dalam suatu cara tertentu, kemurtadan publik ini, yang menyebabkan musibah yang begitu besar terhadap masyarakat, yang telah dihasilkan oleh laisisme. Di dalam konferensi-konferensi internasional dan di dalam Parlemen-Parlemen, nama yang amat manis dari Penebus kita ditutupi oleh keheningan yang amat nyaring; semakin tindakan itu tercela, semakin nyaring kita harus bersuara, semakin pernyataan-pernyataan serta hak-hak yang dianugerahkan kepada Kristus oleh martabat-Nya dan otoritas kerajaan-Nya harus disebarkan secara luas.
26. Marilah menambahkan, bahwa sejak tahun-tahun terakhir dari abad yang lalu, kita melihat suatu jalan yang mengagumkan yang mengarahkan kita untuk menginginkan agar hari raya ini diinstitusikan. Setiap orang mengenali argumen-argumen yang luhur, pertimbangan-pertimbangan yang cemerlang, yang dikemukakan untuk mendukung devosi ini oleh sekumpulan karya-karya yang diterbitkan di dalam bahasa-bahasa yang amat beragam dari segala penjuru dunia. Setiap orang tahu bahwa otoritas dan kedaulatan Kristus telah diteguhkan oleh kebiasaan saleh keluarga-keluarga yang hampir tidak terhitung jumlahnya, yang mendedikasikan dan mengonsekrasikan diri mereka kepada Hati Kudus Yesus. Dan bukan hanya para keluarga, tetapi juga Negara-Negara serta kerajaan-kerajaan telah menaati praktik ini. Di samping itu, atas inisiatif dan di bawah arahan dari Leo XIII, segenap umat manusia telah dikonsekrasikan kepada Hati ilahi ini, pada Tahun Suci 1900. Kami pun tidak dapat mengabaikan Kongres-Kongres Ekaristi yang pada zaman kita ini begitu sering dilangsungkan dalam jumlah yang begitu banyak. Kongres-Kongres ini memajukan perkara dari proklamasi yang khidmat akan kuasa kerajaan yang dimiliki oleh Kristus atas masyarakat manusia. Kongres-Kongres ini berhimpun dalam tujuan untuk mempersembahkan demi penghormatan dari para umat dari suatu dioses, dari suatu provinsi, dari suatu bangsa, atau bahkan dari seluruh dunia, Kristus Raja yang bersembunyi di bawah tabir Ekaristi. Kongres-Kongres ini, dengan demikian, merayakan Kristus sebagai Raja yang telah diterima oleh umat manusia dari Allah melalui konferensi-konferensi yang dilangsungkan dalam perhimpunan mereka, melalui khotbah-khotbah yang diujarkan di dalam gereja-gereja, melalui eksposisi-eksposisi publik serta adorasi bersama Sakramen Mahakudus, melalui perarakan-perakaran yang megah. Inilah Yesus, yang telah ditolak untuk diterima oleh orang-orang fasik sewaktu Ia datang dalam kerajaan-Nya, yang dapat secara amat benar dikatakan akan dirampas, oleh umat Kristiani yang tergerak oleh ilham ilahi, dari keheningan, dan kiasannya, dari kegelapan tempat-tempat suci, untuk diarak sebagai Pemenang Jaya di jalanan kota-kota besar dan dipulihkan dalam segenap hak-Nya dan kerajaan-Nya.
27. Demi menggenapi rancangan Kami, yang baru saja Kami ujarkan kepada anda sekalian, Tahun Suci yang akan segera berakhir ini memberikan suatu kesempatan yang terbaik. Tahun Suci ini baru saja mengingatkan dalam pikiran dan dalam hati para umat beriman berkat surgawi yang melampaui segala pemahaman kodrati; dalam kebaikan-Nya yang tak terhingga, Allah telah kembali memperkaya pikiran dan hati mereka dengan karunia rahmat-Nya; Ia telah meneguhkan orang-orang lain dalam jalan yang benar, dengan menganugerahkan kepada mereka suatu semangat baru untuk mencari karunia-karunia yang lebih sempurna. Bilamana Kami harus memperhatikan permohonan-permohonan yang begitu banyak yang telah ditujukan kepada diri Kami, atau bilamana Kami mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang menandai tahun dari Yubileum Agung tersebut, Kami tentunya memiliki banyak alasan untuk berpikir bahwa telah tiba hari bagi Kami untuk menetapkan keputusan yang begitu dinantikan oleh semua orang: Kristus akan dihormati oleh suatu pesta yang khusus dan istimewa sebagai Raja dari segenap umat manusia. Pada tahun ini, memang, seperti yang telah Kami ucapkan pada awal dari surat ini, sang Raja ilahi, yang sungguh ‘mengagumkan dalam para Kudus-Nya’, telah ‘dimuliakan dengan kemegahan’, sebab sejumlah serdadu-Nya yang baru telah diangkat kepada kehormatan yang kudus. Pada tahun ini, suatu eksposisi yang luar biasa telah mendedahkan di hadapan semua orang objek-objek dan dengan suatu cara tertentu karya-karya dari para pewarta Injil, dan semua orang telah dapat mengagumi kejayaan yang diperoleh para pemenang Kristus ini demi diperluasnya kerajaan-Nya. Akhirnya, pada tahun ini, Kami telah merayakan, bersama dengan ulang tahun seratus tahun Konsili Nicea, dimuliakannya kesehakikatan sang Sabda yang Menjelma dengan Allah Bapa, melawan para musuh Konsili tersebut. Dogma itulah yang mendasari, layaknya suatu landasan, kedaulatan Kristus atas segenap umat manusia.
28. Itulah mengapa, atas dasar otoritas apostolik Kami, Kami menginstitusikan pesta Tuhan kita Yesus Kristus Raja. Kami memerintahkan agar pesta ini diselenggarakan di seluruh dunia, setiap tahun, pada hari Minggu terakhir di bulan Oktober, yakni hari Minggu yang secara langsung berada sebelum Hari Raya Semua Orang Kudus. Kami juga menetapkan setiap tahunnya, pada hari yang sama, diperbaruinya konsekrasi umat manusia kepada Hati Kudus Yesus, konsekrasi yang pendahulu Kami, Pius X, dari kenangan yang suci, telah perintahkan untuk diperbarui setiap tahunnya. Bagaimanapun, untuk tahun ini, Kami menghendaki agar pembaruan ini dilaksanakan pada tanggal 31 dari bulan ini. Pada hari ini, Kami akan merayakan Misa Kepausan dalam penghormatan kepada Kristus Raja dan Kami akan mengucapkan konsekrasi ini di hadirat diri Kami. Kami pun tidak percaya bahwa Kami mampu mengakhiri Tahun Suci ini, ataupun memberikan kesaksian yang fasih kepada Kristus ‘Raja imortal dari segala abad’ akan rasa syukur dari diri Kami – serta dari segenap dunia Katolik – yang telah Kami tafsirkan – atas berkat-berkat yang dianugerahkan dalam periode rahmat ini kepada diri Kami sendiri, kepada Gereja, dan kepada segenap dunia Katolik, dengan cara yang lebih baik.
29. Kami tidak perlu, Saudara-Saudara yang Terhormat, untuk menjelaskan kepada diri anda sekalian dengan panjang lebar alasan-alasan untuk pesta yang khusus kepada Kristus Raja, sewaktu hari-hari raya lainnya meluhurkan dan memuliakan, dalam suatu cara tertentu, martabat kerajaan-Nya. Bagaimanapun, seseorang cukup mencatat bahwa objek material, demikianlah ungkapan yang digunakan oleh para teolog, dari semua pesta Tuhan kita adalah Kristus, bagaimanapun, objek formal dari pesta-pesta tersebut sama sekali bukan kuasa dan gelar kerajaan Kristus. Dengan menetapkan pesta tersebut pada hari Minggu, Kami telah menghendaki agar para imam bukan menjadi satu-satunya yang memberikan penghormatan kepada sang Raja ilahi melalui perayaan Sakramen Mahakudus serta mazmur dari Ofisi, tetapi agar para umat, yang terlepas dari kesibukan mereka yang biasa dan tergerak oleh sukacita yang suci, dapat mewujudkan secara jelas ketaatan mereka terhadap Kristus sebagai Raja yang berkuasa atas diri mereka. Pada akhirnya, dan hal yang terutama, hari Minggu terakhir dari bulan Oktober tampaknya terpilih bagi Kami untuk hari raya ini: hari tersebut agaknya menutup siklus tahun liturgis; sedemikian rupa sehingga misteri-misteri dari kehidupan Yesus Kristus yang dirayakan pada di waktu sebelumnya pada tahun itu diakhiri dan dimahkotai oleh Hari Raya Kristus Raja, dan, sebelum merayakan kemuliaan dari semua orang kudus, liturgi akan menyerukan dan meluhurkan kemuliaan dari Ia yang berjaya dalam semua orang Kudus dan semua orang yang terpilih. Adalah tanggung jawab Kami, Saudara-Saudara yang Terhormat, sebagaimana pula tanggung jawab anda sekalian, untuk memulai pesta tahunan ini dengan suatu seri pengajaran-pengajaran yang diberikan, pada hari-hari tertentu, di dalam setiap paroki. Para umat akan diajarkan dan kembali diajarkan secara persis tentang sifat, makna, dan pentingnya pesta ini; para umat akan sejak saat itu mengatur dan mengelola hidup mereka sedemikian rupa sehingga menjadikannya sebagai kehidupan yang pantas dari rakyat yang dengan setia dan penuh cinta tunduk kepada kedaulatan sang Raja Ilahi.
30. Pada akhir dari surat ini, Kami juga kembali menghendaki, Saudara-Saudara yang Terhormat, untuk menyingkapkan kepada anda secara singkat buah-buah yang Kami tekadkan untuk capai dan yang sungguh Kami harapkan, baik untuk Gereja dan masyarakat sipil maupun untuk setiap umat beriman, dari penghormatan publik yang diberikan kepada Kristus Raja.
31. Kewajiban untuk mempersembahkan penghormatan yang baru saja Kami sebutkan kepada otoritas yang berdaulat dari Raja Kita tentunya juga akan mengingatkan kepada manusia hak-hak Gereja. Gereja, yang diinstitusikan oleh Kristus sebagai suatu masyarakat yang sempurna, mengklaim, atas dasar hak aslinya, yang tak dapat dilepaskannya, suatu kebebasan dan kemerdekaan yang penuh dari kuasa sipil. Gereja tidak dapat bergantung kepada kehendak yang asing dalam pencapaian misi ilahinya untuk mengajar, untuk memerintah, dan untuk menuntun kepada kebahagiaan kekal semua anggota dari kerajaan Kristus. Di samping itu, Negara harus memperolehkan suatu kebebasan yang serupa kepada Ordo-Ordo dan Kongregasi-Kongregasi agamawi dari kedua jenis kelamin. Merekalah pembantu yang paling teguh dari para Gembala Gereja; merekalah yang bekerja dengan paling efektif untuk memperluas dan meneguhkan kerajaan Kristus, pertama-tama, dengan melibatkan diri dalam perjuangan melawan dunia dan ketiga konkupisensinya melalui pengakuan ketiga sumpah agama; kemudian, karena mereka telah memeluk suatu keadaan hidup yang lebih sempurna, dengan menyingkapkan kepada mata semua orang, dengan kecemerlangan yang senantiasa dan yang semakin hari semakin bersinar, kekudusan yang sang Pendiri ilahi hendaki untuk jadikan sebagai tanda yang khas milik Gereja yang legitim.
32. Adapun Negara-Negara, mereka akan menyadari melalui perayaan tahunan dari pesta ini bahwa para pemerintah dan pegawai sipil memiliki kewajiban, sama seperti warga negara, untuk memberikan kepada Kristus suatu penghormatan publik dan untuk menaati hukum-hukum-Nya. Para kepala dari masyarakat sipil akan mengingat, dari sisi mereka, penghakiman terakhir, di mana Kristus akan menuduh mereka yang telah mengusir-Nya dari kehidupan publik, tetapi juga yang telah dengan penuh kebencian mengucilkan-Nya atau mengabaikan-Nya, dan memetik dari kehinaan yang sama itu pembalasan dendam yang paling mengerikan; sebab martabat kerajaan-Nya menuntut agar Negara sepenuhnya diatur dengan perintah-perintah Allah serta prinsip-prinsip Kristiani di dalam pembuatan-pembuatan hukum, dalam administrasi keadilan, dalam pembentukan intelektual dan moral orang muda, yang harus menghormati doktrin sehat serta kemurnian moral.
33. Para umat beriman juga akan dapat menimba kekuatan dan kebajikan dalam meditasi akan kebenaran-kebenaran ini untuk menyelaraskan hati mereka sesuai dengan asas-asas yang sejati dari kehidupan Kristiani. Jika semua kuasa telah diberikan kepada Kristus Tuhan di dalam Surga dan di atas bumi; jika umat manusia, yang ditebus oleh darah yang amat berharga kembali menjadi rakyat dari kerajaan-Nya; jika pada akhirnya kuasa ini merangkul segenap umat manusia, jelas adanya bahwa tiada satu pun dari kemampuan kita yang dapat lolos dari kedaulatan-Nya. Maka, Ia harus meraja atas akal budi kita: kita harus percaya, dengan ketaatan yang penuh, dengan keteguhan yang senantiasa, akan kebenaran-kebenaran yang telah diwahyukan serta ajaran-ajaran Kristus. Ia harus meraja atas kehendak kita: kita harus menaati hukum-hukum serta perintah-perintah Allah. Ia harus meraja atas hati kita: kita harus mengorbankan keterlekatan kita terhadap hal-hal duniawi dan mencintai Allah di atas segala hal dan hanya lekat kepada diri-Nya sendiri. Ia harus meraja atas tubuh dan anggota badan kita: kita harus menjadikan anggota badan kita sebagai alat, atau untuk meminjam perkataan Santo Paulus Rasul, ‘senjata keadilan yang dipersembahkan kepada Allah’[31] demi menjaga kesucian interior dari jiwa kita. Demikianlah gagasan-gagasan yang, jika diajukan sebagai refleksi bagi para umat beriman dan yang jika dipertimbangkan dengan cermat, akan menuntun mereka dengan mudah menuju kesempurnaan yang lebih tinggi. Semoga Allah berkenan, Saudara-Saudara yang Terhormat, agar para manusia yang hidup di luar Gereja mencari dan menerima sebagai keselamatan mereka kuk yang manis dari Kristus. Adapun kita semua, yang, oleh suatu rancangan dari kerahiman ilahi, tinggal di dalam rumah-Nya, menjadikan Surga sebagai bagian dari kuk milik kita tanpa bermasam hati, tetapi dengan penuh semangat, dengan penuh cinta, dengan penuh kesucian! Dengan demikian, kita akan menuai dengan sukacita, di sepanjang hidup yang berselaras dengan hukum-hukum kerajaan ilahi, buah-buah baik yang berlimpah; dan kita akan diakui oleh Kristus sebagai para hamba yang baik dan setia dari kerajaan-Nya di dunia, serta di kemudian hari akan mengambil bagian, bersama-Nya, dalam kebahagiaan dan kemuliaan yang tak kenal lekang dari kerajaan-Nya di Surga.
34. Terimalah, Saudara-Saudara yang Terhormat, tanda dan harapan kami ini sebagai suatu kesaksian akan cinta kasih Kami yang kebapaan, menjelang pesta Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, dan terimalah berkat apostolik, jaminan dari pertolongan ilahi, yang Kami anugerahkan kepada anda sekalian dengan tulus hati, Saudara-Saudara yang Terhormat, kepada para imam anda serta kepada para umat anda.
Diberikan di Roma, di Gereja Santo Petrus, pada tanggal 11 Desember dari Tahun Suci 1925, tahun keempat dari Kepausan Kami.
PIUS XI, PAUS.”
Catatan kaki:
Surat Ensiklik Quas Primas dari Paus Pius XI disadur dari versi berbahasa Prancis yang diterbitkan di dalam sumber berikut:
Actes de S.S. Pie XI: Encycliques, Motu Proprio, Brefs, Allocutions, Actes des Dicastères, etc… [Akta-Akta Takhta Suci Pius XI, Ensiklik, Motu Proprio, Breve, Sambutan, Akta Dikasteri, dsb ….], Maison de la Bonne Presse, Paris, (1925-1926), hal. 63.
Nomor paragraf diambil dari versi berbahasa Inggris yang diterbitkan di dalam Vatican.va.
[1] Eph. III, 19
[2] Dan. VII, 13-14
[3] Num. XXIV, 19
[4] Ps. II
[5] Ps. XLIV
[6] Ps. LXXI.
[7] Is. IX, 6-7
[8] Hier. XXIII, 5.
[9] Dan. II, 44.
[10] Dan. VII, 13-14.
[11] Zach. IX, 9.
[12] Luk I, 32-33.
[13] Matth. XXV, 31-40.
[14] Apoc. I, 5.
[15] Apoc., XIX, 16.
[16] Hebr. I, 1.
[17] 1 Kor. XV, 25.
[18] In Luc., X.
[19] I Petr. I, 18-19.
[20] I Cor. VI, 20.
[21] Ibid., 15.
[22] Conc. Trid., Sess. VI, can. 21.
[23] Ioan. XIV, 15; XV, 10.
[24] Ioan. V, 22.
[25] Enc. Annum Sanctum, d. 25 maii 1899.
[26] Act. IV, 12.
[27] S. Aug., Ep. Ad Macedonium, c. III.
[28] Enc. Ubi arcano.
[29] Enc. Annum sanctum, d. 25 maii 1899.
[30] Sermo 47, De Sanctis.
[31] Rom. VI, 13.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...