^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Konstitusi Dogmatis Pastor Aeternus dari Konsili Vatikan I – Paus Pius IX, 1870 – Dogma Infalibilitas Kepausan
PASTOR AETERNUS
Konstitusi Dogmatis I
Tentang Gereja Yesus Kristus
Didekretkan pada Sesi Keempat dari Konsili Vatikan yang Suci dan Ekumenis
Rangkuman:
PIUS USKUP
HAMBA DARI PARA HAMBA ALLAH
Konsili Suci ini menyetujui, untuk kenangan selamanya.
“Sang Gembala abadi dan imam agung jiwa-jiwa kita,[1] demi melestarikan karya Penebusan-Nya yang menyelamatkan, telah bertekad untuk mendirikan Gereja yang kudus. Di dalam Gereja-Nya ini, seperti di dalam Bait Allah yang hidup, semua umat beriman dipersatukan oleh ikatan iman yang esa dan sama, serta kasih yang esa dan sama. Itulah sebabnya, sebelum Ia dimuliakan, Ia berdoa kepada Bapa-Nya, bukan hanya bagi para Rasul, tetapi juga bagi orang-orang yang harus percaya kepada-Nya berkat sabda para Rasul, agar mereka semua menjadi satu layaknya Putra sendiri dan Bapa satu adanya.[2] Oleh karena itu, sebagaimana Ia telah mengutus para Rasul yang telah dipilih-Nya kepada dunia,[3] seperti diri-Nya sendiri telah diutus oleh Bapa-Nya,[4] demikian pula Ia telah menghendaki adanya para gembala dan Doktor di dalam Gereja-Nya, sampai akhir zaman.[5]
Tetapi, agar Keuskupan tersebut tetap satu adanya dan tidak terbagi-bagi, agar para umat beriman dijaga dalam kesatuan iman dan persekutuan oleh para imam yang bersatu yang satu dengan yang lain, Ia telah menginstitusikan di dalam diri Petrus pangkal yang akan bertahan selamanya serta fondasi yang kelihatan dari kesatuan berganda ini dengan menempatkan Petrus yang terberkati di atas para Rasul yang lain, agar, di atas kekukuhannya, Bait yang abadi didirikan, dan agar di atas keteguhan imannya menjulanglah bangunan Gereja yang agung yang ketinggiannya akan mencapai langit.[6] Dan karena pintu-pintu gerbang Neraka berdiri di segala tempat untuk melawan fondasi Gereja yang telah ditetapkan secara ilahi dengan kebencian yang semakin hari semakin meningkat demi meruntuhkannya, andaikata mungkin, Kami menilai, dengan sepersetujuan Konsili suci ini, bahwa demi penjagaan, keselamatan, dan pertumbuhan umat Katolik, ada suatu keperluan untuk mengajukan doktrin tentang institusi dan kesinambungan serta hakikat Keutamaan apostolik yang kudus, yang di dalamnya berdiam kekuatan dan kekukuhan segenap Gereja, supaya doktrin ini dipercayai dan dipegang oleh semua umat beriman, seturut iman yang kuno dan konstan dari Gereja universal, serta untuk melarang dan mengutuk kesalahan-kesalahan yang bertentangan, yang begitu membahayakan kawanan domba Tuhan.
BAB I.
Tentang Institusi dari Keutamaan Apostolik di dalam Pribadi Petrus yang Terberkati
Maka, Kami mengajarkan dan Kami mendeklarasikan, sesuai dengan kesaksian-kesaksian Injil, bahwa Keutamaan yurisdiksi di atas segenap Gereja Allah telah segera dan secara langsung dijanjikan dan dianugerahkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus kepada sang rasul yang terberkati, Petrus. Bahwasanya hanya kepada Simon seoranglah, Ia telah berkata: ‘Engkau akan disebut Kefas’,[7] setelah ia membuat pengakuan ini: ‘Engkaulah Kristus, Putra Allah yang hidup;’[8] Tuhan telah menujukan perkataan yang khidmat ini: ‘Terberkatilah engkau, Simon bin Yunus, karena bukan daging ataupun darah yang telah mewahyukannya kepadamu, melainkan Bapa-Ku, yang ada di Surga; dan Aku pun berkata bahwa engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan pintu-pintu gerbang Neraka tidak akan berjaya melawannya; dan Aku akan memberikan kepadamu kunci-kunci Kerajaan Surga, dan segala yang kauikat di atas bumi juga akan terikat di dalam Surga, dan segala yang kaulepaskan di atas bumi juga akan terlepaskan di dalam Surga.’[9]
Juga, setelah Kebangkitan-Nya, hanya kepada Simon Petrus seoranglah Yesus menganugerahkan yurisdiksi gembala tertinggi serta pemandu bagi segenap kawanan domba-Nya, dengan berkata kepadanya: ‘Gembalakanlah anak-anak domba-Ku, gembalakanlah domba-domba-Ku.’[10] Doktrin yang sedemikian jelasnya dari Kitab Suci ini, sebagaimana yang telah selalu dimengerti oleh Gereja Katolik, ditentang secara terbuka oleh semboyan-semboyan yang bejat milik orang-orang yang merusakkan bentuk pemerintahan yang telah ditetapkan di dalam Gereja-Nya oleh Kristus Tuhan kita dan yang menyangkal bahwa Petrus seorang dirilah yang telah dikaruniai oleh Kristus dengan keutamaan yurisdiksi yang sejati dan khas atas para Rasul yang lain, baik secara perorangan, maupun secara bersama-sama; atau yang menyatakan bahwa Keutamaan yang sama ini tidak dianugerahkan secara segera atau secara langsung kepada Petrus yang terberkati, melainkan kepada Gereja, dan bahwa oleh Gerejalah Keutamaan ini telah diberikan kepada Petrus sebagai pelayan dari Gereja yang sama ini.
Maka, barang siapa berkata bahwa rasul Petrus yang terberkati tidak dijadikan oleh Kristus Tuhan kita sebagai Pangeran dari para Rasul dan kepala yang kelihatan dari segenap Gereja militan; atau bahwa Petrus yang sama ini hanya menerima Keutamaan kehormatan, dan bukan Keutamaan yurisdiksi yang khas dan sejati, yang secara langsung dan segera dianugerahkan oleh Yesus Kristus yang sama, Tuhan kita; terkutuklah dia.
BAB II.
Tentang Keutamaan Petrus untuk selama-lamanya di dalam para Paus Roma.
Namun, apa yang telah ditetapkan oleh sang Pangeran dari para gembala dan Gembala tertinggi dari domba-domba, Tuhan kita Yesus Kristus, dalam pribadi Petrus yang terberkati demi menjaga agar Gereja senantiasa memiliki kekukuhan yang berkesinambungan dan kebaikan yang permanen, harus secara niscaya dan secara konsisten berada dalam Gereja atas dasar otoritas Yesus Kristus yang sama. Gereja ini, yang didirikan di atas batu karang, akan senantiasa berdiri teguh sampai akhir zaman. Sungguh benar, tiada seorang pun yang meragukan kenyataan yang satu ini, yang dikenal di sepanjang segala abad, yaitu bahwa Petrus yang kudus dan terberkati, Pangeran dan kepala para Rasul, tiang penyangga Iman dan fondasi Gereja Katolik, yang telah menerima kunci-kunci kerajaan dari Tuhan kita Yesus Kristus, Juru Selamat dan Penebus umat manusia, hidup, memimpin, dan mengadili di dalam para penerusnya sampai zaman kita dan untuk selama-lamanya; para penerusnya itu adalah para uskup dari Takhta Suci Roma, yang didirikan olehnya dan yang dikonsekrasikan oleh darahnya.[11] Itulah sebabnya, atas dasar institusi Yesus Kristus sendiri, masing-masing penerus Petrus di dalam Takhta ini memiliki Keutamaan Petrus di atas Gereja universal. Maka tatanan yang telah ditetapkan oleh Ia yang adalah sang Kebenaran tetap teguh, dan Petrus yang terberkati, yang bertekun dengan kuasa yang telah diterimanya, tidak meninggalkan tanggung jawab pemerintahan Gereja.[12] Itulah mengapa segenap Gereja, yaitu semua umat beriman dari segala penjuru, telah senantiasa perlu berada dalam kesatuan dengan Gereja Roma, berkat keunggulannya yang lebih perkasa, sehingga dengan bersatu bagaikan anggota-anggota tubuh dengan kepalanya dalam Takhta ini, yang merupakan sumber segala hak persekutuan yang terhormat, mereka semua hanya membentuk satu tubuh yang esa dan yang sama.[13]
Maka, barang siapa berkata bahwa bukanlah atas dasar institusi Yesus Kristus Tuhan kita, atau atas dasar hak ilahi, Petrus yang terberkati memiliki para penerus untuk selama-lamanya dalam Keutamaannya atas segenap Gereja; atau bahwa Sri Paus Roma bukanlah penerus Petrus yang terberkati dalam keutamaan yang sama; terkutuklah dia.
BAB III.
Tentang hakikat dan sifat Keutamaan Sri Paus Roma
Itulah mengapa, atas dasar kesaksian-kesaksian yang jelas dari Kitab Suci dan dalam kesetiaan yang teguh kepada dekret-dekret resmi baik dari para Pendahulu Kami, para Paus Roma, maupun dari Konsili-Konsili Umum, yang kejelasannya tak terpungkiri, Kami memperbarui definisi Konsili ekumenis Florence. Atas dasar definisi tersebut, semua umat beriman Kristus diwajibkan untuk percaya bahwa Takhta Suci apostolik dan Sri Paus Roma memiliki Keutamaan atas seluruh alam semesta, bahwa Sri Paus Roma yang sama adalah penerus Petrus yang terberkati, Pangeran para Rasul dan vikaris Kristus yang sejati, kepala segenap Gereja, Bapa dan Doktor semua orang Kristiani, dan bahwa kepadanyalah telah diwariskan oleh Tuhan kita Yesus Kristus, dalam Petrus yang terberkati, kekuatan penuh untuk menggembalakan, untuk memimpin dan untuk memerintah Gereja universal, sebagaimana yang termuat di dalam akta-akta konsili-konsili ekumenis dan di dalam kanon-kanon suci.
Maka, Kami mengajarkan dan Kami mendefinisikan bahwa atas dasar suatu pengaturan ilahi, Gereja Roma memiliki keunggulan dalam kuasa pemerintahan atas semua Gereja yang lain, dan bahwa kuasa yurisdiksi dari Sri Paus Roma ini, merupakan kuasa keuskupan yang bersifat nyata dan segera; para pastor serta para umat beriman, baik secara perorangan maupun secara keseluruhan, apa pun ritus dan jabatan mereka, diwajibkan untuk tunduk kepada kuasa tersebut oleh tanggung jawab subordinasi hierarkis serta kepatuhan yang sejati, bukan hanya dalam hal-hal yang menyangkut iman dan moral, tetapi juga dalam hal-hal yang menyangkut disiplin dan pemerintahan Gereja yang tersebar di seluruh alam semesta, sedemikian rupa sehingga dengan menjaga kesatuan baik dalam persekutuan maupun pengakuan iman yang satu dan sama dengan Sri Paus Roma, Gereja Kristus merupakan satu kawanan domba di bawah satu Gembala yang tertinggi. Demikianlah ajaran kebenaran Katolik, yang darinya, tidak seorang pun dapat menyimpang tanpa kehilangan iman dan keselamatan.
Tetapi, kuasa Sri Paus Roma ini sama sekali tidak merusak kuasa pemerintahan yang bersifat segera dari yurisdiksi Keuskupan. Dengan kuasa pemerintahan ini, para uskup, yang telah ditetapkan oleh Roh Kudus,[14] dan yang telah menjadi penerus para Rasul, menggembalakan dan memimpin setiap kawanan domba yang secara khusus dipercayakan kepada penjagaan mereka, layaknya para gembala yang sejati. Kuasa Keuskupan ini diteguhkan, didukung, dan dilindungi oleh sang Gembala tertinggi dan universal, seturut perkataan Santo Gregorius Agung: ‘Kehormatan saya adalah kehormatan Gereja universal. Kehormatan saya adalah kekuatan yang kukuh milik saudara-saudara saya. Jadi, saya memang dihormati sewaktu penghormatan yang layak diberikan kepada mereka masing-masing.’[15]
Namun, buah dari kuasa tertinggi milik Sri Paus Roma untuk memerintah Gereja universal ini adalah bahwa dalam pelaksanaan tanggung jawabnya, Sri Paus Roma berhak berkomunikasi secara bebas dengan para gembala dan kawanan domba dari segenap Gereja, agar mereka dapat diajar dan dipimpin olehnya dalam jalan keselamatan. Itulah sebabnya Kami mengutuk dan menolak semboyan-semboyan dari mereka yang berkata bahwa komunikasi sang kepala tertinggi dengan para gembala dan kawanan domba ini dapat dirintangi secara sah, atau dari mereka yang menjadikan komunikasi tersebut bergantung kepada kuasa sekuler, dengan menyatakan bahwa hal-hal yang ditetapkan oleh Takhta apostolik, atau atas dasar otoritasnya, hanya memiliki kuasa dan otoritas jika hal-hal tersebut diteguhkan oleh persetujuan kuasa sekuler.[16]
Dan karena Sri Paus Roma adalah kepala Gereja universal berdasarkan hak ilahi dari Keutamaan apostolik, Kami mengajarkan pula dan Kami mendeklarasikan bahwa ia adalah hakim tertinggi dari para umat beriman,[17] dan bahwa setiap orang dapat mencari pertolongan dari penghakimannya dalam segala perkara yang menyangkut kompetensi gerejawi;[18] bahwa, di samping itu, penghakiman Takhta Apostolik, yang tiada dilampaui oleh suatu otoritas pun, tidak dapat dicabut oleh seorang pun, tidak pun ada orang yang diizinkan untuk menghakimi penghakimannya.[19] Maka, mereka yang menyatakan bahwa menaikbandingkan penghakiman-penghakiman para Paus Roma yang Berdaulat kepada suatu Konsili ekumenis sebagai suatu otoritas yang lebih tinggi daripada Sri Paus Roma adalah perbuatan yang diizinkan, mereka menyimpang dari jalan kebenaran yang lurus.
Maka, barang siapa berkata bahwa Sri Paus Roma hanya memiliki suatu tanggung jawab inspeksi atau pengarahan, dan bukan suatu kuasa yurisdiksi yang penuh dan tertinggi atas Gereja universal, bukan hanya dalam hal-hal yang menyangkut iman dan moral, tetapi juga dalam hal-hal yang menyangkut disiplin dan pemerintahan Gereja yang tersebar di seluruh alam semesta; atau bahwa ia hanya memiliki bagian utama dan bukan segenap kuasa itu seutuhnya; atau bahwa kuasa yang dimilikinya bukanlah kuasa pemerintahan yang bersifat segera, baik atas semua maupun setiap Gereja, baik atas semua gembala dan atas semua umat beriman maupun atas masing-masing dari mereka; terkutuklah dia.
BAB IV.
Tentang Magisterium yang Infalibel dari Sri Paus yang Berdaulat.
Sebagaimana yang telah selalu dipercayai oleh Takhta Suci ini, dan yang dibuktikan oleh kebiasaan Gereja di sepanjang masa, dan yang telah dinyatakan oleh Konsili-Konsili Ekumenis sendiri, terutama Konsili-Konsili Ekumenis di mana Dunia Timur berhimpun bersama Dunia Barat dalam kesatuan iman dan kasih, kuasa tertinggi milik Magisterium termuat dalam Keutamaan apostolik yang dimiliki oleh Sri Paus Roma atas Gereja universal, sebagai penerus Petrus, pangeran dari para rasul. Itulah sebabnya, para Bapa Konsili Konstantinopel IV, yang menapaki langkah-langkah para pendahulu mereka, telah menuturkan pengakuan iman yang khidmat ini: ‘Persyaratan pertama untuk keselamatan adalah menjaga aturan iman yang benar (...). Dan karena perkataan Tuhan kita Yesus Kristus yang berkata: ‘Engkau adalah Petrus; dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku’,[20] tidak mungkin sia-sia, perkataan-Nya itu telah terbukti melalui kenyataan-kenyataan; sebab dalam Takhta Apostolik, agama Katolik telah selalu dijaga tanpa noda dan doktrin suci telah selalu diajarkan. Maka karena kami sama sekali tidak ingin memisahkan diri dari iman dan doktrinnya, kami berharap pantas berada dalam persekutuan yang esa ini yang dikhotbahkan oleh Takhta Apostolik, yang di dalamnya, keutuhan dan kekukuhan yang sejati dari agama Kristiani berada.’[21]
Dalam menyetujui Konsili Lyon II, orang-orang Yunani telah mengakui, ‘bahwa Gereja Roma yang Kudus memegang Keutamaan yang tertinggi dan penuh serta keunggulan atas Gereja Katolik universal, keunggulan yang diakuinya dalam segenap kebenaran dan kerendahan hati telah diterimanya dengan genapnya kuasa dari Tuhan sendiri, dalam pribadi Petrus yang terberkati, pangeran atau kepala para Rasul, yang penerusnya adalah Sri Paus Roma: dan, bahwa sebagaimana Gereja Roma yang Kudus diwajibkan di atas segala hal yang lain untuk membela kebenaran iman, demikian pula, jika muncul pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut iman, pertanyaan-pertanyaan ini harus didefinisikan oleh penilaiannya.' Pada akhirnya, Konsili Florence telah mendefinisikan: ‘bahwa Sri Paus Roma adalah penerus Petrus yang terberkati, Pangeran para Rasul dan vikaris Kristus yang sejati, kepala segenap Gereja, Bapa dan Doktor semua orang Kristiani, dan bahwa kepadanyalah telah diwariskan oleh Tuhan kita Yesus Kristus, dalam Petrus yang terberkati, kekuatan penuh untuk menggembalakan, untuk memimpin dan untuk memerintah Gereja universal.’
Demi menunaikan tanggung jawab penggembalaan ini, para Pendahulu Kami telah senantiasa bekerja dengan penuh semangat untuk menyebarkan doktrin Kristus yang menyelamatkan itu kepada segala bangsa di muka bumi, dan mereka telah memastikan dengan perhatian yang sama agar doktrin itu dijaga murni tanpa perubahan di mana pun doktrin itu telah diterima. Itulah sebabnya, para Uskup dari seluruh dunia, yang terkadang tersebar, dan kadang kala berhimpun di dalam Sinode-Sinode, seturut kebiasaan Gereja-Gereja dan bentuk aturan yang kuno, telah selalu memastikan untuk memperingatkan Takhta Apostolik ini tentang bahaya-bahaya yang muncul, terutama dalam perkara iman, supaya kerusakan-kerusakan yang terjadi mendapatkan kesembuhan penuh di tempat itu di mana iman tidak dapat mengalami kegagalan.[22]
Dari pihak para Paus Roma, mereka telah mendefinisikan bahwa segala sesuatu yang, dengan pertolongan Allah, telah mereka akui berselaras dengan Kitab Suci dan tradisi-tradisi apostolik, harus dipegang. Definisi tersebut mereka buat seturut kebutuhan waktu dan perkara-perkara; kadang kala dengan memanggil Konsili-Konsili ekumenis, terkadang dengan mencari tahu pendapat Gereja yang tersebar di seluruh dunia, kadang kala melalui sinode-sinode khusus, terkadang dengan sarana-sarana lain yang disediakan kepada mereka oleh Penyelenggaraan ilahi. Sebab Roh Kudus tidak dijanjikan kepada para penerus Petrus agar seturut wahyu-Nya, mereka mendedahkan suatu doktrin yang baru, melainkan agar dengan pertolongan-Nya, mereka menjaga dengan suci dan menjabarkan dengan setia wahyu-wahyu yang diwariskan oleh para Rasul, yaitu khazanah iman. Doktrin apostolik mereka memang telah dirangkul oleh semua Bapa yang terhormat dan dihormati serta dianut oleh para doktor yang kudus dan ortodoks, sebab mereka sungguh mengetahui bahwa Takhta Petrus ini tetap selalu tidak ternodai oleh kesalahan, seturut janji ilahi yang dibuat oleh Tuhan, Juru Selamat kita, kepada pangeran dari para rasul-Nya: ‘Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan sewaktu engkau telah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’[23]
Maka karunia kebenaran dan iman yang tidak pernah gugur ini telah dianugerahkan secara ilahi kepada Petrus dan kepada para penerusnya di dalam Takhta ini, agar mereka menunaikan tanggung jawab mereka yang agung demi keselamatan semua orang; agar seluruh kawanan domba Kristus yang mereka jauhkan dari padang rumput yang teracuni kesalahan diberi makan doktrin surgawi; agar dengan ditiadakannya penyebab skisma, Gereja terjaga utuh dalam kesatuannya, dan dengan bertumpu atas fondasinya, Gereja berdiri tanpa tergoyahkan melawan pintu-pintu gerbang Neraka. Namun, karena di masa inilah daya guna yang menyelamatkan dari tanggung jawab apostolik terutama dibutuhkan, dan karena ada begitu banyak orang yang berupaya untuk merendahkan otoritasnya, Kami menilai bahwa penegasan khidmat atas hak khusus yang telah diikatkan oleh Putra Allah dalam kesudian-Nya kepada jabatan pastoral yang tertinggi itu, sangat amat diperlukan.
Itulah sebabnya, dengan berpegang setia kepada tradisi yang diterima dari sejak awal iman Kristiani, demi kemuliaan Allah Juru Selamat kita, demi pemuliaan agama Katolik dan keselamatan para umat Kristiani,
Barang siapa, hendaknya Allah mencegahnya, sedemikian gegabahnya sehingga menentang definisi Kami ini; terkutuklah dia.
Diberikan di Roma, dalam sesi publik, yang dirayakan secara khidmat di dalam Basilika Vatikan, pada tahun Penjelmaan Tuhan seribu delapan ratus tujuh puluh, hari kedelapan belas dari bulan Juni, pada tahun kedua puluh lima dari masa Kepausan Kami.
Setelah konstitusi ini dibaca dengan lantang dari mimbar, dan setelah masing-masing Bapa telah mengungkapkan suara mereka, Sri Paus yang Berdaulat berdiri, dan ia secara khidmat meneguhkan dekret-dekret serta kanon-kanon yang termuat di dalam konstitusi tersebut dalam perkataan ini:
Demikianlah.
JOSEPH
Uskup dari St. Hippolitus
Sekretaris Konsili Vatikan.”
Catatan kaki:
Konstitusi Dogmatis Pastor aeternus dari Paus Pius IX ini diterjemahkan dari:
Sumber utama berbahasa Prancis:
Décrets & canons du concile œcuménique en général du Vatican en latin et en français [Dekret-Dekret & Kanon-Kanon dari Konsili Ekumenis Secara Umum di Vatikan dalam Bahasa Latin dan Prancis], Edisi Baru, Paris, Victor Palmé, éditeur, 1878, hal. 168-191.
Sumber pendamping berbahasa Inggris: Denzinger 3065-3075.
[1] 1 Pet. II, 25
[2] Yoh. XVII, 20-21
[3] Yoh. XV, 19
[4] Yoh. XX, 21
[5] Mat. XXVIII, 20
[6] St. Leo Agung.
[7] Yoh. I, 42
[8] Mat.
[9] Mat XVI, 17ff [melawan Richerius]
[10] Yoh. XXI, 15ff
[11] Cf. Konsili Efesus, Act. III.
[12] St. Leo Agung, serm. III atau II, bab. 3.
[13] S. Iren. ‘Adv. Haereses’ buku III, bab 3, dan Konsili Aquileia pada tahun 381, dikutip oleh St. Ambrosius, surat XI.
[14] Cf. Kis. XX, 28
[15] Surat kepada Eulogus dari Aleksandria, buku VIII, bab 30.
[16] Placitum regium
[17] Pius VI, ‘Super soliditate’.
[18] Konsili Umum Lyon II
[19] Surat Nikolas I kepada Kaisar Mikhael.
[20] Mat. XVI, 18
[21] Formula dari St. Hormisdas, Paus, yang diajukan oleh Adrianus II kepada para Bapa dari Konsili ekumenis VII, Konstantinopel IV, yang mereka setujui.
[22] Cf. S. Bern., surat 190.
[23] Luk. XXII, 33.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 5 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 7 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...