^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Surat Bulla Exultate Deo - Paus Eugenius IV, Konsili Florence, 1439 - Tentang Materi, Formula & Pelayan dari Sakramen Gereja
Surat Bulla tentang persatuan dengan orang-orang Armenia, “Exultate Deo”
22 November 1439
Dekret untuk orang-orang Armenia
“Eugenius, uskup, hamba dari para hamba Allah, untuk catatan selamanya. Semua orang di semua tempat yang menyandang nama Kristiani: Bergembiralah di dalam Allah, penolong kita, bersukacitalah di dalam Allah Yakub. Lihatlah Tuhan sekali lagi, Ia yang memperhatikan kerahiman-Nya telah sudi untuk mengenyahkan daripada Gereja-Nya suatu batu sandungan yang telah terus berada selama lebih dari sembilan abad. Ia yang membuat perdamaian di dalam Surga dan yang adalah damai di atas bumi bagi orang-orang yang berkehendak baik, telah mengaruniakan di dalam kerahiman-Nya yang tak terungkapkan persatuan yang begitu didambakan dengan orang-orang Armenia. Terberkatilah Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa dari kerahiman dan Bapa dari segala penghiburan, yang mengibur kita di dalam segala pencobaan kita. Sebab Tuhan yang amat rahim, yang melihat Gereja-Nya diterpa oleh angin puyuh yang dashyat, terkadang pada tangan orang-orang luar, di kala lain pada tangan orang-orang dalam, bersudi di dalam berbagai cara untuk menghibur dan menguatkannya [Gereja] agar ia dapat bernapas dengan bebas di tengah-tengah masalah-masalahnya dan bangkit dengan lebih kuat untuk melakukan perlawanan.
Beberapa waktu lalu, Allah menetapkan persatuan agung dengan orang-orang Yunani, yang mengikutsertakan berbagai bangsa dan bahasa yang tersebar jauh dan luas. Pada hari ini, Allah telah mengokohkan di dalam ikatan iman dan kasih yang sama bersama Takhta Apostolik persatuan dengan orang-orang Armenia ini, yang merupakan bangsa yang begitu banyak jumlahnya yang tersebar di utara dan di timur. Memang, ini adalah berkat yang demikian besar dan mengagumkannya dari Penyelenggaraan Ilahi sehingga benak manusia tidak dapat memberikan rasa syukur yang pantas atas satu pun dari berkat itu, apalagi untuk keduanya. Siapakah yang tidak akan merasa kewalahan akibat kekaguman atas apa yang telah dicapai pada konsili ini, dalam jangka waktu yang begitu singkat, dari kedua prestasi yang begitu cemerlang yang telah dirindukan selama berabad-abad? Memang, ini adalah karya Tuhan, dan karya ini mengagumkan di mata Kami. Sebab, bagaimanakah keberhati-hatian dan kerja keras manusia dapat mencapai hasil-hasil yang luar biasa seperti hasil-hasil ini, jika pertolongan Allah tidak memberikan kepada mereka awal dan akhir dari hasil-hasil tersebut? Maka, marilah kita bersama dan dengan segenap hati kita memberkati Tuhan, satu-satunya yang melakukan hal-hal yang mengagumkan, marilah bernyanyi dengan Roh, marilah bernyanyi dengan pikiran serta mulut kita dan marilah kita bersyukur dalam perbuatan-perbuatan, sejauh mana kelemahan manusia mengizinkannya, atas karunia-karunia yang demikian besarnya. Marilah berdoa dan memohon agar, sebagaimana orang-orang Yunani dan Armenia telah dipersatukan dengan Gereja Roma, demikian pula adanya bangsa-bangsa lain, terutama mereka yang telah ditandai dengan meterai Kristus, dan agar kelak, seluruh umat Kristiani, setelah segala kebencian dan perang telah dipadamkan, dapat beristirahat dan bersukacita bersama di dalam perdamaian timbal balik serta dalam cinta kasih persaudaraan. Dengan benar, Kami percaya bahwa orang-orang Armenia pantas mendapatkan pujian yang besar. Segera setelah mereka diundang oleh Kami menuju Sinode ini, di dalam semangat mereka untuk kesatuan gerejawi, setelah melalui jerih payah yang begitu besar dan kesusahan dan bahaya yang begitu banyak di laut, mereka mengutus kepada Kami dan kepada Konsili ini dari belahan dunia yang amat jauh, utusan-utusan mereka yang terkemuka, yang berbakti, dan yang terpelajar, dengan kuasa-kuasa yang cukup untuk menerima, yakni apa pun yang akan diilhamkan oleh Roh Kudus kepada Sinode Kudus ini untuk dicapainya.
Kami, dari pihak Kami, dengan segala perhatian yang pantas bagi jabatan penggembalaan Kami, dan dengan keinginan untuk membawa karya suci ini kepada akhir yang berhasil, sering berbicara dengan utusan-utusan mereka tentang persatuan suci ini. Untuk menghindari sedikit pun penundaan di dalam proyek suci ini, Kami menominasikan dari setiap pangkat dari Konsili Suci ini pakar-pakar dalam hukum ilahi dan manusiawi untuk membahas perkara tersebut bersama para utusan dengan segala perhatian, kajian, dan ketekunan, dan dengan mengajukan pertanyaan secara cermat kepada mereka tentang iman mereka sehubungan dengan kesatuan dari esensi ilahi dan Ketritunggalan dari pribadi-pribadi ilahi, serta tentang kemanusiaan Tuhan kita Yesus Kristus, tentang tujuh sakramen Gereja dan poin-poin lain mengenai iman ortodoks dan ritus-ritus Gereja universal.
Maka, setelah banyak perdebatan, konferensi, dan pembantahan, setelah suatu penelitian yang menyeluruh terhadap otoritas-otoritas tertulis yang dihasilkan dari para Bapa dan Doktor Gereja, dan setelah diskusi tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, agar di masa depan tidak mungkin terdapat keraguan tentang kebenaran akan iman orang-orang Armenia dan agar mereka berpikir di dalam segala cara seperti Takhta Apostolik, dan agar persatuan itu stabil dan langgeng tanpa sebab keraguan apa pun, Kami menilai baik adanya, dengan persetujuan dari Konsili Florence yang Suci ini dan dengan persetujuan dari para utusan yang telah disebutkan, untuk memberikan di dalam dekret ini suatu rangkuman tentang kebenaran tentang iman ortodoks yang diakui oleh Gereja Roma tentang hal-hal di atas.
Maka, pertama-tama, Kami memberikan kepada mereka Syahadat Kudus yang dikeluarkan oleh keseratus lima puluh uskup di dalam Konsili Ekumenis Konstantinopel, dengan kata-kata dan Putra yang ditambahkan, yang, demi menyatakan kebenaran dan akibat kebutuhan yang mendesak, telah secara sah dan wajar ditambahkan kepada Syahadat tersebut, yang isinya demikian: Aku percaya… Kami mendekretkan agar Syahadat Kudus ini dinyanyikan atau dibacakan di dalam Misa setidaknya pada hari Minggu atau pada pesta-pesta besar, sebagaimana di dalam kebiasaan Latin, di dalam segenap gereja-gereja Armenia.
Kedua, Kami memberikan kepada mereka definisi dari Konsili Keempat di Kalsedon tentang dua kodrat dari pribadi Kristus yang esa, yang kemudian diperbarui di dalam konsili-konsili universal yang kelima dan keenam. Isinya adalah demikian: Syahadat yang penuh hikmat dan menyelamatkan ini…
Ketiga, definisi tentang dua kehendak dan dua pokok dari tindakan Kristus yang dipermaklumkan di dalam konsili keenam yang disebutkan di atas, yang isinya adalah demikian: Syahadat yang kudus dan ortodoks ini… dan selebihnya yang mengikuti definisi dari Konsili Kalsedon yang telah disebutkan di atas sampai akhirnya, yang setelahnya, definisi tersebut melanjutkan dengan demikian: Dan kami menyatakan…
Keempat, di luar ketiga sinode Nicea, Konstantinopel, dan Efesus yang pertama, orang-orang Armenia belum menerima sinode-sinode universal lainnya yang kemudian, tidak pun Leo yang amat terberkati, Uskup dari Takhta Suci ini, yang oleh otoritasnya Konsili Kalsedon berhimpun. Sebab mereka mengklaim bahwa telah diajukan kepada mereka bahwa baik sinode Kalsedon maupun Leo yang telah disebutkan itu telah membuat definisinya sesuai dengan bidah Nestorius yang telah dikutuk. Maka, Kami menginstruksikan mereka dan menyatakan bahwa gagasan semacam itu salah adanya dan bahwa sinode Kalsedon serta Leo yang terberkati dengan suci dan dengan benar mendefinisikan kebenaran tentang dua kodrat di dalam pribadi Kristus yang esa, yang didefinisikan di atas, melawan asas-asas yang fasik dari Nestorius dan Eutikes. Kami memerintahkan agar untuk masa depan, mereka memercayai dan menghormati Leo yang amat terberkati, yang merupakan tiang penyangga sejati dari iman dan yang penuh dengan segala kesucian dan doktrin, sebagai seorang Santo yang secara pantas dituliskan di dalam kalender para kudus; dan agar mereka menghormati dan menghargai, layaknya para umat beriman yang lain, bukan hanya ketiga sinode yang telah disebutkan di atas, tetapi juga semua sinode universal lainnya yang secara legitim dimuliakan oleh otoritas Paus Roma.
Kelima, demi lebih mudahnya menyampaikan instruksi kepada orang-orang Armenia di hari ini dan untuk ke depannya, Kami merangkum kebenaran tentang sakramen-sakramen Gereja dalam ikhtisar singkat berikut. Terdapat tujuh sakramen dari Hukum Baru, yakni, Pembaptisan, Penguatan [Krisma], Ekaristi, Tobat, Pengurapan Terakhir, Penahbisan, dan Pernikahan, yang berbeda jauh dari sakramen-sakramen Hukum Lama. Sakramen-sakramen Hukum Lama bukanlah sebab-sebab rahmat, tetapi hanya menandakan rahmat yang akan diberikan di masa depan lewat Sengsara Kristus; sedangkan sakramen-sakramen Hukum Baru, yang kita miliki, mengandung rahmat dan juga mengaruniakan rahmat tersebut kepada orang-orang yang menerima sakramen-sakramen tersebut secara pantas. Tujuan dari kelima sakramen pertama dari sakramen-sakramen Hukum Baru adalah untuk kesempurnaan rohani setiap orang dalam dirinya sendiri, sedangkan kedua sakramen terakhir dari sakramen-sakramen Hukum Baru bertujuan untuk mengatur dan memperbesar seluruh Gereja.
Sebab, melalui Pembaptisan, kita dilahirkan kembali secara rohani; lewat Penguatan [Krisma] kita bertumbuh dalam rahmat dan dikuatkan dalam iman. Setelah dilahirkan kembali dan dikuatkan, kita dipelihara oleh makanan dari Ekaristi ilahi. Tetapi jika lewat dosa kita menderita penyakit jiwa, kita disembuhkan secara rohani lewat sakramen Tobat. Secara rohani dan secara jasmani, sebagaimana pantas bagi jiwa, oleh Pengurapan Terakhir. Lewat Penahbisan, Gereja dipimpin dan diperbanyak secara rohani; lewat Pernikahan Gereja bertumbuh secara jasmani.
Semua sakramen ini terdiri dari tiga elemen: yakni hal-hal sebagai materi, kata-kata sebagai formula, dan pribadi dari pelayan yang memberikan sakramen dengan intensi untuk melakukan apa yang Gereja lakukan. Jika tidak terdapat salah satu dari elemen-elemen ini, sakramen tersebut tidak terlaksana.
Tiga dari sakramen-sakramen tersebut, yakni, Pembaptisan, Penguatan, dan Penahbisan, membekaskan kepada jiwa suatu karakter yang tak terhapuskan, yakni, suatu tanda yang membedakannya dari yang lain. Maka, sakramen-sakramen tersebut tidak diulangi bagi orang yang sama. Keempat sakramen yang lain, bagaimanapun, tidak membekaskan suatu karakter dan dapat diulangi.
[Sakramen Pembaptisan]
Pembaptisan suci, yang merupakan pintu gerbang kehidupan rohani, memegang tempat yang pertama dari antara segala sakramen; melaluinya, kita dijadikan sebagai anggota-anggota dari Kristus dan dari Tubuh Gereja. Dan karena maut memasuki alam semesta melalui manusia pertama, ‘jika kita tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh, kita tidak dapat,’ sebagaimana yang dikatakan oleh sang Kebenaran, masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Materi dari sakramen ini adalah air yang sejati dan alami, baik panas maupun dingin. Formulanya adalah: Saya membaptismu dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Tetapi Kami tidak menyangkal bahwa Pembaptisan yang sejati dianugerahkan oleh kata-kata berikut: Semoga hamba Kristus ini dibaptis dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus; atau, Orang ini dibaptis oleh tangan-tangan saya dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Karena Allah Tritunggal Mahakudus adalah sebab pokok yang dari-Nya Pembaptisan memiliki kekuatannya dan sang pelayan adalah sebab instrumental yang secara eksterior menganugerahkan sakramen tersebut, sakramen itu dianugerahkan jika tindakan [Pembaptisan]-nya dilakukan oleh sang pelayan dengan memanggil nama Allah Tritunggal Mahakudus.
Pelayan dari sakramen ini adalah seorang imam, yang diberdayakan untuk membaptis oleh jabatannya. Tetapi di dalam kasus kebutuhan, bukan hanya seorang imam atau seorang diakon, tetapi bahkan seorang pria awam atau seorang wanita, bahkan seorang pagan dan seorang bidah, dapat membaptis dengan syarat bahwa ia menggunakan formula Gereja dan memiliki intensi untuk melakukan apa yang Gereja lakukan. Hasil dari sakramen ini adalah pengampunan atas segala kesalahan, baik kesalahan asal maupun nyata, serta atas segala hukuman yang terutang akibat kesalahan tersebut. Maka, penyilihan untuk dosa-dosa masa lalu tidak diberlakukan kepada orang-orang yang dibaptis, tetapi jika mereka mati sebelum melakukan suatu kesalahan apa pun, mereka langsung sampai kepada Kerajaan Surga dan kepada Penglihatan akan Allah.
[Sakramen Krisma]
Sakramen yang kedua adalah Penguatan. Materinya adalah Krisma yang terbuat dari minyak dan balsem yang diberkati oleh seorang uskup, dengan minyak yang menandakan terang yang berkilau dari hati nurani serta balsem yang menandakan harumnya reputasi yang baik. Formulanya adalah: Saya menandai engkau dengan Tanda Salib dan saya menguatkanmu dengan Krisma keselamatan dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Pelayan biasa dari sakramen ini adalah seorang uskup. Walaupun seorang imam sederhana dapat menggunakan urapan-urapan lainnya, hanya uskuplah yang boleh menganugerahkan urapan yang satu ini, sebab hanya tentang para rasullah, yang jabatannya dipegang oleh para uskup, telah dikatakan bahwa mereka memberikan Roh Kudus dengan penumpangan tangan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh teks dari Kisah Para Rasul ini: ‘Sekarang, sewaktu para rasul yang berada di Yerusalam mendengar bahwa Samaria telah menerima Sabda Allah, mereka [para Rasul] mengutus kepada mereka Petrus dan Yohanes, yang sewaktu sampai ke sana, berdoa untuk mereka agar mereka menerima Roh Kudus; sebab Roh Kudus belum turun ke atas seorang pun dari antara mereka, tetapi mereka hanya telah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.Mereka menumpangkan tangan di atasmereka [orang-orang di Samaria] dan mereka menerima Roh Kudus.’ (Kisah Para Rasul 8, 14-17) Sebagai pengganti penumpangan tangan ini, Penguatan diberikan di dalam Gereja. Kita membaca bahwa terkadang untuk suatu sebab yang wajar dan amat mendesak, dengan dispensasi dari Takhta Apostollik, seorang imam yang sederhana telah menganugerahkan Sakramen Penguatan ini dengan Krisma yang dipersiapkan oleh seorang uskup.
Hasil dari sakramen ini adalah bahwa seorang Kristiani akan mengakui dengan berani nama Kristus, sebab Roh Kudus diberikan di dalam sakramen ini untuk menguatkan, sama seperti bagaimana Ia diberikan kepada para rasul pada hari Pentakosta. Maka, sang calon penerima sakramen ini diurapi di dahi di mana terletak takhta kemaluan, agar ia tidak malu untuk mengakui nama Kristus dan terutama Salib-Nya, yang merupakan suatu batu sandungan bagi orang-orang Yahudi dan suatu kegilaan bagi bangsa-bangsa, (1 Korintus 1, 23) menurut sang Rasul, dan untuk alasan ini, ia ditandai dengan Tanda Salib.
[Sakramen Ekaristi]
Sakramen yang ketiga adalah Ekaristi. Materinya adalah roti gandum dan anggur dari tanaman anggur, yang kepadanya sedikit sekali air ditambahkan sebelum konsekrasi. Air ditambahkan kepada anggur tersebut karena, sesuai dengan kesaksian dari para Bapa suci dan para Doktor Gereja yang dikemukakan baru-baru ini di dalam diskusi, terdapat kepercayaan bahwa Tuhan sendiri yang menginstitusikan sakramen ini menggunakan anggur yang dicampur dengan air.
Di samping itu, karena hal itu pantas sebagai representasi dari Sengsara Tuhan. Sebab Paus yang terberkati Aleksander, yang kelima setelah Petrus yang terberkati, berkata: ‘Di dalam kurban-kurban dari sakramen-sakramen yang dipersembahkan kepada Tuhan di sepanjang perayaan-perayaan khidmat dari Misa, hanya roti dan anggur yang dicampur dengan airlah yang dipersembahkan di dalam kurban. Tidak diperbolehkan untuk mempersembahkan di dalam piala Tuhan, anggur saja ataupun air saja, tetapi keduahnya harus dicampur bersama, karena keduanya, yakni darah dan air dikatakan telah mengalir dari sisi Kristus (Yohanes 19, 34); dan karena hal itu pantas untuk menandakan hasil dari sakramen ini, yang adalah persatuan umat Kristiani dengan Kristus.
Sebab, air menandakan umat menurut kata-kata Kitab Wahyu berikut: banyak air, banyak bangsa (Wahyu 17, 15). Dan Paus Yulius, yang kedua setelah Silvester yang terberkati, berkata: ‘Piala Tuhan, oleh suatu perintah dari kanon-kanon, harus dipersembahkan dengan percampuran anggur dan air, sebab kita melihat bahwa orang-orang dimengerti di dalam air dan darah Kristus terwujud di dalam anggur; maka, sewaktu anggur dan air bercampur di dalam piala tersebut, orang-orang dibuat menjadi satu dengan Kristus dan kumpulan umat beriman dihubungkan dan digabungkan bersama dengan-Nya, Ia yang akan diri-Nya, mereka percaya.’
Oleh karena itu, karena baik Gereja Roma yang diajarkan oleh para rasul yang amat terberkati Petrus dan Paulus maupun gereja-gereja orang Latin dan Yunani lainnya, yang di dalamnya cahaya segala kesucian dan doktrin telah bersinar dengan terang, telah berlaku demikian sejak awal mula dari pertumbuhan Gereja dan masih melakukannya, tampaknya sangat tidak pantas bahwa daerah lain berbeda dari ketaatan universal yang wajar ini. Maka, Kami mendekretkan bahwa orang-orang Armenia harus menyelaraskan diri mereka sendiri dengan segenap dunia Kristiani dan bahwa para imam mereka harus mencampurkan sedikit air dengan anggur di dalam kurban dari piala, seperti yang telah dikatakan.
Formula dari sakramen ini adalah kata-kata sang Juru Selamat, yang dengannya Ia melaksanakan sakramen ini. Seorang imam yang berbicara dalam pribadi Kristus melaksanakan sakramen ini. Sebab, oleh karena kata-kata tersebut, substansi dari roti berubah menjadi tubuh Kristus dan substansi anggur menjadi darah-Nya, sedemikian rupa sehingga, bagaimanapun, Kristus terkandung sepenuhnya di bawah rupa roti dan sepenuhnya di bawah rupa anggur. Di bawah bagian mana pun dari hosti yang telah dikonsekrasikan serta pula setelah pembagian dari anggur yang dikonsekrasikan, terdapat Kristus yang utuh.
Hasil dari sakramen ini, yang dibuahkan di dalam jiwa dari orang yang menerimanya dengan layak, adalah persatuan orang tersebut dengan Kristus. Karena oleh rahmat seseorang digabungkan ke dalam Kristus dan dipersatukan dengan anggota-anggota-Nya, konsekuensinya adalah bahwa rahmat diperbesar oleh sakramen ini di dalam diri orang-orang yang menerimana dengan layak, dan bahwa setiap hasil yang dibuahkan oleh makanan dan minuman material bagi kehidupan jasmani – yang menunjang, meningkatkan, memperbaiki, dan menggembirakan – sakramen ini membuahkan hasil tersebut bagi kehidupan rohani. Sebab di dalamnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Paus Urbanus, kita mengingat kenangan yang penuh rahmat dari Tuhan kita, kita disingkirkan dari kejahatan, kita dikuatkan dalam kebaikan, dan kita menerima peningkatan kebajikan dan rahmat.
[Sakramen Tobat]
Sakramen yang keempat adalah Tobat. Materinya adalah tindak-tindak sang peniten, yang berjumlah tiga. Pertama-tama, penyesalan hati, yang mengikutsertakan dukacita atas dosa yang telah dilakukan, dengan tekad untuk tidak berbuat dosa kembali. Kedua, pengakuan secara lisan, yang melibatkan pengakuan secara lengkap kepada sang imam akan segala dosa yang diingat oleh sang peniten. Ketiga, pemuasan untuk dosa-dosa sesuai dengan penghakiman sang imam yang lazimnya dilakukan melalui dosa, puasa, dan derma. Formula dari sakramen ini adalah kata-kata absolusi yang diucapkan oleh sang imam sewaktu ia berkata: Saya melepaskanmu. Pelayan dari sakramen ini adalah seorang imam dengan otoritas untuk melepaskan, yang adalah biasa atau oleh delegasi dari seorang superior. Hasil dari sakramen ini adalah pelepasan dari dosa-dosa.
[Sakramen Pengurapan Terakhir]
Sakramen yang kelima adalah Pengurapan Terakhir yang materinya adalah minyak zaitun yang diberkati oleh uskup. Sakramen ini tidak boleh diberikan kepada orang sakit, kecuali yang diduga akan mati. Orang itu harus diurapi pada tempat-tempat berikut: di mata untuk penglihatan, di telinga untuk pendengaran, di lubang hidung untuk penciuman, di mulut untuk pengecapan atau kemampuan berbicara, di tangan-tangan untuk perabaan, di kaki untuk berjalan, di pinggang untuk kenikmatan yang tinggal di sana.
Formula dari sakramen tersebut adalah demikian: ‘Lewat pengurapan ini dan kerahiman-Nya yang tersuci, semoga Tuhan mengampunimu atas segala kesalahan yang telah kauperbuat lewat penglihatan’, dan demikian pula untuk anggota-anggota tubuh lainnya.
Pelayan dari sakramen ini adalah seorang imam. Hasilnya adalah kesembuhan pikiran, dan sejauh mana sakramen ini membantu jiwa, serta badan. Yakobus yang terberkati, sang rasul, berkata tentang sakramen ini: ‘Apakah salah satu dari kalian sakit? Hendaknya ia meminta agar para imam dari Gereja datang agar mereka mendoakannya, mengurapinya dengan minyak dalam nama Tuhan; dan doa dari iman akan menyelamatkan orang yang sakit itu dan Tuhan akan membangkitkannya kembali; dan jika ia berada dalam dosa-dosa, dosa-dosa itu akan diampuni untuknya.’ (Yakobus 5, 14)
[Sakramen Penahbisan]
Sakramen yang keenam adalah Sakramen Penahbisan, yang materinya adalah objek, yang dengan memegangnya, penahbisan itu dianugerahkan. Misalnya, imamat dianugerahkan oleh pemindahtanganan sebuah piala dengan anggur dan sebuah patena dengan roti; diakonat oleh pemberian kitab injil-injil; subdiakonat dengan pemindahtanganan sebuah piala yang kosong dengan patena yang kosong di atasnya; dan demikian pula untuk penahbisan-penahbisan lainnya dengan pemberian benda-benda yang berhubungan dengan pelayanan mereka. Formula untuk [Penahbisan] seorang imam adalah: ‘Terimalah kuasa untuk mempersembahkan kurban di dalam Gereja untuk orang-orang yang hidup dan yang mati, dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.’ Formula-formula untuk Penahbisan-Penahbisan lainnya termuat secara penuh di dalam Pontifikal Roma. Pelayan biasa dari sakramen ini adalah seorang uskup. Hasilnya adalah peningkatan rahmat untuk membuat orang tersebut menjadi seorang pelayan yang layak bagi Kristus.
[Sakramen Pernikahan]
Sakramen yang ketujuh adalah Sakramen Pernikahan, yang merupakan suatu tanda persatuan Kristus dan Gereja sesuai dengan kata-kata sang rasul: ‘Sakramen ini adalah sakramen yang agung, tetapi aku mengatakannya, dalam Kristus dan dalam Gereja.’ (Efesus 5, 32) Sebab efisien dari pernikahan adalah persetujuan bersama yang diungkapkan dengan suara lantang oleh kata-kata. Kebaikan lipat tiga diatribusikan kepada Pernikahan. Pertama, prokreasi dan pembesaran anak-anak demi penyembahan kepada Allah. Kedua, kesetiaan bersama dari para pasangan satu kepada yang lainnya. Ketiga, indisolubilitas pernikahan, karena pernikahan menandakan persatuan yang tidak terpecahkan antara Kristus dan Gereja. Walaupun perpisahan ranjang sah sehubungan dengan perzinaan, tidaklah sah untuk memasuki suatu kontrak pernikahan yang lain, karena ikatan dari pernikahan yang dilaksanakan secara legitim berada selamanya.
Keenam, Kami memberikan kepada para utusan aturan iman yang singkat namun lengkap, yang disusun oleh Atanasius yang amat terberkati, sebagai berikut:
Barangsiapa hendak diselamatkan harus di atas segala hal menganut iman Katolik. Jikalau seseorang tidak menjaga iman ini utuh dan murni, tidak diragukan bahwa ia akan binasa selamanya. Iman Katolik adalah sebagai berikut, bahwa kita menyembah Allah yang esa di dalam Tritunggal, dan Tritunggal dalam keesaan, tanpa mencampuradukkan pribadi-pribadi-Nya, ataupun membagi-bagi hakikat-Nya. Sebab terdapat satu pribadi Bapa, satu pribadi yang lain yakni Putra, dan satu pribadi yang lain yakni Roh Kudus. Tetapi, Bapa, Putra, dan Roh Kudus memiliki Keilahian yang satu dan sama, satu kemuliaan yang setara, satu keagungan abadi yang sama.
Sebagaimana adanya Bapa, demikian pula adanya Putra, dan demikian adanya Roh Kudus. Bapa tidak diciptakan, Putra tidak diciptakan, dan Roh Kudus tidak diciptakan. Bapa tidak terbatas, Putra tidak terbatas, Roh Kudus tidak terbatas. Bapa abadi, Putra abadi, dan Roh Kudus abadi. Tetapi mereka bukanlah tiga yang abadi, melainkan satu yang abadi. Demikian pula mereka bukanlah tiga yang tidak diciptakan tidak pun tiga yang tidak terbatas, melainkan satu yang tidak diciptakan dan satu yang tidak terbatas. Demikian pula Bapa Mahakuasa, Putra Mahakuasa, dan Roh Kudus Mahakuasa. Tetapi tidak terdapat tiga Yang Mahakuasa, melainkan satu Yang Mahakuasa. Demikian pula Bapa adalah Allah, Putra adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah. Tetapi mereka bukanlah tiga allah, melainkan satu Allah. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Putra adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. Tetapi mereka bukanlah tiga tuhan, melainkan satu Tuhan. Sebab sebagaimana kita didorong oleh kebenaran Kristiani untuk mengakui setiap pribadi sendiri sebagai Allah dan Tuhan, demikian pula kita dilarang oleh agama Katolik untuk berkata bahwa terdapat tiga allah atau tiga tuhan. Bapa tidak dijadikan oleh seorang pun, tidak pun diciptakan maupun dilahirkan. Putra itu dari Bapa sendiri, tidak dijadikan, tidak pun diciptakan, tetapi dilahirkan. Roh Kudus itu dari Bapa dan Putra; tidak dijadikan, tidak pun diciptakan maupun dilahirkan, tetapi berprosesi. Maka, terdapat satu Bapa, dan bukan tiga bapa; satu Putra, dan bukan tiga putra; satu Roh Kudus, dan bukan tiga roh kudus. Dan di dalam Tritunggal ini tiada satu pun yang lebih dahulu atau yang lebih kemudian, tiada satu pun yang lebih besar atau lebih kecil; tetapi ketiga pribadi itu seluruhnya sama-sama abadi dan sama-sama setara. Sehingga di dalam segala hal, seperti yang telah dikatakan di atas, keesaan di dalam Tritunggal, dan Tritunggal di dalam keesaan harus disembah. Oleh karena itu, barang siapa hendak diselamatkan, hendaknya ia berpikir demikian tentang Allah Tritunggal.
Tetapi, adalah suatu hal yang juga diperlukan untuk keselamatan kekal, bahwa ia dengan setia percaya akan Penjelmaan Tuhan kita Yesus Kristus. Iman yang benar, oleh karena itu, adalah bahwa kita percaya dan mengakui bahwa Tuhan kita Yesus Kristus, Putra Allah, adalah Allah dan manusia. Ia adalah Allah, dilahirkan dari hakikat Bapa sebelum segala abad, dan manusia dilahirkan dari hakikat sang Ibunda di dalam waktu; Allah yang sempurna, manusia yang sempurna, yang terdiri dari suatu jiwa rasional dan dari suatu daging yang manusiawi. Setara dengan Bapa seturut Keilahian-Nya, lebih rendah dari Bapa seturut kemanusiaan-Nya. Walaupun Ia adalah Allah dan manusia, ia bukanlah dua, melainkan satu Kristus. Satu, bagaimanapun, bukan lewat perubahan Keilahian ke dalam daging, tetapi lewat pengambilan kemanusiaan ke dalam Allah. Satu secara mutlak, bukan lewat percampuran hakikat, tetapi lewat kesatuan pribadi. Sebab, sebagaimana jiwa dan daging rasional adalah satu manusia, demikian pula Allah dan manusia adalah satu Kristus. Ia menderita demi keselamatan kita dan turun ke Neraka. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati. Ia naik ke Surga dan duduk di sisi kanan Allah Bapa Yang Mahakuasa. Dari situ Ia akan datang untuk mengadili orang-orang yang hidup dan yang mati. Pada saat Kedatangan-Nya, semua orang akan bangkit kembali bersama dengan tubuh mereka, dan akan memberikan suatu pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan mereka sendiri. Mereka yang telah melakukan kebaikan akan masuk ke dalam kehidupan kekal, tetapi mereka yang telah melakukan kejahatan akan masuk ke dalam api yang kekal.
Demikianlah iman Katolik. Barangsiapa tidak percaya akan iman ini dengan setia dan dengan teguh, ia tidak dapat diselamatkan.
Ketujuh, dekret persatuan yang tercapai dengan orang-orang Yunani, yang dipermaklumkan lebih awal di dalam Konsili Ekumenis yang Suci ini di Florence dan yang adalah sebagai berikut: Hendaknya langit bersukacita…
Kedelapan, telah terjadi diskusi dengan orang-orang Armenia tentang, antara lain, hari-hari di mana pesta-pesta berikut harus dirayakan: Anunsiasi Santa Perawan Maria, Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis dan, oleh karena itu, Kelahiran dan Penyunatan Tuhan kita Yesus Kristus dan Pesta Tuhan kita Yesus Kristus Dipersembahkan di Bait Allah (atau Penyucian Santa Perawan Maria). Kebenaran ini telah dibuat amat jelas oleh kesaksian-kesaksian para Bapa dan oleh kebiasaan Gereja Roma dan gereja-gereja lainnya antara orang-orang Latin dan Yunani. Maka, agar ritus-ritus orang-orang Kristiani tidak bertentangan di dalam perayaan-perayaan yang demikian agungnya, yang darinya ancaman terhadap kasih dapat timbul, Kami mendekretkan bahwa, sebagai sesuatu yang berselaras dengan kebenaran dan akal budi, orang-orang Armenia juga harus secara khidmat merayakan, seturut ketaatan dari segenap dunia, pesta-pesta berikut pada hari-hari berikut: Anunsiasi Santa Perawan Maria pada tanggal 25 Maret, Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis pada tanggal 24 Juni, Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus pada tanggal 25 Desember, Penyunatan-Nya pada tanggal 1 Januari, Epifani pada tanggal 6 Januari, dan Pesta Tuhan kita Dipersembahkan di Bait Allah (atau Penyucian Bunda Allah) pada tanggal 2 Februari.
Setelah semua hal-hal ini telah dijelaskan, orang-orang Armenia yang telah disebutkan itu, atas nama diri mereka sendiri, dan atas nama patriark mereka serta semua orang Armenia, dengan segala devosi dan ketaatan, menerima, mengakui, dan menganut dekret sinode yang bermanfaat ini dengan segenap bab-bab, deklarasi-deklarasi, definisi-definisi, tradisi-tradisi, asas-asas, serta statut-statutnya, dan segala doktrin yang terkandung di dalamnya. Mereka juga menerima dengan penghormatan semua Doktor dan Bapa suci yang disetujui oleh Gereja Roma. Memang, mereka memercayai sebagai ditolak dan dikutuk orang-orang mana pun serta hal-hal apa pun yang ditolak dan dikutuk oleh Gereja Roma. Mereka berjanji bahwa sebagai para putra ketaatan sejati, dalam nama yang disebutkan di atas, mereka akan setia mematuhi ketetapan-ketetapan serta perintah-perintah Takhta Apostolik.
Setelah dekret yang telah disebutkan itu telah dibacakan dengan khidmat di hadapan Kami serta Konsili Suci itu, secara langsung putra Kami yang terkasih Narses, seorang Armenia, atas nama para utusan yang telah disebutkan, membacakan secara publik hal-hal berikut dalam bahasa Armenia dan kemudian putra Kami yang terkasih Basilius dari ordo Fratrum Minorum, penafsir antara Kami dan orang-orang Armenia, membacakannya secara publik dalam bahasa Latin sebagai berikut.
Bapa yang ama terberkati dan Sinode yang amat kudus. Baru-baru ini, seluruh isi dari dekret suci ini, yang sekarang telah dibacakan dalam bahasa Latin di hadirat anda telah diterangkan dan ditafsirkan secara jelas kepada kami kata demi kata di dalam bahasa kami. Dekret tersebut telah dan adalah sesuatu yang kami terima. Untuk memperlihatkan pengertian kami dengan lebih penuh, bagaimanapun, kami mengulangi isi-isinya di dalam rangkuman.
Berikut hal-hal yang terkandung di dalamnya. Pertama anda memberikan kepada bangsa kami orang-orang Armenia Syahadat Kudus dari Konstantinopel, dengan kata-kata yang ditambahkan dan Putra, untuk dinyanyikan atau dibacakan di dalam Misa di dalam gereja-gereja kami setidaknya pada hari Minggu dan pada pesta-pesta besar.
Kedua, definisi dari Konsili Universal Keempat di Kalsedon, tentang dua kodrat di dalam pribadi Kristus yang esa.
Ketiga, definisi tentang dua kehendak dan pokok-pokok dari tindakan Kristus, yang dipermaklumkan di Konsili Universal yang Keenam.
Keempat, anda mendeklarasikan bahwa Sinode Kalsedon dan Paus Leo yang amat terberkati secara benar mendefinisikan kebenaran tentang dua kodrat di dalam pribadi Kristus yang esa melawan doktrin-doktrin fasik Nestorius dan Eutikes. Anda memerintahkan agar kami menghormati Leo yang amat terberkati sebagai suci dan tiang penyangga iman dan agar kami dengan penuh penghormatan menerima bukan hanya sinode-sinode Nicea, Konstantinopel, dan Efesus yang pertama, tetapi juga sinode-sinode lainnya yang dimuliakan… oleh otoritas dari Paus Roma.
Kelima, ikhtisar singkat dari tujuh sakramen Gereja, yakni Pembaptisan, Penguatan, Ekaristi, Tobat, Pengurapan Terakhir, Penahbisan, dan Pernikahan yang mengindikasikan materi, formula, dan pelayan dari masing-masing [sakramen]; dan bahwa sewaktu piala dipersembahkan di dalam kurban altar, sedikit air harus dicampurkan dengan anggur.
Keenam, aturan iman yang singkat namun padat dari Atanasius yang amat terberkati, yang bermula dengan: Siapa pun yang hendak diselamatkan, dst.
Ketujuh, dekret persatuan yang dicapai dengan orang-orang Yunani, yang telah dipermaklumkan lebih awal di dalam Konsili Suci ini, yang mencatat bagaimana Roh Kudus berprosesi secara abadi dari Bapa dan Putra, dan bahwa kata-kata dan Putra secara sah dan wajar ditambahkan kepada Syahadat Konstantinopel. Juga, bahwa tubuh Tuhan dihasilkan di dalam roti beragi ataupun tak beragi; dan apa yang harus dipercayai tentang rasa sakit Api Penyucian dan Neraka, tentang kehidupan orang-orang kudus serta pertolongan-pertolongan yang dipersembahkan demi orang-orang yang mati. Di samping itu, tentang kepenuhan kuasa dari Takhta Apostolik yang diberikan oleh Kristus kepada Petrus yang terberkati serta para penerusnya… tentang urutan takhta para patriark.
Kedelapan, anda mendekretkan bahwa pesta-pesta berikut harus dirayakan pada hari-hari berikut, sesuai dengan kebiasaan Gereja universal: Anunsiasi Santa Perawan Maria pada tanggal 25 Maret, Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis pada tanggal 24 Juni, Kelahiran Juru Selamat kita pada tanggal 25 Desember, Penyunatan-Nya pada tanggal 1 Januari, Epifani pada tanggal 6 Januari, dan Pesta Tuhan kita Dipersembahkan di Bait Allah (atau Penyucian Maria yang Terberkati) pada tanggal 2 Februari.
Maka, kami para utusan, atas nama kami sendiri dan atas nama patriark kami yang terhormat dan semua orang Armenia, dengan segenap devosi dan kepatuhan menerima, mengakui, dan menganut, sebagaimana yang ditegaskan oleh Paduka Suci di dalam dekret tersebut, dekret sinode yang amat bermanfaat ini dengan segenap bab-bab, deklarasi-deklarasi, definisi-definisi, tradisi-tradisi, asas-asas, serta statut-statut, dan segala doktrin yang terkandung di dalamnya, dan juga apa pun yang dipercayai dan diajarkan oleh Takhta Apostolik yang suci serta Gereja Roma yang kudus. Kami menerima dengan penghormatan semua Doktor dan Bapa suci yang disetujui oleh Gereja Roma. Memang kami memercayai sebagai ditolak dan dikutuk orang-orang mana pun serta hal-hal apa pun yang ditolak dan dikutuk oleh Gereja Roma. Kami berjanji bahwa sebagai para putra kepatuhan yang sejati, atas nama yang disebutkan di atas, kami akan bersetia mematuhi ketetapan-ketetapan serta perintah-perintah dari Takhta Apostolik ini.”
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari sumber-sumber berikut:
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 5 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 7 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...