^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Singkatnya Hidup - Pertimbangan III St. Alfonsus
PERTIMBANGAN III.
Tentang Singkatnya Hidup
“Sebab apakah hidupmu itu kalau bukan uap yang hanya muncul sebentar saja.” (St. Yakobus iv. 15)
POIN PERTAMA.
Apakah hidup anda itu? Hidup anda seperti uap, yang tercerai-berai oleh angin yang bertiup, dan lalu tiada lagi. Semua orang tahu bahwa mereka harus mati; namun banyak orang teperdaya, karena dalam bayangan mereka, kematian itu masih begitu jauhnya seolah-olah diri mereka takkan pernah dihampiri maut. Tetapi Ayub mewanti-wanti kita supaya ingat bahwa hidup manusia ini singkat. “Hidup manusia singkat: ia muncul bagaikan kembang, dan lalu binasa” (Ayub xiv. 1, 2). Tuhan memerintahkan Yesaya supaya mewartakan kebenaran yang satu ini: “Berserulah”, ujar-Nya kepada Yesaya, “semua manusia adalah rumput … bahwasanya manusia adalah rumput. Rumput menjadi kering, dan bunga menjadi layu” (Yesaya xl. 6, 7). Hidup manusia ibarat sehelai rumput. Kematian datang, rumput mengering, dan lihatlah kehidupannya berakhir, dan bunga segala keagungan dan barang-barang duniawi pun menjadi layu.
“Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada seorang pelari” (Ayub ix. 25). Kematian datang berjumpa dengan kita lebih cepat dari pelari, dan kita melangkah maju setiap saatnya mendekati ajal. Pada setiap langkah, pada setiap napas yang kita hirup, kita semakin mendekati ajal. Ketika diriku menulis pun, ujar St. Hieronimus, aku semakin mendekati ajal: “Yang kutulis itu sebanyak yang hilang dari hidupku.” “Kita semua mati; dan bagaikan air yang tidak kembali, kita jatuh ke tanah” (2 Raja-Raja xiv. 14). Lihatlah bagaimana sungai mengalir ke lautan, dan air yang mengalir tidak akan kembali lagi; demikianlah itulah saudaraku, berlalunya hari-hari anda, dan mendekatnya diri anda kepada ajal; kenikmatan berlalu, kesenangan berlalu, kemegahan, puji-pujian, elu-eluan berlalu; dan apakah yang tersisa? “Hanya kubur saja yang tersisa bagiku” (Ayub xvii. 1). Kita akan dicampakkan ke dalam kubur, dan di sana kita akan harus tinggal, kehilangan segala sesuatu. Pada saat kematian, ingatan akan segala kenikmatan yang dahulu kita nikmati di dunia ini, segala penghormatan yang telah kita peroleh, hanya akan memperkecil kepercayaan diri kita dalam memperoleh keselamatan kekal. Kemudian orang duniawi yang malang itu akan berseru: “Sayang sekali! Rumahku, tamanku, perabotan yang elegan itu, gambar itu, pakaian itu, tidak lagi akan kumiliki: hanya kubur saja yang tersisa bagiku.” Sayang sekali, barang-barang dunia ini kemudian hanya akan dipandang dengan rasa sakit oleh mereka yang telah mencintai barang-barang itu dengan lekat; dan rasa sakit ini akan semakin memperbesar bahaya keselamatan mereka, sebab pengalaman mengajarkan kita bahwa orang-orang yang lekat dengan dunia takkan mengizinkan apa-apa untuk disebutkan selain penyakit mereka, dokter yang akan dipanggil, dan obat-obatan yang akan menyembuhkan mereka; dan ketika orang menyebut keadaan jiwa mereka, mereka segera gelisah dan meminta supaya anda membiarkan mereka beristirahat, - sebab kepala mereka pening, dan mereka tak dapat tahan mendengar orang berbicara; dan kalaupun mereka terkadang menjawab, mereka menjadi kebingungan dan tak tahu harus menjawab apa. Sering kali imam pengakuan memberi absolusi, bukan karena dia tahu bahwa mereka siap menerima absolusinya, namun karena tidak ada waktu untuk menunda. Demikianlah cara mati orang-orang yang tidak berpikir banyak tentang kematian.
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Allahku dan Tuhan kemegahan yang tak terhingga! Aku malu tampak di hadirat-Mu. Betapa seringnya aku telah menjadi aib bagi-Mu, karena daripada rahmat-Mu aku lebih menyukai kenikmatan yang kotor, ledakan amarah, keinginan yang berubah-ubah, sedikit tanah, segumpal uap! Kusembah dan kukecup, ya Penebusku, luka-luka suci yang telah kusebabkan pada diri-Mu akibat dosa-dosaku; namun dengan luka-luka yang sama inilah aku mengharapkan ampun dan keselamatan. Buatlah aku paham, ya Yesusku, akan penghinaan besar yang telah kubuat terhadap Engkau dengan meninggalkan diri-Mu, Mata air segala kebaikan, demi meminum air yang busuk dan beracun. Apakah yang kutuai sekarang dari segala pelanggaranku yang banyak itu terhadap diri-Mu, kalau bukan dukacita, sesal nurani dan buah-buah untuk Neraka? “Bapa, aku tak pantas kausebut anak-Mu” (St. Lukas xv. 21). Bapaku, janganlah aku Kauusir daripada-Mu. Aku bahwasanya tidak lagi pantas menerima rahmat-Mu, supaya bisa menjadi anak-Mu; tetapi Engkau telah mati supaya aku bisa diampuni. Engkau telah berkata: “Berpalinglah kepada-Ku, dan Aku akan berpaling kepadamu” (Zakharia i. 3). Kutinggalkan segala kepuasan, kutinggalkan segala kenikmatan yang dapat diberikan oleh dunia kepadaku, dan kuberpaling kepada Engkau. Oh, ampunilah aku dengan darah yang telah Kautumpahkan bagiku, sebab aku bertobat dengan segenap hatiku atas segala pelanggaran terhadap diri-Mu. Aku bertobat, dan kucinta Kau di atas segala sesuatu. Aku tak pantas mencintai-Mu, namun Engkau pantas dicintai; terimalah diriku untuk mencintai-Mu; janganlah membenci cinta dari hati yang dahulu membenci-Mu. Engkau telah menyelamatkan aku ketika aku dulu masih hidup dalam dosa, agar aku bisa mencintai-Mu. Ya; diri-Mu ‘kan kucinta sepanjang sisa hidupku, dan Engkau akan menjadi satu-satunya yang kucinta. Bantulah aku, berilah aku ketekunan suci dan cinta kasih-Mu yang kudus. Ya Maria, ya suakaku, serahkanlah aku kepada Yesus Kristus.
POIN KEDUA.
Raja Hizkia berkata dengan air mata yang berlinang, “Hidupku bagaikan diputus oleh seorang tukang tenun; ketika aku dahulu masih memulainya, Ia memutuskan aku” (Yesaya xxxviii. 12). Oh betapa banyaknya orang yang ketika sibuk menenun, yaitu mempersiapkan dan melaksanakan rencana-rencana duniawi yang telah mereka rancang dengan perhatian yang begitu besar, dikejutkan oleh ajal yang memutuskan segala sesuatu! Dengan terang lilin[1] yang terakhir itu, segala sesuatu di dunia ini akan menghilang; sorak sorai, kesenangan, kemegahan dan keagungan. Rahasia kematian yang agung, yang membuat kita melihat yang tidak dilihat oleh para pecinta dunia ini! Kekayaan yang paling didambakan, jabatan yang paling tinggi, kejayaan yang paling dibanggakan, kehilangan segala kemegahannya ketika dipandang dari ranjang kematian. Gagasan tentang kebahagiaan palsu tertentu, yang telah kita buat bagi diri kita sendiri, lalu berubah menjadi kejijikan terhadap kegilaan diri kita sendiri. Bayang-bayang maut yang gelap dan sendu meliputi dan membuat samar segalanya, bahkan jabatan-jabatan rajani.
Di saat ini, hasrat kita membuat hal-hal dari dunia ini tampak berbeda dari yang sesungguhnya; maut mengoyakkan selubungnya, dan mempertunjukkan hal-hal itu dalam terang sejati, yaitu tiada berbeda dari asap, kotoran, kesia-siaan dan penderitaan. Ya Allahku, apakah gunanya kekayaan, harta milik, atau kerajaan, dalam kematian, ketika tak ada yang diperlukan selain peti mati dan sebuah pakaian sederhana untuk menyelimuti badan? Apakah gunanya penghormatan, kalau tidak ada yang tersisa dari mereka selain arak-arak pemakaman dan upacara penguburan yang megah, yang tak berguna bagi jiwa andaikata ia binasa? Apa gunanya kecantikan, kalau tiada yang tersisa darinya selain belatung, bau busuk dan kengerian, bahkan sebelum kematian, dan debu busuk setelahnya?
“Ia telah menjadikanku ibarat sindiran bagi orang-orang, dan sebuah contoh di hadapan mereka” (Ayub xvii. 6). Orang kaya itu, menteri itu, jenderal itu meninggal, dan ia lalu akan menjadi bahan pembicaraan di mana-mana: namun seandainya ia dahulu menjalani hidup yang buruk, ia akan menjadi contoh bagi orang-orang; dan sebagai peringatan bagi orang lain, ia akan diusung sebagai contoh kesia-siaan dunia dan juga keadilan Ilahi. Di dalam kuburnya, jenazahnya akan bercampur dengan jasad orang miskin: “Orang kecil dan besar ada di sana” (Ayub iii. 19). Apa gunanya bentuk tubuhnya yang cantik itu, karena ia sekarang hanyalah seonggok belatung? Apa gunanya wibawa yang dahulu dia miliki baginya sekarang, karena jasadnya dibuang ke dalam makam supaya membusuk, dan jiwanya telah dicampakkan ke dalam Neraka sehingga terbakar? Oh betapa malangnya orang yang digunakan sebagai bahan renungan ini bagi orang lain, dan supaya mereka tidak mengalami nasib yang sama dengan yang dideritanya? Lantas marilah kita menjadi yakin bahwa waktu yang tepat untuk memperbaiki nurani yang kacau bukanlah pada waktu kematian, melainkan pada waktu kehidupan. Maka marilah kita sekarang bergegas melakukan apa yang tak dapat mereka lakukan. Segala sesuatu berlalu dan berakhir dengan cepat. “Waktunya singkat”, dan karena itulah mari kita bertindak, agar segala sesuatu dapat membantu kita untuk mencapai kehidupan kekal.
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Allah jiwaku, ya Kebaikan Tak Terhingga, kasihanilah aku, yang telah begitu besarnya menghina Engkau. Sudah kuketahui bahwa dalam berbuat dosa, aku seharusnya kehilangan rahmat-Mu, dan aku telah memilih untuk kehilangan rahmat itu. Oh, katakanlah kepadaku yang harus kulakukan demi mendapatkannya kembali. Jika Engkau mengingini aku bertobat dari dosa-dosaku, aku bahwasanya bertobat dengan segenap hatiku, dan aku ingin bisa mati akibat berduka. Kalau Engkau mau aku mengharapkan pengampunan-Mu, lihatlah, hal itu kuharapkan dengan jasa-jasa darah-Mu. Jika Engkau mau aku mencintai-Mu di atas segala sesuatu, kutinggalkan segalanya, kutinggalkan segala kenikmatan dan kekayaan yang dapat diberikan dunia kepadaku, dan kucinta Kau di atas segala barang lainnya, ya Juru Selamatku yang amat terkasih. Jika pada akhirnya, Engkau ingin supaya aku meminta rahmat dari-Mu, kuminta dua rahmat: izinkan aku supaya tidak lagi menghina-Mu, dan kabulkanlah doaku supaya aku dapat mencintai-Mu; dan lakukanlah padauk seturut kehendak-Mu. Ya Maria, ya harapanku, perolehkanlah aku dua rahmat ini; kuharapkan rahmat itu melalui dirimu.
POIN KETIGA.
Maka betapa gilanya, kalau demi kenikmatan yang hina dan fana dari hidup yang singkat ini, kita mengalami bahaya kematian yang tidak bahagia, dan dengan demikian memulai keabadian yang penuh derita! Oh, betapa pentingnya saat terakhir itu, embusan napas terakhir itu, adegan penutup sandiwara itu! Setiap sukacita yang kekal, atau setiap siksaan yang kekal, itulah pertaruhannya – hidup yang selama-lamanya bahagia, atau selama-lamanya celaka. Marilah kita mempertimbangkan bahwa Yesus Kristus dahulu menderita kematian yang teramat pahit dan hina demi memperolehkan kita kematian yang bahagia; dan bahwa Ia mengirimkan kita begitu banyak panggilan, mengaruniakan kita begitu banyak terang, dan menegur kita dengan begitu banyak ancaman, supaya lama-lama kita bisa tergerak untuk menutup saat terakhir itu dalam rahmat Allah.
Bahkan seorang pagan pun (Antisthenes), ketika ditanya hal apa yang seharusnya paling diinginkan di dunia ini, menjawab “kematian yang baik”. Dan apakah yang harus dikatakan seorang Kristen, yang tahu berkat iman bahwa pada saat kematiannya, alam baka bermula; sehingga pada saat itu ia meraih salah satu dari kedua roda yang menarik bersamanya kebahagiaan kekal atau penderitaan kekal? Seandainya ada dua tiket dalam sebuah lotere, yang satu bertuliskan Neraka dan yang lain Surga, akan seperti apa besarnya usaha anda untuk mencari tahu cara menarik yang bertuliskan Surga! Ya Allahku, betapa orang-orang malang yang celaka itu gemetar kalau mereka dihukum dengan cara melempar dadu yang padanya bergantung kehidupan atau kematian mereka! Akan seperti apa air mata anda ketika anda mendapati diri anda sendiri menghampiri saat terakhir itu, saat anda akan berkata, “Pada saat yang sudah tiba inilah, kehidupan kekalku, atau kematian kekalku bergantung. Sekarang akan ditentukan bilamana aku akan selama-lamanya bahagia, ataukah selama-lamanya putus harapan.” St. Bernardinus dari Siena bercerita tentang seorang pangeran, yang mengalami rasa ngeri ketika sekarat. Ia berseru, “Lihatlah, aku punya banyak tanah dan banyak istana di dunia ini; namun jika aku meninggal pada mala mini, aku tak tahu tempat tinggal mana yang akan kupunya.”
Saudaraku, jika anda percaya bahwa anda harus mati, dan bahwa ada alam baka, dan bahwa anda hanya bisa mati sekali saja, sehingga jika anda lalu membuat kesalahan, kesalahan itu ada untuk selama-lamanya dan tak dapat diperbaiki, bagaimana bisa anda tidak bertekad memulai sejak saat ini, ketika anda membaca perkataan ini, untuk melakukan segala sesuatu yang mampu anda lakukan demi menjamin kematian yang bahagia bagi diri anda sendiri? Ada seorang St. Andreas Avellino yang berkata sembari gemetar, “Siapakah yang tahu akan seperti apa nasibku di dunia yang akan datang? Apabila aku akan selamat atau terkutuk?” Ada seorang St. Louis Bertrand yang juga demikian gemetar, sehingga ita tak bisa tidur di malam hari, ketika pikiran ini timbul padanya, “Siapakah yang tahu apabila engkau akan binasa?” Dan anda yang telah berbuat begitu banyak dosa, tidakkah anda gemetar? Bergegaslah, berbenahlah dengan tepat waktu; bertekadlah anda untuk sungguh-sungguh berserah diri kepada Allah, dan setidak-tidaknya memulai dari sejak saat ini kehidupan yang tidak akan menjadi penderitaan, namun penghiburan bagi diri anda pada waktu kematian. Serahkanlah diri anda ke dalam doa; kunjungilah Sakramen-Sakramen; tinggalkanlah kesempatan-kesempatan berdosa yang berbahaya, dan jikalau perlu, tinggalkanlah pula dunia ini; buatlah keselamatan kekal anda terjamin; dan yakinilah bahwa demi menjaminnya, tidak ada kewaspadaan yang dapat menjadi terlalu besar.
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Juru Selamatku yang terkasih, betapa besar utang budiku kepada-Mu! Dan bagaimanakah Engkau bisa mengaruniakan begitu banyak rahmat kepada orang yang sedemikian durhakanya, kepada seorang pengkhianat yang begitu jahatnya seperti diriku kepada-Mu. Engkau telah menciptakanku, dan dalam menciptaanku, Engkau sudah melihat lebih dahulu segala pelanggaran yang akan kulakukan kepada-Mu. Engkau telah menebusku dengan mati demi aku; dan meskipun Engkau sejak dahulu melihat kedurhakaan yang lalu akan kulakukan kepada-Mu. Ketika ditempatkan di dunia ini, aku berpaling dari Engkau; karena itulah aku mati, sampai berkat rahmat-Mu, hidup dipulihkan bagiku. Aku dahulu buta, dan Engkau telah mencerahkanku. Aku dahulu kehilangan Engkau, dan Engkau telah menyanggupkanku untuk menemukan-Mu. Aku dahulu musuh-Mu, dan Engkau telah membuatku sahabat-Mu. Ya Allah yang rahim, sudilah membuat aku mengenal kewajibanku kepada-Mu, dan menangisi pelanggaran-pelanggaranku kepada-Mu. Ah, balaslah dendam-Mu padaku dengan memberikanku dukacita besar atas dosa-dosaku; namun janganlah menghukum diriku dengan membuatku kehilangan rahmat dan cinta kasih-Mu. Ya Bapa yang Kekal, kubenci dan kujijik akan segala kejahatan serta penghinaan yang telah kulakukan kepada diri-Mu. Kasihanilah aku, demi cinta kasih Yesus Kristus. Tataplah Putra-Mu yang mati di Salib. “Biarkanlah Darah-Nya ditanggungkan atas diriku.” Semoga Darah Ilahi itu turun pada jiwaku demi membersihkannya. Ya Raja hatiku, “Datanglah kerajaan-Mu”. Aku bertekad mengusir segala keterlekatan yang bukan kepada-Mu. Kucinta Kau di atas segala-galanya; datanglah dan merajalah seorang diri di dalam jiwaku; sudilah Kau kucinta, dan agar aku boleh mencintai Engkau saja. Aku ingin berkenan kepada-Mu dalam segala sesuatu yang mampu kulakukan, dan memberi Engkau segenap silih di sepanjang sisa hidupku. Hendaknya Engkau berkati, ya Bapa-Ku, keinginanku ini, dan memberikanku rahmat untuk menjaga diriku senantiasa bersatu dengan Engkau. Kubaktikan segala keterlekatanku kepada-Mu, dan sejak hari ini sampai ke depannya, aku ini hanya milik-Mu saja, ya Hartaku, ya Damaiku, ya Harapanku, ya Cintaku, ya segalanya bagiku; kuharapkan segalanya dari Engkau, dengan jasa-jasa Putra-Mu. Ya Ratuku dan Bundaku, Maria, bantulah aku dengan perantaraanmu. Ya Bunda Allah, doakanlah aku.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 15-22.
[1] Di negeri-negeri Katolik, sebuah lilin yang diberkati biasanya dinyalakan dan ditempatkan di tangan atau di samping ranjang orang sekarat. - Penyunting
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...