^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Rasa Sakit Neraka - Pertimbangan XXVI St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XXVI.
Tentang Rasa Sakit Neraka
“Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan kekal.” – St. Matius XXV. 46.
POIN PERTAMA.
Pendosa melakukan dua kejahatan ketika ia berdosa; ia meninggalkan Allah, kebaikannya yang terluhur, dan ia berpaling kepada ciptaan: “Sebab umat-Ku telah melakukan dua kejahatan: mereka telah meninggalkan Aku, mata air kehidupan, dan telah menggali kolam bagi diri mereka sendiri, kolam yang bocor, yang tak dapat menampung air” (Yeremia ii. 13). Maka karena pendosa berpaling kepada ciptaan, dengan rasa jijik kepada Allah, ia akan secara adil disiksa dalam Neraka oleh ciptaan pula, oleh api dan roh-roh jahat; dan inilah rasa sakit indrawi. Namun karena kebersalahannya, yang merupakan dosa, adalah berpaling dari Allah, maka siksaan utamanya, dan yang akan tergolong Neraka, adalah rasa sakit kehilangan, yaitu, rasa sakit kehilangan Allah.
Mari kita pertama merenungkan rasa sakit yang dialami indra. Neraka ada, itu merupakan bagian dari iman. Di tengah-tengah bumi ada penjara ini, yang disiapkan sebagai hukuman bagi mereka yang memberontak terhadap Allah. Apakah Neraka ini? Tempat siksaan; demikianlah sebutan Neraka oleh orang rakus yang terkutuk (St. Lukas xvi. 26): tempat siksaan, di mana semua indra dan daya orang yang terkutuk akan diberi siksaan yang sesuai; dan semakin seseorang menghina Allah dengan indra tertentu, semakin besar siksaan yang akan dialaminya pada indra itu pula: “Hal-hal yang membuat manusia berdosa, dengan hal-hal itu pula ia akan disiksa” (Kebijaksanaan Salomo xi. 17): “Berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan, sebanyak kemuliaan dan kemewahan, yang telah ia nikmati” (Wahyu xviii. 7). Penglihatan akan disiksa oleh kegelapan: “Negeri yang gelap dan diliputi oleh kabut kematian” (Ayub x. 21). Belas kasih macam apa yang harus kita miliki ketika mendengar bahwa orang malang itu terpenjara dalam lubang yang gelap seumur hidupnya, atau selama empat puluh atau lima puluh tahun! Neraka adalah lubang yang tertutup pada setiap sisinya, yang tidak ditembus oleh sinar matahari atau bahkan cahaya macam apa pun: “Ia takkan pernah melihat terang” (Mazmur xlviii. 20). Api, yang di bumi memberi terang, akan menjadi gelap di dalam Neraka: “Suara Tuhan yang membelah lidah api dari api” (Mazmur xxviii. 7). St. Basilius menjelaskannya: “Tuhan akan membelah api dari terang, sehingga api ini hanya akan melaksanakan tugas membakar, dan tidak memberi terang.” Dan Albertus Agung menjelaskannya bahkan dengan lebih singkat: “Ia akan membelah keagungan dari panas.” Asap yang sama, yang keluar dari api ini akan membentuk prahara kegelapan yang dibicarakan oleh St. Yudas, yang akan membutakan mata orang terkutuk: “ … bagi mereka telah disediakan pekatnya kegelapan untuk selamanya” (St. Yudas 13). St. Thomas berkata bahwa hanya akan tersedia terang yang cukup bagi orang-orang terkutuk agar mereka semakin tersiksa”. Di dalam aram-temaram itu mereka akan menyaksikan betapa buruk rupa orang-orang terkutuk lainnya serta roh jahat, yang akan mengambil rupa yang mengerikan untuk semakin menakut-nakuti diri mereka.
Indra penciuman akan disiksa. Akan menjadi siksaan macam apa, kalau orang mendapati dirinya terkunci dalam kamar bersama jasad yang busuk! “Dari mayat mereka akan keluar bau busuk” (Yesaya xxxiv. 3). Orang terkutuk harus tetap berada di tengah berjuta-juta orang terkutuk lainnya, yang hidup untuk merasakan kesakitan, namun bagaikan mayat bau busuk yang mereka keluarkan. St. Bonaventura berkata bahwa kalau badan dari satu orang terkutuk saja dibawa keluar dari Neraka, bau busuknya akan cukup untuk menghancurkan seluruh manusia. Namun ada beberapa orang bodoh yang berkata: Kalau saya masuk Neraka, saya tidak akan sendiri. Manusia celaka! Semakin banyak yang ada di Neraka, semakin besar siksaan mereka. Ujar St. Thomas, “Di sana, masyarakat orang jahanam takkan berkurang, namun kejahanaman mereka semakin bertambah.” Mereka bahwasanya semakin menderita akibat bau, jeritan-jeritan serta sempitnya tempat itu; di samping itu, di dalam Neraka, mereka akan bertimbunan yang satu di atas yang lain, bertimbun bersama-sama ibarat domba-domba pada musim dingin: “Mereka ditimbun di Neraka seperti kawanan domba” (Mazmur xlvii. 15). Namun juga, mereka akan seperti anggur yang remuk di bawah tempat pemerasan murka Allah: “Ia menginjak-injak tempat pemerasan anggur murka Allah yang Mahakuasa” (Wahyu xix. 15). Dari sini timbul pula rasa sakit akibat kekakuan badan: “Biarlah mereka diam seperti batu” (Keluaran xv. 16). Maka sebagaimana orang terkutuk jatuh ke dalam Neraka pada hari terakhir mereka, demikian pula mereka akan harus tetap seperti itu tanpa berganti posisi, dan tanpa menggerakkan tangan atau kaki, selama Allah menjadi Allah.
Pendengaran juga akan tersiksa oleh lolongan dan rintihan dari orang-orang celaka yang putus asa itu. Roh-roh jahat akan senantiasa membuat keributan: “Suara yang mengerikan selalu ada di telinganya” (Ayub xv. 21). Betapa sakitnya bagi orang yang ingin tidur, kalau ia mendengar rintihan orang sakit, gonggongan anjing, atau tangisan anak-anak yang terus-menerus! Jiwa celaka, yang terkutuk untuk senantiasa mendengar jeritan dan lolongan orang-orang jahanam itu tiada hentinya! Selera mereka akan disiksa oleh rasa lapar; orang terkutuk akan menderita kelaparan raksasa: “Mereka akan menderita lapar seperti anjing” (Mazmur lviii. 15); namun takkan pernah mereka mengecap secuil remah roti pun. Akan begitu besarnya kehausan mereka, sehingga air samudra takkan cukup untuk memadamkannya; namun demikian, takkan pernah mereka mendapat setetes air pun. Orang rakus meminta setetes saja, namun tak pernah ia bisa mendapatkannya, dan takkan pernah, takkan pernah ia mendapatkannya.
DAMBAAN DAN DOA
Ya Tuhanku, lihatlah di kaki-Mu orang yang telah mempertimbangkan sedikit saja rahmat-Mu dan hukuman-hukuman-Mu. Celaka aku, seandainya Engkau, Yesusku, tak menaruh iba terhadap diriku, betapa banyak tahun yang telah kulalui sekarang di dalam tungku api yang berbau busuk itu, tempat begitu banyaknya orang yang seperti aku sudah terbakar. Ya Penebusku, bagaimana bisa aku merenungkan hal ini tanpa terbakar oleh cinta kasih-Mu? Bagaimana bisa aku ke depannya bisa tega kembali menghina-Mu? Ah, semoga tidak pernah terjadi ya Yesusku! Biarkan aku alih-alih mati seribu kali. Karena Engkau telah memulai, tuntaskanlah karya-Mu. Engkau telah membebaskan aku dari lumpur begitu banyak dosaku, dan dengan cinta kasih yang begitu besarnya Engkau telah memanggil diriku supaya mengasihi-Mu. Ah, perkenankalah aku sekarang supaya bisa menghabiskan segenap waktu yang telah Kauberikan padaku demi Engkau. Betapa orang terkutuk mendambakan satu hari saja, satu jam saja dari waktu yang Kauanugerahkan kepadaku! Dan lalu apa yang harus kulakukan? Haruskah aku terus menghabiskannya dengan mengecewakan Engkau? Tidak, ya Yesusku, janganlah biarkan itu terjadi, demi jasa-jasa Darah yang telah dari sejak saat itu meluputkanku dari Neraka. Kau kucinta, ya Kebaikanku yang Terluhur! Dan karena Kau kucinta, aku bertobat karena telah menghina Engkau. Takkan lagi Kau kuhina, namun Kau kan selalu kucinta. Ya Ratuku dan Bundaku, Maria, doakanlah aku kepada Yesus; dan perolehkanlah aku karunia ketekunan serta cinta kasih-Nya yang suci.
POIN KEDUA.
Penderitaan terkejam bagi indra orang terkutuk adalah api Neraka, yang menyiksa indra perabaan: “Pembalasan dendam daging orang fasik adalah api dan belatung” (Sirakh vii. 19). Karena itulah Tuhan, dalam pengadilan-Nya, secara khusus menyebutkan siksaan itu: “Enyahlah daripada-Ku, hai orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal” (St. Matius xxv. 41). Di kehidupan ini pun, sakitnya api merupakan rasa sakit yang terbesar; namun perbedaan antara api kita dan api Neraka sedemikian besarnya, sehingga menurut St. Agustinus, api kita tampak seperti sebuah lukisan: “Berbanding dengan api kita di sini ibarat lukisan api.” Dan St. Vincentius Ferrer berkata bahwa berbanding dengan api Neraka, api kita dingin. Alasannya demikian, karena api kita diciptakan supaya kita gunakan; tetapi api Neraka diciptakan Allah secara sengaja untuk menyiksa. “Api”, ujar Tertulianus, “yang diciptakan demi kegunaan manusia di bumi ini sangat berbeda dari yang digunakan untuk keadilan Allah.” Murka Allah tersulut dalam api pembalasan dendam ini: “Ada api yang tersulut dalam kemarahan-Ku” (Yeremia xv. 14). Karena itulah Nabi Yesaya menyebut api Neraka sebagai roh panas: “Jika Tuhan akan membasuh kotoran … dengan roh yang membakar” (Yesaya iv. 4). Orang terkutuk tidak akan dikirim ke api, namun ke dalam api: “Enyahlah daripada-Ku, hai orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal.” Demikianlah orang jahanam yang malang itu akan diliputi oleh api bagaikan kayu bakar dalam perapian. Ia akan mendapati lubang jurang api di bawah, lubang jurang maut di atas, dan lubang jurang maut di setiap sisi. Kalau ia meraba, kalau ia melihat, kalau ia bernapas, yang dirabanya, dilihatnya, dan dihirupnya hanya api saja. Ia akan berada dalam api seperti ikan di dalam air. Api ini tidak hanya akan mengelilingi orang terkutuk saja, namun akan masuk ke dalam ususnya untuk menyiksa dirinya. Badannya akan menjadi api semuanya; sehingga usus dalam dirinya akan terbakar, jantungnya akan terbakar di dalam dadanya, otaknya di dalam kepalanya, darahnya di dalam uratnya, bahkan sumsum di dalam tulangnya: setiap orang terkutuk akan menjadi tungku perapian dalam dirinya sendiri: “Engkau akan menjadikan mereka seperti tungku api” (Mazmur xx. 10).
Beberapa orang tak bisa tahan berjalan di jalan yang terbakar oleh matahari, tetap berada dalam ruangan tertutup dengan panggangan batu bara, tidak pun mereka mampu tahan percik api yang terbang dari sebatang lilin; meskipun demikian, mereka tidak takut akan api yang menghanguskan, seperti yang dikatakan Yesaya: “Siapa dari antara kalian yang dapat tinggal dengan api yang menghanguskan?” (Yesaya xxxiii. 14). Seperti binatang buas yang menghabisi anak-anak, begitu pula api Neraka menghabisi orang terkutuk; api itu melahapnya tanpa pernah menghancurkannya. Teruskanlah, hai orang bodoh, ujar St. Petrus Damianus (ketika berbicara tentang orang yang tak murni), teruslah engkau memuaskan dagingmu; sebab akan tiba hari saat kenajisanmu akan menjadi seperti batu bara di dalam ususmu, untuk memperbesar dan memperparah siksaan-siksaan lidah api yang akan membakarmu di dalam Neraka: “Akan tiba harinya, bahwasanya alih-alih malamnya, ketika hawa nafsumu akan berubah menjadi batu bara, untuk memberi makan api yang kekal di dalam ususmu.” St. Hieronimus menambahkan, bahwa api itu akan disertai oleh segala siksaan dan rasa sakit yang kita derita di bumi ini; sakit di sisi badan, di kepala, di usus, di saraf: “Dalam api yang satu ini, para pendosa di dalam Neraka mengalami segala siksaan.” Di dalam api ini bahkan akan ada rasa sakit kedinginan: “Biarkanlah ia berpindah dari air salju kepada panas yang berlebihan” (Ayub xxiv. 19). Tetapi kita harus selalu mencamkan dalam pikiran bahwa segala rasa sakit di dunia ini hanyalah bayang-bayang, menurut St. Krisostomus, ketimbang rasa sakit Neraka: “Bayangkanlah api, bayangkanlah pisau; apakah hal-hal ini kalau bukan bayang-bayang ketimbang siksaan-siksaan itu!” Daya-daya jiwa juga akan diberi siksaan yang sesuai. Orang terkutuk akan disiksa dalam ingatannya, oleh kenangan waktu yang dahulu diberikan kepadanya di kehidupan untuk menyelamatkan jiwanya, dan yang dihabiskannya dengan menyia-nyiakannya; dan berbagai rahmat yang diterimanya dari Allah, dan yang tidak dia ambil manfaatnya. Ia akan disiksa dalam pemahamannya, dengan mengingat kebaikan besar yang telah dihilangkannya – Surga dan Allah; dan bahwa kerugian ini takkan bisa diperbaiki. Dalam kehendaknya, karena melihat bahwa segala sesuatu yang dimintanya akan selalu ditolak: “Keinginan pendosa akan binasa” (Mazmur cxi. 10). Orang jahanam yang malang itu takkan pernah punya apa-apa yang diinginkannya, dan akan selalu punya segala sesuatu yang dibencinya, yang akan menjadi penderitaannya yang kekal. Ia hendak ingin lolos dari siksaan-siksaannya dan menemukan damai sejahtera; tetapi dirinya akan senantiasa disiksa, dan takkan pernah menemukan damai sejahtera.
DAMBAAN DAN DOA
Ya Yesusku, Darah-Mu dan Wafat-Mulah harapanku. Engkau telah mati demi membebaskan aku dari kematian kekal. Ya Tuhanku, yang telah mengambil lebih banyak bagian dalam jasa-jasa sengsara-Mu daripada aku, diriku yang celaka ini, yang telah begitu seringnya pantas mendapat Neraka! Ah, jangan biarkan aku hidup mendurhakai banyaknya rahmat yang telah Kaulimpahkan padaku. Engkau telah membebaskan aku dari api Neraka, sebab tak Kauinginkan diriku terbakar dalam api penyiksa itu, namun dengan api cinta kasih-Mu yang manis. Karena itu bantulah aku supaya aku bisa taat kepada keinginan-Mu. Seandainya aku sekarang berada di Neraka, takkan bisa aku mencintai-Mu lagi; namun karena aku bisa mencintai-Mu, aku akan mencintai-Mu. Kau kucinta, ya Kebaikan yang Tak Terhingga; Kau kucinta, ya Penebusku, yang telah begitu mencintaiku. Bagaimanakah aku bisa hidup begitu lama dan melupakan Engkau! Kubersyukur kepada-Mu karena tidak melupakanku. Seandainya Engkau melupakanku, aku sekarang seharusnya sudah berada dalam Neraka, atau tak punya dukacita atas dosa-dosaku. Dukacita ini, karena telah menghina Engkau, yang kurasa dalam hatiku, dan keinginan ini yang kualami untuk amat mencintai Engkau, adalah karunia-karunia rahmat-Mu, yang masih membantu diriku. Kubersyukur kepada-Mu, ya Yesusku. Kuharap ke depannya bisa membaktikan sisa hidupku kepada-Mu. Kutinggalkan semuanya. Aku hanya akan berpikir untuk melayani-Mu dan berkenan kepada-Mu. Buatlah aku senantiasa ingat waktu di Neraka yang telah pantas kudapatkan, dan rahmat yang telah Kauanugerahkan kepadaku; dan jangan biarkan aku kembali berpaling dari-Mu, dan mengutuk diriku sendiri ke dalam lubang siksaan itu. Ya Bunda Allah, doakanlah aku yang berdosa ini. Perantaraanmu telah meluputkan aku dari Neraka; biarkanlah perantaraanmu kembali menjagaku, ya Bundaku, dari dosa, satu-satunya yang dapat kembali mengutuk aku ke dalam Neraka.
POIN KETIGA.
Namun semua rasa sakit ini tidak ada apa-apanya ketimbang rasa sakit kehilangan. Bukan kegelapan, bukan bau busuk, bukan jeritan, bukan apinya, yang menjadikan Neraka; rasa sakit yang menjadikan Neraka adalah rasa sakit kehilangan Allah. St. Bruno berkata: “Hendaknya siksaan ditambah dengan siksaan, selama bukan siksaan kehilangan Allah.” Dan St. Yohanes Krisostomus: “Jika engkau menyebutkan ribuan Neraka, takkan kaukatakan apa-apa yang dapat menyamai rasa sakit semacam itu.” Dan St. Agustinus menambahkan, bahwa seandainya saja orang terkutuk bisa menikmati penglihatan akan Allah, “mereka takkan merasa sakit apa-apa, dan Neraka sendiri akan berubah menjadi Firdaus”. Untuk bisa membayangkan rasa sakit ini, pertimbangkan bahwa kalau (misalnya) seseorang kehilangan permata senilai seratus korona, ia akan merasakan sakit yang besar; namun kalau nilainya dua ratus, rasa sakitnya berganda; kalau empat ratus, masih besar lagi rasa sakitnya: pendek kata, semakin besar nilai barang yang hilang itu, semakin besar rasa sakitnya. Namun seperti apa nilai barang yang telah hilang bagi orang terkutuk? Mereka telah kehilangan Allah, yang adalah kebaikan yang tak terhingga; maka, ujar St. Thomas, rasa sakit mereka dalam suatu cara tertentu tak terhingga: “Rasa sakit orang terkutuk tak terhingga, sebab itu adalah rasa sakit kehilangan kebaikan yang tak terhingga.”
Hanya ini rasa sakit yang ditakuti para kudus. St. Agustinus berkata: “Inilah rasa sakit bagi mereka yang mencintai, and bukan mereka yang membenci.” St. Ignatius Loyola berkata: “Tuhan, aku bisa tahan setiap rasa sakit; namun kehilangan Engkau, tidak, rasa sakit ini tak bisa kutahan.” Namun rasa sakit ini sama sekali tidak ditakuti para pendosa, yang puas untuk hidup berbulan-bulan dan bertahun-tahun tanpa Allah, sebab karena mereka orang celaka, mereka hidup di tengah-tengah kegelapan. Tetapi dalam maut, mereka akan menemukan kebaikan besar yang telah mereka hilangkan. Ketika jiwa meninggalkan kehidupan ini, ia seketika paham bahwa bahwa ia telah diciptakan untuk diri-Nya, menurut St. Antoninus: “Segera setelah jiwa terpisah dari raga, seketika ia paham bahwa Allah adalah kebaikan terluhur, dan ia telah diciptakan untuk diri-Nya.” Maka ia seketika bergegas maju untuk memeluk kebaikannya yang terluhur; namun karena jiwa berada dalam dosa, Allah mengusirnya daripada-Nya. Jika anjing melihat seekor terwelu, dan dibelenggu dengan rantai, betapa anjing itu akan berjuang mematahkan rantainya, dan menyergap mangsanya! Ketika jiwa meninggalkan raga, ia tentunya tertarik kepada Allah; namun dosa memisahkannya dari Allah, dan mengusirnya jauh-jauh ke dalam Neraka: “Dosa-dosamu telah memisahkanmu dari Allahmu” (Yesaya lix. 2). Maka bagian terbesar Neraka, terdiri dari kata-kata kutukan pertama itu sepenuhnya, “Enyahlah daripada-Ku, hai orang terkutuk.” Yesus Kristus akan berkata, pergilah, takkan pernah engkau kembali melihat wajah-Ku. “Ribuan Neraka tak bisa menyamai rasa sakit dibenci Kristus.” Ketika Daud menghukum Absalom sehingga tidak lagi pernah tampak di hadapannya, begitu besar hukuman ini bagi Absalom sehingga ia menjawab: “Katakanlah kepada bapaku supaya membiarkanku melihat wajahnya, atau membunuh aku” (2 Raja-Raja xiv. 32). Filipus II berkata kepada seorang bangsawan yang menurut pengamatannya tidak berperilaku dengan hormat di dalam gereja: “Jangan lagi pernah tampak di hadiratku.” Begitu besar penderitaan bangsawan itu, sehingga ketika pulang ke rumah, ia mati akibat berduka. Lalu akan seperti apa ketika Allah berkata kepada orang terkutuk: Enyahlah, Aku takkan pernah lagi melihatmu? “Akan Kusembunyikan wajah-Ku dari mereka, dan segala kejahatan serta penderitaan akan menemukan mereka” (Ulangan xxxi. 17). Kau (seperti inilah Yesus Kristus akan berkata kepada orang terkutuk pada hari terakhir) bukan lagi milik-Ku; sebab kamu bukan umat-Ku, dan Aku takkan menjadi milikmu (Hosea i. 9). Betapa besarnya duka seorang anak yang kehilangan bapaknya, atau istri yang kehilangan suaminya, ketika berkata: Bapaku (atau suamiku), aku takkan melihatmu lagi! Ah, seandainya kita sekarang bisa mendengar ratapan jiwa yang binasa, dan bertanya: Hai jiwa, mengapa engkau menangis dengan begitu pedih? Satu-satunya jawabannya akan seperti ini: Aku menangis karena telah kehilangan Allah, dan tidak akan pernah melihat-Nya kembali. Coba saja jiwa malang itu setidak-tidaknya bisa mencintai Allahnya di dalam Neraka, dan berserah kepada kehendak-Nya! Tetapi tidak; seandainya bisa, Neraka takkan menjadi Neraka; jiwa yang malang itu tidak bisa berserah kepada kehendak Allah, karena ia telah menjadi musuh kehendak ilahi. Tidak pun ia bisa mencintai Allah lagi; namun ia membenci-Nya, dan akan selama-lamanya membenci Dia; dan Neraka baginya akan seperti ini, tahu bahwa Allah adalah kebaikan terluhur, dan mendapati dirinya terpaksa membenci-Nya pada saat ia tahu bahwa Dia patut dicinta dengan tak terhingga. “Akulah si pendurhaka yang kehilangan cinta akan Allah”, demikianlah jawaban roh jahat yang ditanya oleh St. Katarina dari Genoa tentang jati dirinya. Orang terkutuk akan membenci dan mengutuki Allah; dan dalam mengutuki Allah, mereka juga akan mengutuki manfaat-manfaat yang telah dilimpahkan-Nya pada diri mereka – penciptaan diri mereka, penebusan, Sakramen-Sakramen, khususnya pembaptisan, tobat, dan terutama, Sakramen Altar Mahakudus. Mereka akan membenci semua malaikat dan orang kudus, namun terutama para malaikat penjaga mereka, serta para perantara mereka yang kudus; dan terutama, Bunda Allah. Namun mereka terutama akan mengutuki ketiga Pribadi Ilahi; dan dari antara mereka ini, terutama Putra Allah, yang dahulu wafat demi keselamatan mereka; mereka akan mengutuki luka-luka-Nya, darah-Nya, kesakitan-Nya, dan wafat-Nya.
DAMBAAN DAN DOA
Ya Allahku, karena itulah Engkau Kebaikanku yang Terluhur, Kebaikan yang Tak Terhingga; dan aku telah begitu seringnya sengaja kehilangan Engkau! Aku sungguh tahu dahulu bahwa dosaku amat mengecewakan-Mu, dan bahwa aku kehilangan rahmat-Mu; namun aku tetap melakukannya. Ah, seandainya aku tak melihat Engkau dipaku pada salib, ya Putra Allah, meninggal untuk diriku, takkan pernah lagi kuberani meminta dan mengarapkan pengampunan-Mu. Bapa yang Kekal, janganlah menatap diriku, namun tataplah Putra yang terkasih ini, yang memohon kerahiman daripada-Mu demi aku; dengarkanlah Dia, dan ampunilah aku. Aku seharusnya sekarang sudah berada dalam Neraka selama bertahun-tahun, tanpa ada harapan sama sekali untuk dapat kembali mencintai Engkau dan memulihkan rahmat-Mu yang hilang bagiku. Ya Allahku, dari antara segala kejahatan, yang terutama kuratapi adalah penghinaan yang telah kulakukan kepada-Mu, dengan meninggalkan persahabatan-Mu, dan membenci cinta kasih-Mu, demi kenikmatan-kenikmatan celaka dari dunia ini. Oh, hendaknya aku alih-alih mati seribu kali! Bagaimanakah aku bisa menjadi begitu buta dan gilanya! Kubersyukur kepada-M, ya Tuhanku, karena Kauberikanku waktu untuk memperbaiki kejahatan yang telah kulakukan. Karena oleh kerahiman-Mu aku tidak berada di Neraka, dan masih bisa mencintai-Mu, ya Allahku, aku akan mencintai Engkau. Takkan lagi kutunda pertobatanku seutuhnya kepada-Mu. Kucinta Kau, ya Kebaikan yang Tak Terhingga; Kucinta Kau, ya hidupku, hartaku, cinta-Ku, segalanya bagiku. Janganlah berhenti mengingatkanku, ya Tuhan, akan cinta yang telah Kaucurahkan kepadaku, dan Neraka tempat kuseharusnya berada sekarang, supaya pikiran ini boleh terus membakar diriku sehingga melakukan karya-karya kasih begi Engkau, dan senantiasa berkata kepada Engkau, Kau kucinta, Kau kucinta, Kau kucinta. Ya Maria, Ratuku, Pengharapanku, dan Bundaku, seandainya aku berada di Neraka, tak bisa lagi diriku pun mencintaimu. Kucinta kau, ya Bundaku; dan kuandalkan dirimu supaya aku tak pernah lagi berhenti mencintaimu dan Allahku. Bantulah aku; doakanlah aku kepada Yesus.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 186-194.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...