^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Ketekunan - Pertimbangan XXXI St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XXXI.
Tentang Ketekunan.
“Barang siapa bertekun sampai kesudahannya, ia akan diselamatkan.” – St. Matius xxiv. 13.
POIN PERTAMA.
St. Hieronimus berkata, “banyak orang memulai dengan baik, namun hanya sedikit orang yang bertekun”.[1] Saul, Yudas dan Tertulianus memulai dengan baik, namun akhir hidup mereka buruk karena mereka tak bertekun dalam kebajikan: “Dalam diri orang Kristen, yang diperlukan bukanlah pada awalnya, namun akhirnya”.[2] Orang kudus itu melanjutkan perkataannya, Tuhan tidak hanya mewajibkan awal hidup yang baik, namun juga akhir hidup yang baik; akhir hiduplah yang akan mendapatkan pahalanya. St. Bonaventura berkata bahwa mahkota diberikan kepada ketekunan saja: “Hanya ketekunan yang dimahkotai.” Oleh karena itu, St. Laurensius Yustinianus menyebut ketekunan sebagai “pintu gerbang Surga”. Maka barang siapa tidak menemukan pintu gerbangnya, tidak dapat masuk Firdaus. Saudaraku, anda sekarang telah meninggalkan dosa, dan secara benar berharap bahwa anda sudah diampuni. Maka anda sahabat Allah; namun ketahuilah bahwa anda belum diselamatkan. Dan kapankah anda akan diselamatkan? Ketika anda sudah bertekun sampai kesudahannya: “Barang siapa bertekun sampai kesudahannya, ia akan diselamatkan”. Anda sudah memulai hidup yang baik; bersyukurlah kepada Allah atas hidup itu: namun St. Bernardus memperingatkan anda bahwa pahalanya, kendati dijanjikan kepada orang yang memulai, hanya diberikan kepada orang yang bertekun: “Hadiah yang dijanjikan kepada para pemula, diberikan kepada mereka yang bertekun.”[3] Tidak cukup untuk berlari mengejar hadiahnya; namun kita harus berlari sampai kita mendapatkannya: “Maka berlarilah, agar kalian bisa mendapatkan”, ujar sang Rasul.
Anda sudah menempatkan tangan pada bajak, anda sudah memulai hidup baik; namun sekarang, lebih dari sebelumnya, hendaknya anda menjadi takut dan gemetar: “Dengan takut dan gemetar, kerjakanlah keselamatan kalian” (Filipi ii. 12). Dan mengapa? Karena jika (semoga Allah mencegahnya) anda menoleh ke belakang, dan kembali kepada hidup yang buruk, Allah akan menyatakan diri anda terkecuali dari Firdaus: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (St. Lukas ix. 62). Tetapi dengan rahmat Allah, anda menghindari kesempatan berdosa, anda mengunjungi sakramen, anda melakukan meditasi anda setiap hari: berbahagialah anda, jika anda terus melakukannya, dan jika Yesus, ketika datang mengadili anda, akan mendapati anda berbuat demikian: “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang” (St. Matius xxiv. 46). Namun janganlah percaya bahwa sekarang, karena anda telah menetapkan diri anda sendiri untuk melayani Allah, godaan-godaan sudah berakhir, atau hanya akan ada sedikit. Dengarkanlah perkataan Roh Kudus kepada anda: “Anakku, ketika engkau datang melayani Allah, persiapkanlah jiwamu untuk menghadapi godaan” (Sirakh ii. 1). Ketahuilah sekarang lebih dari sebelumnya bahwa anda harus mempersiapkan diri untuk pertarungan, sebab para musuh anda – dunia, Iblis dan daging – akan mempersenjatai diri sekarang lebih dari sebelumnya untuk melawan anda, demi membuat anda kehilangan yang telah anda peroleh. Dionisius Kartusian berkata bahwa semakin seseorang menyerahkan dirinya kepada Allah, semakin Neraka berjuang untuk menaklukkan dirinya: “Semakin manusia berjuang dengan berani untuk melayani Allah, semakin ganas pula musuhnya itu memurkai dirinya.” Dan hal ini dinyatakan dengan cukup jelas dalam Injil St. Lukas: “Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula” (St. Lukas xi. 24-26). Ketika Iblis diusir keluar dari jiwa, ia tidak mendapati tempat peristirahatan, dan ia melakukan segala sesuatu yang mampu dilakukannya untuk kembali memasukinya; ia memanggil para rekannya untuk menolongnya, dan kalau ia berhasil masuk kembali, kehancuran jiwa yang kedua kalinya itu akan jauh lebih besar daripada yang semula.
Maka pikirkanlah senjata macam apa yang harus anda pergunakan demi membela diri anda untuk melawan para musuh ini, dan menjaga diri anda dalam rahmat Allah. Tak ada perlindungan selain doa untuk mencegah diri ditaklukkan oleh Iblis. St. Paulus bercerita bahwa kita tidak bertarung melawan manusia, yang terbuat dari darah dan daging seperti diri kita sendiri, namun melawan kuasa Neraka: “Pergulatan kita bukanlah melawan daging dan darah, namun melawan pemerintah-pemerintah dan kuasa-kuasa” (Efesus vi. 12). Dan ia ingin memperingatkan kita bahwa kita tak punya kekuatan untuk melawan para musuh yang sedemikian kuatnya itu, namun bahwa kita memerlukan pertolongan Allah: kita dapat melakukan segala hal dengan pertolongan Ilahi: “Aku dapat melakukan segala sesuatu dalam Dia yang menguatkan aku” (Filipi iv. 13). Demikianlah perkataan St. Paulus, dan harus seperti itu jugalah perkataan kita. Namun pertolongan ini hanya diberikan kepada orang-orang yang memintanya melalui doa: “Mintalah, maka kamu akan diberi”. Jadi, janganlah kita mengandalkan tekad-tekad kita; kalau kita mengandalkan tekad-tekad kita, kita akan binasa. Sewaktu kita digoda Iblis, marilah kita mengandalkan pertolongan Allah sepenuhnya; dengan menyerahkan diri kita pada saat semacam itu kepada Yesus Kristus dan kepada Santa Perawan Maria. Dan hal ini terutama benar ketika kita mengalami godaan terhadap kesucian; karena ini merupakan godaan yang paling ngeri, dan yang digunakan Iblis untuk memperoleh kemenangan terbanyak. Kita tak punya kekuatan untuk menjaga kesucian; Allah harus memberikan kekuatan itu kepada kita. Salomo berkata: “Dan karena aku tahu bahwa aku tidak bisa bertarak, jika bukan Allah yang memberikannya … aku pergi kepada Tuhan dan mencari-Nya” (Kebijaksanaan Salomo viii. 21). Dalam godaan-godaan semacam itu, kita harus segera berlindung kepada Yesus Kristus dan Ibunda-Nya yang suci, dan sering kali memanggil nama mereka yang tersuci. Barang siapa melakukannya akan menaklukkan; barang siapa tidak melakukannya akan binasa.
DAMBAAN DAN DOA.
“Janganlah aku Kauusir dari wajah-Mu.” Ah, ya Allahku, janganlah diriku Kauusir dari wajah-Mu; aku sungguh tahu bahwa Engkau tidak akan meninggalkanku, jikalau bukan aku yang pertama-tama meninggalkan-Mu: namun hal ini kutakuti atas dasar pengalaman kelemahan diriku sendiri. Ya Tuhan, Engkau harus memberi aku kekuatan yang kuperlukan untuk melawan Neraka, yang bertujuan memperbudak diriku kembali. Kupinta supaya Engkau memberikannya kepadaku, demi cinta Yesus kristus. Tetapkanlah, ya Juru Selamatku, damai sejahtera yang langgeng antara Dirimu dengan aku, yang takkan pernah terpecahkan untuk selama-lamanya; dan karena itulah, berikan aku cinta kasih-Mu yang suci. “Barang siapa tidak mengasihi, akan tetap berada dalam maut; barang siapa mengasihi Engkau tidak mati.” Engkau harus menyelamatkan aku dari kematian yang ngeri ini, ya Allah jiwaku. Aku dahulu binasa, Engkau sungguh tahu hal itu. Kebaikan-Mu sajalah yang mengembalikanku kepada keadaan diriku sekarang, dan aku berharap terus berada dalam rahmat-Mu. Ah, Yesusku, dengan wafat-Mu yang pahit, yang telah Kautanggung demi aku, janganlah Engkau pernah membiarkan diriku sengaja kehilangan rahmat-Mu lagi. Kucinta Kau di atas segala sesuatu. Aku berharap selama-lamanya terikat oleh cinta kasih suci ini, dan mati mati terikat seperti itu; dan hidup terikat seperti itu untuk selama-lamanya. Ya Maria, engkaulah Bunda Ketekunan: karunia yang besar ini dibagi-bagikan melalui tanganmu; kupinta karunia ini kepadamu, dan melalui dirimu, aku berharap mendapatkannya.
POIN KEDUA.
Marilah kita sekarang melihat cara yang harus kita gunakan untuk menaklukkan dunia. Iblis adalah musuh yang besar, namun dunia ini lebih buruk. Seandainya Iblis tidak menggunakan dunia dan orang-orang jahat (yang dimaksud dengan dunia), ia tidak akan memperoleh kemenangan-kemenangan besar yang diperolehnya. Penebus kita lebih memperingatkan kita terhadap manusia, daripada Iblis: “Waspadalah terhadap semua orang” (St. Matius x. 17). Manusia sering kali lebih buruk daripada iblis, karena iblis dibuat lari dengan doa, dan dengan memanggil nama Yesus dan Maria yang tersuci; namun kalau pergaulan buruk menggoda orang untuk berbuat dosa, dan ia menanggapinya dengan perkataan rohani, mereka tidak melarikan diri, namun semakin menggodanya; mereka menertawakannya, menyebutnya orang malang tak terdidik, dan tak berguna apa-apa; ketika ada hal lain yang bisa mereka katakan, mereka menyebutnya orang munafik, sebutan yang memengaruhi kekudusan. Demi menghindari celaan serta olok-olok semacam itu, beberapa jiwa yang lemah dengan celaka bersekutu dengan para hamba Lucifer, dan kembali kepada muntahannya. Saudaraku, yakinilah bahwa kalau anda ingin menjalani hidup baik, anda harus menanggung cemooh dan kebencian orang fasik: “Orang yang jujur jalannya adalah kekejian bagi orang fasik” (Amsal xxix. 27). Orang yang menjalani kehidupan buruk tidak bisa tahan melihat orang-orang yang hidup baik; dan mengapa? Karena hidup mereka merupakan teguran yang senantiasa bagi dirinya; dan karena itu ia ingin semua orang meneladani dirinya sendiri, supaya ia tidak merasakan sakitnya penyesalan yang ditimbulkan oleh hidup baik orang lain. Tidak ada pertolongan untuk itu (ujar sang Rasul); barang siapa melayani Allah harus dianiaya dunia; “Semua orang yang hendak hidup saleh di dalam Kristus Yesus akan menderita penganiayaan” (2 Tim. Iii. 12). Semua orang Kudus telah dianiaya. Siapakah yang lebih kudus daripada Yesus Kristus? Dan dunia menganiaya Dia, bahkan menyebabkan diri-Nya mati berdarah di kayu salib.
Tidak ada obat untuk hal itu, karena semboyan-semboyan dunia sama sekali berlawanan dengan semboyan-semboyan Yesus Kristus. Yang dihargai dunia, disebut kegilaan oleh Yesus Kristus: “Sebab hikmat dunia ini adalah kebodohan di mata Allah” (1 Korintus iii. 19). Sebaliknya, dunia menyebut gila hal yang dihargai Yesus Kristus – seperti salib, penderitaan dan cemooh: “Sebab pemberitaan Salib bagi mereka yang bahwasanya binasa adalah kebodohan” (1 Korintus i. 18). Namun mari kita menghibur diri sendiri; sebab jika orang fasik mengutuki dan mempersalahkan diri kita, Allah yang Mahakuasa memberkati dan memuji kita: “Mereka akan mengutuk dan Engkau akan memberkati” (Mazmur cviii. 28). Tidak cukupkah bagi kita untuk dipuji Allah, Maria, semua Malaikat, para Kudus dan semua orang baik? Maka marilah kita membiarkan para pendosa berbicara semau hati, dan marilah kita terus menyenangkan Allah, yang begitu berterima kasih dan setia kepada mereka yang melayani-Nya. Semakin besar kejijikan dan perlawanan yang kita jumpai dalam melakukan kebaikan, semakin kita berkenan di hati Allah, dan akan semakin besar jasa yang kita hasilkan. Marilah kita bayangkan bahwa tidak ada satu pun di dunia ini selain Allah dan diri kita sendiri. Ketika orang fasik mencemooh kita, mari kita berserah diri kepada Tuhan; dan di sisi lain, marilah bersyukur kepada Allah karena Ia telah memberi kita terang yang tidak diberikan-Nya dari orang-orang celaka ini, dan karena itu marilah kita menempuh jalan kita sendiri. Janganlah kita malu untuk tampil sebagai orang Kristen; sebab jika kita malu akan Yesus Kristus, Ia mengeluh bahwa Ia akan malu akan diri kita, dan malu mempunyai kita di sisi kanan-Nya pada Hari Pengadilan: “Sebab barang siapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya” (St. Lukas ix. 26).
Kalau kita hendak selamat, kita harus bertekad menderita, menaklukkan diri kita sendiri, dan bahwasanya melakukan kekerasan terhadap diri kita sendiri. “Sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan” (St. Matius vii. 14); “Kerajaan Surga menderita kekerasan; dan para pelaku kekerasan mencengkeramnya” (St. Matius xi. 12). Barang siapa tidak melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri tidak akan selamat. Tidak ada pertolongan untuk hal itu, sebab jika kita ingin mengamalkan kebajikan, kita harus bertindak melawan kodrat kita yang pemberontak. Kita harus terutama melakukan kekerasan kepada diri kita sendiri mula-mula, demi memberantas kebiasaan-kebiasaan buruk dan mendapat kebiasaan-kebiasaan baik; karena sekali kebiasaan baik dibentuk, ketaatan terhadap hukum Ilahi menjadi mudah, dan bahwasanya bahkan menjadi manis. Tuhan berkata kepada St. Brigidia, bahwa barang siapa dalam mengamalkan kebajikan menanggung dengan sabar dan berani tusukan-tusukan duri yang pertama, ia akan mendapati dedurian itu berubah menjadi bunga mawar. Maka waspadalah, orang Kristen yang terkasih; Yesus kristus sekarang berkata kepada anda, yang dikatakan-Nya kepada orang lumpuh: “Lihatlah, engkau telah menjadi sembuh; janganlah berdosa lagi, supaya jangan terjadi padamu hal yang lebih buruk” (St. Yohanes v. 14). Pahamilah, ujar St. Bernardus, jikalau anda dengan celaka kembali berbuat dosa, kehancuran anda akan lebih buruk daripada semua kejatuhan anda yang sebelumnya: “Engkau dengar bahwa kembali berdosa lebih buruk daripada jatuh”. Celakalah, ujar Tuhan, kepada mereka yang mengambil jalan Allah dan lalu menyimpang darinya: “Celakalah kalian, anak-anak pemurtad” (Yesaya xxx. 1). Mereka ini dihukum sebagai pemberontak terhadap terang: “Mereka telah memberontak terhadap terang” (Ayub xxiv. 13). Dan hukuman bagi para pemberontak yang telah ditolong oleh Allah dengan terang yang agung ini, dan yang lalu tidak setia kepada-Nya, adalah tetap buta, sehingga mereka melewatkan penghujung hidup dalam dosa-dosa mereka: “Namun jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya … akankah ia hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi … dalam dosanya ia akan mati” (Yehezkiel xviii. 24).
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Allahku, telah sering kupantas mendapat hukuman semacam itu, sebab aku telah begitu seringnya meninggalkan dosa melalui terang yang Kauberikan kepadaku, dan lalu telah dengan celaka kembali kepadanya! Kubersyukur atas kerahiman-Mu yang tak terbatas, karena Engkau tidak meninggalkan aku dalam kebutanku, dan membiarkan aku kehilangan terang sama sekali, seperti yang pantas terjadi kepadaku. Maka betapa besarnya, ya Yesusku, utang budiku kepada-Mu; dan betapa durhakanya diriku, seandainya aku akan kembali berbalik dari Engkau! Tidak, ya Penebusku, “Aku akan menyanyikan kerahiman-Mu untuk selama-lamanya.” Kuharap, selama sisa hidupku dan untuk selama-lamanya, dapat selama-lamanya menyanyikan dan memuji kerahimanMu yang besar, dengan selalu mencintai-Mu dan tidak lagi pernah kehilangan rahmat-Mu. Kedurhakaan besar yang telah kuperlihatkan kepada-Mu sampai saat ini, dan yang sekarang kubenci dan kukutuki di atas segala kejahatan yang lain, akan berguna membuat diriku senantiasa menangisi dengan getir penghinaan-penghinaan yang telah kulakukan kepada-Mu, dan membakar diriku dengan cinta akan Engkau, yang telah begitu seringnya kuhina, telah mengaruniakan berbagai rahmat yang begitu besar kepadaku. Ya kucinta Kau, ya Allahku, Kau yang patut mendapat cinta yang tak terhingga. Sejak hari ini sampai ke depannya, Engkau akan menjadi cintaku satu-satunya, kebaikanku satu-satunya. Ya Bapa yang Kekal, melalui jasa-jasa Yesus Kristus, kupinta dari-Mu ketekunan akhir dalam rahmat-Mu dan dalam kasih-Mu. Aku sungguh tahu bahwa Engkau akan mengaruniakannya kapan pun aku memintanya dari-Mu. Namun siapakah yang dapat menjamin bagiku bahwa aku akan memastikan supaya meminta ketekunan ini dari Engkau? Karena itu, ya Allahku, kuminta ketekunan dari-Mu serta rahmat supaya senantiasa memintanya. Ya Maria, ya pembelaku, suakaku dan harapanku, perolehkanlah daku, dengan perantaraanmu, ketabahan dalam selalu meminta Allah rahmat ketekunan akhir. Dengan cinta kasihmu kepada Yesus Kristus, kumohon agar engkau mendapatkannya bagiku.
POIN KETIGA.
Kita sekarang sampai kepada musuh ketiga, musuh terburuk dari semuanya, yaitu daging; dan marilah kita melihat cara kita harus membela diri terhadap musuh itu. Pertama-tama, dengan doa; namun hal ini sudah kita pertimbangkan di atas. Kedua, dengan menghindari kesempatan-kesempatan berdosa; dan ini akan kita pikirkan baik-baik. St. Bernardinus dari Siena berkata bahwa nasihat termulia dari semua nasihat, yang bahwasanya ibarat fondasi agama, adalah nasihat menghindari kesempatan-kesempatan berdosa: “Dari antara nasihat-nasihat Kristus, ada satu yang paling terkenal, dan ibaratnya fondasi agama, yaitu menghindari kesempatan-kesempatan berdosa”. Iblis pernah sekali mengakui, ketika dipaksa untuk melakukannya melalui eksorsisme, bahwa dari antara semua khotbah, yang paling tak berkenan kepadanya adalah khotbah menghindari kesempatan berdosa; dan memang benar, sebab Iblis menertawakan tekad-tekad dan janji-janji pendosa yang bertobat jika ia tidak meninggalkan kesempatan-kesempatan berbahaya. Kesempatan-kesempatan, terutama sehubungan kenikmatan-kenikmatan indrawi, merupakan selubung pada mata yang mencegah orang melihat baik tekad yang telah dibuatnya, atau terang yang telah diterimanya, maupun kebenaran-kebenaran abadi; pendek kata, kesempatan-kesempatan itu membuat manusia melupakan segalanya, kesempatan-kesempatan itu membuatnya melupakan segalanya, dan ibarat membutakan dirinya. Sebab kehancuran orang tua pertama kita adalah tidak menghindari kesempatan berdosa. Allah telah melarang mereka bahkan untuk menyentuh buah itu: “Allah telah memerintahkan kita (ujar Hawa kepada ular) bahwa kita tidak boleh makan, dan bahwa kita tidak boleh menyentuhnya” (Kejadian iii. 3). Namun dengan tidak taat, ia “melihat”, “mengambil”, dan “makan darinya”. Pertama-tama, ia mulai melihat apel itu, lalu ia mengambilnya dalam tangan dan ia lalu makan darinya. Barang siapa secara sengaja menempatkan diri dalam bahaya akan binasa di dalamnya: “Barang siapa mencintai bahaya akan binasa di dalamnya” (Sirakh iii. 27). St. Petrus berkata bahwa Iblis “berkelana mencari siapa saja yang dapat dimangsanya”. Maka ujar St. Siprianus, apakah yang dilakukannya untuk kembali masuk ke dalam jiwa yang darinya ia telah diusir keluar? Ia pergi mencari kesempatan: “Ia mencari-cari apabila ada sisi yang pintu masuknya dapat ia tembus dengan jalannya sendiri”. Kalau jiwa membiarkan diri dipengaruhi sehingga menjerumuskan dirinya ke dalam kesempatan itu, musuh akan kembali masuk ke dalam dirinya, dan akan memangsanya. Kepala Biara Guerric juga mencatat bahwa Lazarus bangkit dari kematian dengan terikat: “Ia muncul dengan tangan dan kaki yang terikat” ; dan setelah bangkit demikian, ia mati kembali. Celakalah dia, maksud penulis ini, dia yang bangkit dari dosa, namun bangkit terikat dengan kesempatan-kesempatan berdosa: orang semacam itu, kendati bangkit, akan walau demikian berpaling dan mati. Maka barang siapa ingin diselamatkan harus meninggalkan bukan hanya dosa, namun juga kesempatan-kesempatan berdosa, yaitu, pergaulan itu, rumah itu dan hubungan itu.
Namun anda akan berkata, saya sekarang sudah mengubah hidup saya, dan saya tidak lagi bermaksud buruk dengan orang itu, ataupun mengalami godaan. Saya menjawab: Ada cerita bahwa di Afrika, ada beberapa beruang yang mengejar monyet-monyet. Ketika melihat beruang-beruang itu, monyet-monyet menyelamatkan diri dengan memanjat pepohonan; namun apa yang dilakukan beruang? Ia tiarap di bawah pohon dan berpura-pura mati; dan ketika ia melihat monyet-monyet itu turun, ia bangkit, merenggut dan memangsa mereka. Iblis begitu pula; ia membuat godaan tampak mati; namun ketika orang turun dan menyambut kesempatan itu, Iblis menyebabkan godaan kembali hidup dan memangsa orang itu. Oh, betapa banyaknya jiwa celaka yang dahulunya terbiasa berdosa, menyambut Komuni Kudus dan mungkin telah disebut orang kudus, dan karena menyambut kesempatan-kesempatan berdosa, mereka tetap menjadi mangsa Neraka! Ada cerita dalam sejarah Gereja, bahwa seorang ibu rumah tangga kudus yang membaktikan dirinya kepada karya saleh penguburan para martir, pernah sekali menemukan salah satu yang belum mati; ia membawanya ke rumah, orang itu pun siuman, namun apa yang terjadi? Akibat kesempatan berdosa terdekat, kedua orang kudus ini, seperti yang mungkin menjadi julukan mereka, pertama-tama kehilangan rahmat Allah dan kemudian iman.
Tuhan memerintahkan Yesaya supaya berkhotbah bahwa setiap manusia adalah rumput: “Menangislah, semua manusia adalah rumput” (Yesys xl. 6). Atas ayat ini, St. Krisostomus membuat renungan ini: Mungkinkah rumput tidak terbakar ketika ditaruh dalam api? “Taruhlah sebatang lilin menyala di tengah-tengah jerami, dan beranikan diri berkata bahwa jerami itu tidak akan terbakar”. Dan demikian pula, ujar St. Siprianus: “Mustahil adanya untuk dikelilingi lidah api dan tidak terbakar”.[4] Sang nabi memperingatkan kita bahwa kekuatan kita bagaikan kekuatan tali eretan yang ditaruh dalam api: “Kekuatanmu akan seperti debu dari tali eretan” (Yesaya i. 31). Salomo demikian pula berkata, bahwa ia akan menjadi orang bodoh seandainya berjalan di atas batu bara yang terbakar dan ingin dirinya tidak terbakar. “Dapatkah orang berjalan di atas bara, dengan tidak hangus kakinya?” (Amsal vi. 29). Demikian pula seseorang gila adanya, kalau ia berniat menempatkan diri dalam kesempatan-kesempatan berdosa tanpa menjadi jatuh. Maka kita harus menghindari dosa ibarat menghindari muka ular: “Jauhilah dosa seperti menjauhi muka ular” (Sirakh xxi. 2). Gualfridus berkata bahwa kita tidak hanya harus menghindari pagutannya, tidak hanya sentuhannya, namun bahkan juga menjaga diri supaya tidak didekati ular: “Jauhilah sentuhannya sekalipun, jagalah diri supaya tidak didekatinya”. Namun anda berkata bahwa rumah itu, persahabatan itu, bertujuan demi kepentingan diri saya. Tetapi kalau anda benar-benar melihat bahwa rumah itu merupakan jalan menuju Neraka bagi anda (“Rumahnya adalah jalan menuju Neraka”, Amsal vii. 27), tidak bisa diapa-apakan – anda harus meninggalkannya, kalau anda hendak diselamatkan. Sekalipun itu mata kanan anda, ujar Tuhan, jika anda melihat bahwa hal itu menyebabkan kebinasaan diri anda, anda harus mencungkilnya dan membuangnya jauh-jauh dari diri anda: “Jika mata kananmu menyebabkanmu berbuat dosa, cungkillah dan buanglah jauh-jauh darimu” (St. Matius v. 29). Dan perhatikan istilah abs te; anda harus membuangknya jauh-jauh, bukan dekat diri anda, namun jauh-jauh dari diri anda; hal itu setara dengan berkata bahwa anda harus meniadakan segala kesempatan berdosa. St. Fransiskus dari Assisi berkata, bahwa Iblis menggoda orang-orang rohani yang telah memberikan diri mereka sendiri kepada Allah secara amat berbeda dari caranya menggoda orang fasik: ia pertama-tama tidak mencoba mengikat mereka dengan tali, ia cukup puas dengan sehelai rambut; lalu ia mengikat mereka dengan seutas benang, lalu dengan tali, dan kemudian ia menarik mereka ke dalam dosa. Maka barang siapa hendak terbebas dari bahaya ini harus sejak awalnya membenci rambut-rambut itu, kesempatan-kesempatan itu, salam, hadiah, kartu ucapan itu, serta hal-hal yang serupa. Dan terutama bagi mereka yang telah terjangkiti kebiasaan melakukan dosa ketidakmurnian, tidak akan cukup untuk menghindari kesempatan-kesempatan terdekat; jika mereka tidak menghindari kesempatan-kesempatan terjauh pula, mereka akan kembali jatuh ke dalam dosa.
Setiap orang yang sangat ingin menyelamatkan jiwanya perlu sering-sering memperbarui tekadnya untuk tidak lagi pernah memisahkan diri dari Allah, dan sering-sering mengulangi perkataan ini dengan para Kudus, “Biarkan segalanya hilang, asalkan Allah tidak hilang.” Namun tidak cukup dengan bertekad supaya tidak lagi kehilangan Dia; orang juga perlu menggunakan sarana supaya tidak kehilangan diri-Nya. Yang pertama dari sarana-sarana ini adalah menghindari kesempatan-kesempatan berdosa, yang telah kita bahas; yang kedua, mengunjungi sakramen Tobat dan Ekaristi. Kotoran tidak meraja dalam rumah yang sering disapu. Dengan Sakramen Tobat, jiwa dijaga murni, dan tidak hanya mendapat pengampunan dosa, namun juga kekuatan untuk melawan godaan. Ekaristi disebut roti surgawi … kehidupan kekal dijanjikan kepada orang yang sering makan dari roti ini: “Barang siapa makan dari roti ini akan hidup untuk selama-lamanya” (St. Yohanes vi. 52). Atas dasar ayat ini, Konsili Trente menyebut Komuni sebagai “penawar yang membuat kita terbebas dari kesalahan-kesalahan kita sehari-hari, dan terjaga dari dosa berat”.[5] Sarana yang ketiga adalah meditasi atau doa batin: “Ingatlah akan akhir hidupmu, maka takkan pernah engkau berdosa” (Sirakh vii. 40). Barang siapa memancangkan matanya pada kebenaran-kebenaran abadi tentang kematian, pengadilan dan keabadian, tidak akan jatuh ke dalam dosa. Dalam meditasi, Allah mencerahkan kita: “Datanglah kepada-Ku dan jadilah tercerahkan” (Mazmur xxxiii. 6). Ia berbicara kepada kita di sana, dan membuat kita paham apa saja yang harus kita hindari dan yang harus kita lakukan: “Aku akan membimbingnya menuju kesunyian, dan di sana aku akan berbicara kepada hatinya” (Hosea ii. 14). Di samping itu, meditasi merupakan perapian terberkati yang di dalamnya cinta kasih Ilahi menyala: “Dalam renunganku akan ada api yang membara” (Mazmur xxxviii. 4). Dan juga, seperti yang telah kita sering cermati, kalau kita ingin menjaga diri kita sendiri dalam rahmat Allah, adalah keperluan mutlak untuk senantiasa berdoa dan meminta rahmat-rahmat yang kita perlukan: barang siapa tidak melakukan doa batin, ia hampir tidak pernah berdoa, dan kalau tidak berdoa, ia pastinya akan binasa.
Maka kita harus memanfaatkan sarana-sarana keselamatan dan menjalani kehidupan yang teratur baik. Pada pagi hari, ketika bangun, buatlah doa syukur, kasih, persembahan dan tekad baik, dengan doa-doa kepada Yesus dan Maria agar mereka boleh menjaga kita dari dosa pada hari itu. Setelah bermeditasi, pergi ke Misa. Di siang hari, membaca buku-buku Rohani – Menunjungi Sakramen Mahakudus dan Bunda yang Terberkati. Di sore hari, Rosario dan Pemeriksaan Batin. Pergi berkomuni beberapa kali setiap pekan seturut nasihat pembimbing rohani anda, yang seharusnya anda ikuti dengan konsisten … Hendaknya anda juga menghormati Perawan Suci dengan suatu devosi khusus – dengan berpuasa misalnya pada hari Sabtu. Ia dijuluki Bunda Ketekunan, dan ia menjanjikan ketekunan bagi orang yang melayaninya: “Mereka yang bekerja dengan aku tidak akan berdosa” (Sirakh xxiv. 30). Di atas segala hal, mintalah selalu kepada Allah karunia ketekunan suci, terutama pada waktu anda digoda, dan di kala itu, hendaknya anda lebih sering lagi memanggil nama suci Yesus dan Maria selama godaan itu berlangsung. Jika anda melakukannya, anda pastinya akan selamat; jika anda tidak melakukannya, anda pasti akan binasa.
POIN KETIGA.
Ya Penebusku yang terkasih, kubersyukur kepada-Mu atas terang dan sarana-sarana yang telah Kauberikan kepadaku untuk mengenal diriku sendiri dan menyelamatkan jiwaku. Kuberjanji kepada-Mu bahwa aku akan dengan tekun menggunakan terang dan sarana-sarana itu. Berilah aku pertolonganku, supaya aku bisa setia kepada-Mu. Kulihat bahwa Engkau memang ingin menyelamatkan aku, dan aku ingin diselamatkan, terutama aku ingin menyenangkan hati-Mu, yang sebegitu tulusnya menginginkan keselamatanku. Takkan lagi, ya Allah, kulawan cinta kasih-Mu kepadaku. Cinta kasih yang membuat -Mu menanggung diriku dengan begitu sabarnya ketika aku menghina-Mu. Engkau mengundang aku untuk mengasihi-Mu dan tak kuinginkan apa-apa lagi. Kucinta Kau, ya Kebaikan Tak Terhingga! Kabulkanlah, kumohon, dengan jasa-jasa Yesus Kristus, agar aku takkan lagi pernah mendurhakai-Mu. Entah hentikanlah kedurhakaanku, atau biarkanlah aku mati. Ya Tuhan, Engkau telah memulai karya itu, sekarang sempurnakanlah karya-Mu: “Kuatkanlah, ya Allah, yang telah Kau kerjakan dalam diri kami.” Berilah aku terang, berilah aku kekuatan, berilah aku kasih. Ya Maria, bendahari rahmat Ilahi, bantulah aku. Nyatakanlah diriku sebagai abdimu, seperti yang demikian kuinginkan, dan berdoalah kepada Yesus demi aku. Jasa-jasa Yesus Kristuslah yang pertama-tama akan menyelamatkanku, dan lalu doa-doamu.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 225-236.
Tanda * tertera pada kutipan yang tidak bisa ditemukan penulisnya atau yang tidak bisa ditemukan perikop rujukannya oleh Penyunting.
[1] *St. Hieronimus, lib. i. cont. Jovin.
[2] Id. Ep. ad Fur.
[3] S. Bernardus, Serm. de modo bene viv. ut sup.
[4] * St. Siprianus de Sing. Cler.
[5] Konsili Trente, Sesi XIII, Bab 2.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...