^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Dosa-Dosa Pikiran - Instruksi III St. Leonardus dari Porto Mauritio
Tentang Dosa-Dosa Pikiran
I. Tahukah anda alasan yang termanjur untuk membuat anda menyingkapkan dosa-dosa anda kepada imam pengakuan dosa setulus hati? Alasan itu adalah kebutuhan. Hendaknya setiap orang berkata kepada dirinya sendiri: aku harus tinggal selama-lamanya dalam api bersama roh-roh jahat, atau aku harus menyatakan dosaku kepada imam. Tanpa pengakuan ini, aku takkan pernah selamat. Di sini tidak ada titik tengah: aku mengaku atau binasa. Namun, supaya janji saya kepada anda ditepati, akan saya kutip sebuah contoh yang terkenal sebagai buktinya. Ada seorang pengkhotbah yang sudah banyak makan garam. Dia dahulu terbiasa berkata dengan satu contoh ini saja, buah yang dipetiknya jauh lebih banyak daripada beberapa Masa Prapaskah. Bahkan ada seorang prelat yang menciptakan yayasan supaya contoh ini dikhotbahkan atau dibacakan pada masa-masa tertentu dalam gerejanya. Hal ini juga dilaporkan di tempat lain oleh banyak penulis yang terpercaya.
Ada seorang wanita yang menikah, yang sejak bertahun-tahun lamanya, menyembunyikan dosa perzinaannya dalam Sakramen Tobat. Pada suatu ketika, ada dua orang rohaniwan Dominikan yang melewati tempat itu. Yang satu imam pengakuan dosa bagi Sri Paus, yang lain orang yang amat kudus. Wanita itu menganggap saat ini sebagai kesempatan baik dan bertekad untuk mengaku dosa kepada imam pengakuan dosa yang asing ini dan yang sama sekali tak dikenal. Ketika pengakuan dosa bermula, dan pendamping imam pengakuan dosa itu sedang berdoa, ia melihat setiap dosa yang dinyatakan oleh peniten wanita itu keluar seperti seekor katak dari mulutnya. Di akhir pengakuan dosanya, ada seekor katak yang jauh lebih menyeramkan daripada yang lainnya, menyembulkan kepalanya keluar, lalu bersembunyi, dan baru saja katak yang satu itu bersembunyi, semua katak lainnya yang sudah keluar kembali masuk.
Imam pengakuan dosa tidak melihat apa-apa, dan memberi absolusi kepada wanita itu. Lalu, kedua musafir itu pun kembali berperjalanan. Pada perjalanan mereka, pendamping imam pengakuan dosa itu menceritakan penglihatan yang dialaminya; imam itu pun hendak segera kembali ke tempat mereka sebelumnya, namun sesampainya di sana, ia mendapat kabar bahwa wanita malang itu telah mati mendadak. Kedua rohaniwan itu melewatkan tiga hari di tempat itu, berpuasa dan berdoa.
Pada hari ketiga, wanita yang mati itu tampak kepada mereka, terduduk di atas seekor naga yang memuntahkan lidah-lidah api ke mana-mana, dengan seekor ular beludak yang sedang menggerogoti dadanya, dua ekor katak di matanya, dan dua anjing yang menggigiti tangannya. Wanita itu berteriak melengking dan berkata: “Sayang sekali! … aku binasa! Dan siapakah yang bisa menghitung siksaan yang kualami? Ular beludak yang menggelantungi leherku ini adalah hukuman atas ketelanjanganku yang menyesatkan; katak di mataku adalah hukuman atas tatapan mataku yang sundal; anjing yang menggigiti jariku adalah sentuhan-sentuhanku yang dursila; namun siksaanku yang terbesar, adalah naga berapi yang telah diberikan kepadaku sebagai hukuman atas dosa perzinaan yang memalukan, yang tak pernah kuakui: itulah katak yang lebih besar daripada yang lainnya, yang disaksikan oleh pendamping anda. Aku tadinya ingin menyatakannya, namun rasa malu menahan diriku, dan Allah telah menghukumku dengan kematian mendadak.”
Usai kata-kata itu, wanita itu pun menghilang. Contoh ini sendiri cukup jelas, dan tidak perlu dikomentari. Hendaknya orang yang perlu membuat pengakuan dosa umum dengan baik, bertekad dan bersiap diri melakukannya tanpa menunda. Dan karena kesulitan terbesar yang dijumpai dalam pengakuan dosa umum bersumber dari dosa-dosa pikiran, kita akan membahasnya pada instruksi hari ini.
II. Siksaan terbesar yang dialami jwa-jiwa, bahkan yang paling pengecut sekalipun, adalah ketidakmampuan untuk menyadari pikiran-pikiran mereka. Oh! Betapa besarnya kegelisahan yang mereka alami, yang ke dalamnya mereka dijerumuskan oleh kegelapan yang membuat mereka tak sanggup memahami kapankah pikiran menyentuh batas-batas dosa! Kepala orang-orang tertentu dapat diumpamakan seperti gundukan sarang semut, di mana pikiran-pikiran datang dan pergi, keluar masuk tiada henti, tanpa tahu yang manakah yang disambut sebagai kawan, atau yang ditolak sebagai lawan. Dari situ, timbullah kesangsian nurani [Lat. scrupus], keraguan, kegelisahan, karena mereka tak tahu bagaimana cara mengungkapkan diri mereka dalam pengakuan dosa. Dari situ anda melihat betapa ajaran ini diperlukan supaya kesulitan-kesulitan dibuat jernih dan hati menjadi damai. Maka ada tiga hal yang harus saya jelaskan kepada anda pada pagi hari ini, yakni, bagaimana kita berdosa dengan pikiran, betapa beratnya dosa-dosa semacam itu, dan apa saja pencegahannya.
Namun yang kita maksudkan dengan dosa pikiran bukanlah segala pikiran jahat yang hadir dalam benak, sebab pikiran semacam itu sudah hadir, atau mungkin hadir pada benak orang-orang kudus yang teragung; namun yang dimaksudkan adalah pikiran bersalah yang secara sengaja anda ikuti. Dosa ini bisa terjadi dalam dua cara: yang pertama, ketika kehendak secara nyata ingin mulai melaksanakan dan mewujudkan pikiran ini; kesetujuan kehendak ini dinamai dosa keinginan. Cara yang lain, adalah ketika kehendak tidak sungguh-sungguh sampai ingin melakukan kejahatan itu, namun demikian, tetap secara sengaja berdiam dalam gambaran benda yang jahat itu dan menikmatinya; pemanjaan kehendak ini disebut sebagai dosa kenaiman [delektasi - Lat. delectatio]. Semuanya itu dapat dijelaskan dengan jauh lebih baik melalui sebuah contoh.
Ada seseorang yang dihina musuhnya. Orang itu terbawa amarah, dan dalam batinnya ingin membalas dendam dengan membalas kejahatan dengan kejahatan: itulah dosa keinginan. Kalau akibat pikiran pembalasan dendam, namun tanpa ingin melakukan kejahatan kepada musuhnya itu, orang itu bergembira atas kemalangan yang menimpa musuhnya oleh karena orang lain, atau akibat penyakit, atau kecelakaan yang mengerikan yang mengenai musuhnya itu, maka dosanya adalah dosa kenaiman. Apa yang baru saja saya katakan tentang dosa-dosa kebencian, anda terapkanlah kepada dosa-dosa kenajisan dan segala dosa percabulan. Kalau benak anda didatangi pikiran najis, dan anda dengan kehendak yang disengaja ingin melaksanakannya, itu adalah dosa keinginan. Namun kalau anda tidak sampai ingin melaksanakannya, tetapi anda menghentikan diri anda secara sengaja, dan dengan perhatian menikmatinya, itu adalah dosa kenaiman (delektasi).
Perhatikanlah ajaran ini baik-baik, sebab ajaran ini akan berguna melenyapkan banyak kesangsian nurani dari kepala anda. Anda sudah bisa menyimpulkan dari apa yang baru saja saya katakan, bahwa kalau pikiran jahat kembali kepada khayalan anda seratus kali, dan anda mengusirnya seratus kali dengan berserah kepada Allah, dengan memohon pertolongannya melalui perkataan ini: Ya Yesusku, kasihanilah aku, atau kalau anda melawannya dengan cara yang lain, tidak ada dosa – setidak-tidaknya tidak ada dosa berat, dan anda bisa meninggalkan perkara itu tanpa menjadi bimbang. Namun kalau anda menghentikan diri anda dengan manja, dan terutama kalau anda sampai ingin melakukan atau melaksanakannya, lantas anda berdosa. Hal itu seperti permainan bola: kalau lawan anda seratus kali melemparkan bola kepada anda, anda lalu mengembalikan bola itu seratus kali, anda tidak kalah dalam permainan itu, anda menjadi pemenangnya: tetapi kalau bolanya tetap ada pada anda, anda kalah.
III. Maka izinkan saya memberi dua petuah, yang menjadi pangkal utama dari buah instruksi ini. Yang pertama, adalah ketika memeriksa batin anda, anda tidak hanya harus menyelidiki perbuatan dan perkataan anda, namun juga pikiran anda. Kalau anda mendapati bahwa anda telah secara sengaja setuju dengan pikiran jahat, baik dengan menikmati kejahatan, atau dengan ingin melaksanakannya, anda harus menuduh diri anda atas dosa itu, seperti anda menuduh diri anda atas perbuatan-perbuatan sendiri; sebab di hadapan Allah, kejahatan yang tinggal di lubuk hati sama kentaranya dengan kejahatan yang terwujud secara lahiriah melalui perbuatan-perbuatan.
Nasihat yang lain yang sangat penting, dan yang harus saya berikan kepada anda, adalah dengan membiasakan diri anda melawan pikiran-pikiran jahat dengan segera, dan berbuat seolah-olah anda berdiri di dekat api yang berkilau-kilau pada musim dingin, dan yang percikannya terbang ke pakaian anda: lalu apa yang anda lakukan? Segera setelah anda mencium bau kebakaran, atau anda menyaksikan percik api sekecil apa pun, anda segera memadamkannya dengan tangan anda. Demikianlah anda harus berbuat dalam kasus yang jauh lebih beratnya, sebab hidup dari jiwa anda jauh lebih berharga daripada pakaian di badan anda. Oh! Betapa besarnya kebaikan yang akan dihasilkan bagi jiwa-jiwa anda dari kesegeraan untuk menghalau pikiran-pikiran jahat! Coba anda nilai hal itu berdasarkan apa yang akan saya katakan.
Kisah-kisah kita menceritakan suatu penglihatan yang dialami seorang rohaniwan. Ia melihat roh-roh jahat sangat sibuk meluncurkan anak panah kepada orang-orang tertentu yang berupaya menyempurnakan diri; namun beberapa anak panah itu, tanpa menyakiti orang-orang itu sama sekali, terpental kepada roh-roh jahat itu sendiri dan membuat mereka putus asa sehingga melarikan diri; pada akhirnya, ada beberapa anak panah yang menembus daging, dan menyebabkan luka serta membuat darah mengucur. Anak panah yang pertama adalah gambaran pikiran-pikiran jahat yang dihalau seketika dengan penuh tenaga, dan yang sama sekali tidak melukai atau mengakibatkan dosa, namun justru bermanfaat bagi kita; sebab setiap kali anda mengusir pikiran jahat, malaikat pelindung anda meletakkan sebuah mahkota kepada kepala anda; Allah juga terkadang membiarkan para kudus teragung-Nya dicobai sedemikian rupa, demi memberi mereka kesempatan yang lebih besar untuk berbuah jasa. Anak panah yang kedua adalah pikiran-pikiran yang kita halau dengan lalai, dan yang menjadi dosa ringan. Anak panah yang terakhir adalah yang menyebabkan luka yang nyata, yang melambangkan pikiran-pikiran bersalah yang kita berikan kesetujuan penuh dan bulat, dan karena perkara pikiran itu berat adanya, tergolong dosa berat. Banyak orang tidak mengkhawatirkan pikiran-pikiran semacam itu. Maka, sebagai contoh, seseorang mengatur supaya bertemu dengan orang lain untuk melakukan niat jahat, dengan berkata kepadanya: aku menantikanmu di tempat ini, pada hari ini, pada jam ini: namun kemudian, terjadi suatu kecelakaan yang menggagalkan rencana itu, dan dosanya tidak dilakukan dalam perbuatan: mereka berdua pergi mengaku dosa, dan karena dosa itu tidak terwujud dalam perbuatan, mereka tidak menuduh diri mereka sendiri atas niat jahat yang telah mereka rancang dalam hati mereka. Tidakkah jelas bahwa mereka mengaku dosa dengan tidak baik? Mereka wajib berkata: … aku telah hendak berbuat dosa ini, dan aku telah berkeinginan melakukannya sebanyak ini, atau sekitar demikian.
Orang lain, yang sungguh tidak bermaksud untuk berbuat jahat, berhenti dengan perhatian penuh dan kesengajaan untuk memikirkan hal-hal yang jahat dan bejat akibat kenikmatan yang didapatinya dalam pikiran-pikiran semacam itu; ia pergi mengaku dosa, dan karena ia tidak bermaksud untuk berbuat dosa dalam tindakannya, ia tidak menuduh dirinya terlibat dalam pertimbangan yang penuh dan bulat dalam pikiran-pikiran bersalah: orang semacam itu juga mengaku dosa dengan tidak baik; ia harus berkata: … aku telah memiliki kenaiman yang bejat, dan aku telah memilikinya kira-kira sebanyak ini. Anak panah yang membuka luka, itulah pikiran-pikiran jahat yang kita ikuti dengan perhatian penuh dan kesetujuan bulat.
Namun harus diapakan pikiran-pikiran yang tak berkenan, dan yang menyerang diri anda itu bagaikan gerombolan lalat? Pikiran-pikiran itu harus segera anda usir, dan jangan anda berhenti untuk beralasan dengan godaan, maupun dengan Iblis; badan anda harus segera anda palingkan. Berbahagialah anda jika anda terbiasa melakukan perlawanan yang mulia itu dengan segera! Ketika seorang pria malang pergi pada suatu malam mengetuk pintu wanita yang bajik, wanita ini sama sekali tidak membukakannya pintu, namun justru tidak mau mendengarnya sama sekali; wanita itu menghardiknya, mengusirnya, mengancamnya. Seandainya wanita itu berhenti dan bercakap-cakap dengan pria itu, dan ia menyukai percakapan-percakapan yang terbuka bersamanya, maka ia bukan lagi wanita yang bajik; dengan demikian, ia akan menghina suaminya dengan berat. Demikian pula, kalau jiwa berhenti untuk bercakap-cakap dengan Iblis, dan menikmati gambaran yang diajukan oleh godaan itu, dengan perbuatannya itu sendiri jiwa menghina Allah dengan secara sengaja menikmati apa yang dilarang-Nya. Maka itulah nasihat utama yang harus anda camkan dalam kepala anda, dan yang akan menjadi buah satu-satunya dari ajaran ini: segera ketika anda melihat bahwa Iblis menyembulkan sebuah pikiran jahat kepada benak anda, lakukanlah perbuatan untuk melawannya, seperti dengan membuat tanda salib, atau mendaraskan doa: Ya Yesusku, kasihanilah aku, seperti yang akan saya ajarkan kepada anda kemudian, atau usirlah pikiran itu segera dengan suatu cara yang lain. Kalau seekor laba-laba menggigit wajah anda, tidakkah anda akan langsung mengibaskannya dengan tangan anda untuk mengusirnya? Dan mengapakah anda tidak melakukan hal yang sama itu kepada pikiran jahat? Dengan cara itulah anda akan menjadi yakin bahwa anda takkan pernah terluka.
IV. Yang harus saya lakukan bukan hanya mengajar anda sekalian tentang cara orang berdosa dengan pikiran, serta kewajiban yang anda miliki untuk menuduh diri anda dalam Sakramen Tobat atas segala macam dosa; tekad saya yang lebih besar adalah mencerahkan anda soal beratnya dosa-dosa itu; sebab, karena orang tidak merenungkan dosa-dosa itu, yang terjadi adalah mereka melakukan dosa-dosa itu setiap harinya, dan anda pun terlalu sering tidak memperhitungkannya sama sekali. Konsili Trente yang suci mengajarkan kita dua hal: yang pertama, adalah dosa-dosa pikiran membuat luka yang lebih dalam pada jiwa daripada dosa-dosa perbuatan; yang kedua, adalah dosa-dosa ini terkadang lebih berbahaya daripada segala dosa lainnya: Non nunquam animam gravies sauciant, et periculosiora sunt iis quae manifeste admittuntur.
Pertama-tama, dosa-dosa ini membuat luka yang tak dalam. Anda memang harus mengetahui bahwa seturut doktrin suci Santo Thomas Aquinas, keinginan jahat pada dasarnya tidak berbeda, dalam bobotnya, daripada perbuatan jahat yang menjadi tujuannya; namun hanya elbih tidak berat dalam materinya. Namun anda paham bahwa kalau dosa keinginan sama beratnya dengan dosa perbuatan, maka dosa itu secara praktik menjadi beban yang jauh lebih berat, dan luka yang jauh lebih berbahaya bagi hati nurani, akibat begitu mudah dan seringnya kita jatuh ke dalam dosa-dosa itu. Dosa pikiran bahwasanya sering dilakukan seratus kali lebih sering daripada dosa perbuatan; karena dosa-dosa pikiran tidak memerlukan orang yang turut serta melakukannya, kesempatan atau tempat baik untuk melakukannya, seperti yang diperlukan dosa perbuatan. Itulah sebabnya dosa-dosa pikiran kita teguk bagaikan air, kita hampir tidak memedulikannya, karena dosa-dosa itu tampaknya tidak sebesar ataupun semenjijikkan dosa-dosa perbuatan.
Seandainya seseorang mengajak seorang gadis muda yang jujur untuk berbuat jahat, andaikan anak itu benar-benar jujur, maka ajakan itu akan membuat wajahnya memerah akibat kesusilaan dan kejijikkan, sebagaimana yang dipercontohkan oleh murid yang terkenal dari Santo Yohanes yang bernama Drusiana. Ketika ia diajak berbuat jahat, ia seketika jatuh dan mati ketakutan. Namun demikian, anak perempuan muda yang sama, yang merasa begitu jijik akan perbuatan-perbuatan bejat semacam itu, mungkin terus-menerus merenungkan dalam dirinya sendiri setumpuk pikiran jahat dan setuju dengan mufakat penuh dengan pikiran-pikiran itu; dan karena dosa-dosa batin itu tidak tampak dan tak kasat mata, ada bahaya bahwa anak itu percaya dirinya tak bersalah, meski sebenarnya di mata Allah, ia lebih jahat, ia lebih durjana daripada iblis. Para iblis, anda sungguh tahu bahwa sebelum mereka menjadi iblis, mereka adalah malaikat yang cantik nan baik. Dan apakah yang mereka lakukan sehingga menjadi iblis? Mereka melakukan satu dosa pikiran saja, dan akibat dosa pikiran yang tunggal itu, para malaikat yang dahulunya rupawan menjadi roh-roh jahat mengerikan dan menakutkan. Coba anda nilai dari situ betapa jahatnya melakukan dosa pikiran yang tak terhitung, seperti yang dilakukan perempuan muda itu, pria muda itu, terutama dalam hubungan-hubungan berbahaya: pesta dansa, pesta sore, pertemuan-pertemuan itu!
Harus diakui bahwa kalau satu dosa pikiran saja cukup mengganti rupa malaikat menjadi iblis, maka perempuan muda atau pria muda yang dalam hati nuraninya ada ratusan dan ribuan dosa yang serupa, akan memiliki kecacatan hati nurani yang sedemikian besarnya sehingga menyerupai ratusan dan ribuan iblis. Dan walaupun demikian, anda melihat mereka bersama kawanan iblis yang menyertai mereka tertawa dan bercanda, dan pergi tidur setiap petang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Oh! Betapa patut diratapi kebutaan mereka!
V. Kebenaran lain yang diajarkan kepada kita oleh Konsili Trente, adalah bahaya yang luar biasa besar yang ditimbulkan oleh dosa-dosa pikiran. Mari kita pikirkan baik-baik, sebab perkaranya di sini sangat amat penting. Godaan-godaan yang dialami pada waktu kematian akan menjadi jauh lebih dahsyat daripada yang dialami pada waktu hidup; Kitab Suci memperingatkan kita tentang hal itu di banyak tempat, dan Konsili yang sama menyatakannya pula dalam suatu sesi yang lain. Namun saya bertanya kepada anda, lantas, bagaimanakah anda berdiri tegak melawan guncangan yang begitu banyaknya, anda yang sekarang jatuh tanpa diguncangkan sekali pun? Ada banyak orang muda yang berkata tidak kepada anjuran apa pun; dapat dikatakan bahwa mereka senantiasa membuka pintu hati mereka lebar-lebar kepada dua petarung, bagaikan pintu istana yang tak ditutup bahkan pada malam hari. Salah satu orang muda bejat itu mendekati ranjangnya dan tertidur: iblis, yang tidak pernah tidur, datang, dan berkat kuasa yang dimilikinya atas khayalan pria muda malang itu, iblis pun mencetuskan ribuan bayangan najis kepadanya. Pria muda itu pada akhirnya terbangun, dan alih-alih membuat tanda salib, ia menikmati mimpi najis itu, dan menceritakannya kepada teman-temannya dan menertawakan mimpi itu; namun iblis tertawa terbahak-bahak di sisinya, akibat dosa orang muda malang itu dan harapan dalam dirinya bahwa ia akan kelak menyeret orang itu bersama dirinya ke dalam Neraka.
Apa?!, ujar anda, hanya karena satu mimpi saja? – Bukan karena mimpi, yang pada hakikatnya sendiri, bukan dosa, melainkan kenaiman yang dilakukannya dalam memikirkan objek yang jahat itu setelah ia terbangun; itulah apa yang mengutuk dirinya. Namun karena demikian adanya, saya kembali bertanya kepada anda satu kali lagi, bagaimanakah anda bisa pada saat kematian melawan guncangan yang terjadi berulang kali dari godaan-godaan yang paling mengerikan?
Sebab adalah suatu kepastian bahwa jika anda tidak mati mendadak, atau kalau akibat suatu kecelakaan badani anda kehilangan kemampuan akal anda, anda akan mengalami godaan-godaan yang mengerikan pada saat itu, di mana iblis akan berlaku bagaikan seorang pejudi yang putus asa, yang mempertaruhkan segala harta miliknya; perhatian macam apa yang takkan dikerahkannya demi memenangkan bagian miliknya? Maka iblis melakukan upaya yang terbesar demi berjaya atas jiwa pada saat penentu itu, sebab kalau ia membinasakan jiwa, jiwa itu binasa untuk selama-lamanya, dan jika ia berjaya atas jiwa itu, jiwa itu demikian pula ditaklukannya untuk selama-lamanya. Tetapi saya bertanya-tanya, godaan macam apa yang mungkin dibuat iblis bagi anda pada saat kematian: bukanlah dalam perkataan-perkataan jahat, sebab anda pada saat itu kemungkinan tidak lagi dapat berbicara; bukan pula soal perbuatan-perbuatan jahat, sebab diri anda terpaku pada ranjang, sehingga anda hampir tak dapat bergerak; maka yang tersisa bagi anda adalah perang pikiran, kepada hati andalah iblis mengerahkan semua serangannya; sekalinya ia menguasai benteng itu, ia memperoleh kemenangan.
Maka bersabarlah ketika saya mengulangi pertanyaan ini kepada anda: apakah yang akan anda lakukan pada saat yang mengerikan itu, anda yang begitu diperbudak oleh kebiasaan-kebiasaan buruk anda, anda yang begitu lemahnya? Bagaimanakah anda akan bertarung kalau anda tak pernah belajar menggunakan persenjataan? Bagaimanakah anda bisa melawan dentuman-dentuman meriam yang begitu dahsyatnya itu, anda yang tak pernah berpikir untuk membela diri? Tidakkah anda lihat dengan terang benderang, seterang siang hari, bahaya kebinasaan yang mengerikan yang mengancam diri anda? Pada saat itulah anda akan menjamah dengan tangan anda sendiri bahaya yang luar biasa besar, yang telah ditimbulkan oleh kebiasaan keji itu, yaitu terus-menerus memikirkan hal-hal yang tak senonoh. Renungkanlah dengan penuh perhatian contoh yang akan saya kutip untuk diri anda, karena tampaknya bagi diri saya, gambaran yang cukup mengejutkan ini dapat terjadi kepada diri anda sekalian.
VI. Di kota Padua, ada seorang bangsawan yang, setelah menjalani kehidupan yang kebinatangan, pada akhirnya mendapati dirinya akan segera mati. Para rohaniwan dan imam yang mengerumuninya berupaya menyemangatinya dalam saat yang mengerikan itu, dan mendorongnya kepada penyesalan batin demi membantunya mati dengan baik. “Kecuplah salib”, ujar yang satu kepadanya. – “Lihatlah ini, gambar Santa Perawan Maria”, imbuh yang lain. Namun orang sakit itu tampaknya tak mengindahkannya: matanya yang membara-bara terus-menerus terpaku kepada sebuah lukisan kecil yang tampak menggambarkan seorang santa. Orang tak dapat menerka siapa santa itu.
“Tentunya”, ujar salah seorang imam yang hadir, “itu adalah seorang santa pelindung. Baiklah! Karena ia memperlihatkan devosi yang begitu besarnya, marilah kita mencopot bingkainya dari tembok dan mari kita menggantungnya di kaki ranjang supaya ia semakin bersemangat dalam devosinya.” – “Baik sekali”, balas semua pendampingnya. Dan memang benar, itu tampak sebagai ilham dari Surga, sebab ia seakan-akan bangkit dari maut kepada kehidupan, berkat perantaraan santa pelindungnya yang terkasih itu, dan ia pun bangun dalam ekstasi untuk mengambil lukisan itu dan meliputinya dengan kecupan-kecupannya.
“Mukjizat! Mukjizat!”, demikianlah para rohaniwan berseru dalam ketertegunan mereka, namun seruan itu tak berlangsung lama, sebab mukjizat itu berakhir terlalu singkat. Di tengah-tengah kecupannya, orang sakit itu seketika pingsan dan mati. Keluarganya, yang berdiri dalam kamar yang bersebelahan, bergegas mendatanginya, dan seorang hamba yang dipercayai majikannya itu, dan yang tahu tentang mukjizat-mukjizat lukisan yang begitu terhormatnya itu berseru ketika melihat lukisan tersebut pada ranjang mendiang: “Sayang sekali! Bagaimanakah makhluk yang najis itu bisa sampai di sini!” – “Apa maksud anda?”, balas para imam, “apakah yang anda katakan? Bagaimanakah anda berani berkata demikian tentang seorang santa?” – “Seorang santa! Seorang santa! Ah! Majikan saya binasa! Ini adalah lukisan kaki tangannya dalam kekacauan hidupnya! Ia binasa, orang malang itu, ia terkutuk, karena di tangannya, ia memegang lukisan makhluk yang keji itu!”
Yakinilah, saudara-saudaraku yang terkasih, bahwa akan terjadi hal yang serupa kepada mereka yang terbiasa membiarkan diri berguyub dengan pikiran-pikiran jahat: mereka menjelang kematian akan bergulat melawan godaan-godaan iblis. Anda dapat membayangkan benak mereka bagaikan kamar yang ditempeli lukisan-lukisan yang tak senonoh. Iblis, yang berkuasa untuk bertindak dalam khayalan manusia, takkan mencopoti dari dinding kamar bendawi itu, namun dari dinding kamar jiwa yang terdalam, pikiran najis yang satu dan yang lain. Ia akan memajang di depan mata kepala mereka, gambar makhluk yang semakin menggelisahkan mereka, dan orang-orang malang itu lalu akan berbuat apa?
Bukannya anda baru saja mendengar apa yang dilakukan bangsawan itu dengan lukisannya? Demikianlah apa yang akan mereka lakukan dengan objek hasrat mereka yang tercermin dalam khayalan: mereka akan lekat kepada gambaran itu dengan suatu kegilaan tertentu dan jatuh mati sembari memikirkan gambaran itu. Lihatlah betapa teramat sangat berbahayanya dosa-dosa pikiran, terutama pada saat penentu itu! Camkanlah baik-baik apa yang saya katakan kepada anda: kalau anda mati dengan buruk, itu akan menjadi akibat dosa-dosa pikiran, kalau anda tidak tepat waktu mengobatinya.
VII. Namun obat apakah yang sungguh paling pantas untuk mencegah begitu banyaknya dosa pikiran, dan supaya kamar benak anda tak dipenuhi dengan lukisan-lukisan najis itu, yang oleh siasat iblis licik, dipajang pada saat kematian sehingga begitu membahayakan keselamatan kekal kita? – Ada banyak hal yang dapat saya tunjukkan untuk anda, namun waktu tak mengizinkannya. Maka saya hanya akan membatasi diri untuk mengajukan kepada anda beberapa obat yang paling mujarab, yang saya sederhanakan menjadi tiga golongan.
Golongan yang pertama, saya hendak sarankan kepada anda supaya menjaga mata, yang terdiri dari pantang, bukan hanya pantang menatap orang-orang dari jenis kelamin yang berbeda, namun juga memandang lukisan-lukisan tak senonoh dan membaca buku-buku yang berbahaya. Barang siapa mengunci pintu jendelanya takkan terganggu oleh angin; namun anda tahu bahwa mata adalah jendela masuk maut ke dalam jiwa kita. Maka tutuplah jendela itu, tutuplah, saya mohon; tirulah Ayub, pria suci itu, yang telah membuat penghalang bagi matanya, dan membuat perjanjian dengan matanya itu supaya tak pernah ia melihat seorang perawan, supaya benaknya tak dinodai oleh pikiran-pikiran jahat. Betapa seringnya, hai para pria muda, anda telah bereksperimen ketika anda seorang diri dan beristirahat di kamar anda, namun hati anda berkelana di tempat-tempat publik, di jalanan umum, di apartemen, di mana mata anda telah menjumpai hal-hal yang berbahaya?
Memang benar … namun bagaimana hal itu terjadi? – Beginilah caranya, dan ini adalah suatu doktrin yang saya sarankan supaya anda perhatikan. Ketika anda menatap benda yang terlalu menarik dan sangat menggoda, benda itu membekaskan sebuah lukisan pada jiwa anda, dan betapapun jauhnya diri anda, benda itu tak berhenti berperang melawan diri anda; sebab gambar yang telah anda bawa itu, mencetuskan dalam diri anda pikiran-pikiran jahat dan membuat diri anda terjerembap. Demikianlah bagaimana terlalu sering terjadi bahwa satu tatapan yang sederhana menjadi terkadang menyebabkan binasanya jiwa, seperti yang terjadi kepada Daud. Maka tutuplah, tutuplah jendela anda, maksud saya, tutuplah mata anda yang begitu ingin tahu dan bebasnya itu. Setidak-tidaknya, palingkanlah tatapan mata anda dari segala benda yang mungkin dapat dengan mudah menyulut hasrat dan kenaiman-kenaiman bersalah dalam diri anda. Berpantanglah anda terutama melihat wanita yang berdandan dengan angkuh, dan terutama mereka yang coba-coba memperlihatkan ketelanjangan yang menyesatkan: itulah pula anjuran Roh Kudus sendiri: Averte faciem tuam a muliere compta; … propter speciem mulieris multi perierunt. (Sirakh 9:8.)
Demikianlah obat yang pertama, namun obat ini tidak cukup; sebab kesan yang ditimbulkan benda-benda mati, seperti potret, patung dan lukisan yang tak senonoh, bukannya tak seampuh kesan yang diberikan benda-benda hidup. Seorang bapak dari keluarga menjaga anak laki-lakinya baik-baik dengan seorang anggota keluarga wanita, dan ia tidak takut membiarkan sebuah lukisan Venus yang telanjang bulat berada dalam kamarnya: lantas tidakkah anda melihat bahwa lukisan yang celaka itu meluncurkan anak panah ketidakmurnian kepada hati anak laki-laki yang tak bersalah itu? Santo Carolus Borromeus, gembala yang begitu waspada, melarang para bapak dan ibu menyimpan lukisan yang serupa, atau potret yang tak senonoh di rumah mereka: ia benar-benar tahu betapa benda-benda semacam itu begitu ampuh untuk memudarkan kemurnian yang tak bernoda. Dan bahwasanya ada suatu laporan bahwa seorang hamba Allah pada suatu hari melihat sekawanan iblis masuk ke istana seorang bangsawan, dan tinggal di sana agak lama untuk memberi persembahan dupa kepada sebuah patung tak senonoh yang ada di sana, dan yang mendatangkan manfaat besar bagi Neraka. Celakalah kalian, ya para pelukis dan pematung yang kurang berpikir, yang menyalahgunakan talenta yang telah diberikan Allah kepada kalian. Alih-alih menggunakan talenta itu untuk kemuliaan-Nya yang terbesar dengan melukis atau memahat benda-benda yang membangun, anda sekalian menggunakannya untuk menyesatkan dan membuat skandal bagi begitu banyak jiwa. Nantikanlah hukuman-hukuman yang mengerikan baik dalam dunia ini maupun dunia yang akan datang.
Obat terakhir dari golongan yang pertama, untuk menghindari pikiran-pikiran bersalah, adalah berpantang dari buku-buku tak senonoh. Membaca satu buku baik saja telah memberikan kepada Gereja lebih dari seorang santo, seperti yang kita lihat dalam diri Beato Yohanes Colombini, Santo Ignatius de Loyola, dan lain-lain. Namun sebaliknya, satu karya tulis tak senonoh saja cukup untuk menjerumuskan jiwa yang tak terhitung jumlahnya ke dalam Neraka. Namun demikian, seorang pria muda yang takabur membawa sebuah novel ke bagian kepala ranjangnya, di bawah bantal, untuk membacanya sampai setelah tengah malam, ketika orang lainnya sudah tertidur: haruskah kita terkejut ketika jiwanya terbakar dalam lidah-lidah api kenajisan? Seorang penulis modern melaporkan bahwa seorang penjangak mudah telah mencoba menggunakan segala cara, namun dengan sia-sia, untuk menggoda seorang anak perempuan muda. Ia pada akhirnya berhasil menjatuhkannya dengan memberinya sebuah novel yang bejat. Anda lihat betapa benar bahwa hanya satu buku semacam itu saja dapat menyebabkan hancurnya jiwa-jiwa yang tak bersalah! Maka dari itu, saudara-saudaraku yang terkasih, marilah bergerak dengan semangat suci, and ketika anda pulang ke rumah, lepaskanlah dari dinding anda lukisan-lukisan tak senonoh itu, dan campakkanlah ke dalam api kalau anda tak mau diri anda sendiri terbakar dalam Neraka; lalu buatlah sebuah paket yang memuat karya tulis yang terkutuk itu dan kirimkanlah ke saya, supaya saya menjadikannya kurban bagi Allah. Oh! Betapa banyaknya dosa pikiran yang akan anda cegah dengan perbuatan itu! Oh! Betapa Tuhan akan dimuliakan olehnya! …
VIII. Golongan obat kedua yang digunakan untuk mempersenjatai diri melawan pikiran-pikiran jahat, adalah menghindari pertunjukan-pertunjukan, komedi-komedi profan, pesta dansa, pesta sore dan pertemuan-pertemuan yang berbahaya. Bahwasanya apakah teater dan pertunjukan itu, di mana orang hanya mendengar musik yang tak senonoh, di mana para aktris dan penyanyi wanita memajang diri mereka sendiri, para Siren yang sejati, yang melukai hati dengan tatapan mereka dan menggoda hati dengan lagu-lagu mereka yang tak senonoh; apakah mereka itu, kalau bukan sekolah percabulan, di mana jiwa pergi untuk menodai dirinya sendiri dengan pikiran-pikiran keji, di mana satu-satu tujuannya dan rancangannya adalah membuat karamnya kapal kesusilaan? Santo Agustinus tak dapat dihibur ketika kehilangan sahabatnya, Alypius, yang kelakuan-kelakuan baiknya, buah pendidikan yang unggul, sirna karena telah menghadiri sekali saja, demi tujuan rekreasi, pertunjukan sirkus; namun mereka pun akan menangisi begitu banyak kepala keluarga yang memberi kebebasan penuh tidak hanya kepada para putra mereka, namun juga kepada putri mereka, untuk pergi ke pertunjukan dan menghadiri komedi-komedi keji, di mana bahan hiburannya hanyalah intrik-intrik percintaan dan persekongkolan-persekongkolan yang cabul. – Sungguh benar ... aku membuat putriku pergi menonton komedi, namun aku mengirimnya pergi hanya bersama ibunya. - Ah! Sungguhkah anda tak melihat bahwa meskipun ia ada pendampingnya, anak anda itu akan pulang ke rumah dirasuki iblis percintaan yang akan membuat kepalanya sarat dengan pikiran-pikiran jahat? Tertulianus bercerita bahwa seorang wanita, yang dahulunya memiliki reputasi yang harum, pada suatu hari pergi sendiri menonton komedi, dan baru saja ia menapakan kaki pada ruangan teater, ia seketika mendapati dirinya kerasukan. Iblis diperintahkan supaya berkata mengapa ia telah menyerbu wanita yang kelakuannya begitu tak bernodanya itu? “Aku telah melakukannya dengan sepantasnya”, jawabnya, “karena aku telah menemukan dirinya di tempat yang merupakan daerah kekuasaanku.” Maka teater adalah tempat Iblis berkuasa penuh, dan menuai jiwa berlimpah-limpah.
Lalu bagaimana kalau anda tak puas membiarkan anak perempuan anda pergi ke pertunjukan, dan membawa mereka sendiri ke pesta sore, ke pertemuan-pertemuan berbahaya, ke pesta dan pesta dansa, yang hanya membuat kehancuran mereka niscaya? Apakah yang terjadi pada pesta dansa dan hiburan-hiburan yang terkutuk itu, kalau bukan percakapan-percakapan yang cabul, gurauan yang tak terkendali, dan ujaran-ujaran tak senonoh? Apakah yang akan dipelajari anak perempuan anda di sana, kalau bukan cara menodai diri dengan segala macam kefasikan? – Tetapi berlembutkatalah, Romo, itu tak sejahat yang anda bayangkan; mereka tertawa dan menghibur diri, memang benar, namun itu saja. – Betapa bodohnya jawaban itu! Anda bisa bermain dengan ular di dada anda tanpa mengalami bahaya digigit olehnya? – Tidak. – Maka akan lebih besar kemungkinan anda menodai benak anda dengan pikiran-pikiran keji dengan mendatangi perkumpulan-perkumpulan itu, yang dipimpin oleh Iblis. Itulah yang dialami pendamping pertama dari Venerabilis Yohanes Baptis Vitellio. Ia melawan kehendak gurunya dan pergi ke Narcia untuk bersenang-senang bertemu dengan orang entah siapa, pergi menghadiri pesta dansa; tetapi ia pulang membawa imajinasi yang sedemikian terobsesinya dengan pikiran-pikiran jahat, sehingga sesampainya di Foligno, ia meninggalkan disiplin hidup rohaninya yang telah dijalaninya sampai waktu itu, menjadi seorang asusila pembuat skandal, dan akhirnya dibunuh oleh tangan saudaranya sendiri. Demikianlah ujung mainan yang diciptakan oleh Neraka itu: setelah meniup puting beliung pikiran-pikiran jahat dalam hati, mereka pada akhirnya menjerumuskan anda ke dalam jurang kematian kekal. Maka hindarilah, saudara-saudaraku, hindarilah hiburan-hiburan satanik itu; janganlah biarkan ada hiburan-hiburan semacam itu di rumah anda, dan janganlah pergi mencari-cari hiburan semacam itu di tempat lain, kalau anda ingin mengenyahkan segala makanan bagi pikiran-pikiran jahat dan menjamin keselamatan jiwa anda.
IX. Untuk golongan obat ketiga melawan kejahatan yang sedang kita lawan, saya hanya akan sebutkan dua nasihat, namun keduanya patut dipikirkan matang-matang, sebab segala buah ajaran ini bergantung kepadanya: maka perbaruilah perhatian anda untuk mendengarkan apa yang masih harus saya katakan kepada anda. – Nasihat yang pertama, adalah teruslah menjaga pikiran-pikiran yang murni dan bajik dalam benak anda; dan yang kedua, berlindunglah kepada Allah dengan terus-menerus berdoa. – Sehubungan yang pertama, perkataan umum dari para teolog ini patut direnungkan, yaitu kalau Iblis tak mampu memaksa kehendak kita kepada kejahatan, ia tak mampu memaksa kecenderungan kita memiliki pikiran-pikiran jahat. Ketika kita benar-benar disibukkan oleh pikiran-pikiran baik, Iblis, menurut Doktor Malaikat, memang dapat bersaran kepada kita, namun ia tak dapat memaksa kita, setidak-tidaknya pada saat itu, untuk berpikiran jahat; sebab benak kita tak dapat menyibukkan dirinya pada waktu itu juga dengan objek yang berbeda, dan beralih ke sudut ekstrem yang lain tanpa perantara. Namun kalau memang demikian, jawab Santo Gregorius, kalau anda ingin membebaskan diri dari pikiran-pikiran jahat, teruslah anda menjaga dalam benak anda pikiran-pikiran baik dan bermanfaat. Bagaimana cara mencabut sebuah paku? Dengan paku yang lain. Dan demikian pula, bagaimana cara mengusir pikiran jahat? Dengan pikiran baik.
Oh, betapa penting nasihat ini! Marilah kita mengamalkannya. Apakah iblis mengajukan pikiran jahat kepada anda? Janganlah anda bertarung dengan mendekati pikiran itu, tidak, anda tak akan berhasil; dengan itulah pikiran itu justru akan terpaku lebih dalam pada benak anda. Inilah obatnya: alihkanlah perhatian anda baik-baik dengan menyibukkan diri dengan hal-hal yang baik dan murni; sebagai contoh, pikirkanlah luka-luka Tuhan kita, kematian, Neraka, bernaunglah di bawah mantel Maria yang Tak Bernoda, bayangkanlah seonggok mayat yang membusuk di dalam liang kubur, dan anda akan segera melihat lenyapnya semua pikiran yang berbahaya itu. – Namun Romo, maaf, pikiran-pikiran itu menjadi siksaan terbesar dalam hidup saya: saya selalu takut setuju dengan pikiran-pikiran itu. – Selama seorang Wanita muda berkata tidak, ujar Santo Fransiskus de Sales, orang tak dapat menyebutnya seorang mempelai; demikian pula, sejauh mana jiwa kita berkata tidak kepada godaan itu, orang tak dapat berkata bahwa jiwa kita bersekutu dengan dosa. – Namun sia-sia saya berkata tidak, saya takut, akibat pikiran yang tak berkenan itu kadang kala berhenti dalam benak saya. – Anda takut! Baiklah! Ketika seekor lalat di musim panas berdengung pada telinga anda, anda akan mengusirnya, kan? Kalau lalat yang degil itu kembali, anda akan mengusirnya kembali; apakah karena lalat itu hinggap seketika di dahi anda, anda lalu menikmatinya? – Tidak. – Maka ketakutan anda berasal dari kesangsian nurani; anda memang seorang yang penyangsi. Begitulah! Marilah mengakhirnya. Itu adalah suatu alasan yang baik untuk menjadi terhibur: rasa takut yang anda rasakan itu adalah suatu petunjuk yang lebih dari cukup bahwa anda tidak setuju; sebab kalau kehendak menakuti kejahatan, itu memang adalah tanda bahwa kehendak tidak menginginkannya; maka tenanglah dan jangan anda membalas saya lagi.
Hal yang benar, adalah segala sesuatu yang telah dikatakan sampai di sini tidak akan berhasil kalau anda tidak menekuni obat yang kedua, yaitu berlindung kepada Allah dengan memohon rahmat-Nya supaya dapat mengatasi segala godaan ini. Akan menjadi kelancangan, ujar Santo Agustinus, untuk menganggap diri sendiri dan upaya diri sendiri sebagai sebab kemenangan atas pikiran-pikiran jahat: Nemo sibi cogitationum suarum victoriam attribuat. Allah ingin anda mencari perlindungan dalam diri-Nya, dan karena itu anda harus berdoa segera kepada-Nya. Namun dalam berlindung kepada Allah, saya sederhanakan dalam tiga patah kata: doa yang penuh kemanisan dan kelembutan; dan saya harap dengan mengulanginya dengan kesalehan dan ketulusan hati, anda akan berjaya atas segala serangan iblis; sebab Juru Selamat Ilahi kita menyatakan dalam Injil-Nya bahwa jika kita meminta pertolongan-Nya, Ia akan mengaruniakannya kepada kita: Petite et accipietis; dan dengan pertolongan-Nya, kita pasti akan dengan mudah mengusir segala pikiran jahat.
Maka inilah doa singkat, yang pada dasarnya memohon pertolongan Ilahi: Yesusku, kasihanilah aku. Sering-seringlah anda berlindung kepada kerahiman Ilahi dengan mengulangi kata-kata ini: Yesusku, kasihanilah aku. Yesusku, kasihanilah aku, dan anda akan mengalami hasil yang mengagumkan. Namun harus anda lakukan segera dan penuh semangat. Baru-baru pikiran berbahaya hadir pada benak anda, anda segera berkata: Yesusku, kasihanilah aku! Yesusku, kasihanilah aku! Kalau pikiran itu kembali datang serratus kali, usirlah kembali seperti serangga beracun, dengan berkata, Yesusku, kasihanilah aku! Yesusku, kasihanilah aku! Bila pikiran itu kembali datang serratus kali, usirlah seratus kali, dengan terus mengulangi bersama semangat yang berlipat ganda: Yesusku, kasihanilah aku!
Barang siapa bertekun, akan berjaya, seperti yang dikatakan Amsal. Yakinilah bahwa jika anda tekun bertarung dengan cara itu melawan Neraka, anda akan memperoleh kemenangan yang penuh. Buatlah perjanjian itu dengan Allah: setiap kalinya, Tuhan, aku akan mengucapkan kata-kata suci itu dari hatiku atau dari bibirku: Yesusku, kasihanilah aku! Aku ingin supaya tidak setuju dengan godaan macam apa pun. Sekalinya perjanjian ini anda buat, jadilah anda perhatian dan setia untuk segera mengandalkan doa singkat anda, dan lalu tenanglah, sebab itu adalah tanda yang jelas bahwa anda tidak setuju dengan pikiran jahat.
Mari mengakhiri pelajaran ini dengan perkataan Roh Kudus: Auferte malum cogitationum vestrarum (Yes. 1:16) “Enyahkanlah kejahatan dari pikiran-pikiranmu.” Dan perhatikanlah di sini bahwa Allah tidak memerintahkan anda supaya tak memiliki pikiran jahat sama sekali, yaitu mencegah pikiran-pikiran itu datang, sebab seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bukan dalam kemampuan anda untuk mencegah iblis mengajukan pikiran semacam itu, tetapi yang anda mampu lakukan adalah tidak menyetujuinya berkat rahmat Allah. Jadi, Ia hanya memerintahkan anda supaya menghindari jahatnya pikiran-pikiran berbahaya itu: Malum cogitationum vestrarum, yaitu, mengerahkan segala upaya anda supaya tidak menyetujui godaan dengan kesetujuan penuh.
Ah! Sadarilah, saudara-saudaraku yang terkasih, dan janganlah anda membenci instruksi pagi hari ini, yang diperlukan oleh semua orang., menimbang tak seorang pun, sekudus-kudus apa pun orang itu, tidak mengalami pikiran-pikiran jahat. Kebenaran-kebenaran yang baru saja kami sampaikan kepada anda begitu praktisnya, sehingga kita akan perlu orang yang mengingatkannya kepada kita setiap saat.
Maka sejak saat ini, saudara-saudaraku yang terkasih, kerahkanlah segala usaha anda, gunakanlah segala cara, untuk menghalau pikiran-pikiran jahat dengan penuh tenaga. Waspadalah, bahwa iblis ingin menjual nasibnya kepada anda dengan harga jual dirinya sendiri; ia terkutuk akibat sebuah pikiran jahat, dan akibat sebuah pikiran jahat jugalah ia ingin melihat diri anda terkutuk; namun kalau anda ingin membuatnya murka, perbuatlah sedemikian rupa sehingga pikiran-pikiran jahat yang diajukannya kepada anda terpental seperti anak panah kepada dirinya, dan untuk itu, katakan segera: Yesusku, kasihanilah aku, Yesusku, kasihanilah aku. Dengan demikian, anda akan yakin tidak menyetujui pikiran jahat, baik pada hidup ini maupun di saat kematian; anda akan hidup dengan baik, anda akan mati bahkan dengan lebih baik, dan anda akan menyelamatkan diri anda. Itulah kebaikan yang saya harapakan bagi diri anda. Agimus tibi gratias, dst.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Prancis.
St. Leonardus dari Porto Mauritio, Sermons, exhortations et conférences pour les missions [Khotbah, Nasihat dan Konferensi untuk Misi-Misi], disadur dari bahasa Italia oleh F.-I.-J Labis, Vol. I, Paris, Librairie de P. Letnielleux, 1860, hal. 246-266.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 5 bulanBaca lebih lanjut...