^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Berharganya Waktu - Pertimbangan XI St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XI.
Tentang Berharganya Waktu.
“Anakku, perhatikanlah waktu.” Sirakh iv. 23.
POIN PERTAMA.
Putraku, ujar Roh Kudus, berhati-hatilah dengan waktu; sebab waktu merupakan karunia terbesar dan yang paling bernilai, yang dapat dikaruniakan Allah kepada makhluk hidup. Orang-orang pagan saja tahu betapa berharganya waktu. Seneca dahulu berkata, “bahwa nilai waktu lebih tinggi dari segala macam harga.” St. Bernardinus dari Sienna menyatakan bahwa satu saat dalam waktu nilainya setara dengan Allah; sebab di setiap saat, seorang manusia dapat dengan membuat penyesalan atau perbuatan kasih untuk memperoleh rahmat ilahi dan kemuliaan kekal: “Dengan sedikit waktu saja, manusia dapat memperoleh rahmat dan kemuliaan. Waktu nilainya sama dengan Allah sendiri; sebab Allah diperoleh dalam melewatkan waktu baik-baik.”[1] Waktu adalah harta yang hanya didapati pada hidup ini; waktu tidak bisa ditemukan di kehidupan yang akan datang, baik di Neraka maupun di Surga. Di Neraka, ratapan orang terkutuk adalah, O, si daretur hora! – Oh, coba kami diberikan waktu satu jam saja! Mereka akan membayar harga semahal apa saja demi mendapat satu jam dalam waktu, agar bisa menebus masa lalu; namun waktu itu tidak akan pernah mereka dapatkan. Di Surga, tidak ada tangisan; namun seandainya orang-orang berbahagia bisa menangis, tangisan mereka hanya akan mengalir karena mereka telah kehilangan waktu dalam hidup ini, yang mungkin dapat mereka pergunakan untuk mendapat kemuliaan yang lebih besar, dan karena mereka tidak lagi bisa mendapatkan waktu ini. Seorang biarawati Benediktin tampak dalam kemuliaan kepada seseorang, dan berkata dia mengalami kebahagiaan sempurna; namun seandainya saja dia bisa berkata sesuatu, dia akan berkata ingin kembali hidup, dan menderita, supaya bisa pantas mendapat kemuliaan yang lebih besar; dan dia menambahkan, bahwa ia akan sedia menanggung rasa sakit yang telah dideritanya dalam kematian sampai hari pengadilan, demi mendapat kemuliaan yang sesuai dengan besarnya jasa satu saja “Salam Maria”.
Dan engkau, hai saudaraku, dengan apakah kaugunakan waktumu? Mengapa engkau selalu menunda sampai esok hari, apa yang bisa kaulakukan hari ini? Ingatlah, bahwa waktu yang berlalu bukan lagi milikmu: masa depan tak ada dalam genggaman kuasamu: engkau hanya punya saat kini untuk berbuat baik. “Mengapakah, ya manusia celaka”, ujar St. Bernardus, “engkau gegabah sehubungan masa depan, seolah-olah Bapa telah menempatkan waktu dalam kuasamu?”[2] Dan St. Agustinus berkata: “Apakah engkau menghitung satu hari, kalau engkau bahkan tidak punya satu jam saja?” Bagaimanakah engkau bisa menjanjikan hari esok, karena engkau tidak tahu apabila satu jam dalam hidupmu pun akan menjadi milikmu? St. Teresa lalu menyimpulkan dan berkata: “Jika engkau tidak siap mati hari ini, takutilah dirimu mati celaka.”
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Allahku, kubersyukur kepada-Mu atas waktu yang telah Kauberikan kepadaku untuk membenahi kekacauan-kekacauan hidupku yang lampau. Seandainya aku mati pada saat ini, salah satu rasa sakit terbesar yang kuderita adalah memikirkan waktu yang telah hilang dari diriku. Ah, ya Tuhanku, Engkau telah memberi aku waktu supaya boleh mencintai-Mu, dan aku telah menghabiskannya dengan menghina Engkau. Sejak saat pertama kuberpaling badan dari Engkau, aku pantas dimasukkan ke dalam Neraka; namun Engkau telah memanggil aku supaya bertobat dan mengampuni aku. Kuberjanji takkan pernah lagi menghina-Mu; namun alangkah seringnya aku kembali menghina-Mu lagi, dan Engkau telah kembali mengampuniku! Terberkatilah kerahiman-Mu sepanjang segala masa. Seandainya kerahiman-Mu terbatas, bagaimana bisa ia bersabar dengan diriku? Siapakah yang bisa punya kesabaran sebesar itu terhadap diriku seperti yang telah Kauperlihatkan kepadaku? Betapa seringnya diriku ini berduka karena telah menghina Allah yang begitu baiknya! Ya Juru Selamatku yang terkasih, kesabaran yang telah Kaumiliki terhadap diriku, itu saja seharusnya membuat diriku jatuh cinta kepada-Mu. Ah, jangan biarkan diriku kembali hidup mendurhakai kasih yang telah Engkau karuniakan kepadaku. Lepaskanlah aku dari segala sesuatu, dan tariklah aku supaya datang seutuhnya kepada cinta kasih-Mu. Tidak, ya Allahku, takkan lagi aku memboroskan waktu yang telah Kauberikanku untuk membenahi kejahatan yang telah kuperbuat; akan kulewatkan semua itu dalam melayani dan mengasihi-Mu. Berilah aku kekuatan, berilah aku ketekunan suci. Kucinta Kau, ya Kebaikan Tak Terhingga, dan kuberharap bisa mencintai-Mu untuk selama-lamanya. Kuberterima kasih kepadamu, ya Maria; kau telah menjadi pembelaku, dan memperolehkan aku waktu yang diberikan kepadaku; tolonglah aku sekarang, dan karuniakanlah berkat supaya aku boleh melewatkannya dengan mengasihi Putramu, Juru Selamatku, dan dirimu, ya Ratuku dan Ibundaku.
POIN KEDUA.
Tiada yang lebih berharga daripada waktu; namun tiada yang lebih tak dihargai dan lebih dibenci manusia duniawi. Meratapi hal ini, St. Bernardus lalu berkata: “Hari-hari keselamatan berlalu, dan tidak seorang pun merenungkan bahwa bagi dirinya, hari itu menghilang dan tiada lagi kembali.”[3] Anda akan melihat seorang penjudi, yang siang dan malam menghabiskan waktu dalam perjudiannya. Kalau anda bertanya kepadanya: Apakah yang kalian lakukan? Dia menjawab: Kami sedang menghabiskan waktu. Anda akan melihat seorang pengembara yang berjalan-jalan selama berjam-jam di tengah-tengah jalanan, mencari-cari orang yang lewat, atau berbicara tak senonoh atau tentang hal-hal yang sia-sia. Kalau anda bertanya kepadanya: Apakah yang sedang kaulakukan? Dia akan menjawab: Aku sedang menghabiskan waktu. Makhluk buta yang malang, yang kehilangan begitu banyak hari, namun hari-hari yang takkan kembali lagi!
Ya, waktu yang dibenci, engkau akan didambakan di atas segala-galanya oleh para manusia duniawi pada waktu kematian. Lalu mereka akan menginginkan satu tahun lagi, satu bulan lagi, satu hari lagi, namun mereka tidak akan mendapatkannya. Berapa besar bayaran yang ingin mereka masing-masing keluarkan untuk mendapat satu pekan lagi, satu hari lagi, demi meluruskan perkara-perkara hati nuraninya! “Demi memperoleh satu jam saja”, ujar Santo Laurensius Yustinianus, “mereka akan memberi segala yang mereka punya: kekayaan, kehormatan, kenikmatan.”[4] Namun waktu ini tidak akan diberikan kepada mereka. Bergegaslah, imam yang membantu mereka akan berkata, bergegaslah meninggalkan dunia ini; tidak ada waktu lagi. “Pergilah, hai jiwa Kristiani, dari dunia ini.”
Maka sang nambi menasihati kita demikian supaya ingat akan Allah, dan memperoleh rahmat-Nya, sebelum terang menjadi redup bagi kita: “Ingatlah Penciptamu … sebelum matahari dan terang menjadi gelap” (Pengkhotbah xii. 2). Betapa besarnya kegelisahan seorang musafir yang menyadari bahwa dirinya telah kehilangan arah, ketika malam sudah datang, dan terlambat sudah untuk membenahi kesalahannya! Akan seperti itulah kegelisahannya pada waktu kematian, kalau ia selama bertahun-tahun telah hidup di dunia, namun tidak hidup untuk Allah: “datang malam, di mana tidak seorang pun dapat bekerja” (St. Yohanes ix. 4). Ajal akan menjadi baginya, malam di mana dia tidak lagi bisa berbuat apa-apa: “Dia telah memanggil waktu untuk melawan aku” (Ratapan i. 15). Hati Nurani kemudian akan mengingatkannya, alangkah banyak waktu yang dahulu dipunyainya, dan ia telah menghabiskannya untuk membinasakan jiwanya; alangkah banyak panggilan, betapa banyak rahmat yang telah diterima-Nya dari Allah untuk pengudusannya, dan ia tidak memilih untuk memetik faedah darinya; dan lalu ia akan mendapati jalan untuk berbuat kebaikan apa pun tertutup bagi dirinya. Itu akan diratapinya, dan ia akan berkata: Oh, betapa bodoh diriku ini! Oh, waktu yang hilang untuk selama-lamanya! Oh, hidupku yang binasa! Oh, tahun-tahun yang hilang, di mana aku bisa menjadi orang kudus, namun tidak demikian, dan sekarang tidak ada waktu lagi! Namun akan berguna apa air mata dan ratapan itu ketika adegannya berakhir, pelitanya hampir padam, dan manusia yang sekarat itu sedang dijemput oleh saat yang mengerikan, yang padanya bergantung alam baka?
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Yesusku, Engkau telah membaktikan segenap hidup-Mu demi keselamatan jiwaku. Tak ada satu saat pun Engkau tidak mempersembahkan diri-Mu sendiri demi aku kepada Bapa yang Kekal, demi memperolehkan pengampunanku dan keselamatan kekalku; dan dari banyaknya tahun yang telah kulalui di dunia, betapa banyakkah yang telah kuhabiskan demi melayani-Mu? Sayang sekali, semua yang kuingat telah kulakukan, semuanya itu membuatku penuh sesal nurani. Sudah banyak sekali kejahatannya; kebaikannya terlalu sedikit, dan penuh ketidaksempurnaan, suam-suam kuku, cinta diri, dan perhatian yang teralihkan. Ah, ya Penebusku, segala-galanya telah menjadi demikian karena aku sudah lupa betapa banyaknya yang telah Kaulakukan demi aku. Aku sudah melupakan Dikau, namun Engkau tidak melupakan aku; Engkau telah mengejar aku ketika aku dahulu lari dari Engkau, dan telah begitu sering memanggilku kepada cinta kasih-Mu. Lihatlah aku di sini, ya Yesusku; takkan lagi aku melawan Engkau: apa, haruskah aku bahwasanya menunggu sampai Engkau meninggalkanku sepenuhnya? Kubertobat, ya Kebaikanku yang Terluhur, karena telah memisahkan diri dari Engkau akibat dosa. Kau kucinta, ya Kebaikan Tak Terhingga, yang patut dicintai tanpa batas. Ah, jangan lagi biarkan aku kehilangan waktu yang Kauberikan ini dalam kerahiman-Mu. Ah, ingatkanlah aku selalu, ya Juru Selamatku yang terkasih, akan cinta yang telah Kaupunya kepadaku, dan rasa sakit yang telah Kauderita demi aku. Buatlah aku melupakan segala-galanya, supaya selama sisa hidupku, aku boleh berpikir untuk mengasihi Engkau dan berkenan kepada-Mu saja. Kucinta Kau, ya kasihku, ya segalanya bagiku. Kuberjanji kepada-Mu, manakala kuingat, supaya melakukan perbuatan kasih demi Engkau. Berilah aku ketekunan suci. Kupercayakan semuanya dalam jasa-jasa Darah-Mu. Dan kupercaya dalam pengantaraanmu, ya Bunda Mariaku yang terkasih.
POIN KETIGA.
“Berjalanlah selama terang itu ada padamu” (St. Yohanes xii. 35). Kita harus berjalan pada jalan Tuhan selama hidup, selama terang ada pada diri kita, sebab dalam maut, kita kehilangan terang itu. Ajal bukanlah waktu untuk bersiap diri, namun untuk mendapati diri kita sudah siap: “Bersiaplah”. Pada waktu kematian, kita tidak bisa berbuat apa-apa; yang sudah terjadi, terjadilah. Ya Allah, sekiranya seseorang diberi tahu bahwa sebelumnya akan ada pengadilan yang akan berlangsung lama, dan hidup serta segala barang miliknya bergantung pada pengadilan itu, alangkah dirinya akan bergegas mencari nasihat untuk memperjuangkan perkaranya, dan mencari cara untuk mendapat pertolongan! Dan apakah yang kita lakukan? Kita tahu dengan pasti, bahwa lama sebelumnya, dan mungkin pada setiap jam, perkara kita yang terpenting, yakni perkara keselamatan kekal kita, akan harus diuji, dan kita kehilangan waktu.
Beberapa orang akan berkata: Aku masih muda; nanti aku akan menyerahkan diri kepada Allah. Namun sebagai jawabannya, saya berkata: ingatlah, bahwa Tuhan mengutuk pohon ara yang didapati-Nya tak berbuah, meski itu bukan musim buah, seperti perkataan Injil: “Bukan musim bua hara” (St. Markus xi. 13). Dengan ini, Yesus ingin bermaksud bahwa manusia harus pada setiap waktu, bahkan ketika masih muda, menghasilkan buah pekerjaan baik, kalau tidak mereka akan dikutuk, dan tidak lagi mendatangkan buah ke depannya. “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Demikianlah perkataan sang Juru Selamat kita kepada phon itu, dan demikianlah kutukannya bagi mereka yang dipanggil oleh-Nya dan melawan. Iblis memandang seluruh hidup kita ini singkat, dan karena itu ia tidak menyia-nyiakan sesaat pun untuk menggoda kita: “Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat” (Wahyu xii. 12). Karena itulah musuh kita tidak menyia-nyiakan waktu, untuk mencoba menghancurkan kita; dan akankah kita kehilangan waktu untuk menyelamatkan diri kita sendiri?
Ada orang lain yang akan berkata: Tetapi, apa bahayanya kalau saya berbuat demikian? Ya Allahku, lantas tidak berbahayakah membuang-buang waktu berjudi, mengobrol, perbuatan-perbuatan yang sama sekali tidak berfaedah bagi jiwa? Apakah Allah lalu telah memberi anda waktu ini supaya anda menyia-nyiakannya? Tidak, ujar Roh Kudus: “Kebahagiaan sekarang jangan kautolak bagi dirimu” (Sirakh xiv. 14). Para pekerja yang disebutkan oleh St. Matius tidak berbuat jahat; mereka hanya kehilangan waktu; dan karena itu mereka ditegur oleh majikan kebun anggurnya: “Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?” (Matius xx. 6). Pada hari pengadilan, Yesus Kristus akan meminta pertanggungjawaban atas setiap kata yang sia-sia. Semua waktu yang tidak dihabiskan demi Allah adalah waktu yang hilang. Maka Tuhan menasihati kita seperti ini: “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi” (Sirakh ix. 10). Venerabilis Suster Yohana dari Tritunggal Mahakudus, biarawati Theresian, berkata bahwa tiada hari esok dalam hidup para kudus; hari esok hanya ada dalam hidup orang berdosa, yang selalu berkata, suatu hari, suatu hari; dan demikianlah cara mereka hidup sampai ajal menjemput. “Lihatlah! Sekaranglah saat yang berkenan itu!” (2 Korintus vi. 2). “Jika engkau mendengar suara-Nya pada hari ini, janganlah keraskan hatimu” (Mazmur xciv. 8). Hari ini Allah memanggil anda supaya berbuat baik; lakukanlah itu pada hari ini, sebab esok hari, mungkin tidak ada waktu lagi, atau Allah mungkin tidak akan memanggil anda.
Kalau di waktu lalu, anda sayangnya telah menghabiskan waktu dengan menghina Allah, berjuanglah seperti Raja Hizkia untuk menangisinya selama sisa hidup anda: “Aku akan menceritakan kepada-Mu sepanjang tahun kehidupanku dalam kepahitan jiwaku” (Yesaya xxxviii. 15). Allah memberi anda hidup supaya anda bisa membenahi waktu yang hilang: “Manfaatkanlah kesempatan, karena hari-hari ini jahat” (Efesus v. 16). Mengomentari ayat ini, St. Anselmus berkata: “Engkau akan memanfaatkan waktu, kalau engkau melakukan apa yang telah kauabaikan”. St. Hieronimus berkata tentang St. Paulus, bahwa meskipun dia adalah rasul yang terakhir, namun jasanyalah yang terbesar, oleh karena yang dilakukannya setelah ia dipanggil. Marilah kita merenungkan, seandainya tidak ada apa-apa lagi, bahwa di setiap saat, kita bisa memperbesar harta abadi yang kita simpan. Seandainya anda diberi tanah sebanyak yang anda kelilingi pada satu hari saja, atau mendapat uang sebanyak yang bisa anda hitung dalam satu hari saja, alangkah anda akan tergesa-gesa! Dan anda bisa memperoleh harta abadi pada satu saat, namun anda kehilangan waktunya. Janganlah berkata bahwa esok hari anda bisa melakukan yang dapat anda lakukan hari ini, sebab hari ini akan hilang dari diri anda, dan tidak akan kembali lagi. St. Fransiskus Borgia berpaling kepada Allah dengan dambaan-dambaan suci, ketika orang lain berbicara tentang perkara duniawi; sehingga ketika ia ditanya pendapatnya, ia tidak tahu cara menjawabnya; dan karena itu ia ditegur tentang hal ini, dan ia menjawab: “Saya lebih suka akal saya dianggap tumpul daripada kehilangan waktu.”
DAMBAAN DAN DOA.
Tidak, ya Allahku, takkan lagi kubuang-buang waktu yang telah Kauberikan kepadaku dalam kerahiman-Mu. Aku sekarang patut menangis dengan air mata yang berlinang dalam Neraka. Kubersyukur kepada-Mu karena telah menjaga hidupku; aku akan hidup demi Engkau saja selama hari-hari yang tersisa bagiku ini. Seandainya aku sekarang ada di Neraka, aku akan menangis, namun dalam keputusasaan dan kesia-siaan. Akan kutangisi pelanggaran-pelanggaranku terhadap Engkau; dan dengan menangis, aku yakin akan mendapat ampun-Mu, seperti perkataan sang Nabi yang meyakinkanku: “Engkau tidak akan terus menangis; Ia tentunya akan mengasihani engkau” (Yesaya xxx. 19). Seandainya aku ada di Neraka, takkan lagi kubisa mengasihi-Mu; namun sekarang, aku mendengar diri-Mu berkata: “Mintalah, dan engkau akan menerima”. Maka karena aku masih punya waktu untuk memohon rahmat-Mu, kuminta dua hal dari Engkau: Ya Allah pencipta jiwaku, berilah aku ketekunan dalam rahmat-Mu, dan berilah aku kasih-Mu; dan lalu lakukanlah padaku apa yang berkenan kepada-Mu. Buatlah agar setiap saat dalam sisa hidupku, aku boleh selalu berserah diri kepada-Mu, ya Yesusku, dan berkata: Tuhan, tolonglah aku; Tuhan, kasihanilah aku: buatlah supaya aku tak lagi pernah menghina-Mu; buatlah supaya aku boleh mengashi-Mu. Ya Maria, Bundaku yang teramat suci, perolehkanlah aku rahmat untuk menyerahkan diriku selalu kepada Allah, dan meminta daripada-Nya ketekunan dan cinta-Nya yang suci.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 74-80.
Tanda * tertera pada kutipan yang tidak bisa ditemukan penulisnya atau yang tidak bisa ditemukan perikop rujukannya oleh Penyunting.
[1] S. Bern. Sienn. Serm. in Fer. iv. p. Dom. i. Quad. art. 3, c. 4.
[2] *S. Bern. Serm.
[3] Id. Serm ad. Schol.
[4] S. Lauren. Just. de vita sol. c. 10.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...